BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam. tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang menentukan. keberhasilan pembangunan Indonesia. Penyelenggaraan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan tersebut di atas,melalui pembaharuan dalam sistim pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar dapat memiliki kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi dan karakter

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. sektor pembangunan nasional karena dengan pendidikan berarti membangun

BAB I PENDAH ULUAN 1.1 Ga G mb m a b ra r n n Umu m m m Obj b ek k Pene n lit e ian a. Pro r fil Org r anis n a is sis

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

BAB I PENDAHULUAN. mengatur lingkungan supaya anak belajar (Sanjaya, 2006:103). Karena dari peran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Saat ini Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan adanya pendidikan diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Peningkatan kualitas pendidikan akan berkaitan erat dengan peningkatan kompetensi profesional guru, dengan harapan semakin profesional seorang guru maka mutu pendidikan akan meningkat. Guru dituntut secara profesional untuk terus mengembangkan diri agar dapat mengikuti perkembangan yang cepat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru yang profesional adalah mereka yang secara konsisten memiliki kompetensi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya. Tugas seorang guru adalah sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas untuk menuangkan sejumlah bahan pelajaran kepada anak didik mereka, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas 1

2 untuk membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia yang cakap, aktif, kreatif dan mandiri. Oleh karena itu tugas berat dari seorang guru pada dasarnya hanya dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional tinggi. Kompetensi profesional merupakan salah satu kompetensi yang menjadi landasan seorang guru dalam menjalankan profesi mengajarnya, karena mengajar memerlukan sebuah kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran, serta pemahaman akan landasan-landasan kependidikan. Seperti halnya guru mampu melaksanakan pembelajaran apabila mampu merencanakan, begitu juga guru dapat mengevaluasi apabila mampu menggunakan teknik evaluasi yang tepat. Hal tersebut dapat menjadi gambaran bahwa tinggi rendahnya kompetensi profesional sangat berpengaruh terhadap kinerja guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Kewajiban bagi guru untuk memiliki kompetensi profesional sebenarnya sudah jelas, mengingat hal ini sudah ada dalam Undangundang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 yaitu bahwa setiap guru wajib memiliki kompetensi dan salah satunya adalah kompetensi profesional. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kompetensi profesional guru memang sudah dilaksanakan, seperti adanya penataran, pendidikan lanjutan melalui program beasiswa, dan uji sertifikasi guru. Akan tetapi beberapa upaya tersebut belum menjadikan

3 jaminan terhadap peningkatan kompetensi profesional guru secara signifikan. Beberapa upaya tersebut perlu kiranya didukung oleh kesadaran dari diri guru itu sendiri untuk senantiasa berusaha meningkatkan kompetensi profesionalnya secara berkelanjutan. Setiap guru sebenarnya mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kompetensinya, karena kompetensi profesional tersebut dipengaruhi oleh faktor dari pribadi individu masing-masing guru. Salah satunya adalah memiliki kualifikasi akademis. Hal itu sejalan dengan yang diungkapkan oleh Martinis (2006: 2), guru profesional di samping mereka berkualifikasi akademis juga dituntut memiliki kompetensi, artinya memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kualifikasi pendidikan minimal merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi profesional. Hal tersebut sangat jelas karena kelayakan mengajar itu berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Berdasarkan data direktorat kependidikan Dikdasmen Depdiknas pada tahun 2004 menunjukkan terdapat 991.243 (45,96%) guru yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimal. Guru TK tidak memenuhi kualifiaksi pendidikan minimal sebesar 19.470 orang (78,1%) dan sebagian berijasah SMA yaitu sebanyak 32.510 orang. Di tingkat SD, guru yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimal sebesar 391.507 orang (34%) yang terdiri dari 378.740 orang berijasah SMA dan

4 sebanyak 12.767 orang berijasah D1. Pada tingkat SMP, jumlah guru yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimal sebanyak 317.507 orang (71,2%) yang terdiri atas 130.753 orang berijasah D1 dan sebanyak 32.778 orang berijasah D2. Demikian juga di tingkat SMA, terdapat 87.133 orang (46,6%) guru yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimal yang terdiri dari 162 orang berijasah D1, 15.589 orang berijasah D2 dan 71.380 orang berijasah D3. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa ternyata masih banyak guru yang belum mempunyai kualifikasi pendidikan minimal. Kenyataan inilah yang akan berpengaruh terhadap kompetensi profesional. Seorang guru yang mempunyai pendidikan tinggi, tentunya akan mudah menguasai banyak pengetahuan dalam mengajar. Karena semakin tinggi pendidikan yang di tempuh maka akan semakin banyak ilmu yang akan di dapat. Oleh karena itu dengan ilmu tersebut guru akan mudah menerapkannya dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 pasal 29 bahwa seorang pendidik pada pendidikan anak usia dini, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB harus memiliki kulifikasi pendidikan minimum D-IV atau S1 dan berlatar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, sehingga benar-benar memiliki kompetensi profesional. Akan tetapi di sekolah-sekolah masih banyak guru yang

5 belum sesuai dengan ketentuan tersebut. Masih banyak guru yang belum berijasah S1. Selain itu seorang guru juga harus mengajar sesuai dengan latar belakang bidang studinya masing-masing agar tujuan dari bidang studi yang diampu dapat tercapai dengan baik terhadap peserta didik. Akan tetapi dalam kenyataannya masih banyak guru yang mengajar suatu mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang bidangnya (mismatch) seperti yang dikemukakan oleh Mugin Eddy Wibowo yaitu sebagai berikut: Tabel 1. Guru mismatch pada jenjang pendidikan SMP, SMA, SMK No. Jenjang Pendidikan Jumlah Guru 1. SMP 31.821 2. SMA 17.663 3. SMK 10.543 Total 60.027 (Suara Merdeka, 28 Juni 2005) Guru mismatch ini jelas tidak mempunyai kompetensi untuk mengajar mata pelajaran yang bukan bidang keahliannya. Banyaknya guru mismatch tersebut akan berdampak guru tidak menguasi materi secara optimal, karena materi tersebut tidak sesuai dengan bidang keahliannya yang pada akhirnya guru kurang mampu mengembangkan materi dengan baik. Guru mismatch akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan materi secara mendalam, karena pada dasarnya guru tidak menguasi

6 materi. Pada akhirnya kompetensi lulusan pun tidak dapat diwujudkan karena yang mengajar juga tidak mumpunyai kompetensi. Dijelaskan dalam PP No. 19 Tahun 2005 tantang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 (3), kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Dari keempat kompetensi yang telah diuraikan di atas tersebut perlu adanya studi yang mendalam mengenai kompetensi profesional. Selain mengenai latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan etos kerja guru juga berpengaruh terhadap kompetensi profesional. Pengalaman mengajar sebagai bagian dari pengalaman kerja yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk dapat mengatasi permasalahan dalam tugasnya, karena harus disadari bahwa untuk menjadi guru yang profesional bukanlah hal yang mudah sebab hal tersebut menuntut banyak tanggung jawab. Dengan adanya pengalaman mengajar diharapkan mampu terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, sebab guru senantiasa dituntut untuk menyesuaikan ilmu dan ketrampilannya dengan ilmu dan teknologi yang sedang berkembang. Pengalaman mengajar yang dimiliki oleh seorang guru tidak hanya berupa kegiatan pembelajaran di kelas saja tetapi juga kegiatan-kegiatan di luar proses belajar mengajar, yaitu penataran-penataran, seminar/lokakarya dan pelatihan-pelatihan, serta karya tulis yang pernah diikutinya. Melalui

7 kegiatan-kegiatan tersebut guru dapat memperoleh pengetahuan baru, misalnya tentang pengembangan kurikulum, penggunaan metode dan media pembelajaran serta evaluasi hasil belajar. Semakin banyak pengalaman bermanfaat yang dimiliki seorang guru maka akan berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru tersebut. Guru yang kaya akan pengalaman mengajar seharusnya lebih tanggap dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan proses belajar mengajar, karena pengalaman-pengalaman bermanfaat yang dimilikinya dapat dijadikan sebagai bahan acuan selama ia menjalankan tugasnya sebagai guru. Akan tetapi dalam kenyataannya masih banyak guru yang kurang bersemangat dalam mengikuti penataran/pelatihan. Hal ini dikarenakan kurang sadarnya akan pentingnya penataran/pelatihan bagi pengembangan profesi sebagai seorang guru. Bahkan masih juga ada guru yang jarang bahkan tidak pernah mengikuti kegiatan MGMP. Selain latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru, etos kerja seorang guru juga berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru. Etos kerja guru mempengaruhi tingkat kompetensi yang dimiliki. Etos kerja seorang guru ini meliputi: memiliki visi dan misi jauh kedepan, rasa senang dan bangga terhadap pekerjaan, memiliki visi dan misi jauh kedepan, disiplin, tanggung jawab, konsisten, konsekuen, inovatif dan kerja keras. Seorang guru yang memiliki etos kerja tinggi akan memiliki

8 semangat dan tanggung jawab besar terhadap pekerjaanya. Semangat dan tanggung jawab ini hanya dimiliki oleh seorang guru yang berkompeten di bidangnya. Seperti yang sudah dikemukakan di atas bahwa semangat atau tanggung jawab guru masih rendah. Hal ini terlihat dengan masih adanya guru yang sering mengosongkan jam pelajaran tanpa meninggalkan tugas. Keadaan yang seperti ini sangatlah jelas bahwa rasa tanggung jawab dari seorang guru tersebut tidak ada. Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang harus ditempuh di jenjang pendidikan. Baik pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas ataupun aekolah kejuran. PKn sendiri membentuk karakter warga negara yang sesuai dengan pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam penjelasan pasal 37 ayat 1 dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Sedangkan menurut Nu man Sumantri sebagaimana dikutip Cholisin (1994: 14) adalah: PKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, positive influence (pengaruh positif) pendidikan sekolah, masyarakat, orang tua, yang kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar-pelajar berfikir kritis,

9 analitis, bersikap dan bertindak demokratis dengan berlandaskan pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan pada prinsipnya bertujuan membentuk good citizenship (warga negara yang baik) dan menyiapkan warga Negara untuk masa depan (Cholisin, 2000: 9.4). sehingga untuk mewujudkan tujuan dari PKn dibutuhkan guru yang benar-benar memiliki kompetensi. Terutama minimal harus memilki kompetensi professional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasioanal Pendidikan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Pengalaman Mengajar dan Etos Kerja Terhadap Kompetensi Profesional Guru PKn SMA Negeri Di Kabupaten Magelang. Alasan dipilihnya guru di SMA Negeri di Kabupaten Magelang adalah karena guru-guru tersebut mengajar di sekolah negeri yang berada di wilayah Kabupaten Magelang yang cukup maju dalam bidang pendidikan sehingga menarik untuk diadakan penelitian.

10 B. Identifikasi Masalah 1. Guru dituntut secara profesional untuk terus mengembangkan diri agar dapat mengikuti perkembangan yang cepat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Masih banyak guru yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan yang dipersyaratkan sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 3. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kompetensi profesional guru melalui penataran, pendidikan lanjutan, dan uji sertifikasi guru belum menjadikan jaminan terhadap peningkatan kompetensi profesional guru secara signifikan. 4. Masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keahliannya (guru mismatch). 5. Kurangnya semangat dan tanggung jawab guru yang mengakibatkan etos kerja guru masih tergolong rendah. 6. Masih rendahnya partisipasi guru dalam kegiatan seminar, MGMP, maupun pelatihan-pelatihan untuk menambah pengalaman mengajarnya. 7. Belum diketahui seberapa besar pengaruh antara latar belakang pendidikan terhadap kompetensi profesional guru PKn. 8. Belum diketahui seberapa besar pengaruh antara pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional guru PKn.

11 9. Belum diketahui seberapa besar pengaruh antara etos kerja terhadap kompetensi profesional guru PKn. 10. Belum diketahui seberapa besar pengaruh antara latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan etos kerja terhadap kompetensi profesional guru PKn. C. Batasan Masalah Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah sebagai berikut : 1. Belum diketahui besarnya pengaruh latar belakang pendidikan terhadap kompetensi profesional guru PKn SMA Negeri di Kabupaten Magelang. 2. Belum diketahui besarnya pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional guru PKn SMA Negeri di Kabupaten Magelang. 3. Belum diketahui besarnya pengaruh etos kerja terhadap kompetensi profesional guru PKn SMA Negeri di Kabupaten Magelang. 4. Belum diketahui besarnya pengaruh latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan etos kerja terhadap kompetensi profesional guru PKn SMA Negeri di Kabupaten Magelang.

12 D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh latar belakang pendidikan terhadap kompetensi profesional guru PKn SMA Negeri di Kabupaten Magelang? 2. Seberapa besar pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional guru PKn SMA Negeri di Kabupaten Magelang? 3. Seberapa besar pengaruh etos kerja terhadap kompetensi profesional guru PKn SMA Negeri di Kabupaten Magelang? 4. Seberapa besar pengaruh latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan etos kerja secara bersama-sama terhadap kompetensi profesional guru PKn SMA Negeri di Kabupaten Magelang? E. Tujuan Penelitian Mengacu pada masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan terhadap kompetensi profesional guru PKn SMA Negeri di Kabupaten Magelang. 2. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional guru PKn SMA Negeri di Kabupaten Magelang.

13 3. Untuk mengetahui pengaruh etos kerja terhadap kompetensi profesional guru PKn SMA Negeri di Kabupaten Magelang. 4. Untuk mengetahui pengaruh latar belakang, pengalaman mengajar dan etos kerja secara bersama-sama terhadap kompetensi profesional guru PKn SMA Negeri di Kabupaten Magelang. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat secara teoretis maupun praktis, yakni sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan teori-teori atau konsep-konsep khususnya terkait dengan kompetensi profesional guru. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi nyata pada guru bidang studi PKn khususnya dan guru bidang studi lain pada umumnya sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. b. Bagi lembaga terkait (sekolah, dinas pendidikan) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional.