BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar dapat memiliki kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai drajat Sarjana S- 1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

ELSA YUNIAR PRAMITA DEWI A

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh kiat masing-masing guru di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

PENGARUH KEDISIPLINAN MENGGUNAKAN WAKTU BELAJAR DAN PERILAKU SISWA DALAM MENERIMA PELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi. aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah pendidikan sudah tidak asing lagi bagi manusia, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya, ras, agama, dan bahasa. Keragaman yang ada inilah yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan lembaga pendidikan formal yang bertugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, pendidikan merupakan ujung tombak pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan sesuatu yang dirasa kontroversional, akan tetapi hal itu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. modern, makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dalam mengajar. Ketersediaan bahan ajar pada setiap satuan pendidikan diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berakhlak mulia dan mampu menempatkan dirinya dalam situasi apapun. Karakter

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan manusia bisa menyikapi keadaan perkembangan zaman

Konsep Dasar Pendidikan Berkarakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru sebagai teladan bagi peserta didik harus memiliki sikap dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Untuk itu diperlukan upaya pengajaran. dimensi kehidupan terutama dibidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. (UAS). Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam. emosi. Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru karena guru lebih

INOVASI PEMBELAJARAN DENGAN PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Kewarganegaraan.

PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN DISIPLIN BELAJAR PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 PEDAN TAHUN AJARAN 2009/ 2010

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yang meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada sekarang ini lebih menekankan dan mengutamakan pada ranah kognitif (kemampuan berpikir) dan ranah psikomotorik (keterampilan). Kemampuan-kemampuan tersebut dilakukan dengan berbagai cara pendekatan, misalnya melalui berbagai macam strategi pembelajaran, perbaikan kinerja guru, perbaikan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana yang dapat menunjang pembelajaran dan masih banyak lagi pendekatan serta cara-cara yang dilakukan, baik oleh guru maupun oleh pemerintah, yang semuanya itu diusahakan untuk kepentingan kemampuan kognitif dan psikomotorik saja. Hal ini menyebabkan kemampuan afektif tidak diperhatikan secara khusus, tetapi hanya sebagai penunjang atau pendamping kelengkapan dalam proses pembelajaran. Guru tidak menyadari bahwa kemampuan afektif juga mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Pembelajaran sendiri adalah usaha yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi yang dimiliki baik dari segi intelektual maupun sikap. Pendidikan apabila hanya ditekankan kepada kemampuan berpikir dan keterampilan tanpa dibekali dengan sikap yang baik, pendidikan belum bisa dikatakan berhasil. Hal ini dikarenakan pada hakekatnya pendidikan tidak hanya merubah kemampuan otak dan keterampilan saja tetapi juga harus merubah sikap 1

2 menjadi lebih baik lagi. Perwujudan pembelajaran yang baik dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Kebanyakan dalam proses pembelajaran siswa masih bersikap semaunya sendiri dan bertingkah laku tidak sopan. Hal tersebut tidak disadari betapa pentingnya pembentukkan kemampuan afektif atau sikap yang baik dan harus dimiliki siswa untuk kelancaran proses pembelajaran di kelas. Kemampuan afektif adalah kemampuan dalam bersikap, emosi atau nilai. Pendidikan tidak hanya mencapai kecerdasan dalam ranah kognitif serta ranah psikomotorik, tetapi juga harus diimbangi dengan pencapaian ranah afektif yang meliputi sikap, nilai, dan emosi. Ketiganya harus dipadukan agar dapat berjalan seimbang, apabila kemampuan afektif siswa tidak muncul maka akan menimbulkan dampak yang tidak baik dalam proses pembelajaran, misalnya saja anak tidak bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, tidak fokus terhadap materi yang diberikan oleh guru, serta tidak menghargai guru ketika menyampaikan materi. Kemampuan afektif harus diperhatikan secara lebih khusus oleh guru di lingkungan sekolah dan oleh orang tua di lingkungan rumah. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang dipelajari semua tingkatan, baik Sekolah Dasar maupun Menengah. Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan seringkali dikaitkan dengan moral dan tingkah laku siswa di sekolah. Banyak yang beranggapan apabila kemampuan afektif siswa tidak berhasil maka orang akan mengkaitkan dengan peran serta guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang dinilai tidak berhasil dalam menyampaikan materi atau mendidik moral siswa. Pelaksanaan pembelajaran di

3 kelas pasti terdapat permasalahan yang dihadapi oleh guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, diantaranya yaitu mengenai kemampuan afektif. Kemampuan dalam bersikap merupakan permasalahan yang sekarang ini banyak dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas VIII A semester genap di SMP Negeri 1 Surakarta. Hal ini terlihat dari masih ditemukannya sikap tidak kooperatifnya siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran, misalnya berbicara sendiri dengan teman sebangku ketika guru menyampaikan materi, siswa makan di dalam kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa ramai sendiri pada saat guru memberikan tugas dan masih banyak lagi sikap-sikap siswa yang kurang baik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Melihat keadaan tersebut tentunya menjadi suatu permasalahan yang harus segera diselesaikan. Saat pelajaran di kelas diharapkan semua siswa dapat bersikap menghargai dan menghormati guru yang sedang menyampaikan materi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan bersikap baik dan disiplin, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan optimal. Ibu Ruliana Kuswartinah S.Pd, selaku guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas VIII A SMP Negeri 1 Surakarta, sudah memberikan berbagai macam upaya yang bertujuan agar sikap (kemampuan afektif) siswa itu muncul. Adapun upaya yang dilakukan misalnya dengan cara menanamkan kedisiplinan, kejujuran, dan keadilan, akan tetapi usaha yang dilakukan tersebut belum membuahkan hasil yang maksimal. Hal ini dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan hal-hal yang kurang baik. Siswa sudah terbiasa untuk tidak mendengarkan penjelasan guru atau makan di kelas saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, peneliti sebagai salah satu

4 mahasiswa program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Universitas Muhammadiyah Surakarta tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai kemampuan afektif siswa, karena hal tersebut sangat erat dengan apa yang telah dikaji dalam kurikulum program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam penanaman moral dan pembentukan sikap yang baik pada generasi muda di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan penelitian yang berjudul: Upaya Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Afektif Siswa Studi Kasus Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Perumusan Masalah atau Fokus Penelitian Perumusan masalah merupakan bagian yang penting dalam penulisan karya ilmiah. Oleh karena itu, sebelum melakukan sebuah penelitian harus mengetahui lebih dahulu permasalahan yang ada. Supaya permasalahan yang akan dipecahkan dapat terarah dan terfokus. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah upaya yang dilakukan guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam meningkatkan kemampuan afektif siswa di kelas VIII A SMP Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014? 2. Kendala-kendala apa saja yang dialami guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam meningkatkan kemampuan afektif siswa di kelas VIII A SMP Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014?

5 3. Bagaimanakah solusi yang dilakukan guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menghadapi berbagai kendala untuk meningkatkan kemampuan afektif siswa di kelas VIII A SMP Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan titik puncak untuk merealisasikan aktivitas yang akan dilaksanakan sehingga dapat dirumuskan dengan jelas. Penelitian ini, perlu adanya tujuan penelitian yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan diteliti sehingga penelitian akan dapat bekerja secara terarah dalam mencari data sampai langkah pemecahan permasalahan. Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan upaya guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam meningkatkan kemampuan afektif siswa di kelas VIII A SMP Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014. 2. Untuk mendeskripsikan kendala yang dialami guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam meningkatkan kemampuan afektif siswa di kelas VIII A SMP Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014. 3. Untuk mendeskripsikan solusi yang dilakukan guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menghadapi berbagai kendala untuk meningkatkan kemampuan afektif siswa di kelas VIII A SMP Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014.

6 D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian 1. Manfaat atau Kegunaan Teoritis a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya, maupun bagi masyarakat pada umumnya. b. Melalui penelitian ini diharapkan mampu memperluas cakrawala pengetahuan tentang Upaya Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Afektif Siswa sebagai bagian yang penting dalam proses pembelajaran yang seringkali tidak diperhatikan oleh guru. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman penelitian selanjutnya yang sejenis. 2. Manfaat atau Kegunaan Praktis a. Manfaat bagi siswa. 1) Untuk meningkatkan perhatian siswa dalam menerima materi pelajaran di kelas. 2) Untuk mengembangkan sikap karakter yang baik pada siswa di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. 3) Untuk meningkatkan prestasi siswa secara optimal. b. Manfaat bagi guru. 1) Meningkatkan keprofesionalan guru saat mengajar. 2) Dapat digunakan guru sebagai referensi dalam proses kegiatan belajar mengajar, serta memberikan motifasi kepada guru sebagai upaya mengembangkan dan meningkatkan kemampuan afektif yang dimiliki siswa dengan baik.

7 c. Manfaat bagi sekolah. 1) Meningkatkan mutu sekolah. 2) Memberikan masukan yang bermanfaat bagi pihak sekolah khususnya dalam meningkatkan sistem pendidikan yang lebih bermutu melalui peningkatkan kemampuan afektif siswa. E. Daftar Istilah 1. Upaya adalah usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb); daya upaya : menegakkan keamanan patut dibanggakan (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005: 1250). 2. Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005:3770). 3. Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan: kita berusaha dengan diri sendiri (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005:707). 4. Afektif adalah (1) berkenaan dengan perasaan (seperti takut, cinta); (2) mempengaruhi keadaan perasaan dan emosi; (3) ling mempunyai gaya atau makna yang menunjukan perasaan (tentang gaya bahasa atau makna) (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005:11). 5. Siswa adalah murid (terutama pada tingkat Sekolah Dasar dan Menengah); pelajar: SMU (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005:1077).