BAB I PENDAHULUAN. Keberlangsungan sebuah perusahaan ditentukan oleh berbagai macam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perekonomian banyak perusahaan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Pembiayaan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat

PENDAHULUAN. seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain (Amin, 2012). Untuk

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS DAN TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. Langkah awal perkembangan transaksi saham syariah pada pasar modal

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

BAB VI PENUTUP. diambil dari hasil penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. proses ini sering juga disebut sebagai analisis perusahaan (company. perusahaan dimasa depan. Dalam company analysis para investor

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi ini, negara-negara besar telah menaruh perhatian besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu. Adanya aktiva produktif

BAB 1 PENDAHULUAN. berinvestasi, maka investor tersebut harus memperhatikan resiko-resiko yang akan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilihan gaya hidup seseorang. Sayangnya banyak di antara

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari masyarakat yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan di periode sebelumnya. Perubahan laba menjadi ukuran keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. yang masih belum stabil mempengaruhi kondisi perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 60 saham terbesar di pasar regular. 2) selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan memberikan kontribusinya pada perekonomian nasional.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dipertimbangkan yaitu return dan risiko. Return adalah tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan jasa fasilitas perdagangan sekuritas. Undang-Undang Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

BAB I PENDAHULUAN. usaha suatu perusahaan (sebagai hasil kerja bertahun-tahun sebelum go public)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. dari pasar modal menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan

PENGARUH KURS DOLLAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM DI BEI. (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Go Public Di BEI) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia lainnya. Pasar modal memiliki peran besar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB I PENDAHULUAN. biasanya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas dan nilai transaksi, serta kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. dan profesi yang berkaitan dengan efek (Martalena dan Malinda, 2011:3). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keuntungan yang diharapkan dan risiko yang mungkin terjadi. Ini

BAB I PENDAHULUAN. uang dan pengaruhnya terhadap aset investasi. penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Husnan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi para investor dan salah satu sumber dana bagi perusahaan (emiten). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan transaksi jual beli dimana instrumen yang. diperjualbelikan adalah berupa surat-surat berharga yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi bagi para pemilik modal atau investor (Adji, Suwerli dan Suratno,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. (Sinambela, 2009). Pada dasarnya tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir ini sedang dalam fase

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sehingga

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dan dapat digunakan untuk pembuatan keputusan investasi yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH KURS VALUTA ASING, INFLASI, UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara, karena pasar modal merupakan salah satu sarana investasi dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberlangsungan sebuah perusahaan ditentukan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah lingkungan eksternal. Kondisi perekonomian secara makro merupakan unsur dari lingkungan eksternal tersebut. Kajian ekonomi makro meliputi nilai tukar matauang, inflasi, dan suku bunga acuan. Peristiwa perekonomian secara makro tersebut sedemikian rupa akan mempengaruhi proses dan keberlanjutan sebuah perusahaan. Dalam analisis sekuritas, salah satu tahapan yang paling penting adalah analisis fundamental. Analisis ini menitikberatkan pada analisis kondisi ekonomi dan pasar. Analisis ini juga merupakan langkah pertama dalam pendekatan topdown karena pentingnya dampak kondisi ekonomi/pasar terhadap return saham (Jones, 2010). Analisis ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara return saham dengan situasi ekonomi makro suatu negara. Sedangkan pada saat yang bersamaan, faktor lain yang juga mempengaruhi return saham adalah kinerja keuangan perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, terdapat hubungan antara kondisi perekonomian dengan kinerja keuagan perusahaan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Halim (2013) membuktikan bahwa variabel-variabel makroekonomi seperti inflasi dan suku bunga secara simultan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan di Indonesia. Penelitian yang dilakukan Ruhadi (2011) juga membuktikan bahwa kondisi ekonomi makro 1

memiliki dampak signifikan terhadap kinerja perusahaan manufaktur di Indonesia. Penelitian-penelitian ini mempertegas bahwa terdapat hubungan antara kondisi perekonomian secara makro dengan kinerja keuangan perusahaan di Indonesia. Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas memungkinkan suatu negara atau perusahaan untuk saling memperdagangkan barang dan jasa. Barang atau jasa yang diimpor dari negara lain dipergunakan oleh perusahaan sebagai bahan baku, bahan penolong, dan kebutuhan lainnya. Permintaan dan penawaran barang dan jasa antarnegara akan sangat menentukan nilai tukar matauang. Jika permintaan terhadap matauang suatu negara naik, maka nilai tukar mata uang tersebut juga akan mengalami kenaikan. Sebaliknya, jika penawaran matauang suatu negara tinggi, maka nilai tukarnya juga akan turun (cateris paribus). Ketika nilai tukar matauang suatu negara lebih rendah relatif dibandingkan dengan negara mitra dagangnya, maka barang dan jasa yang diimpor akan menjadi lebih mahal. Kosekuensinya, biaya produksi akan mengalami kenaikan. Di Indonesia, pada 25 September 2015, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sempat menyentuh titik terendah pasca-1998. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, pada saat itu, nilai tukar rupiah di pasar spot berada pada kisaran Rp.14.700-14.800 per dolar Amerika. Padahal, pada tahun 2014, nilai tukar rupiah hanya berada pada kisaran Rp.11.000-12.000 per dolar Amerika. Namun sebenarnya, jika kita melihat data sejak 2010-2015 tren penurunan nilai tukar rupiah sudah terjadi. Dalam periode tersebut, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berkisar dari Rp.8000 hingga Rp.13.000 an per dolar Amerika. 2

Fluktuasi nilai tukar rupiah akan sangat dirasakan oleh industri yang bergantung pada bahan baku impor. Data dari Kementerian Perindustrian pada tahun 2014 menunjukan bahwa 64% industri nasional bergantung pada bahan baku impor. Jumlah tersebut berasal dari sembilan sektor industri seperti permesinan dan logam, otomotif, makanan dan minuman, pakan ternak, tekstil dan produk tekstil, elektronik, kimia dasar, dan pulp dan kertas. Kesembilan sektor tersebut tergolong industri strategis karena menyumbang 80% produksi nasional dan meyerap 65% tenaga kerja. Untuk subsektor makanan dan minuman, sebanyak 70% kebutuhan bahan baku masih diimpor. Bahan baku tersebut seperti seperti gula, gandum, biji kedelai, perisa jus dan lain-lain. Sedangkan untuk bahan penolong seperti pemanis, pewarna, pengawet dan penyedap makanan, pemutih, antioksidan, antikempal dan lain-lain. Bahan baku mayoritas berasal dari China, Eropa dan Amerika. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika akan sangat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan makanan dan minuman karena bergantung pada bahan baku impor. Salah satu contoh pengaruh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap kinerja keuangan terjadi pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Pada 2013, perusahaan ini mengalami penurunan kinerja laba bersih yang bisa diatribusikan kepada pemilik enitas sebesar 23.3% atau kurang lebih Rp.1 triliun sebagai akibat dari rugi selisih kurs. Laba usaha perusahaan ini juga turun sebesar 2,3% dari tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan oleh naiknya beban operasional termasuk bahan baku. 3

Jika tidak dilakukan efisiensi, peningkatan biaya produksi sebagai akibat dari melemahnya nilai kurs juga akan diikuti oleh peningkatan harga jual atau mengecilnya margin laba yang berkonsekuensi pada penurunan laba perusahaan. Tidak hanya itu, kinerja perusahaan di pasar modal juga akan melemah karena kinerja keuangan yang turun. Tingkat suku bunga acuan (BI rate) juga akan sangat berdampak pada kinerja perusahaan terutama terhadap kemampuannya untuk memperoleh pembiayaan. Perusahaan memerlukan pembiayaan untuk mendanai operasi dan investasinya. Aktivitas investasi sangat diperlukan untuk menjamin perusahaan dapat menjalankan fungsi dan mencapai tujuannya. Apabila tingkat suku bunga meningkat, maka kemampuan perusahaan untuk mendanai investasinya akan berkurang karena kenaikan BI rate juga akan diikuti oleh kenaikan suku bunga kredit pada bank umum. Begitu juga sebaliknya, ketika tingkat suku bunga acuan rendah, maka kemampuan perusahaan untuk mendanai investasinya akan meningkat. Indonesia merupakan salah satu negara yang menetapkan suku bunga tertinggi di Asia Tenggara. Semenjak 2010 hingga 2015 BI rate bergerak pada angka 5 persen sampai 7.5 persen. Tingkat suku bunga Singapura per 1 Januari 2016 hanya sebesar 0.65% dan Malaysia sebesar 3,25%. Sedangkan Thailand dan Vietnam menetapkan suku bunganya sebesar 1,50% dan 6,5%. Secara umum, dapat kita katakan bahwa negara-negara yang memiliki suku bunga acuan yang rendah seperti Singapura dan Malaysia, memiliki kualitas perekonomian yang lebih baik daripada Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa suku bunga akan sangat menentukan kualitas perekonomian yang sebagian diwakili oleh industri atau 4

perusahaan. Sebab, suku bunga yang rendah akan memudahkan investor dalam mendapatkan kredit untuk mengembangkan bisnisnya. Berdasarkan Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dari total 2479 usaha yang menjadi sampel, sebanyak 44% mengaku mengalami kesulitan memeroleh kredit karena tingkat suku bunga yang terlalu tinggi. Kesulitan yang sama juga dialami oleh industri makanan dan minuman. Kementerian Perindustrian mengatakan bahwa penurunan BI rate akan mampu mendongkrak investasi pada industri makanan dan minuman. Suku bunga acuan yang tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih tertarik untuk menyimpan uangnya daripada menanamkannya di usaha tertentu. Biasanya, bank umum menetapkan suku bunga deposito tidak terlalu berbeda dengan BI rate dan menetapkan suku bunga kredit lebih tinggi daripada BI rate. Selisih bunga deposito dan kredit akan menjadi pendapatan bagi bank. Ketika perekonomian sedang lesu, penurunan BI rate diperlukan agar industri semakin menggeliat. Oleh karena itu, tingkat suku bunga akan sangat mempengaruhi industri atau perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja keuangannya. Tingkat inflasi juga akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Tingginya tingkat inflasi dapat membuat pendapatan rill masyarakat (konsumen) menurun dan akan mengurangi daya beli. Sebaliknya, apabila tingkat inflasi rendah, maka daya beli konsumen akan meningkat. Daya beli konsumen terhadap barang dan jasa akan sangat mempengaruhi profitabilitas sebuah perusahaan. Misalnya, apabila daya beli konsumen terhadap produk makanan dan minuman diprediksi meningkat, 5

perusahaan akan menjual lebih banyak produk makanan dan minuman yang secara otomatis akan meningkatkan laba. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, sejak Januari 2010 hingga Desember 2015 tingkat inflasi di Indonesia berfluktuasi dari angka 3% sampai 8% dimana nilai tertinggi terjadi pada Agustus 2013 sebesar 8,79% dan terendah pada Desember 2015 sebesar 3,35%. Namun, sepanjang tahun 2013-2015 rata-rata inflasi relatif tinggi berkisar pada angka 6-7%. Fluktuasi inflasi ini tentu saja akan menaikan atau menurunkan harga barang-barang yang akan mempengaruhi daya beli konsumen dan pada akhirnya mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Industri makanan dan minuman sendiri memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat inflasi nasional. Menurut Adhi S. Lukman, ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minunam Indonesia (GAPMMI), mengatakan bahwa komponen pangan kurang lebih memberikan kontribusi 40% terhadap inflasi. Dari jumlah itu, 25% persennya berasal dari pangan mentah dan segar seperti beras dan 15% berasal dari produk olahan seperti mie instan. Berdasarkan kasus dan permasalahan yang diilustrasikan di atas, nilai tukar rupiah terhadap dolar, suku bunga acuan (BI rate), dan inflasi terlihat sangat mempengaruhi kinerja industri makanan dan minuman. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuktikan apakah inflasi, kurs rupiah terhadap dolar Amerika, dan BI rate benar-benar memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan terutama profitabilitas industri makanan dan minuman. Untuk itu, penulis memberi judul penelitian ini Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs dan BI Rate terhadap 6

Profitabilitas (RoA) Studi Empiris pada Perusahaan Publik pada Subsektor Makanan dan Minunam di Indonesia (2011-2015). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan yang terlah dijelaskan, maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap profitabilitas perusahaan publik pada subsektor makanan dan minuman di Indonesia selama 2011-2015 2. Bagaimana pengaruh kurs rupiah atas dolar Amerika terhadap profitabilitas perusahaan publik pada subsektor makanan dan minuman di Indonesia selama 2011-2015. 3. Bagaimana pengaruh BI rate terhadap profitabilitas perusahaan publik pada subsektor makanan dan minuman di Indonesia selama 2011-2015. 4. Bagaimana pengaruh inflasi, kurs dan BI rate terhadap profitabilitas perusahaan publik pada subsektor makanan dan minuman di Indonesia selama 2011-2015. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk membuktikan bagaimana pengaruh inflasi terhadap profitabilitas perusahaan publik pada subsektor makanan dan minuman di Indonesia selama 2011-2015. 7

2. Untuk membuktikan bagaimana pengaruh kurs rupiah atas dolar Amerika terhadap profitabilitas perusahaan publik pada subsektor makanan dan minuman di Indonesia selama 2011-2015. 3. Untuk membuktikan bagaimana pengaruh BI rate terhadap profitabilitas perusahaan publik pada subsektor makanan dan minuman di Indonesia selama 2011-2015. 4. Untuk membuktikan bagaimana pengaruh inflasi, kurs dan BI rate terhadap profitabilitas perusahaan publik pada subsektor makanan dan minuman di Indonesia selama 2011-2015. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1. Bagi dunia akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi bagi bidang akuntansi manajemen. 2. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi calon peneliti untuk menentukan tema dan objek penelitiannya. 3. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini tentunya akan menambah pemahaman mengenai tata cara penulisan skripsi, ilmu akuntansi manajemen, dan khususnya mengenai topik yang penulis angkat 8

1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini memaparkan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang teori-teori profitabilitas, exposure perusahaan terhadap perubahan variabel makroekonomi, Return on Asset (RoA) Inflasi, kurs, dan BI Rate, analisis laporan keuangan, analisis rasio keuangan, dan kinerja perusahaan. Bagian ini juga menjelaskan tentang penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penelitian serta kerangka pemikiran dan hipotesis yang diambil BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang desain penelitian, variabel penelitian dan pengukuran, metode pengumpulan data, dan metode analisis BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menampilkan hasil uji statistik hubungan variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun simultan yang disertakan dengan penjelasan dan pembahasannya. BAB V PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan, keterbatasan dan saran yang dihasilkan dari penelitian 9