BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR (PENGECORAN KOLOM, BALOK DAN PLAT LANTAI, SHEAR WALL DAN CORE WALL)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KOLOM, BALOK DAN PELAT. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. hasil yang baik, tepat waktu dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN RAMP. proses pelaksanaan dari suatu item pekerjaan yang harus direncanakan terlebih

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB)

BAB VII METODE PELAKSANAAN CORE WALL DAN SHEAR WALL BESERTA TUGAS KHUSUS DI LAPANGAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V METODE PELAKSANAAN. Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL. biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung bertingkat.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS. Proyek pembangunan Aeropolis Lucent Tower dibangun dengan

BAB V METODE PELAKSANAAN

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

: Rika Arba Febriyani NPM : : Lia Rosmala Schiffer, ST., MT

BAB VII TINJAUAN KHUSUS CORE WALL

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA STRUKTUR ATAS. Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEMBESARAN KOLOM DAN METODE PELAKSANAAN SHEARWALL. terlebih dahulu dan mengacu pada gambar kerja atau shopdrawing.

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. mengetahui metode di lapangan, maka dibuatkan gambar shop drawing. Dimana

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PILE CAP DAN RETAINING WALL. Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Konsep perencanaan pembangunan proyek Apartmen Chadstone-Cikarang

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. lift di cor 2 lantai diatas level plat lantai. Alasan menggunakan metode perlakuan core sebagai kolom adalah :

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut.

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. kebutuhan sarana akomodasi tempat tinggal. Bangunan ini didesain untuk

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL. Dalam setiap pekerjaan proyek konstruksi selalu diperlukan peralatan guna

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. gambar-gambar pada kertas kerja menjadi bangunan fisik. Pelaksanaan ini


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... LEMBAR PENDADARAN... KATA PENGANTAR... LEMBAR PERSEMBAHAN... DAFTAR GAMBAR...

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL. Ambassador 2 St.Moritz ini meliputi Peralatan apa saja yang dipakai untuk

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-6 BETON SEGAR

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS


BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE DAN PELAKSANAAN

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus.

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

PONDASI RAKIT (RAFT FOUNDATION)

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

BAB III LANDASAN TEORI. akhir didalam struktur. Beton pracetak (precast) diproduksi secara masal dan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

Bab V. Metode Pelaksanaan Kerja

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement

TATA CARA PENGADUKAN PENGECORAN BETON BAB I DESKRIPSI

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN

BAB IV PERALATAN dan MATERIAL

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bidang Teknik PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU BETON

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

Transkripsi:

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR (PENGECORAN KOLOM, BALOK DAN PLAT LANTAI, SHEAR WALL DAN CORE WALL) APARTEMENT TAMAN ANGGREK RESIDENCE TOWER E LANTAI 15 - LANTAI 40 5.1 Metode Pelaksanaan Konstruksi Sebelum dilakukan pelaksanaan pengecoran, maka kualitas mutu beton harus dicek terlebih dahulu. Pengecekan dilakukan dengan metode uji kuat tekan beton dengan silinder dan metode uji slump. Slump menjadi indikator dalam kualitas suatu beton, selain itu sifat beton yang kita inginkan seperti workability yang baik. Dalam Proyek Taman Anggrek Residence sebelum diadakan pengecoran, concrete truk mixer yang datang membawa adukan beton harus dilakukan metode uji kuat tekan beton dan uji slump. Gambar 5.1 Pengujian slump test Jika slump test memenuhi syarat dan uji tekan sudah sesuai kuat tekan dengan disyaratkan maka baru bisa dilaksanakan pengecoran. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket yang diangkut secara vertical melalui V - 1

tower crane. Cara mengukur derajat mampu dikerjakan / workability yaitu dengan metode yang paling popular adalah mengukur dengan alat slump. Pengukuran dengan menggunakan alat slump ini bertujuan untuk mengukur tinggi penurunan adukan beton setelah dilepas dari alat slump yang digunakan. Tinggi slump menunjukkan derajat kemampuan dikerjakan dari adukan yang diukur. Slump yang tinggi menunjukkan, bahwa adukan beton terlalu cair (terlalu banyak air) dan sebaliknya. Untuk mengukur tinggi slump digunakan alat yang dinamakan alat slump, yang terdiri dari : a) Corong baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya. Bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atasnya berdiameter 10 cm dan tinggi konus 30 cm b) Tongkat baja dengan diameter 16 mm dan panjangnya 60 cm, dengan bagian ujung-ujung tongat berbentuk bulat Cara pengukuran tinggi slump dilakukan sebagai berikut : a) Corong baja diletakkan diatas tempat yang rata dan tidak menghisap air, dengan posisi diameter corong yang besar dibagian bawah dan diameter kecil dibagian atas b) Mengambil adukan beton dengan menggunakan sekop kemudian masukkan adukan tersebut kedalam corong dengan hati hati sampai setinggi kira-kira 1/3 tinggi corong c) Kemudian tusuk tusuk adukan didalam corong dengan tongkat baja sebayak 25 kali V - 2

d) Isi lagi corong dengan adukan hingga tinggi kira kira 2/3 tinggi corong e) Tusuk tusuk lagi sebanyak 25 kali f) Isikan lagi adukan beton kedalam corong hingga corong penuh g) Tusuk tusuk lagi sebanyak 25 kali h) Isi lagi corong hingga penuh i) Ratakan permukaan adukan beton didalam corong j) Bersihkan adukan yang ada disekeliling /luar corong k) Angkat corong vertical keatas dengan hati hati jang sampai tepi corong menyinggung adukan beton l) Letakkan corong disamping adukan tadi dengan posisi (berdiri) terbalik dan letakkan tongkat baja mendatar diatas corong hingga sebagian tongkat berada diatas adukan beton tadi m) Ukur jarak antara bagian bawah tongkat baja dengan adukan beton yang tertinggi n) Jarak itulah yang disebut tinggi slump o) Saat mnegisikan adukan kedalam corong, corong harus dipegang agar tidak berguncang saaat diisi. Saat menusuk nusuk corong tidak boleh tersinggung oleh tongkat Adukan beton yang mudah dikerjakan atau dtuang dan dipadatkan dalam cetakan, biasanya mempunyaui nilai slump anatara 7 cm samapi 12 cm. V - 3

5.2 Metode Pelaksanaan Struktur 5.2.1 Pekerjaan Kolom a. Pendahuluan Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom merupakan suatu elemenstruktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. V - 4

Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan. Dimensi kolom direncanakan sesuai beban yang diterima dan mutu beton bertulang yang digunakan, semakin besar beban yang diterima maka dimensi kolom pada dasarnya adalah tipikal untuk setiap lantai. Kolom ada dua macam yaitu Kolom Utama dan kolom Praktis. Kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya sedangkan kolom praktis adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil. Kolom dalam bangunan gedung bertingkat sangat penting untuk diperhatikan, terutama kolom pada lantai dasar, baik dari segi perencanaan maupun dari segi pelaksanaan. Perencanaan kolom harus betul betul diperhitungkan secara matang, sebab apabila terjadi kesalahan, maka akan terjadi keruntuhan bangunan. Pelaksanaan pekerjaan kolom tersebut harus sesuai dengan perencanaan. b. Metode Pelaksanaan Berikut ini akan diuraikan bagian dalam pelaksanaan pembuatan kolom : 1. Fabrikasi Pembesian Kolom Fabrikasi besi kolom merupakan kegiatan membengkokan dan memotong baja tulangan sesuai kebutuhan dimensi yang direncanakan. Proses fabrikasi besi yang difabrikasi area yang telah ditentukan. Semua material besi yang difabrikasi seperti panjang tulangan, diameter tekukan, dan pembuatan tulangan begel harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perencanaan. Besi merupakan V - 5

material yang sangat penting dalam beton bertulang, sehingga perlu dijaga mutu dan kualitasnya. Gambar 5.2 Fabrikasi pembesian Gambar 5.3 Fabrikasi pembesian 2. Penentuan As Kolom Titik-titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survey yang berupa pengukuran dan pematokan, yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar penentuan letak kolom. Untuk kolom-kolom utama titiktitik as-nya terletak pada as pile cap rencana. V - 6

Untuk menjamin ketepatan, maka sebelum pekerjaan kolom perlu dilakukan pengukuran ulang untuk memeriksa titik-titik as kolom tersebut. Cara penentuan letak as-as kolom adalah dengan menggunakan theodolith. Untuk kolom yang terletak pada lantai pertama, pengukuran dilakukan setelah pembesian pile cap dan tie beam selesai, berdasarkan as-as bangunan rencana. Posisi as kolom arah vertikal ditentukan berdasarkan as kolom pada lantai sebelumnya. Posisi as harus sentris kedudukannya terhadap as kolom pada lantai sebelumnya, untuk itu dilakukan pengecekan dengan menggunakan tali, untingunting, dan meteran. Pengecakan tersebut dilakukan dalam dua arah sampai diperoleh posisi kolom yang sebenarnya. Untuk kolom-kolom lain yang terletak pada lantai yang sama/sejajar dapat ditentukann posisinya berdasarkan kolom acuan yang sudah ditentukan sebelumnya. 3. Pembesian kolom Pembesian kolom dilakukan sebelum pemasangan bekisting. Pembesian kolom dilakukan secara terpisah, artinya antara besi dan tulangan pokok dengan beugel/sengkang dilaksanakan ditempat lain. Besi tulangan pokok dipasang terlebih dahulu dan setelah semua tulangan pokok untuk semua zona lantai telah dikerjakan semua, kemudian dipasang tulangan sengkang. Tinggi tulangan yang dipasang rata rata mencapai ketinggian dua lantai dan dilebihkan satu meter untuk overlap dengan tulangan kolom yang dilantai atasnya. Dalam penulangan kolom perlu diperhatikan hal hal antara besi yang digunakan, jumlah besi pada kolom, jarak antar beugel, dan bending pada beugel. V - 7

Gambar 5.4 Pembesian kolom 4. Pemasangan Bekisting Kolom Bekisting yang digunakan fabrikasi dilapangan. Bekisting menggunakan baja material baja. Pada prinsipnya pekerjaan pemasangan bekisting pada tiap tiap kolom adalah sama. Untuk menjaga posisi bekisting kolom tetap tegak maka selama pengecoran, bekisting kolom diberi pengaku. Untuk mempermudah pemasangan, maka diberi bantuan marking garis. Ketepatan vertikal dan horizontal dalam pemasangan bekisting harus diperhatikan. Hal hal yang harus diperhatikan sebelum mengadakan pemasangan cetakan/bekisting adalah : a) Mengolesi permukaan bekisting sebelah dalam dengan minyak agar dapat memudahkan dalam pelepasan pengecoran. b) Diberi beton decking untuk menjaga jarak antar sisi bekisting dengan baja tulangan sehingga terbentuk ruang untuk selimut beton. V - 8

Gambar 5.5 Bekisting kolom 5. Pengecoran Kolom Setelah bekisting selasai dipasang, maka diadakan pengecekan posisi kolom oleh surveyor dengan menggunakan theodolith. Hal ini untuk menjaga kelurusan bangunan dan ketepatan pemasangan kolom. Sebelum melakukan pengecoran, persiapan yang dilakukan antara lain: a) Tenaga kerja dipersiapkan b) Koordinasi dengan perusahaan beton dilakukan minimal sehari sebelumnya, sehingga pada saat pengiriman beton ready mix tidak terlambat untuk pengecoran kolom. c) Jika pengecoran diperkirakan dilakukan sampai malam hari, penerangan harus sudah siap sebelumnya d) Permukaan sebelah dalam dari bekisting harus sudah dibersihkan dari bahan bahan yang dapat mengganggu proses pengecoran. V - 9

e) Bekisting dari kayu yang dikhawatirkana danya pengisapan air oleh kayu, kayu harus terlebih dahulu dibasahi dengan air hingga jenuh f) Penempatan tulangan-tulangan seluruhnya harus sudah mendapat izin Direksi dan telah cukup diberi beton decking sehingga pengecoran pemadatan beton nantinya tidak akan menyebabkan tulangan-tulangan bergeser atau terlalu dekat dengan permukaan luar beton. Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan sebelum beton mulai mengeras. Penundaan pengecoran dalam hal ini masih diizinkan dalam batas dimana beton masih dapat dikerjakan tanpa penambahan air. Pengecoran dan pengerjaan beton harus diselesaikan dalam waktu 20 menit sesudah keluar dari mesin pengaduk. Kecuali bila diberikan bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk melambatkan proses pengerasan beton. Cara pengerjaan pengecoran dikerjakan sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan (segregesi). Setelah penuangan beton yaitu pemadatan dengan menggunakan alat mekanis yang disebut vibrator.untuk menghilangkan udara yang terdapat antara dinding dan spesi beton juga di dalam campuran beton itu sendiri dilakukan pemadatan. Karena kalau tidak dilakukan maka udara akan membentuk ruang kosong dalam beton. Ruang kosong itu sangat merugikan bagi kualitas beton, selain kekuatannya berkurang hasil cor nya akan buruk dan berongga. Metode pemadatan yang dilakukan adalah dengan tangan dan jarum penggetar. 6. Pembongkaran Bekisting Kolom Pembongkaran bekisting kolom dilakukan 24 jam setelah pengecoran. Kondisi paling ekstrim adalah 8 jam setelah pengecoran. Diasumsikan bahwa V - 10

beton telah mengeras dan semen telah mencapai waktu ikat awal. Pembongkaran bekisting harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pengawas proyek dan pada saat proses pelepasan dilakukan dengan hati-hati untuk menghindarkan kolom dari kerusakan. Bekisting yang telah dilepas tersebut dibersihkan bagian permukaan dalamnya serta diolesi pelumas untuk kemudian dipasang pada kolom berikutnya. Gambar 5.6 Hasil bekisting kolom yang telah dicor 7. Perawatan Beton kolom Untuk menjaga supaya permukaan beton tidak retak maka sewaktu beton mengeras perlu perawatan. Fungsi utama dari perawatan ini adalah : a) Menghindarkan kehilangan zat cair yang banyak ketika pengerasan beton pada jam jam awal. b) Menghindarkan kebanyakan penguapan air dari beton pada pengerasan beton pada suhu yang tinggi. V - 11

c) Menghindarkan perbedaan temperature dalam beton yang mengakibatkan retakan pada beton. Perawatan beton dilakukan setiap hari selama 2 minggu dengan cara menggenangi permukaan beton dengan air sehingga penguapan berlebih dari beton dapat dikurangi. Dengan demikian retak retak beton yang timbul akibat pengaruh cuaca dapat dihindari. 5.2.2 Pekerjaan Balok dan Plat Lantai a. Pendahuluan Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk menompang lantai diatasnya. Plat lantai merupakan komponen struktur yang menyalurkan beban ke balok akibat beban yang bekerja di atasnya baik berupa beban mati (dead load) maupun berupa beban hidup (live load). Plat ini terjepit semua sisinya, sehingga plat mempunyai kelenturan dalam dua arah yang disebut two way slab. Dalam perancangan plat ini perlu diperhitungkan lendutan yang terjadi. Untuk mengurangi lendutan yang terjadi, maka bentang plat diperkecil dengan memasang balok anak. Balok merupakan komponen struktur yang berfungsi sebagai penerima beban-beban dari plat yang diteruskan ke kolom. Dalam proyek ini, jenis balok terdiri atas balok induk dan balok anak. Balok induk adalah penghubung antar kolom dan berfungsi untuk menerima beban yang bekerja pada plat dan beban terpusat yang merupakan reaksi dari balok anak. Semua beban dari balok induk tersebut diteruskan ke kolom. Balok anak berfungsi untuk mengurangi lendutan yang terjadi pada plat. V - 12

b. Metode Pelaksanaan Berikut ini akan diuraikan bagian pembagian dalam pelaksanaan pembuatan balok : 1. Penentuan As Balok dan Plat Lantai Penentuan as balok dan plat lantai mengikuti posisi kolom. Terutama balok yang berhubungan langsung dengan kolom. Hal yang sangat diperhatikan adalah posisi elevasi pelat lantai dan balok. Penentuannya adalan sebagai berikut: a. Dari dasar kolom diukur setinggi 1 m dan diberi elevasi pada kolom tersebut. b. Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang lain juga diberi elevasi yang sama. c. Dari elevasi tersebut, digunakan sebagai patokan yaitu diukur sesuai tinggi yang diinginkan sebagai elevasi dasar bekisting balok dan pelat. 2. Pembuatan serta pemasangan Bekisting Balok dan Plat Cara pemasangan bekisting plat adalah dengan bahan multiplex tebal + 22 mm yang ditahan oleh balok kayu ukuran 5/7 cm di bawahnya, kemudian didukung oleh scaffolding. Pemasangan bekisting plat dibuat bersamaan dengan bekisting balok, sehingga menjadi satu kesatuan. Pemasangan bekisting harus dibuat rapat, agar air semen tidak keluar pada saat pengecoran. V - 13

Gambar 5.7 Pekerjaan scaffolding Pelaksanaan pekerjaan bekisting balok dan plat lantai, adalah sebagai berikut : a. Scaffolding dipasang dengan posisi melintang dari balok. Ujung scaffolding dipasang kayu dengan ukuran 8/12 untuk penyangga bekisting balok dan plat. b. Rangka dari bekisting plat dan balok dipakai kayu 5/7 yang dipasang melintang terhadap balok 8/12 dan diikat dengan paku. c. Sebagai penutup dari kayu tersebut maka digunakan multipleks yang telah diolesi oli. d. Untuk bekisting balok, sisi luarnya diberi penguat dari besi e. Untuk bekisting pelat lantai, maka pada setiap sambungan multipleks harus ditunjang oleh kayu 5/7 sehingga tidak bocor V - 14

Gambar 5.8 Pengerjaan bekisting balok dan plat lantai 3. Penulangan Balok dan plat lantai Penulangan balok disesuaikan dangan gambar kerja dan dilakukan setelah pemasangan bekisting selesai. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: a. Panjang lewatan, yaitu panjang sambungan jika 2 besi disambung. Panjang lewatan sebesar 40D. b. Panjang penyaluran, yaitu panjang besi yang masuk kedalam balok pada pertemuan di joint joint. Panjang penyaluran sebesar ld. c. Diperhatikan jumlah dan posisi besi serta jarak antar sengkang d. Tebal selimut beton Penulangan Pelat Lantai. Pada pembesian plat lantai maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Untuk menjamin selimut beton cukup tebal, maka diberi beton decking. V - 15

Gambar 5.9 Penulangan plat Gambar 5.10 Penulangan balok Gambar 5.11 Beton decking V - 16

b. Untuk menjaga jarak antar tulangan atas dengan tulangan bawah tetap maka perlu dipasang kaki ayam, diletakkan pada daerah tumpuan antara tulangan atas (tarik) dan tulangan bawah (tekan) Gambar 5.12 Pemasangan tulangan kaki ayam Tahap-tahap penulangan pelat : a. Pemasangan tulangan pelat dilakukan setelah penulangan balok serta bekisting balok dan pelat selesai. b. Penulangan harus sesuai dengan gambar perencanaan. Gambar 5.13 Penulangan balok dan plat lantai V - 17

4. Pengecoran Balok dan Pelat Lantai Pengecoran balok dan pelat lantai menggunakan metode yang sama dengan pengecoran kolom. Sebelum diadakan pengecoran diadakan pemeriksaan terlebih dahulu, yaitu: a. Pemeriksaan bekisting. Termasuk didalamnya cek elevasi dengan menggunakan waterpass dan kerapatan antar bekisting. Selain itu juga diperhatikan kebersihan bekisting dari potongan benda dan serpihanserpihan lain yang nantinya disa mengganggu kualitas beton. Tebal selimut beton juga harus dicek kembali. Apabila ada beton decking yang pecah, maka diganti yang baru. b. Pemeriksaan tulangan, termasuk didalamnya cek jumlah, jarak penempatan, panjang lewatan, penyaluran dan kaitan. Gambar 5.14 Pengecoran balok dan plat lantai Dalam proses pengecoran, terdapat metode yang dinamakan metode stop cor. yaitu pembatasan area pengecoran. Hal ini dikarenakan menghemat biaya ataupun karena mengejar schedule. Selain itu disebabkan karena pengerjaan pelat V - 18

lantai dangan sistem pembagian zona. Yang perlu diperhatikan dalam metode stop cor antara lain: a. Batas yang efisien atau menguntungkan dalam pelaksanaan pemutusan pengecoran lantai dan balok yaitu berada pada jarak 1/5 bentang dari tumpuan atau 1 meter. b. Untuk pelat lantai kamar mandi harus dilakukan sekali cor, untuk menghindari retak dan bocor. c. Tiap penyambungan dengan beton baru harus ditambah bahan adiktif 5. Pembongkaran Bekisting balok dan pelat Pembongkaran bekisting balok dan pelat dilakukan setelah beton mencapai 80 % kekuatan maksimumnya. Pada proyek ini, pembongkaran bekisting dilakukan pada waktu beton berumur ± 7 hari. Untuk pembongkaran bekisting harus mendapat persetujuan dari pengawas. Gambar 5.15 Hasil pembongkaran bekisting balok dan plat lantai V - 19

6. Perawatan Beton Balok dan Pelat Perawatan beton dilakukan setiap hari selama 2 minggu dengan cara menggenangi permukaan beton dengan air sehingga penguapan berlebih dari beton dapat dikurangi. Dengan demikian retak retak beton yang timbul akibat pengaruh cuaca dapat dihindari sedangkan perawatan yang lain adalah: a. Pada saat pembongkaran bekisting dilakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya pengelupasan atau cacat pada beton. b. Apabila hasil pengecoran terjadi cacat, maka dilakukan penambalan dengan campuran beton yang hampir sama dengan karakteristik kekuatannya campuran beton baru menggunakan adiktif. 5.2.3 Pekerjaan Shear Wall dan Core Wall a. Pendahuluan Shear Wall dan Core Wall merupakan dinding yang dirancang untuk menahan geser, gaya lateral akibat gempa bumi. Selain menahan gaya horizontal seperti angin dan gempa, Shear Wall dan Core Wall menahan gaya normal ( gaya vertikal ), struktur inipun berprilaku sebagai balok lentur cantilever oleh karena itu struktur ini selain menahan gaya geser dapat juga menahan gaya lentur. Selain menahan gaya horizontal seperti angin dan gempa, Shear Wall dan Core Wall menahan gaya normal ( gaya vertikal ), struktur inipun berprilaku sebagai balok lentur cantilever oleh karena itu struktur ini selain menahan gaya geser dapat juga menahan gaya lentur. Shear Wall dan Core Wall ini menahan dua tipe gaya yaitu gaya geser dan gaya angkat. Hubungan pada struktur itu dapat memindahkan gaya gaya horizontal Shear Wall dan Core Wall. Pemindahan ini menimbulkan gaya gaya V - 20

geser disepanjang tinggi dinding antara puncak dan bawah penghubung dinding. Adanya gaya angkat pada struktur ini karena gaya arah horizontal terjadi pada puncak dinding, gaya angkat ini mencoba mengangkat salah satu ujung dinding dan meneekan pada ujung bagian lainnya. Fungsi dari struktur Shear Wall dan Core Wall memberikan kekuatan lateral yang dibutuhkan untuk menahan gaya gaya horizontal seperti angin dan gempa dan struktur ini juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah lantai dan rangka atap dari gerakan pendukungnya. Gambar 5.16 Perancangan tulangan shear wall dan core wall V - 21

b. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Shear wall dan Core wall Pekerjaan pembangunan Shear wall dan Core Wall adalah metoda pembangunan untuk perkerjaan Shear Wall dan Core Wall menggunakan metoda yang tidak biasa atau unique. Metoda yang tak biasa atau unique yang digunakan dalam pekerjaan pembangunan Shear Wall dan Core Wall, terdapat dalam tahapan yang berbeda. Tahapan pertama pada saat pembangunan shearwall, yaitu pada tahapan pekerjaan pembangunannya yang menggunakan metoda bernama metoda climbing. Metoda climbing ini adalah metoda yang dipakai hanya untuk struktur jenis Shear Wall dan Core Wall, yang istimewa dari metoda ini adalah pembangunan yang terus dilaksanakan tanpa harus menunggu pengecoran plat lantai dan balok hingga berselisih dua hingga tiga lantai dibawah dinding Shear Wall dan Core Wall itu sendiri. Keuntungan lain yang di dapat ketika memakai metoda climbing ini adalah menghilangkan kepala kolom yang seharusnya ada ketika pembangunan Shear Wall dan Core Wall. Berikut ini adalah metoda kerja pekerjaan pembangunan Shear Wall dan Core : 1) Dilakukan pengecoran tahap awal Shear Wall dan Core Wall. 2) Melakukan pemasangan table form untuk climbing bekisting Shear Wall dan Core Wall. V - 22

Gambar 5.17 Pemasangan table form 3) Melakukan marking untuk posisi balok dan pelat lantai yang ada pada wall tersebut. Gambar 5.18 Pelaksanaan marking posisi elemen struktur 4) Perkerjaan pemasangan block out (Shear Wall dan Core Wall dengan memakai sterofoam dan kawat ayam) 5) Pekerjaan pemasangan stek besi untuk pelat lantai sesuai marking yang ada. 6) Melakukan checklist pembesian terpasang serta posisi dan ukuran blockout pada Shear Wall dan Core Wall tersebut. V - 23

Gambar 5.19 Pekerjaan pemasangan block out 7) Melakukan pemasangan bekisting wall dengan sistem climbing. Gambar 5.20 Pemasangan bekisting wall system climbing V - 24

8) Melakukan pengecoran beton. Gambar 5.21 Pengecoran menggunakan bucket 9) Melakukan pembongkaran bekisting Gambar 5.22 Pembongkaran bekisting shearwall 10) Curing untuk Shear Wall dan Core Wall Dilakukan perawatan beton setelah pembongkaran bekisting pada Shear Wall dan Core Wall dengan cara menyemprotkan zat kimia khusus untuk perawatan beton. Perawatan beton ini dalam dunia proyek dikenal dengan istilah curing beton kemudian untuk zat kimia yang digunakan adalah curing compound (Antisol -E(WP)) V - 25

Tahap yang kedua terdapat pada pekerjaan pemasangan bekisting untuk Shear Wall dan Core Wall. Bekisting yang digunakan dalam pemasangan Shear Wall dan Core Wall menggunakan metoda Bekisting Sistim. Bekisting Sistim ini sering disebut juga metoda investasi karena Bekisting Sistim ini pada awal pembuatannya memakan biaya yang lumayan cukup besar. Bahan dasar dalam pembuatan Bekisting Sistim adalah besi holow dan besi baja, bahan dasar inilah yang memakan biaya yang lumayan besar kemudian juga dalam hal pengerjaan Bekisting Sistim yang menggunakan metode las untuk perancangan bekisting yang diperuntukan Shear Wall dan Core Wall. Gambar 5.23 Pembongkaran bekisting shearwall Keuntungan dalam menggunakan metode bekisting sistim ini adalah dapat terpakai hingga beberapa kali pekerjaan proyek atau sama dengan 8 tahun. Berbeda dengan bekisting yang biasa digunakan yaitu bekisting kayu atau papan yang hanya dapat digunakan sekali saja artinya ketika proyek telah selesai bekisting kayu atau papan terbuang dengan percuma. Nama lain dari bekisting sistim itu sendiri yaitu metoda investasi, mengeluarkan biaya besar untuk awal pembuatan untuk 8 tahun kedepan. V - 26

5.3 Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjaga mutu beton a. Dalam Pengecoran/penuangan Untuk menghindari terjadinya segregasi dan bleeding ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penuangan beton : 1) Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mungkin dengan cetakan akhir untuk mencegah segregasi. 2) Pembetonan harus dilaksanakan dengan kecepatan penuangan yang diatur sedemikian rupa sehingga campuran beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat mengalir dengan mudah kedalam rongga daintara tulangan. 3) Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah terkotori oleh material asing tidak boleh dituang kedalam struktur. 4) Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah mengalami penambahan air tidak boleh dituangkan, kecuali telah disetujui oleh pengawas ahli. 5) Setelah penuangan campuran beton dimulai, pelaksanaan harus dilakukan tanpa henti hingga diselesaikan penuangan suatu panel atau penampang. 6) Beton yang dituangkan harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi semua rongga. Pemadatan dimaksudkan untuk menghilangkan untuk menghilangkan rongga-rongga udara yang terdapat dalam beton. V - 27

V - 28 7) Tinggi jatuh tidak boleh lebih dari 1,5 meter. Jika terjadi jarak yang lebih besar maka perlu ditambahkan alat bantu seperti tremi atau pipa. 8) Tidak dilakukan penuangan selam terjadi hujan agar kedap air tetap terjaga, kecuali jika pengecoran dilakukan dibawah atap. 9) Setiap kali penuangan tebal lapisan maksimum 30-45 cm, agar pemadatannya dapat dilaksanakan dengan mudah. 10) Penuangan hanya berhenti dititk momen sama dengan nol. b. Segregation (pemisahan kerikil) Kecendrungan butir butir kasar untuk lepas dari campuran beton dinamakan segregasi. Hal ini menyebabkan sarang kerikil yang pada akhirnya akan menyebabkan keropos pada beton. Segregasi ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, campuran kurus atau kurang semen. Kedua, terlalu banyak air. Ketiga, besar ukuran agregat maksimum lebih dari 40 mm. Keempat, permukaan butir agregat kasar; semakin kasar permukaan butir agregat, semakin mudah terjadi segregasi. Kecendrungan terjadinya segregasi ini dapat dicegah jika; (1) tinggi jatuh diperpendek, (2) penggunaan air sesuai dengan syarat, (3) cukup ruangan antara batang tulangan dengan acuan (4) ukuran agregat sesuai dengan baik (5) pemadatan baik. c. Bleeding Kecendrungan air untuk naik kepermukaan pada beton yang baru dipadatkan dinamakan bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan butir

butir halus pasir, yang ada pada saat beton mengeras nan tinya akan membentuk selaput (laitance). Bleeding ini dipengaruhi oleh : 1) Susunan butir agregat Jika komposisinya sesuai, kemungkinan untuk terjadinya bleeding kecil 2) Banyaknya air Semakin banyak air berarti semakin besar pula kemungkinan terjadi bleeding 3) Kecepatan hidrasi Semakin cepat beton mengeras, semakin kecil kemungkinan terjadinya bleeding 4) Proses pemadatan Pemadatan yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya bleeding. Bleeding ini dapat dikurangi dengan cara; (1). Memberi banyak semen, (2) menggu akan air sedikit mungkin, (3) menggunakan butir halus yang lebih banyak d. Faktor air semen (FAS) Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS, semakin rendah mutu kekuatan beton. Namun demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Ada batas-batas dalam hal ini. Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun. Umumnya nilai FAS minimum diberikan sekitar 0,4 dan maksimum 0,65 V - 29