Kata kunci: pengaruh, minat baca, kebiasaan membaca, menulis puisi

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN MINAT DAN KEBIASAAN MEMBACA DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA UNGGULAN PONDOK PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGEMBANGAN BUKU TEKS MENULIS PUISI KEINDAHAN ALAM SISWA KELAS VII

PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHOW NOT TELL DI MTs CAHAYA HARAPAN

PENGARUH KEEFEKTIFAN MEMBACA CEPAT TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF

KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VI SDN 1 JOSARI KABUPATEN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN SISWA MENGAPRESIASI CERPEN DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan tidak pernah lepas dari kegiatan menyimak, berbicara,

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA LAGU DENGAN METODE SUGESTI IMAJINASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 GOMBONG TAHUN PELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA CERPEN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA JURNAL

Oleh Rini Turnip Drs. H. Sigalingging, M.Pd.

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS XI. Oleh

Oleh : Eneng Monawarotul Fuadah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

Oleh: Anisah Prabawati NIM pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Kata kunci: Menulis cerpen, metode kuantum

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA CERPEN DAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI PADA SISWA SMA

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN SISWA MENGAPRESIASI CERPEN DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME DI KELAS V

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

PENERAPAN TEKNIK MENULIS FIKSI MINI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS DENGAN STRATEGI MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang menjadi pusat perhatian adalah hubungan antara pemahaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

Nikke Permata Indah Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PESAN SINGKAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOLABORASI PADA SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM WRITING

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang menjawab tantangan masa depan menurut Semi (2008:

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

DEVI SURYADI

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOLABORASI PADA SISWA KELAS X SEMESTER II SMA N 9 PURWOREJO

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

KEMAMPUAN MENYUSUN KARANGAN ARGUMENTASI OLEH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH RAHMAT BULOYO NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA BERITA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Kata Kunci: Struktur, Ciri Kebahasaan, Menulis, Teks Prosedur Kompleks.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X MAN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

Dwi Pratama Sari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PERBEDAAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA ALAM DAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 DARMA

MAKALAH. Oleh IWAN HERAWAN

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH STRATEGI SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 MALANG

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) April 2016 KEEFEKTIFAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI PADA SISWA

Oleh : Arief Wisnu Indaryanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

HUBUNGAN MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gugum Gumbira, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

Pengaruh Kemampuan Menulis Puisi Menggunakan Metode Gambar Siswa Kelas VII SMP Tamansiswa Tapian Dolok Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu

KEMAMPUAN MENULIS TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X.1 MADRASAH ALIYAH NEGERI BINTAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

Transkripsi:

HUBUNGAN MINAT BACA DAN KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI Ika Mustika Riana Dwi Lestari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung e-mail: mestikasaja@yahoo.co.id Abstrak Penelitian deskriptif korelasional ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan antara minat baca dan kebiasaan membaca karya sastra terhadap kemampuan menulis puisi, dan (2) hubungan mana yang lebih dominan antara minat baca dan kebiasaan membaca terhadap kemampuan menulis puisi. Subjek penelitian ini mahasiswa reguler kelas A1, A2 dan A3 sejumlah 126 orang. Para mahasiswa tersebut tengah mengikuti perkuliahan semester IV pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung Tahun Akademik 2015/2016. Data penelitian mencakup data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan teknik deskriptif, sedangkan data kuantitatif dianalisis secara statistik melalui program SPSS versi 22.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat hubungan antara minat baca dan kebiasaan membaca terhadap kemampuan menulis puisi baik di kelas A1, A2, maupun A3, dan (2) kebiasaan membaca memiliki hubungan yang lebih dominan terhadap kemampuan menulis puisi dibandingkan dengan minat baca baik di kelas A1, A2 maupun A3. Mengacu hasil penelitian, kebiasaan membaca dipengaruhi oleh minat baca, akan tetapi jika tidak ada minat baca, kebiasaan membaca tetap terbentuk. Dengan demikian, minat baca dan kebiasaan membaca karya sastra merupakan faktor yang saling menunjang dalam membangun kultur membaca karya sastra. Kultur membaca karya sastra yang tertata dengan baik memunculkan kemampuan menulis puisi. Kata kunci: pengaruh, minat baca, kebiasaan membaca, menulis puisi PENDAHULUAN Menulis puisi termasuk salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa STKIP Siliwangi seperti tertuang dalam Kurikulum Prodi PBS. Indonesia. Tentu saja setiap mahasiswa memiliki kemampuan menulis puisi yang berbeda. Hal tersebut diduga tidak terlepas dari faktor-faktor yang 15

memengaruhinya, diantaranya faktor dari dalam individu dan faktor dari luar. Faktor dari dalam individu diantaranya minat, motivasi, dan kebiasaan membaca. Faktor dari luar individu diantaranya lingkungan fisik, dosen sebagai pengajar, dan lingkungan keluarga. Aktivitas menulis tidak dapat dilepas dari budaya baca-tulis. Krashen (Hernowo, 2015: 105) melalui penelitiannya mengungkap hubungan penting nan erat antara membaca dan menulis. Selanjutnya Klein dkk (1991) melihat keterkaitan antara kemampuan membaca dan menulis seperti dua sisi mata uang. Seseorang yang dapat menulis dengan baik memperlihatkan kecenderungan memiliki kemampuan membaca yang baik. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang memiliki kemampuan membaca yang baik memilki kecenderungan untuk menjadi penulis yang baik. Dalam menulis dibutuhkan ide, gagasan, serta pengetahuan yang didapat dari membaca. Sebaliknya, orang yang membaca tanpa menulis seperti orang pincang berjalan. Hal tersebut dikarenakan ide, gagasan, serta pengetahuan yang didapat dari membaca menjadi tidak berarti karena tidak dituliskan. Oleh karena itu, aktivitas menulis tidak terlepas dari aktivitas membaca. Kegiatan membaca itu sendiri bertemali dengan minat dan kebiasaan membaca. Minat yang tinggi dalam membaca merupakan salah satu faktor yang turut menentukan membaca. Harjasujana (1988) mengungkapkan bahwa minat yang tinggi terhadap suatu topik akan memberikan energi mental tambahan yang diperlukan dalam upaya menyarikan informasi dari suatu teks, sehingga minat membaca memegang peranan yang penting dalam menunjang keberhasilan membaca. Kebiasaan membaca bukan merupakan keterampilan bawaan. Lebih dari itu, membaca menurut Nadeak (2005) adalah sebuah kegiatan kreatif. 16

Saat membaca, seseorang berdialog dengan dirinya sendiri, dengan tokohtokoh yang terkandung di dalam bacaan, saling mengasah intelektualitas dengan pengarang dalam bayang-bayang rasa ingin tahu, terciptanya berpikir kritis untuk meluruskan kegelisahan dan menjaring gagasan baru. Kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan. Minat dan kebiasaan membaca mempunyai hubungan timbal balik yang erat. Seseorang yang memiliki minat dan perhatian yang tinggi terhadap bacaan tertentu akan selalu meluangkan waktunya untuk membaca, sehingga lama kelamaan akan terbiasa dengan kegiatan tersebut dan pada akhirnya memperoleh pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai minat dan kebiasaan membaca. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Mustika (2015) bahwa ada korelasi positif antara minat baca dengan kebiasaan membaca karya sastra mahasiswa STKIP Siliwangi. Semakin tinggi minat baca mahasiswa maka semakin kuat pula keinginannya membaca, dan kebiasaan membaca juga semakin terbentuk. Minat baca dan kebiasaan membaca ini merupakan modal dasar dalam membangun kultur membaca. Kultur membaca yang tertata dengan baik akan memunculkan kemampuan menulis. Mengacu uraian di atas, menarik untuk diteliti lebih lanjut guna menguji hubungan antara minat baca dan kebiasaan membaca karya sastra terhadap kemampuan menulis puisi. Adapun rumusan masalah penelitian ini disusun sebagai berikut. (1) Bagaimanakah hubungan antara minat baca dan kebiasaan membaca karya sastra terhadap kemampuan menulis puisi? (2) Hubungan mana yang lebih dominan antara minat baca dengan kebiasaan membaca terhadap kemampuan menulis puisi? Adapun tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan hubungan minat baca dan kebiasaan membaca karya sastra terhadap kemampuan menulis puisi 17

pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi serta untuk mengetahui hubungan yang lebih dominan antara minat baca dan kebiasaan membaca karya sastra terhadap kemampuan menulis puisi. Selanjutnya hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat bermanfaat bagi kepentingan penyusunan teori minat baca dan kebiasaan membaca serta kaitannya dengan kemampuan menulis puisi. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi dosen pengampu mata kuliah Membaca dan Menulis dalam usahanya meningkatkan kualitas proses dan hasil perkuliahannya. LANDASAN TEORI Minat Baca dan Kebiasaan Membaca Karya Sastra Dengan mengacu beberapa definisi minat membaca yang dikemukakan para ahli, Dalman (2014:142) menyimpulkan minat membaca adalah aktivitas yang dilakukan dengan penuh ketekunan dalam rangka membangun pola komunikasi dengan diri sendiri untuk menemukan makna tulisan dan menemukan informasi untuk mengembangkan intelektualitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan perasaan senang yang timbul dari dalam dirinya. Selanjutnya Dalman mengartikan minat sebagai bentuk perilaku terarah guna melakukan kegiatan membaca sebagai tingkat kesenangan yang kuat. Definisi pertama mengarah pada pemahaman minat membaca sebagai sebuah aktivitas membaca yang dilakukan dengan penuh ketekunan dan kesadaran, sementara definisi kedua mengartikan minat membaca sebagai keinginan kuat dari seseorang untuk membaca. Dengan demikian, semakin tinggi minat baca seseorang, maka semakin kuat keinginan dan aktivitasnya untuk membaca. Rahim (2008:28) mengemukakan keinginan kuat untuk 18

membaca diwujudkan dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadaran sendiri. Tarigan (2008:106) menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi minat baca: 1) penyediaan waktu untuk membaca, 2) pemilihan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-norma kekritisan yang mencakup norma-norma estetik, sastra, dan moral. Sementara itu Bunata (2004) mengemukakan lima faktor yang memengaruhi minat baca, diantaranya 1) lingkungan keluarga, 2) kurikulum dan pendidikan sekolah yang kurang kondusif, 3) infrastruktur masyarakat yang kurang mendukung peningkatan minat baca masyarakat, dan 4) keberadaan dan kejangkauan bahan bacaan. Dari penjelasan di atas, Tarigan mengemukakan faktor dari dalam individulah yang memengaruhi minat baca seseorang. Seseorang dikatakan memiliki minat baca apabila menyediakan waktu untuk memilih bahan bacaan yang baik. Lain halnya dengan Bunata yang menyoroti faktor luar sebagai faktor yang memengaruhi minat baca seseorang. Baik Tarigan maupun Bunata menjelaskan terdapat beberapa faktor yang memengaruhi minat baca. Faktorfaktor tersebut meliputi faktor dari dalam individu dan faktor dari luar individu. Kedua faktor ini turut andil dalam menumbuhkan minat baca seseorang. Kebiasan membaca adalah kegiatan membaca yang telah mendarah daging pada diri seseorang, sementar itu ditinjau dari segi kemasyarakat adalah kegiatan membaca yang telah membudaya dalam suatu masyarakat (Tampubolon, 2015:228). Selanjutnya Tampubolon menjelaskan terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan untuk membentuk kebiasaan membaca: 1) minat (perpaduan antara keinginan, kemauan, dan motivasi), dan 2) keterampilan membaca yaitu keterampilan mata dan penguasaan teknik-teknik membaca. Dua hal tersebut menjadi penentu terbentuknya kebiasaan membaca yang 19

efisien. Minat yang telah berkembang dengan baik harus ditunjang dengan keterampilan membaca yang efektif. Minat yang telah berkembang jika tidak ditunjang dengan keterampilan membaca yang efektif dimungkinkan kegiatan membaca pun tidak efisien. Oleh karena itu, antara minat membaca dan keterampilan membaca harus sama-sama berkembang secara optimal. Di pihak lain, aktivitas membaca terlebih membaca karya sastra memiliki kekhasan mengingat karya sastra sebagai objek bacaan memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan jenis karya nonsastra. Pembaca selain dituntut memahami informasi secara tersurat juga harus mampu menemukan bangun makna secara tersirat. Disampaikan Tarigan (2008:138) saat membaca karya sastra pembaca akan menemukan keindahan-keindahaan yang tercermin dari keserasian, keharmonisan antara keindahaan bentuk,dan keindahan isi. Aminuddin (200 0:20) menyatakan bahwa membaca sastra dapat juga meningkat menjadi kegiatan membaca kritis. Dalam kegiatan membaca karya sastra, pembaca bukan hanya bertujuan memahami, menikmati dan menghayati, melainkan juga bertujuan memberi penilaian. Kemampuan Menulis Puisi Kemampuan menulis puisi merupakan kemampuan mewujudkan gagasan yang dilakukan secara tertulis dengan bahasa yang padat dan ekspresif. Sebagai wujud komunikasi tidak langsung yang menekankan pada ekspresi diri, emosi, gagasan, atau ide, kemampuan menulis puisi harus didukung oleh pengetahuan, kebahasaan, dan teknik penulisan puisi. Prinsip litentia poetica (kebebasan berekspresi) dalam menulis puisi sangat diperhatikan, hal ini bertujuan agar puisinya benar-benar natural, fleksibel, dan 20

apa adanya yang merupakan wujud ekspresi diri secara bebas tanpa mengikuti kaidah kebahasaan (Jabrohim 2003:17). Dalam menulis puisi yang harus dilakukan adalah kepiawaian membuat metafor, ungkapan, serta perumpamaan (Thobroni 2008:70). Proses menulis puisi dapat dilakukan melalui empat tahap yaitu tahap pencarian ide, tahap perenungan, tahap penulisan, dan tahap perbaikan atau revisi. Tahap pencarian ide dilakukan dengan mengumpulkan atau menggali informasi melalui membaca, melihat, dan merasakan terhadap kejadian, peristiwa, pengalaman pribadi, sosial masyarakat, ataupun universal (kemanusiaan dan ketuhanan). Tahap kedua yaitu tahap perenungan. Pada tahap ini penulis memilih atau menyaring informasi berupa masalah, tema, ide, atau gagasan yang menarik dari tema yang didapat, kemudian memikirkan, merenungkan, dan menafsirkan sesuai dengan konteks, tujuan, dan pengetahuan yang dimiliki. Tahap berikutnya yaitu tahap penulisan. Tahap penulisan merupakan tahap paling genting dan rumit. Penulisan ini mengerahkan energi kreatifitas (kemampuan daya cipta), intuisi, dan imajinasi (peka rasa dan cerdas membayangkan), serta pengalaman dan pengetahuan. Pada tahap penulisan hendaknya mencari dan menemukan kata atau kalimat yang tepat, singkat, padat, indah, dan mengesankan agar menjadi bermakna, terbentuk, tersusun, dan terbaca sebagai puisi. Tahap terakhir yaitu tahap perbaikan atau revisi. Pada tahap ini dilakukan pembacaan ulang terhadap puisi yang telah diciptakan. Ketelitian dan kejelian sangat dibutuhkan untuk mengoreksi rangkaian kata, kalimat, baris, dan bait. Kemudian mengubah, mengganti, atau menyusun kembali setiap kalimat atau kata yang kurang tepat. METODE 21

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan) tetapi peneliti melakukan perlakuan dan pengumpulan data misalnya dengan mengedarkan kuesioner, tes, wawancara terstruktur dll (perlakuan tidak seperti dalam eks perimen) (Sugiyono, 2014:26). Prosedur penelitian korelasional ini terdiri atas tujuh tahap, yakni (1) merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survey, (2) menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan, (3) pengambilan sampel, (4) Pembuatan kuesioner, (5) Pekerjaan lapangan, (6) Pengolahan data, (7) Analisa dan pelaporan. Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung. Subjek penelitian adalah mahasiswa reguler kelas A1 sejumlah 45 orang, A2 sejumlah 42 orang dan A3 sejumlah 39 orang. Jumlah total 129 orang. Para mahasiswa tersebut tengah mengikuti kegiatan perkuliahan di semester IV pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung Tahun Akademik 2015/2016. Data penelitian terdiri atas data kualitatf dan kuantitatif. Data kualitatif berupa minat dan kebiasaan membaca karya sastra. Data kuantitatif berupa penafsiran terhadap angket dalam bentuk angka dengan menggunakan rumus statistik sederhana. Selain itu, data kuantitatif juga berupa kemampuan menulis puisi mahasiswa. Instrumen angket minat dan kebiasaan membaca karya sastra disusun dan divalidasi terlebih dulu oleh ahli sebelum digunakan. Setelah dinyatakan valid angket dibagikan untuk menjaring minat dan kebiasaan membaca karya sastra mahasiswa. 22

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis statistik deskriptif. Analisis deskriptif memberikan gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta tentang minat dan kebiasaan membaca karya sastra mahasiswa. Analisis statistik dengan menghitung jumlah skor pada setiap indikator, menentukan nilai rerata, menentukan nilai modus, dan menafsirkan makna. Analisis statistik juga digunakan untuk menentukan hubungan yang paling dominan antara minat dan kebiasaan membaca karya sastra terhadap kemampuan menulis puisi mahasiswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Antara Minat Baca dan Kebiasaan Membaca Karya Sastra Terhadap Kemampuan Menulis Puisi di Kelas A1 Untuk mengetahui hubungan minat baca dan kebiasaan membaca karya sastra terhadap kemampuan menulis puisi terlebih dulu diuji menggunakan uji normalitas (parametrik). Data minat baca merupakan data normal. Hal ini berdasarkan data dari nilai sig. kolmogorov-smirnov 0,072 artinya bahwa menurut hipotesis jika sig lebih dari 0,05 maka data tersebut normalitas atau menerima dan jika sig lebih besar 0,05 maka data tersebut normal atau menerima dan menolak karena data tersebut sig. lebih besar dari 0,05 maka data tersebut normal. Tetapi untuk data kebiasaan membaca, sig kolmogorov smirnov 0,021, akibatnya sig data kebiasaan membaca kurang dari 0,05. Artinya bahwa data kebiasaan membaca tidak normal. Demikian juga untuk data kemampuan menulis puisi sig kolmogorov smirnov 0,000, akibatnya jelas bahwa sig data kemampuan menulis puisi kurang dari 0,05. Artinya bahwa data kemampuan menulis puisi tidak normal. Dengan demikian ada dua data yang tidak normal 23

dan untuk melihat hubungan atau korelasi antara minat baca karya sastra dengan kemampuan menulis puisi atau antara kebiasaan membaca karya sastra dengan kemampuan menulis puisi mahasiswa, maka korelasi yang dipakai adalah korelasi non-parametrik yaitu korelasi peringkat spearman. Hasil korelasi peringkat spearman menunjukkan nilai sig 0,901, nilai tersebut lebih besar dari 0,05 artinya diterima dapat disimpulkan bahwa minat baca karya sastra tidak ada hubungannya dengan kemampuan menulis puisi. Demikian juga untuk hubungan antara kebiasaan membaca karya sastra dengan kemampuan menulis puisi, dimana sig dari korelasi peringkat spearman adalah 0,76 yang artinya tidak ada hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menulis puisi. Hubungan yang lebih Dominan Antara Minat Baca dan Kebiasaan Membaca Karya Sastra Terhadap Kemampuan Menulis Puisi di Kelas A1 Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara minat baca dan kebiasaan membaca karya sastra terhadap kemampuan menulis puisi dapat dilihat pada uraian berikut. Dari nilai sig untuk konstanta yaitu 0,000 kurang dari 0,05 artinya bahwa nilai konstanta kuat hubungannya dengan minat baca demikian juga untuk sig hubungan antara minat baca terhadap kebiasaan membaca adalah 0,007 < 0,05 dimana variabel bebas dan terikat yaitu 0,343 artinya berbanding lurus sedang yaitu semakin besarnya minat baca juga dipengaruhi oleh kebiasaan membaca, tetapi jika tidak ada kebiasaan membaca maka minat baca berada paling standar 8,956 artinya minat membaca masih ada memiliki nilai positif. Dari nilai Sig untuk konstanta yaitu 0,040 kurang dari 0,05 artinya bahwa nilai konstanta kuat hubungannya dengan minat baca demikian juga untuk sig hubungan antara minat baca terhadap kebiasaan membaca karya 24

sastra sebesar 0,007<0,05 yaitu variabel bebas dan terikat sebesar 0,488 artinya berbanding lurus sedang yaitu semakin besarnya kebiasaan membaca juga dipengaruhi oleh minat baca, tetapi jika tidak ada minat baca maka kebiasaan membaca berada paling standar 4,692 artinya minat membaca masih ada memiliki nilai positif. Hubungan Antara Minat Baca dan Kebiasaan Membaca Karya Sastra Terhadap Kemampuan Menulis Puisi di Kelas A2 Berikut ini uji normalitas data minat baca, kebiasaan membaca, dan kemampuan menulis puisi di kelas A2. Dari nilai sig. kolmogorov-smirnov 0,010 artinya bahwa menurut hipotesis jika sig kurang dari 0,05 maka data tersebut normalitas atau menerima dan sig data minat membaca lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak normal. Dan untuk data kebiasaan membaca sig kolmogorov smirnov 0,041, akibatnya sig data kebiasaan membaca kurang dari 0,05. Artinya bahwa data kebiasaan membaca juga tidak normal. Demikian juga untuk data kemampuan menulis puisi sig kolmogorov smirnov 0,002, akibatnya jelas bahwa sig data kemampuan menulis puisi kurang dari 0,05. Artinya bahwa data kemampuan menulis puisi tidak normal. Dengan demikian semua data yang tidak normal dan untuk melihat hubungan atau korelasi antara minat baca karya sastra dengan kemampuan menulis puisi atau antara kebiasaan membaca karya sastra dengan kemampuan menulis puisi mahasiswa maka korelasi yang dipakai adalah korelasi non-parametrik yaitu korelasi peringkat spearman. Hasil korelasi peringkat spearman menunjukan nilai sig 0,858, nilai tersebut lebih besar dari 0,05 artinya diterima dapat disimpulkan bahwa minat baca karya sastra tidak ada hubungannya dengan kemampuan menulis puisi. Demikian juga untuk hubungan antara kebiasaan membaca karya sastra 25

dengan kemampuan menulis puisi, dimana sig dari korelasi peringkat spearman adalah 0,550 yang artinya tidak ada hubungan antara kebiasaan membaca karya sastra dengan kemampuan menulis puisi. Tetapi untuk hubungan antara minat baca dengan kebiasaan membaca karya sastra dimana sig dari korelasi peringkat spearman adalah 0,009 yang artinya ada hubungan antara minat baca dengan kebiasaan membaca karya sastra. Artinya ada kekonsistenan penilaian angket antara minat baca dan kebiasaan membaca. Hubungan yang lebih Dominan Antara Minat Baca dan Kebiasaan Membaca Karya Sastra Terhadap Kemampuan Menulis Puisi di Kelas A2 Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara minat baca dan kebiasaan membaca karya sastra terhadap kemampuan menulis puisi dapat dilihat pada uraian berikut. Dari nilai sig untuk konstanta yaitu 0,000 kurang dari 0,05 artinya bahwa nilai konstanta kuat hubungannya dengan minat baca demikian juga untuk sig hubungan antara minat baca terhadap kebiasaan membaca adalah 0,007 < 0,05 dimana variabel bebas dan terikat yaitu 0,343 artinya berbanding lurus sedang yaitu semakin besarnya minat baca juga dipengaruhi oleh kebiasaan membaca, tetapi jika tidak ada kebiasaan membaca maka minat baca berada paling standar 8,956 artinya minat membaca masih ada memiliki nilai positif. Dari nilai Sig untuk konstanta yaitu 0,040 kurang dari 0,05 artinya bahwa nilai konstanta kuat hubungannya dengan minat baca demikian juga untuk sig hubungan antara minat baca terhadap kebiasaan membaca karya sastra sebesar 0,007<0,05 yaitu variabel bebas dan terikat sebesar 0,488 artinya berbanding lurus sedang yaitu semakin besarnya kebiasaan membaca juga dipengaruhi oleh minat baca, tetapi jika tidak ada minat baca maka kebiasaan 26

membaca berada paling standar 4,692 artinya minat membaca masih ada memiliki nilai positif. Hubungan Minat Baca dan Kebiasaan Membaca Karya Sastra Terhadap Kemampuan Menulis Puisi di Kelas A3 Uji normalitas data minat baca, kebiasaan membaca, dan kemampuan menulis di kelas A3 disajikan sebagai berikut. Dari nilai sig. kolmogorovsmirnov 0,060 artinya bahwa menurut hipotesis jika sig kurang dari 0,05 maka data tersebut normalitas atau menerima dan jika sig lebih besar 0,05 maka data tersebut normal atau menerima dan menolak. karena data tersebut sig. lebih besar dari 0,05 maka data tersebut normal, maka data minat baca merupakan data normalitas. Tetapi untuk data kebiasaan membaca sig kolmogorov smirnov 0,010, akibatnya sig data kebiasaan membaca kurang dari 0,05. Artinya bahwa data kebiasaan membaca tidak normal. Demikian juga untuk data kemampuan menulis puisi sig kolmogorov smirnov 0,02, akibatnya jelas bahwa sig data kemampuan menulis puisi kurang dari 0,05. Artinya bahwa data kemampuan menulis tidak normal. Seperti kita ketahui bahwa ada dua data yang tidak normal dan untuk melihat seberapa kuat hubungan atau korelasi antara minat baca dengan kemampuan menulis puisi atau antar kebiasaan membaca dengan kemampuan menulis puisi maka korelasi yang dipakai adalah korelasi Non-Parametrik yaitu Korelasi Peringkat Spearman. Hasil korelasi peringkat spearman menunjukkan nilai sig 0,171, nilai tersebut lebih besar dari 0,05 artinya diterima dapat disimpulkan bahwa minat baca tidak ada hubungannya dengan kemampuan menulis puisi. Demikian juga untuk hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menulis puisi, dimana sig dari korelasi peringkat spearman adalah 0,658 yang artinya tidak ada hubungan antara kebiasaan membaca dengan 27

kemampuan menulis puisi. Tetapi untuk hubungan antara kebiasaan membaca dengan minat baca dimana Sig dari korelasi peringkat spearman adalah 0,005 yang artinya ada hubungan antara kebiasaan membaca dengan minat baca. Artinya ada kekonsistenan penilaian angket antara minat baca dan kebiasaan membaca. Hubungan yang lebih Dominan Antara Minat Baca dan Kebiasaan Membaca Karya Sastra Terhadap Kemampuan Menulis Puisi di Kelas A3 Dari nilai sig untuk konstanta yaitu 0,000 kurang dari 0,05 artinya bahwa nilai konstanta kuat hubungannya dengan minat baca demikian juga untuk sig hubungan antara minat baca terhadap kebiasaan membaca adalah 0,011 < 0,05 dimana variabel bebas dan terikat yaitu 0,489 artinya berbanding lurus sedang yaitu semakin besarnya minat baca juga dipengaruhi oleh kebiasaan membaca, tetapi jika tidak ada kebiasaan membaca maka minat baca berada paling standar 7,005 artinya minat membaca masih ada memiliki nilai positif. Dari nilai sig untuk konstanta yaitu 0,001 kurang dari 0,05 artinya bahwa nilai konstanta kuat hubungannya dengan minat baca demikian juga untuk sig hubungan antara minat baca terhadap kebiasaan membaca sebesar 0,011<0,05 yaitu variabel bebas dan terikat sebesar 0,335 artinya berbanding lurus sedang yaitu semakin besarnya kebiasaan membaca juga dipengaruhi oleh minat baca, tetapi jika tidak ada minat baca maka kebiasaan membaca berada paling standar 5,500 artinya minat membaca masih ada memiliki nilai positif. Mengacu data dari ketiga kelas di atas, baik kelas A1, A2 maupun A3 menunjukkan bahwa minat baca karya sastra tidak ada hubungannya dengan kemampuan menulis puisi. Demikian juga untuk kebiasaan membaca karya sastra tidak ada hubungannya dengan kemampuan menulis puisi. Tetapi ada hubungan positif antara minat baca dengan kebiasaan membaca karya sastra. 28

Hal ini selaras dengan hasil penelitian Mustika (2015) bahwa ada korelasi positif antara minat baca dengan kebiasaan membaca karya sastra. Semakin tinggi minat baca maka semakin kuat pula keinginannya membaca, dan kebiasaan membaca juga semakin terbentuk. Demikian pula dengan hasil penelitian Noviantoro dkk (2016:22-29) menunjukkan secara simultan terdapat hubungan yang positif antara minat dan kebiasaan membaca terhadap hasil belajar. Data di atas juga menunjukkan kebiasaan membaca memiliki hubungan yang lebih dominan dibandingkan dengan minat baca terhadap kemampuan menulis puisi mahasiswa baik di kelas A1, A2 maupun A3. Untuk melihat data angket minat baca dari ketiga kelas digunakan uji rata-rata non parametrik kruskal wallis karena data ketiganya tidak normal. Karena sig 0,029 kurang dari 0,05 maka menolak. Semua rata-rata penilaian angket minat baca untuk ketiga kelas tidak sama. Rata-rata nilai kelas A1 yakni 56,74, kelas A2 yakni 75,60, dan kelas A3 yakni 58,27. Tampak bahwa data angket minat baca kelas A2 lebih baik daripada kelas A1 dan A3. Demikian pula halnya untuk data angket kebiasaan membaca dari ketiga kelas menunjukkan sig 0,017 kurang dari 0,05. Rata-rata nilai kelas A1 yakni 42, 08, kelas A2 yakni 75,99, dan A3 yakni 74,77. Angket kebiasaan membaca kelas A2 lebih baik dibandingkan dengan kelas A1 dan A3. Hal ini pun berlaku untuk kemampuan menulis puisi, sign 0,000 kurang dari 0,05. Rata-rata angket kemampuan menulis puisi dari ketiga kelas tidak sama. Kelas A1 yakni 42,08, A2 yakni 75,99, dan A3 yakni 74,77. Dengan demikian kelas A2 lebih baik dari kelas A1 dan A3 baik untuk data angket minat baca, kebiasaan membaca maupun kemampuan menulis puisi. SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara minat baca dengan kemampuan menulis puisi juga tidak terdapat hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menulis puisi baik di kelas A1, A2 maupun A3. Akan tetapi data dari ketiga kelas menunjukkan terdapat hubungan positif antara minat baca dengan kebiasaan membaca. Artinya ada kekonsistenan penilaian angket antara minat baca dan kebiasaan membaca. Selanjutnya kebiasan membaca karya sastra memiliki kontribusi yang paling dominan diantara minat baca terhadap kemampuan menulis puisi baik di kelas A1, A2 maupun A3. Adapun data rata-rata angket minat baca, kebiasaan membaca, dan kemampuan menulis puisi dari ketiga kelas menunjukkan kelas A2 lebih baik dibandingkan dengan kelas A1 dan A3. Saran Penelitian ini baru dilakukan dalam cakupan sasaran dan wilayah yang masih terbatas, yaitu terkait hubungan minat baca dan kebiasaan membaca karya sastra terhadap kemampuan menulis puisi pada mahasiswa Prodi PBS. Indonesia STKIP Siliwangi. Sebaiknya dilakukan juga penelitian terhadap kemampuan menulis jenis karya sastra lainnya seperti cerpen, novel atau drama. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk membuat kajian yang lebih mendalam tentang penelitian yang berhubungan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik responden, materi atau pun indikator keberhasilan yang ingin dicapai. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : PT. Sinar Baru 30

Bunata. Murti. 2004. Buku, Mendongeng dan Minat Membaca. Jakarta: Pustaka Tangga Dalman. 2014. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Harjasujana, A. 1988. Materi Ajar: Proses Membaca. Jakarta:UT Hernowo. 2015. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Kaif Jabrohim. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Klein, Marven L, Peterson, Susan dan Linda Simington. 1991. Teaching Reading in the Elementary Grades. Allyn and Bacon: USA. Mustika, R. Ika dkk. 2015. Hubungan Minat baca dan Kebiasaan Membaca Karya Sastra Mahasiswa Semester 2 Prodi PBS. Indonesia STKIP Siliwangi Bandung Tahun Akademik 2015/2016. 2015. Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi Vol 2 No. 2 November 2015. Hal. 234-239 Nadeak, Wilson. 2005. Membaca, Menulis dan Tradisi. Harian Kompas Noviantoro, Kurnia Maulidi dkk. Hubungan Minat dan Kebiasaan Membaca dengan Hasil Belajar Geografi Siswa SMA Unggulan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Jurnal Pendidikan Geografi Th. 21 No. 1 Januari 2016. Hal. 22-29 Rahim, Farida 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tampubolon. 2015. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien, Edisi Revisi. Bandung: Angkasa Thobroni, M. 2008. Obsesi: Jadi Penulis Beken. Jakarta: Mastara 31