Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN SKRIPSI

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK

Dukungan Suami dengan Kemauan Ibu Hamil dalam Pemberian ASI Eksklusif 62

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN MULUT IBU HAMIL DI PUSKESMAS MANTRIJERON

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perhatian kepada klien dalam segala situasi yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependent. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT SOEDARSO PONTIANAK ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWANTORO I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

HUBUNGAN ANTARA KRITERIA PEROKOK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA KECAMATAN PRAMBANAN YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dan status ekonomi dengan

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 6,9 juta jiwa, tercatat kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA USIA 0-2 TAHUN DI RUANG PERAWATAN BAJI MINASA RSUD. LABUANG BAJI MAKASSAR VIDIANTI RUKMANA

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB 1 :PENDAHULUAN. masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di. hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA (1).

Transkripsi:

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 2, No 4 April 2017 HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DENGAN PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS BANTARKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA Ignatius Hapsoro Wirandoko Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Email: Ignatius_wirandoko@yahoo.co.id Abstrak Menurut World Health Organization (WHO), kematian balita di dunia yang diakibatkan oleh saluran pernafasan adalah 19 26%. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi ISPA di Indonesia telah mencapai 25% dengan frekuensi kasus sebanyak 2,33 juta. Tingginya kasus ISPA di Indonesia pada kalangan balita/bayi, salah satunya disebabkan oleh pengetahuan ibu yang kurang tentang ISPA. Faktor lain juga memberi pengaruh pada kasus ISPA di Indonesia adalah pola asuh ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaitan antara pengetahuan serta pola asuh ibu dengan jumlah kasus ISPA di kalangan bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan orientasi pendekatan cross sectional. Populasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini ialah ibu yang membunyai bayi usia 0-12 bulan. Responden dalam penelitian ini berjumlah 82 orang. Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan dan pola asuh ibu dengan kejadian ISPA pada bayi. Analisis data bivariat dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan uji korelasi Spearman mengenai pengetahuan ibu menunjukkan hubungan yang kuat (p=0.14) dengan kekuatan keterkaitan yang lemah (r = -0.271), sedangkan pola asuh ibu menunjukkan hubungan yang kuat (p=0.001) dengan kekuatan keterkaitan yang sedang (r = -0.471) terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya. Semakin tinggi pengetahuan ibu tentang ISPA dan pola asuh ibu terhadap bayinya maka akan semakin rendah kasus ISPA pada bayi di usia 0-12 bulan. Kata kunci: ISPA, pengetahuan ibu, pola asuh ibu Pendahuluan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ialah jenis infeksi akut yang menyerang saluran pernafasan bagian atas dan bagian bawah. Infeksi ini dapat diakibatkan oleh virus, jamur dan bakteri. ISPA terjadi apabila sistem imun pada tubuh menurun. Anak dengan usia lima tahun ke bawah adalah individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Primadi: 2009). 86

Hubungan Antara Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Menurut WHO (2009), ada sedikitnya juga 2 juta orang meninggal akibat ISPA. Artinya, jika dilakukan penghitungan lebih lanjut, ada sedikitnya 4 bayi yang meninggal iap menitnya. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta meninggal karena ISPA (1 balita/15 detik) dari 9 juta total kematian balita (WHO: 2009). Pada tahun 2007, 1,8 juta kematian terjadi akibat pneumonia dengan persentase sekitar 20% dari total 9 juta kematian pada anak (Rasmaliah Marlina Sarumpaet: 2014). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi ISPA di Indonesia selama tahun 2013 mencapai 25% dengan total kasus sekitar 2,33 juta. Data profil kesehatan Provinsi Jawa Barat sepanjang tahun 2012 menunjukkan ISPA menempati urutan pertama yang menyebabkan kematian pada bayi/balita dengan total kasus sekitar 2.269 atau 44%. Sedangkan di Kabupaten Tasikmalaya kasus ISPA yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2012 adalah sebanyak 5.351 kasus dengan jumlah persentase 34% (Supriyantoro: 2007). Salah satu sebab meningginya kasus ISPA di kalangan bayi Indonesia disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu mengenai ISPA. Pengetahuan ibu berperan dalam pengambilan keputusan apabila ada anggota keluarga yang sakit (Yuli Kuswatin: 2013). Adapun faktor lain yang juga memberi pengaruh pada peningkatan kasus ISPA. Pola asuh ibu yang baik akan membentuk perilaku yang juga baik terhadap anaknya begitu pula sebaliknya pola asuh ibu yang kurang akan mempengaruhi terhadap kebiasaan dan perilaku anaknya, sehingga dapat meningkatkan angka kesakitan anak dan anggota keluarga lain serta rentan dari penyakit, termasuk penyakit ISPA. Metode Penelitian Desain atau metode penelitian yang diterapkan di sini ialah metode yang merujuk pada metode pendekatan cross sectional. Cross sectional sendiri adalah metode penelitian yang fokus pada pembelajaran dinamika korelasi antara beberapa faktor resiko dengan efek, menggunakan suatu pendekatan (Notoatmojo; 2002). Adapun untuk populasi sendiri peneliti menggunakan ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan yang datang ke Puskesmas Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya pada Bulan Januari- Februari 2016. Pada tahap lanjut peneliti selanjutnya menerapkan rumus Slovin untuk teknik sampling. Dalam prakteknya, teknik sampling yang menerapkan rumus Slovin memiliki rumus sebagai berikut: Syntax Literate, Vol. 2, No. 4 April 2017 87

Ignatius Hapsoro Wirandoko N 1 + N (d 2 ) Keterangan: n N = besar sampel = besar populasi d = kesalahan yang bisa diterima (0.1) Di sisi yang lain peneliti juga menggunakan Sample Random Sampling untuk pengumpulan data. Lebih lanjut, dari data-data yang telah terkumpul, peneliti kemudian melakukan perhitungan dengan menerapkan rumus Solvin. Adapun uraian dari perhitungan yang dimaksud adalah: N 1 + N (d 2 ) 502 1 + 502 (0,1 2 ) 502 1 + 502 (0.01) 502 1 + 5.02 502 6.02 82,3887043 82 responden Dari hasil perhitugan diatas maka didapatkan sampel untuk penelitian sebanyak 82 orang responden. Untuk tempat penelitian peneliti mengunakan Puskesmas Bantangkalor yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan untuk waktu penelitian, peneliti kemudian mengumpulkan data dari tanggal 25 Januari hingga 6 Februari 2016. Setelahnya peneliti kemudian mengkaji setiap data yang masuk dan mengolahnya sebagaimana yang termaktub dalam uraian berikut. Hasil Penelitian Hasil Analisis Pengumpulan data dilaksanakan sejak tanggal 25 Januari hingga 6 Februari 2016 di Puskesmas Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian dilaksanakan dengan cara pengisian kuesioner oleh responden, yang pada tahap sebelumnya, responden 88 Syntax Literate, Vol. 2, No. 4 April 2017

Hubungan Antara Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) mendapat penjelasan dan diminta menandatangani informed consent terlebih dahulu. Data hasil penelitian kemudian akan dipaparkan dalam bentuk tabel dan analisis sebagaimana berikut: Analisis Univariat 1. Usia Karakteristik distribusi frekuensi Usia responden dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Usia Ibu Frekuensi Persentase 19 Tahun 5 6,1 20 29 Tahun 46 56,1 30 39 Tahun 29 35,4 40 Tahun 2 2,4 Total 82 100,0 Tabel 1 menunjukan distribusi frekuensi usia responden dari total 82 responden. Dari data di atas diketahui bahwa frekuensi responden yang rentang usianya 19 tahun jumlahnya 5 responden dengan persentase 6,1% sedangkan untuk responden dengan frekuensi rentang usia 20-29 tahun jumlahnya 46 responden dengan persentase 56,1%, responden dengan usia 30-39 tahun berjumlah 29 responden dengan persentase 35,4%, dan responden dengan rentang usia 40 tahun berjumlah 2 responden dengan persentase 2,4% sehingga didapatkan total persentase kumulatif 100%. 2. Pendidikan Karakteristik distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase SD 23 28,0 SMP/Sederajat 39 47,6 SMA/Sederajat 13 15,9 Perguruan Tinggi 7 8,5 Total 82 100,0 Tabel 2 menunjukan distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden dari total 82 responden. Dari data di atas diketahui bahwa frekuensi responden yang tingkat pendidikannya SD berjumlah 23 responden dengan Syntax Literate, Vol. 2, No. 4 April 2017 89

Ignatius Hapsoro Wirandoko persentase 28,0% sedangkan untuk frekuensi responden yang tingkat pendidikannya SMP/Sederajat berjumlah 39 responden dengan persentase 47,6%, frekuensi responden yang tingkat pendidikannya SMA/Sederajat berjumlah 13 responden dengan persentase 15,9% dan frekuensi responden yang tingkat pendidikannya merupakan pendidikan tinggi berjumlah 7 responden dengan presentase 8,5% sehingga didapatkan total persentase kumulatif 100%. 3. Pekerjaan Karakteristik distribusi frekuensi pekerjaan responden dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Pekerjaan Ibu Frekuensi Persentase Pegawai Negeri 7 8,5 PegawaiSwasta 13 15,9 Tidak Bekerja 42 51,2 Lain-lain 20 24,4 Total 82 100,0 Tabel 3 menunjukan distribusi frekuensi pekerjaan responden dari total 82 responden. Dari data di atas diketahui bahwa frekuensi responden yang pekerjaannya pegawai negeri berjumlah 7 responden dengan persentase 8,5% sedangkan untuk frekuensi responden yang pekerjaannya sebagai pegawai swasta berjumlah 13 responden dengan persentase 15,9%, frekuensi responden yang tidak bekerja sebanyak 42 responden dengan persentase 51,2% dan yang pekerjaannya lain-lain berjumlah 20 responden dengan persentase 24,4% sehingga didapatkan total persentase kumulatif 100%. 4. Pengetahuan Ibu tentang ISPA Karakteristik distribusi frekuensi pengetahuan ibu mengenai ISPA responden dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu mengenai ISPA Pengetahuan Frekuensi Persentase Ibu Baik 69 84,1 Kurang 13 15,9 Total 82 100,0 90 Syntax Literate, Vol. 2, No. 4 April 2017

Hubungan Antara Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Tabel 4. Menunjukan distribusi frekuensi pengetahuan ibu mengenai ISPA dari total 82 responden. Dari data di atas diketahui bahwa frekuensi responden yang pengetahuan tentang ISPA nya baik berjumlah 69 responden dengan persentase 84,1% sedangkan yang pengetahuan tentang ISPA nya kurang berjumlah 13 responden dengan persentase 15,9% sehingga didapatkan total persentase kumulatif 100%. 5. Pola Asuh Ibu Karakteristik distribusi frekuensi pola asuh responden dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 5 Distribusi Frekuensi PolaAsuh Ibu Pola Asuh Ibu Frekuensi Persentase Baik 65 79,3 Kurang 17 20,7 Total 82 100.0 Tabel 5 menunjukan distribusi frekuensi pola asuh responden dari total 82 responden. Dari data di atas diketahui bahwa frekuensi responden yang pola asuh nya baik berjumlah 65 responden dengan persentase 79,3% sedangkan frekuensi responden yang pola asuh nya kurang berjumlah 17 responden dengan persentase 20,7% sehingga didapatkan total persentase kumulatif 100%. 6. Angka Kejadian ISPA Karakteristik distribusi frekuensi kasus ISPA pada bayi responden dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 6 Distribusi Frekuensi Kasus ISPA pada bayi Responden Angka Frekuensi Persentase Kejadian ISPA Jarang 8 9.8% Kadang 47 57.3% Sering 27 32.9% Total 82 100.0% Tabel 6 menunjukan distribusi frekuensi kejadian ISPA pada bayi responden dari total 82 responden. Dari data di atas diketahui bahwa frekuensi bayi yang jarang menderita ISPA berjumlah 8 orang dengan persentase 9,8%, sedangkan frekuensi bayi yang kadang menderita ISPA berjumlah 47 orang dengan persentase 57,3%, dan frekuensi bayi yang Syntax Literate, Vol. 2, No. 4 April 2017 91

Ignatius Hapsoro Wirandoko sering menderita ISPA berjumlah 27 orang dengan persentase 32.9%, sehingga didapatkan total persentase kumulatif 100%. Analisis Bivariat 1. Pengetahuan Ibu dengan Angka Kejadian ISPA Tabel 7 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Kejadian ISPA Variabel N r s P Pengetahuan Ibu 82-0.271 0.014 Angka Kejadian 82-0.271 0.014 ISPA Tabel 7 menunjukkan hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA. Korelasi Rank Spearman antara variabel Pengetahuan Ibu dengan Angka Kejadian ISPA adalah sebesar -0.271 dengan arah korelasi negatif. 2. Pola Asuh Ibu dengan Angka Kejadian ISPA Tabel 8 Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengan Kejadian ISPA Variabel N r s P Pola Asuh Ibu 82-0.471 0.001 Angka Kejadian ISPA 82-0.471 0.001 Tabel 8 menunjukkan keterkaitan antara pola asuh ibu dengan kejadian ISPA. Korelasi Rank Spearman antara variabel Pola Asuh Ibu dengan kasus ISPA adalah sebesar -0.471 dengan arah korelasi negatif. Pembahasan Jika merujuk pada analisis di atas, dapat terlihat bahwa ada kesinambungan antara pengetahuan ibu dengan kasus ISPA pada bayi usia 0-12 bulan (P Value = 0,014) dengan R -0,271. Adapun kesinambungan yang terjadi antara tingkat pengetahuan dan kejadian ISPA masih tergolong rendah karena masih ada dalam rentang skor 0,20 0,39. Hal ini menegaskan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu akan ISPA, semakin rendah kejadian ISPA pada bayi/balita. Tak berbeda jauh dengan dua hubungan di atas. Pola asuh dan kejadian ISPA pada bayi usia 0 12 bulan juga tergolong bsedang karena masih ada dalam rentang skor 0,40 0,59. Hal ini menegaskan bahwa semakin baik pola asuh ibu, semakin rendah kejadian ISPA yang dialami balita/bayi. 92 Syntax Literate, Vol. 2, No. 4 April 2017

Hubungan Antara Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan dan pola asuh ibu dengan angka kejadian ISPA pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya, didapatkan simpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0-12 bulan (P Value = 0,014) dengan R -0,271. Kekuatan hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA rendah/ lemah karena berada dalam 2. rentang nilai 0,20 0,39. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu tentang ISPA, maka kejadian ISPA pada bayi akan semakin rendah. 3. Ada hubungan antara pola asuh ibu dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0-12 bulan (P Value = 0.001) dengan R -0,471. Kekuatan hubungan antara pola asuh ibu dengan kejadian ISPA sedang karena berada dalam rentang nilai 0,40 0,59. Hal ini berarti bahwa semakin baik pola asuh ibu maka kejadian ISPA pada bayi akan Syntax Literate, Vol. 2, No. 4 April 2017 93

Ignatius Hapsoro Wirandoko BIBLIOGRAFI Kuswatin, Yuli. 2013. Analisis Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik yang Berpengaruh Terhadap Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita Tahun 2013. Jurnal Kebidanan. Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto. Marlina, Sarumpaet, Rasmaliah. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita di Puskesmas Panyangbunganjae Kapupaten Mandailingnatal Tahun 2014. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Selatan. \Notoatmodjo, S. 2012.Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta; Penerbit Rineka Cipta. Primadi, Oscar. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Supriyantoro. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012. Jakarta; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. WHO. 2009. Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan. Genewa: world health organization. 94 Syntax Literate, Vol. 2, No. 4 April 2017