BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu atau AKI di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan tempat bidan bekerja (Soepardan & Hadi, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB I PENDAHULUAN. spesialis kebidanan, dokter umum, dan bidan) pada ibu selama masa kehamilannya

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikandungnya. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Amerika Latin dan Karibia 85/ KH, Amerika Utara 23/ KH

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Target global untuk menurunkan angka kematian ibu dalam Millenium. mencapai 359 per kelahiran hidup (SDKI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. AKI yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi, gangguan sistem peredaran darah,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

1 BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Bersatu II, yaitu Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan masyarakat sangat diperlukan. seorang bidan yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kejadian komplikasi dari proses kehamilan, persalinan, hingga nifas yang mengarah terjadinya angka kematian ibu.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I LATAR BELAKANG. nifas, bayi baru lahir, dan kontrasepsi (Manuaba, 2014; h.28).

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11).

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

TENTANG BUPATI SERANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

I. PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di. Indonesia menempati teratas di Negara-negara ASEAN, yaitu 228 per

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua dari delapan tujuan Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Profil Kesehatan RI (2015) mengalami penurunan. Tercatat tahun 2012 sebanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. proses fisiologis dan berksinambungan. Kehamilan dimulai dari konsepsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DETERMINAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN OLEH IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) kelima, berjalan. 200 selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya bila AKI rendah berarti pelayanan kesehatan ibu sudah baik. Pengalaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara dengan sebaik-baiknya. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

keselamatan ibu dan bayi. Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) perlu didukung upaya untuk mencapai universal coverage pelayanan

Lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Dwi Anggun Nugraeni, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat ringan sampai berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. di kawasan ASEAN yaitu sebesar 228/ kelahiran hidup (SDKI. abortus (11%), infeksi (10%), (SDKI 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prawirohardjo (2010; h. 55) kehamilan, persalinan, nifas,dan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 gambar Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun Sumber: Buku Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 AKI

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses normal, alamiah dan. sehat. Namun bila tidak dipantau secara intensif dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

BAB I PENDAHULUAN. negara terus menerus melakukan berbagai upaya internasional untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari pertemuan sperma dan ovum sebagai rangkaian kejadian dari

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Program imunisasi merupakan sub sistem dari sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan antenatal care merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil sesuai pedoman, hal ini sangat penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari pelayanan kesehatan semasa hamil ialah menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental (Prawirohardjo, 2005). Sementara itu tujuan pelayanan pada ibu hamil menurut Depkes RI (2004) adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Kegiatan pelayanan antenatal care meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada ibu hamil selama kehamilannya. Titik berat kegiatannya adalah promotif dan preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K-1 dan K-4 (Sulistiawati, 2012). Cakupan K-1 untuk mengukur akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan untuk

mendapatkan pelayanan antenatal care. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal care dan kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. Sedangkan cakupan K-4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar, minimal empat kali kunjungan selama masa kehamilanya (sekali di trimester pertama, sekali di trimester kedua dan dua kali di trimester ke tiga). Indikator ini berfungsi untuk menggambarkan tingkat perlindungan dan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil (Sulistiawati, 2012). Dengan adanya kunjungan yang teratur dan pengawasan yang rutin dari bidan atau dokter, maka selama masa kunjungan tersebut, diharapkan komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan dapat dikenali secara lebih dini dan dapat ditangani dengan cepat dan tepat. Hal ini dapat mengurangi risiko kesakitan dan kematian bagi ibu hamil sehingga dengan sendirinya dapat mengurangi Angka Kematian Ibu sesuai dengan tujuan pencapaian MDG s (Kemenkes RI, 2011). Tingginya Angka Kematian Ibu atau AKI di Indonesia merupakan permasalahan penting yang perlu mendapat penanganan serius. AKI merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu dan merupakan barometer pelayanan kesehatan di suatu negara, bila angkanya masih tinggi, berarti pelayanan kesehatan di negara itu dikategorikan belum baik (Adriansz, 2007). Maka salah satu upaya yang perlu mendapatkan perhatian dalam menurunkan AKI adalah melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin.

Hasil evaluasi Renstra Kementerian Kesehatan 2005-2010. Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Prevalensi gizi kurang pada balita menurun dari 25,8% pada akhir tahun 2003 menjadi sebesar 18,4% pada tahun 2007 (Riskesdas, 2007). Angka kematian bayi (AKB) menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Sejalan dengan menurunnya angka kematian bayi, umur harapan hidup (UHH) juga meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007 (Widyastuti, 2009). Seiring dengan hal tersebut, upaya menurunkan angka kematian ibu harus terus ditingkatkan. Berdasarkan kesepakatan global pencapaian MDG s (Millenium Development Goals) pada tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi menurun dari 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2011). Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang memiliki angka kematian ibu yang masih tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi 36 per 1000 kelahiran hidup. Untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi tersebut telah banyak upaya yang dilakukan berupa pemerataan penempatan petugas kesehatan ke seluruh desa, membentuk desa siaga, meningkatkan peran serta masyarakat dalam program Keluarga Berencana (KB), dan

pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Dinkes Aceh, 2011). Namun demikian walaupun sudah banyak upaya yang dilakukan, cakupan pelayanan kesehatan khususnya pada ibu hamil, bersalin dan nifas masih jauh dari rata-rata nasional. Berdasarkan data/informasi kesehatan Provinsi Aceh, cakupan kunjungan ibu hamil (k-4) mencapai 85,60% (Indonesia: 88,27%), cakupan pemberian tablet Fe untuk ibu hamil 74,4% (Indonesia : 83,25%), cakupan persalinan di tolong tenaga kesehatan 76,3% (Indonesia : 86,38%), cakupan kunjungan neonatus 71,84% (Indonesia : 84,18%) (Kemenkes RI, 2012). Demikian pula halnya dengan Kabupaten Aceh Barat yang merupakan salah satu dari 23 kabupaten/kota yang ada di wilayah Propinsi Aceh. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Barat tahun 2012, Jumlah Puskesmas yang ada di Kabupaten Aceh Barat berjumlah 13 unit. Terdiri dari Puskesmas rawat inap 7 unit dan Puskesmas non rawat inap 6 unit. Puskesmas pembantu (Pustu) 48 unit, Puskesmas Keliling (Pusling) 26 unit, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan Poliklinik Desa (Polindes) 41 unit. Sementara itu jumlah tenaga bidan yang terdaftar di Puskesmas seluruh Aceh Barat adalah sebanyak 364 orang dengan rincian ; (1) Puskesmas Johan Pahlawan sebanyak 30 orang, (2) Puskesmas Suak Ribee 32 orang, (3) Puskesmas Mereubo 48 orang, (4) Puskesmas Kaway XVI 42 orang, (5) Puskesmas Meutulang 18 orang, (6) Puskesmas Pante Cermin 32 orang, (7) Puskesmas Sungai Mas 18 orang, (8) Puskesmas Sama Tiga 35 orang, ( 9 ) Puskesmas Kuta Padang Layung 16 orang, (10)

Puskesmas Woyla 29 orang, (11) Puskesmas Woyla Timur 20 orang, (12) Puskesmas Woyla Barat 21 orang dan (13) Puskesmas Arongan lambalek 23 orang, ( Dinkes Aceh Barat, 2012) Dari data Profil kesehatan kabupaten Aceh Barat didapatkan cakupan Indikator pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dua tahun terakhir yaitu cakupan K1 85,40% dan tahun 2012 sebesar 86,0%, hal ini mengambarkan bahwa akses ibu hamil sudah baik, artinya sudah banyak ibu hamil yang terjangkau oleh pelyanan kesehatan walaupun belum mencapai target yaitu 95%. Untuk cakupan K4 tahun 2011 74,30%, dan tahun 2012 sebesar 79,65%. sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 60%. Hal ini menggambarkan bahwa sudah ada kenaikan persentase K4 namun belum juga mencapai target 90%. Sementara itu cakupan imunisasi TT1 pada tahun 2012 sebesar 67,36% dan untuk imunisasi TT2 sebesar 60,42%. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan TT1 dan TT2 pada ibu hamil untuk tingkat Kabupaten belum memenuhi target yang diinginkan yaitu 90%, tetapi masih dibawah target. Untuk pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil untuk tingkat Kabupaten sudah memenuhi target yang diinginkan yaitu untuk Fe1 sebesar 84,97% dan Fe3 sebesar 74,81%. Dimasa sekarang tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan meningkat, sehingga sebagai pelayan masyarakat dalam bidang kesehatan dituntut bukan saja kemampuan teknis medis petugas tetapi juga kualitasnya. Peningkatan mutu pelayanan dititikberatkan kepada pelayanan kesehatan dasar dengan upaya terpadu

melalui Puskesmas, Puskesmas pembantu, dan bidan desa. Untuk menilai mutu pelayanan diperlukan standar dan indikator, ada empat jenis standar yaitu (1) Standar masukan (input) yang antara laian terdiri dari standar SDM, peralatan dan sarana, (2) Standar proses / standar tindakan dimana ditetapkan tata cara/prosedur pelayanan baik medis maupun non medis, (3) Standar keluaran ( output / performance ) atau lazim disebut standar penampilan berdasarkan serangkaian indikator baik dari segi pemberi pelayanan maupun pemakai, dan (4) Standar lingkungan / standar organisasi dan manajemen dimana ditetapkan garis-garis besar kebijakan, pola organisasi dan manajemen yang harus dipatuhi oleh pemberi pelayanan. Di Kabupaten Aceh Barat masing-masing bidan sudah mempunyai standar pelayan kebidanan, namun pelaksanaannya masih belum sesuai. Hasil Pengamatan terhadap 10 orang Bidan di Puskesmas Woyla Kabupaten Aceh Barat dalam melakukan pelayanan antenatal yang meliputi persiapan penolong, anamnesa dan pengkajian data, pemeriksaan umum dan pemeriksaan kehamilan, menetapkan diagnosa, perencanaan pelaksanaan, informasi dan konseling, dan dokumentasi rata -rata hanya 70%. Gambaran kualitas pelayanan ANC di Puskesmas Kabupaten Aceh Barat masih belum sesuai standar. Kemampuan bidan masih kurang dari 75%. Adanya program pemerintah menempatkan bidan di desa sebagai tenaga kesehatan dalam rangka penurunan angka kematian ibu sangat berperan. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas, oleh karena itu pemerintah berupaya agar semua penolong persalinan dilatih

agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam kondisi yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir (Depkes, 2008). Hasil Penelitian dari Abbas dan Kristiani (2006) juga menyebutkan Masalah kesehatan kaum ibu khususnya ibu hamil (Bumil) terutama daerah pedesaan masih cukup besar. Hal ini memerlukan adanya tenaga kesehatan yang dapat berperan dalam mengatasi masalah tersebut, seperti penempatan bidan yang kompeten didesa. Untuk meningkatkan upaya penurunan AKI dan AKB dibutuhkan sumber daya manusia yang dapat meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan sesuai dengan wilayah kerjanya. Profesi bidan bukanlah profesi yang mengemban tugas ringan, profesionalisme, kerja keras dan kesungguhan hati serta keikhlasan akan memberikan kekuatan dan modal utama bagi pengabdian profesi bidan terutama didaerah daerah yang masih tergolong terpencil. Pemahaman yang utuh mengenai konsep kebidanan pun sangat penting dimiliki oleh para bidan karena tuntutan masyarakat dan tantangan terhadap pelayanan kebidanan semakin meningkat pula. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi bidan untuk terus meningkatkan motivasi dan kompetensi kebidanannya. Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi adalah

pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang, agar mereka mau berbuat, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. Dalam hal pelayanan kesehatan pada ibu hamil seorang bidan harus memiliki motivasi yang tinggi sehingga timbul semangat dalam bekerja. Sementera itu dalam melaksanakan tugas pelayanan kebidanan, yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, seorang bidan juga harus memiliki kompetensi. Kompetensi yang dimiliki seorang bidan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan juga dalam pelayanan kehamilan dan persalinan. Menurut penelitian Boyatzis (1982) dalam Hutapea P dan Thoha N (2008), kompetensi didefenisikan sebagai kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerja dalam suatu organisasi sehingga mampu mencapai hasil yang diharapkan. Demikian juga terhadap seorang bidan harus memiliki kompetensi yang tinggi agar mampu melaksanakan pelayanan kebidanan yang berkualitas (Soepardan, 2002) Menurut penelitian Lumbantobing (2004), bahwa kemampuan dan ketrampilan bidan mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan. Secara simultan dibuktikan bahwa kemampuan dan ketrampilan bidan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja bidan di desa dibanding supervisi, imbalan dan motivasi. Namun secara keseluruhan semua variabel mempengaruhi kinerja bidan.

Kompetensi yang dimiliki seorang bidan harus meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan pelayanan kebidanan secara aman dan bertangungjawab dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Kompetensi bidan tidak terlepas dari wewenang bidan yang telah diatur dalam peraturan Kepmenkes RI No. 938/ Menkes/ SK/ VIII/ 2007, tentang Standar Asuhan Kebidanan yang merupakan landasan hukum dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan. 1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang, dirumuskan permasalahan apakah motivasi dan kompetensi bidan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil pada Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas di Kabupaten Aceh Barat 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh motivasi dan kompetensi bidan terhadap kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil pada Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas di Kabupaten Aceh Barat. 1.4 Hipotesis Penelitian Ada pengaruh motivasi dan kompetensi bidan terhadap kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil pada Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas di Kabupaten Aceh Barat.

1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ke berbagai pihak antara lain : 1. Manfaat praktis sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan kerja tenaga bidan supaya lebih terfokus pada tanggung jawab serta peran dan fungsi bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. 2. Bagi kalangan akademik, penelitian ini tentunya bermanfaat sebagai kontribusi untuk memperkaya khasanah keilmuan pada umumnya dan kesehatan reproduksi pada khususnya. 3. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian diharapkan dapat menambah sumber kepustakaan dan menjadi data dasar bagi penelitian sejenis pada masa-masa yang akan datang.