BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **


BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik. sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah, serta sekresi bahan buangan dan kelebihan garam (Pearce, 1999 : 987). Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah keadaan dimana fungsi ginjal mengalami penurunan yang progresif secara perlahan tapi pasti, yang dapat mencapai 60% dari kondisi normal menuju ketidakmampuan ginjal ditandai tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Pearce, 1999 : 989). Kondisi pasien dengan penyakit ginjal kronik masih dapat melakukan aktifitas hidup jika memperhatikan kualitas hidup yang cukup baik (Sidabutar, 1998 : 76). Penyebab terjadinya penyakit ginjal kronik adalah disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang diderita oleh tubuh yang mana berlahan lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal, dan apabila penyakit ginjal kronik tidak segera mendapatkan perawatan yang intensif dapat menyebabkan

kematian, (Gaspersz dan foenay, 2003). Penyebab utama penyakit ginjal kronik adalah karena diabetes sebesar 50%, hipertensi 27%, dan glomerulonephritis 13% (USRDS, 2000). WHO memperkirakan setiap 1 juta jiwa terdapat 23 30 orang yang mengalami ginjal kronik per tahun. Kasus penyakit ginjal di dunia per tahun meningkat lebih 50%. Di negara yang sangat maju tingkat gizinya seperti Amerika Serikat, setiap tahunnya sekitar 20 juta orang dewasa menderita penyakit ginjal kronik, ( Santoso, 2007). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, bila dibandingkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, SKRT 2001, dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, terlihat proporsi kematian akibat penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan penyakit proporsi penyakit menular telah menurun. Proporsional Mortality Ratio (PMR) akibat penyakit tidak menular telah meningkat dari 42% menjadi 60%. Sedangkan menurut Wijaya (2000), jumlah pasien penderita penyakit ginjal kronik di Indonesia diperkirakan 60.000 orang dengan pertambahan 4.400 pasien baru setiap tahunnya. Hampir semua kasus penyakit ginjal kronik stadium V di bawa ke ruang hemodialisa untuk mendapatkan tindakan pengobatan. Bagi penderita ginjal kronik diadakan hemodialisa untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Namun demikian hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal kronik dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktifitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal namun hanya

sebatas upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengendalikan gejala uremia. (Brunner and Suddart, 2001). Pemahaman tentang penatalaksanaan diet secara umum bagi penderita penyakit ginjal kronik penting untuk diketahui, tak hanya bagi mereka yang telah menderita gangguan ginjal, namun baik bagi mereka yang bertekad untuk menurunkan resiko terhadap gangguan ginjal. Saat organ ginjal terganggu, ia tak lagi menjalani fungsinya dengan baik. Penyakit ginjal kronik menyebabkan terjadinya gangguan pembuangan kelebihan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Penetapan terapi gizi diklasifikasikan berdasarkan jenis gangguan ginjal yang ada. Seperti penyakit ginjal akut, penyakit ginjal kronik, penyakit ginjal tahap akhir (ginjal terminal), sindroma nefrotik dan batu ginjal. Mengingat fungsi ginjal telah terganggu, penatalaksanaan diet difokuskan pada pengaturan dan pengendalian asupan energi, protein, cairan dan elektrolit. Pada pasien penyakit ginjal kronik dirawat di rumah sakit, mereka diberi terapi pola makan rendah protein guna memberi istirahat pada ginjal karena sebelumnya telah dinyatakan bahwa ginjal harus bekerja lembur untuk membebaskan aliran darah dari kelebihan asam amino. Apabila nilai Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau Tes Kliren Kreatinin (TKK) < 25 ml/menit, pasien diberikan Diet Rendah Protein dengan tujuan untuk:

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal agar tidak memberatkan kerja ginjal. 2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia). 3. Mengatur kseimbangan cairan dan elektrolit. 4. Mencegah atau mengurangi progresivitas ginjal kronik dengan memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus (GFR). Syarat diet menurut (Triyani Kresnawan, 1991) untuk pasien penyakit ginjal kronik adalah: 1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kgbbi/hari 2. Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 g/kgbbi/hari. Sebagian harus bernilai biologik tinggi 3. Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak jenuh ganda. 4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yag berasal dari protein dan lemak 5. Natrium dibatasi (1-3 mg/kgbbi/hari) apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria (urin <500 ml/24jam) atau anuria. 6. Kalium dibatasi (40-70 meq/hari) apabila ada hiperkalemia, oliguria atau anuria. 7. Cairan dibatasi. Cairan yang diberikan adalah total cairan yang keluar dari tubuh baik urin maupun keringat ditambah 500 ml.

8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C dan vitamin D. Pengaturan diet sukar dipatuhi oleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup penderita (Sidabutar, 1992). Hal ini sesuai dengan pengalaman ahli gizi ada 3 respon sikap pasien yang berkaitan dengan kepatuhan menjalankan diet, yaitu pasien dengan kepatuhan kurang, pasien dengan kepatuhan yang baik sesuai anjuran ahli gizi (penurut), dan pasien dengan kepatuhan yang berlebihan. Pasien dengan respon kepatuhan kurang. Pasien yang memberikan respon ini biasanya kurang peduli dengan terapi diet yang dianjurkan ahli gizi dan terkesan cuek. Tipe pasien ini terkesan sulit melakukan penyesuaian diet atau menganggap tidak ada pantangan terhadap makanan tertentu. Pasien sering makan makanan diluar dari menu diet yang telah diberikan. Pada pasien rawat jalan, ahli gizi kurang dapat mengontrol apa yang dikonsumsi pasien di rumah meskipun telah diberikan menu diet rendah protein. Pasien tipe ini cenderung memiliki asupan zat gizi yang berlebih. Pasien dengan respon kepatuhan yang baik (normal). Tipe pasien ini lebih disiplin dan dapat menyesuaikan dengan terapi diet dari ahli gizi dengan baik. Tipe pasien ini berusaha mengikuti apa yang dianjurkan ahli gizi dengan mengkonsumsi apa yang boleh dan menghindari apa yang dilarang sehingga

asupannya sesuai yang dianjurkan. Biasanya pasien ini mencapai tujuan diet yang ditargetkan ahli gizi. Pasien dengan respon kepatuhan yang berlebih. Pasien ini cenderung terlalu ketat menjalani diet yang diberikan. Ini adalah tipe pasien yang overprotektif terhadap segala jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi. Pasien sangat protektif terhadap makanan yang diberikan padanya karena ada ketakutan jika ia mengkonsumsi makanan terlalu sering penyakitnya akan bertambah parah sehingga pasien cenderung menghilangkan atau tidak memakan salah satu menu tertentu yang telah diberikan ahli gizi. Hal ini dapat menyebabkan pasien kekurangan asupan hingga 20%. Dengan asupan energi kurang dari 80% dari AKG yang dianjurkan akan terjadi katabolisme asam amino yang berlebihan sehingga berat badan pasien akan menurun. Respon kepatuhan pasien yang berlebihan inilah yang akan menjadi fokus peneliti untuk melihat hubungan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat dengan kadar kreatinin pasien penyakit ginjal kronik yang mempunyai asupan energi kurang. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik dan berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Asupan Energi, protein, Lemak dan Karbohidrat Dengan Perubahan Kadar Kreatinin Pada Pasien Ginjal Kronik Pre Dialisis Rawat Jalan Konsultasi Gizi Yang Mempunyai Asupan Energi Kurang Di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, tingkat kepatuhan pasien berpengaruh pada jumlah asupan energi yang masuk ke dalam tubuh. Kreatinin adalah salah satu indikator fungsi ginjal. Kreatinin merupakan hasil akhir metabolime otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam kemih dengan kecepatan yang sama. Karena itu kadar kreatinin dalam plasma (serum) hampir konstan dan berkisar antara 0,6 1,2 mg/dl (nilai ini lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita karena otot pria lebih besar). Kadar kreatinin serum memiliki fungsi untuk menghitung Laju Filtrasi Glomerulus (LFG). Berdasarkan latar belakang yang penulis telah kemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat dengan perubahan kadar kreatinin pada pasien penyakit ginjal kronik pre dialisis rawat jalan konsultasi gizi yang mempunyai asupan energi kurang di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk. C. Pembatasan Masalah Penelitian bertujuan untuk mencari jawaban apakah ada hubungan antara asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat dengan perubahan kadar kreatinin pada pasien ginjal kronik pre dialisis yang mempunyai asupan energi kurang. Karena adanya keterbatasan waktu, dana, dan tenaga yang dimiliki oleh penulis, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal:

1. Penelitian mengenai asupan energi pada pasien ginjal kronik pre dialisis 2. Penelitian mengenai asupan protein pada pasien ginjal kronik pre dialisis 3. Penelitian mengenai asupan lemak pada pasien ginjal kronik pre dialisis 4. Penelitian mengenai asupan karbohidrat pada pasien ginjal kronik pre dialisis 5. Penelitian mengenai kadar kreatinin 6. Menganalisa hubungan antara asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat dengan perubahan kadar kreatinin pada pasien ginjal kronik pre dialisis D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis ingin mengetahui: 1. Jumlah kebutuhan energi total pasien penyakit ginjal kronik pre dialisis 2. Persen (%) asupan energi yang dikonsumsi pasien penyakit ginjal kronik pre dialisis 3. Jumlah kebutuhan zat gizi makro pada pasien penyakit ginjal kronik pre dialisis. 4. Persen (%) asupan zat gizi makro yang dikonsumsi pasien penyakit ginjal kronik pre dialisis.

5. Hubungan antara asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat dengan perubahan kadar kreatinin pada pasien ginjal kronik pre dialisis yang mempunyai asupan energi kurang E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat dengan perubahan kadar kreatinin pada pasien ginjal kronik pre dialisis rawat jalan konsultasi gizi yang mempunyai asupan energi kurang di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik pasien b. Mengidentifikasi asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat pada pasien ginjal kronik c. Menganalisa hubungan asupan energi kurang dengan perubahan kadar kreatinin d. Menganalisa hubungan asupan protein dengan perubahan kadar kreatinin e. Menganalisa hubungan asupan lemak dengan perubahan kadar kreatinin f. Menganalisa hubungan asupan karbohidrat dengan perubahan kadar kreatinin g. Mengidentifikasi kadar kreatinin

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukkan untuk meningkatkan pelayanan gizi dalam penatalaksanaan diet rendah protein pada pasien ginjal kronik. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan bacaan atau referensi, untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Ilmu Gizi Universitas Esa Unggul serta mahasiswa lain. 3. Bagi Penulis Berguna sebagai pengalaman dalam upaya meningkatkan ilmu gizi dan dietetik serta sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang didapat selama pendidikan di bangku kuliah dengan membandingkannya di lahan penelitian.