BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengulas tentang hubungan antara karakteristik ulul albab

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB IV ANALISA. bingkai akhlakul karimah. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya tentang tujuan pendidikan Islam yang terutama dan tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan syarat perkembangan. Pendidikan harus memperhatikan

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR. A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Allah. Manusia. Bagan 1.1 Allāh sebagai sumber ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pendidikan agama dari guru Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dianugerahkan oleh Allah menjadi anak yang benar-benar berakhlak mulia. Semua

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada. pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri terhadap aspek-aspek kehidupan dan lingkungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada kedewasaan dalam berbagai aspek kehidupan. Pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur'an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalarn arti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini, sebagai cermin tentang merosotnya etika dari pelaku pendidikan, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor yang penting dalam membentuk akhlak sejak anak usia dini.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang dibahas pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: Konsep pendidikan Islam dari K.H.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. rumusan bentuk-bentuk tingkah laku yang akan dimiliki peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, seperti inteligensi, bakat, kemampuan motorik panca indra, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009

BAB I PENDAHULUAN. sebuah masyarakat adalah aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pertumbuhan dan perkembangan

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN IMAM AL- GHAZALI DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL ATTAS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. mulai beranjak pada kondisi yang lebih modern. Perubahan dan. pembangunan bangsa dan negara adalah pendidikan.

Pendidikan Lingkungan Hidup: Membelajarkan Anak pada Kearipan Alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu dengan diberlakukannya kurikulum 2013 yang menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Menengah di Yogyakarta, Kontekstualita, (Vol. 30, No. 2, 2015), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dunia modern menuntut sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada Allah SWT, terampil cerdas memiliki etos kerja yang tinggi, budi

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Dwi Prasetia Danarjati, dkk, Psikologi Pendidikan, Graha Ilmu, Yogjakarta, 2014, Hlm.3 2

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Departemen Agama Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hlm.5.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas sebagai manusia yang hidup di tengah manusia yang lain dan. untuk menjadikan hidupnya lebih bermartabat.

Transkripsi:

147 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Corak Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb Muhammad Abduh dalam corak pemikiran pendidikannya, memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql. Hal ini terlihat dari upaya Abduh merubah kurikulum al-azhar hingga mirip universitas Eropa. Ia memasukkan mata kuliah modern ke dalam al- Azhar yang sebelumnya belum pernah diajarkan oleh para ulama al- Azhar. Ia berupaya pula memberantas taklid dengan mengajak para ulama al-azhar untuk memahami Islam secara modern dan ilmiah. Sementara corak pemikiran pendidikan Muhammad Quthb, secara murni bersumber dari naql yaitu al-qur an dan al-hadits. Dari sumber al-qur an dan al-hadits tersebut, ia menghargai akal, rohani dan jasmani sebagai fitrah manusia. Dengan bersumber kepada naql pula, ia menghargai produk keilmuan Barat. Hal ini menunjukkan bahwa dari corak pemikiran pendidikan kedua tokoh tidak mempertentangkan antara aql dan naql dalam pendidikan Islam, meskipun corak pemikiran pendidikan kedua tokoh terdapat perbedaan khususnya mengenai kedudukan aql dan naql dalam pendidikan Islam.

148 2. Konsep Pendidikan Islam Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb Secara ringkas konsep pendidikan Islam Muhammad Abduh bertujuan untuk mendidik akal dan jiwa anak didik. Dengan tujuannya tersebut, Abduh menginginkan agar kondisi keterbelakangan yang menimpa umat Islam dapat diperbaiki, serta mengingingkan agar umat Islam mampu bersaing dengan sekolah-sekolah asing. Oleh karena itu, dalam mengaplikasikan tujuan pendidikan tersebut, ia mengharuskan perempuan untuk menuntut ilmu seperti halnya laki-laki. Kemudian ia menyeru kepada laki-laki maupun perempuan untuk menghindari segala bentuk taklid, mengharuskan mereka untuk menimba ilmu dari siapa pun dan dimana pun. Muhammad Abduh juga mengaplikasikan tujuannya kepada para pendidik agar mereka mampu menguasai ilmu modern dan ilmu agama, menyesuaikan perkembangan zaman dan memiliki akhlak serta tanggung jawab dalam mendidik. Dalam metode pembelajaran pun demikian, Abduh menerapkan metode pemahaman dan pemberian contoh dalam mendidik akal dan jiwa anak didik. Sementara, konsep pendidikan Islam Muhammad Quthb bertujuan untuk mendidik fitrah manusia secara menyeluruh, baik akal, rohani dan jasmani dengan tujuan beribadah kepada Allah Swt. Dalam mengaplikasikan tujuan pendidikannya, Muhammad Quthb menyamakan hak perempuan sebagaimana hak laki-laki dalam menuntut ilmu. Ia juga mengajak kepada penuntut ilmu baik laki-laki

149 maupun perempuan untuk menggunakan akal pikirnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt. Ia juga mengharuskan kepada pendidik untuk memiliki sifat amanah dan memberi teladan kepada anak didiknya. Lebih dari itu, dalam mengaplikasikan tujuannya, Muhammad Quthb menerapkan metode teladan, nasehat, hukuman, cerita dan pembiasaan. 3. Perbandingan Konsep Pendidikan Islam Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb Persamaan konsep pendidikan Islam Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb yaitu memperhatikan pendidikan yang menyeluruh sesuai dengan fitrah manusia; pendidikan akal, pendidikan jiwa dan pendidikan jasmani. Dalam aplikasinya, baik Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb menghargai potensi spiritual dan intelektual peserta didik. Oleh karena itu, Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb menerapkan metode pengalaman (transfer of knowledge) dan metode teladan (transfer of value) dalam mengembangkan potensi spiritual dan intelektual peserta didik tersebut. Sedangkan perbedaan konsep pendidikan Islam Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb yaitu Muhammad Abduh lebih mengembangkan aspek akal daripada aspek jiwa, sementara Muhammad Quthb lebih mengembangkan aspek jiwa dibanding aspek akal. Hal ini dapat dibuktikan dengan pandangan Abduh yang mengharuskan kepada peserta didik menuntut ilmu dari siapa pun dan

150 dimana pun, mengharuskan pula kepada pendidik untuk menyesuaikan arus zaman dan menguasai ilmu modern di samping ilmu agama. Sedangkan Muhammad Quthb tidak mengharuskan demikian kepada peserta didik maupun pendidik, ia hanya mengharuskan kepada peserta didik dan pendidik untuk mendasarkan segala aktivitasnya dalam rangka beribadah kepada Allah Swt. Dalam metode pembelajaran pun demikian, Muhammad Abduh lebih menekan pentingnya metode pemahaman kepada peserta didik, sementara Muhammad Quthb lebih menekan pentingnya metode nasehat, cerita dan hukuman. 4. Implikasi Konsep Pendidikan Islam Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb terhadap Pendidikan Islam Modern Adapun implikasi konsep pendidikan Islam Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb terhadap pendidikan Islam modern, sebagai berikut; a. Hendaknya tujuan pendidikan memberikan perhatian kepada fitrah manusia secara menyeluruh, baik pendidikan akal, pendidikan jiwa dan pendidikan jasmani. Dengan kata lain, tujuan pendidikan yang digagas bertujuan mewujudkan insan yang memakmurkan bumi (al-khalifah fil ardh) yaitu insan yang mampu secara intelektual, spiritual dan fisik. b. Hendaknya peserta didik, baik laki-laki dan perempuan, menambah wawasan keilmuan agama dan keilmuan umum dalam rangka beribadah kepada Allah Swt. sehingga ia akan mengetahui mana

151 yang baik dan mana yang buruk, dan akan mengikuti hal-hal yang mendatangkan manfaat dan menghindari hal-hal yang mendatangkan kemudharatan. Di sisi lain, ia juga mampu menghasilkan kreativitas maupun keterampilan dengan dasar kemaslahatan bersama, tanpa mengganggu dan merugikan orang lain. c. Hendaknya pendidik memiliki kompetensi agama dan kompetensi intelektual yang baik. Kompetensi agama, hendaknya pendidik memiliki tanggung jawab dan akhlak yang mulia. Kompetensi intelektual, pendidik hendaknya memperbaharui kualitas dirinya, baik kualitas teoritis dan praktis pendidikan. d. Hendaknya metode pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik mengembangkan aspek akal, jiwa dan jasmani peserta didik. Metode tersebut yaitu; metode pemahaman (dialog), metode pengalaman (praktik atau pembiasaan), dan metode penanaman nilai-nilai luhur (teladan, nasehat, hukuman atau cerita). e. Hendaknya kepada pendidikan Islam umumnya, serta komponenkomponen pendidikan Islam khususnya, mempelajari khasanah ilmu agama dan ilmu umum. Sehingga akan diketahui, mana ilmu agama yang harus dipertahankan karena berasal dari sumber terpercaya, dan mana ilmu umum yang harus diambil untuk dimanfaatkan dalam mengatasi keterbelakangan pendidikan Islam.

152 B. Saran-saran Pada bagian ini, peneliti ingin memberikan saran yang peneliti tujukan kepada beberapa pihak, diantaranya; 1. Mengingat keterbatasan peneliti dalam menyusun skripsi ini, maka peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melengkapi dan mengembangkan penelitian ini dari tinjauan lain yang lebih menarik, sehingga pemikiran pendidikan Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb bisa menjadi rujukan dalam dunia pendidikan Islam modern ini. 2. Peserta Didik a. Hendaknya peserta didik dalam menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan, ditujukan dalam rangka beribadah kepada Allah Swt. b. Hendaknya peserta didik bersikap selektif dan kritis terlebih dahulu dalam menerima setiap informasi, baik informasi keilmuan Agama atau keilmuan Barat, dengan mengecek kredibilitas sumber dan substansi informasi. 3. Pendidik a. Hendaknya pendidik menanamkan nilai-nilai yang terpuji kepada peserta didik melalui kemuliaan akhlak yang dimiliki, baik dari tutur kata, maupun tingkah laku. b. Hendaknya pendidik menerapkan metode yang dapat memudahkan peserta didik untuk memahami materi, sehingga terkesan bagi

153 peserta didik materi yang sulit dan membosankan menjadi materi yang mudah dan menyenangkan. c. Hendaknya sebagai pendidik tidak berhenti dalam meningkatkan kualitas pribadi. Dengan kata lain, sebagai pendidik harus terus belajar melalui berbagai sumber seperti; masyarakat, keluarga, buku, ahli, fasilitas maupun layanan internet dan lain sebagainya. 4. Lembaga Pendidikan Islam a. Hendaknya setiap lembaga pendidikan Islam menyusun tujuan pendidikannya sesuai dengan fitrah peserta didik, yaitu mengembangkan aspek akal, jiwa dan jasmani. Tidak menekan salah satu aspek, sedangkan aspek yang lain diabaikan. b. Hendaknya setiap lembaga pendidikan Islam mengajarkan kepada peserta didiknya ilmu pengetahuan seperti; ilmu matematika, biologi, kimia, fisika, geografi dan lain-lain di samping ilmu agama. C. Penutup Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Menyadari akan kelemahan dan kemampuan peneliti dalam menyusun skripsi ini, maka saran dan masukan yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan di masa yang akan datang.