BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Maret sampai dengan 31 Mei 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilakukan pada bulan 10 Maret 31 Mei 2016 di penangkaran

BAB III MATERI DAN METODE. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 31 Mei 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Maret sampai 31 Mei 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Materipercobaan yang digunakanadalahrusa Timor (Rusa timorensis)yang

TINGKAH LAKU RUSA TIMOR (Rusa timorensis) BETINA YANG DISUPLEMENTASI MAGNESIUM, SENG DAN SELENIUM PADA SATU SIKLUS ESTRUS SKRIPSI.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2016 Januari Lokasi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Juli 2016,

Lampiran 1. Road-map Penelitian

Lampiran 1. Road-map Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL LENDIR SERVIKS RUSA TIMOR (Rusa timorensis) BETINA YANG MENDAPAT SUPLEMENTASI MINERAL PADA TIAP FASE BERAHI SKRIPSI. Oleh: WIWIK PURWANINGSIH

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni Lokasi penelitian di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April 2015 di

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan Metode Penelitian Persiapan Wadah

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilakukan dengan purposive sampling, menggunakan 25 ekor

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 Agustus 2016 di Mateseh,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan Jurusan Budidaya

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kehilangan BK, ADF dan N-ADF secara in vitro

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

III. METODE PENELITIAN. UNILA dan Laboratorium Kesehatan Lingkungan Balai Besar Pengembangan dan

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2010, di Laboratorium

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

BAB III MATERI METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Ternak Manunggal IV Dusun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu farmakologi dan imunologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

III. BAHAN DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kelarutan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September sampai dengan Oktober 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 60 itik lokal jantan asal Gunungmanik, Tanjung

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL. Tujuan Praktikum Untuk pengambilan sampel yang akan digunakan untuk analisis.

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian pengaruh penyimpanan dan jenis bahan pengemas terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

MATERI DAN METODE. Materi

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian pengaruh penambahan kolin klorida pada pakan terhadap kadar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah puyuh (Coturnix coturnix

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh penambahan limbah kubis fermentasi dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

INFO ISSN : Edisi XVII, Nomor 2, Juni 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Transkripsi:

16 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Maret sampai dengan 31 Mei 2016 di Penangkaran rusa Timor milik Bapak H. Yusuf Wartono di desa Margorejo, kecamatan Dawe, kabupaten Kudus sekaligus dilakukan penghitungan data total leukosit dan diferensial leukosit. Analisis kandungan mineral darah dilakukan di Laboratorium Gizi Pusat Antar Universitas (PAU) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 3.2. Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepuluh ekor Rusa Timor betina dewasa dan darah yang dari masing-masing rusa tersebut. Rusa yang digunakan memiliki kriteria sehat, tidak cacat, kondisi reproduksi sudah pernah melahirkan dengan Body Condition Score (BCS) 2-3,25 (Lampiran 2) dan poel 2. BCS merupakan metode untuk memberi nilai skor tubuh ternak melalui penilaian visual dan perabaan pada timbunan lemak tubuh di bawah kulit pada bagian pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul (Budiawan et al., 2015). Kriteria lengkap setiap nilai BCS disajikan pada Lampiran 1. Alat yang digunakan dalam analisis mineral pakan adalah timbangan, oven, tanur, lemari asam, dan beaker glass 50 ml. Bahan yang digunakan adalah kertas

17 saring, pipet HNO 3, aquademin, HNO 3, amplop besar, singkong, rumput gajah, rumput lapang, mineral blok. Alat-alat dalam pembuatan mineral blok adalah alat pencetak, ember, kuas, gelas, tongkat penekan, sendok, gelas ukur 1000 ml,timbangan kapasitas 5 kg, timbangan analitik, oven, blender, dan sendok pengaduk. Bahan yang digunakan adalah kertas minyak, air, minyak sayur, sabun cair, bekatul, molases, onggok, garam, bungkil kedelai, vitamin (A, D, E dan K), dan mineral (Mg, Zn dan Se). Alat yang digunakan untuk pemberian obat penenang adalah tulup, gas korek, spuit 3cc, kikir, pinset, karet, serta jarum suntik ukuran 18 G. Bahan yang digunakan adalah alkohol, Acepromazine (ACP), lem, ban karet, dan benang wol. Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel darah adalah penutup mata, tali, spuit 10 cc, tabung EDTA, tabung non-edta, cooling box, serta ice pack. Bahan yang digunakan adalah kapas dan alkohol 70%. Alat-alat dalam sinkronisasi estrus adalah pencetak spon, jarum, benang, mangkok, kotak pengering, spekulum, dan aplikator sinkronisasi. Bahan yang digunakan adalah sabun cair, Medroxy Progesterone Acetat (MPA), tisu, etanol, aquabidest, spuit 10 cc, spon, alkohol 70%, gloves, betadin salep, dan KY jell. Alat-alat untuk pengambilan serum darah adalah sentrifuge, tabung EDTA, tabung non-edta, spuit 3 cc, eppendorf 1,5cc, plastik klip, cooling box, ice pack, dan freezer. Bahan yang digunakan adalah kertas label dan sampel darah. Alat yang digunakan dalam penghitungan total leukosit adalah tabung EDTA, cooling box, ice pack, pipet hisap darah, bilik hitung haemocytometer

18 neubauer, cover glass, mikroskop, alat tulis, dan lembar pengamatan. Bahan yang digunakan adalah sampel darah, dan larutan Turk. Alat yang digunakan dalam penghitungan diferensial leukosit adalah tabung EDTA, cooling box, ice pack, object glass, slide box, mikroskop, stik kecil, alat tulis dan lembar pengamatan. Bahan yang digunakan adalah kertas label, sampel darah, metanol, giemsa, aquadest, tisu, dan minyak imersi. 3.3. Metode 3.3.1. Persiapan Tahap persiapan terdiri dari analisis kandungan mineral pakan, persiapan kandang pengamatan, pemilihan unit percobaan, serta pembuatan mineral blok, spuit modifikasi, dan spon vagina. Kandang pengamatan disiapkan sebanyak dua unit. Kemudian dilanjutkan dengan memilih rusa sebanyak sepuluh ekor sesuai kriteria yang telah ditentukan, lalu dipindahkan ke kandang pengamatan dengan pembagian lima ekor setiap kandang. Komposisi mineral blok terdiri dari bahan utama, bahan pengisi dan bahan tambahan. Bahan utama yang digunakan adalah molases dan bahan pengisi terdiri dari bekatul, onggok dan bungkil kedelai. Bahan tambahan terdiri dari garam, vitamin dan mineral yang terdiri dari mineral premix, Mg, Zn serta Se. Fomulasi lengkap mineral blok yang akan digunakan disajikan dalam Tabel 1.

19 Pemilihan rusa Timor betina dan Persiapan kandang Persiapan Pembuatan mineral blok, spuit modifikasi dan spon vagina Adaptasi pakan dan kandang Pengambilan darah sebagai data mineral darah awal Perlakuan suplementasi mineral Mg, Zn, dan Se Pelaksanaan Pengambilan darah sebagai data mineral darah setelah diberi perlakuan Sinkronisasi berahi selama 16 hari Pengambilan darah untuk dihitung leukosit total dan diferensial leukosit Analisis Data Analisis data total leukosit dan diferensial leukosit Ilustrasi 2. Alur Penelitian.

20 Tabel 1. Formulasi Mineral Blok No. Bahan Persentase ------------ (%) ------------ 1. Molases 35 2. Bekatul 40 3. Bungkil Kedelai 10 4. Garam 6 5. Onggok 6,9 6. Vitamin A, D, E, dan K 0,04699 Mineral - Premix 2 - Mg 0,05 - Zn 0,003 - Se 0,00001 Total 100 Mineral, vitamin dan garam dilarutkan ke dalam molases dan diaduk hingga homogen. Sementara itu, bahan utama dan bahan pengisi juga diaduk rata. Kemudian kedua campuran bahan disatukan dan diaduk homogen hingga membentuk adonan berwarna kecokelatan yang lembab dan lengket. Adonan dimasukkan ke dalam alat pencetak sedikit demi sedikit sambil ditekan hingga padat dan membentuk blok. Mineral blok selanjutnya dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan pada suhu 59 0 C selama 48 jam. Pembuatan spuit modifikasi dilakukan dengan menambahkan tiga karet pada bagian dalam tabung spuit 3cc untuk mengkondisikan tabung spuit vacum dan untaian benang wol pada bagian belakang sebagai pemberat saat spuit ditembakkan. Kemudian mengisikan gas pada bagian belakang tabung spuit untuk memberikan tekanan otomatis saat spuit tertancap. Bagian depan spuit diisi 0,5 ml larutan Acepromazine (ACP) dan spuit modifikasi dimasukkan ke pipa tulup.

21 Spon vagina dibentuk menggunakan alat pencetak berbentuk tabung. Selanjutnya spon diberi benang yang dijahitkan dari sisi dalam spon yang berfungsi sebagai pegangan ketika spon akan dilepas. Spon kemudian dicuci dengan sabun hingga bersih dan dikeringkan di kotak pengering bersuhu 30 0 C selama 48 jam. Setelah spon kering, bagian sisi selimut spon dilumuri dengan larutan campuran MPA dan methanol yang sebelumnya sudah disiapkan, kemudian dikeringkan kembali dan dibungkus satu per satu. 3.3.2. Pelaksanaan penelitian Penelitian diawali dengan mengadaptasikan rusa dan diberi perlakuan pakan pada setiap kelompok, kemudian diberikan obat penenang untuk mengurangi keagresifannya. Sampel darah diambil guna memperoleh serum, serta menghitung total leukosit dan diferensial selnya. Rusa diadaptasikan selama dua hari pada kandang pengamatan dengan dipisahkan menjadi dua kelompok sesuai perlakuan yang akan diberikan di mana setiap kelompok terdiri dari lima ekor. Perlakuan yang diberikan adalah T0 (tanpa penambahan mineral blok) dan T1 (dengan penambahan mineral blok). Sementara ternak diadaptasikan, selain kedua kelompok diberikan pakan berupa rumput gajah, rumput lapang dan singkong, kelompok dengan perlakuan T1 sekaligus mulai diterapkan penambahan mineral blok dengan komposisi Mg 1,25 gr/2,5 kg ; Zn 0,075 gr/2,5 kg; serta Se sebesar 0,00025 gr/2,5 kg. Obat penenang berupa ACP diaplikasikan dengan meniupkan tulup pada sasaran paha kaki belakang rusa, kemudian menunggu reaksi ACP sekitar 30

22 menit untuk kemudian dapat ditangkap dan di-handling guna pelaksanaan sinkronisasi dan pengambilan data darah. Sampel darah diambil pada bagian vena jugulari leher sebanyak 8 ml/ekor menggunakan spuit 10 cc sebanyak dua kali pengambilan. Bagian vena jugularis sebelumnya diberi alkohol 70% untuk mensterilkan area tersebut. Darah yang sudah diambil kemudian dipindahkan ke tabung EDTA dan digojog membentuk angka delapan selama 2 menit untuk menghindari koagulasi, kemudian dimasukkan ke dalam cooling box yang sudah dilengkapi ice pack. Sampel darah digunakan untuk menghitung total leukosit dan diferensial leukosit. Sampel darah setiap ekor rusa diambil sebanyak sepuluh kali yang digambarkan pada Ilustrasi 3. Diestrus Proestrus Perlakuan 84 jam 96 jam 108 jam 120 jam 144 jam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sinkronisasi (16 hari) 24 jam 72 jam Estrus Metestrus Pelepasan spons vagina Ilustrasi3. Rentang Waktu Pengambilan Darah selama Siklus Estrus. Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat dijelaskan titik pengambilan darah sekaligus asumsi fase-fase berahi selama satu siklus estrus sebagai berikut: - Sebelum perlakuan - Sebelum pemasangan implan MPA

23 - Setelah pelepasan implan MPA (diasumsikan diestrus) - 24 jam setelah pelepasan implan MPA (diasumsikan proestrus) - 72, 84, 96, dan 108jam setelah pelepasan implan MPA (diasumsikan estrus) - 120 dan 144 jam setelah pelepasan implan MPA (diasumsikan metestrus) Sampel darah yang diperoleh kemudian disentrifugasi untuk memperoleh serum darah dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit hingga serum darah terpisah di bagian atas. Kemudian dipindahkan menggunakan spuit 3 cc ke dalam tabung eppendorf dan disimpan dengan suhu -20 o C untuk mempertahankan kualitas darah hingga siap dianalisis. Serum darah ini digunakan untuk analisis kandungan mineral dalam darah. Pelaksanaan sinkroninsasi estrus dilakukan dengan cara spon dimasukkan ke dalam vagina rusa dengan memasang spekulum yang sudah diolesi KY jell pada vulva Rusa betina. Kemudian spon diolesi betadin salep terlebih dahulu untuk antisipasi jika terjadi luka pada saat pemasangan. Spon dimasukkan menggunakan aplikator sinkronisasi kemudian aplikator dimasukkan ke dalam vagina melalui lubang spekulum. Selanjutnya spon didorong menggunakan pendorong aplikator hingga mencapai vagina bagian paling dalam, aplikator dan spekulum kemudian dilepaskan. Sinkronisasi dilakukan pada seluruh unit percobaan pada minggu ke-7 perlakuan selama 16 hari. Penghitungan total leukosit diawali dengan pengambilan sampel darah dari tabung EDTA menggunakan pipet darah sebanyak 0,5 ml kemudian mengambil larutan Turk yang terdiri dari 1 ml asam glasial, 1 ml asam gentian violet 1% dan 100 ml aquades (Maftuch et al., 2012) hingga angka 1,1 pada pipet darah. Larutan

24 dihomogenkan dengan cara digojog membentuk angka 8 beraturan selama 2 menit sembari disiapkan kotak hitung hemocytometer neubauer yang sudah ditutupi cover glass, kemudian diteteskan dengan larutan yang sudah homogen. Pastikan tetesan larutan tidak melampaui garis batas kotak hitung. Diamkan kotak hitung selama 3 menit agar sel-sel darah mengendap. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x hingga ditemukan posisi kotak hitung, kemudian perbesaran ditambah menjadi 400x untuk menghitung jumlah leukosit. Hitung leukosit pada kotak pojok kiri atas, pojok kanan atas, pojok kiri bawah dan pojok kanan bawah (kotak 1, 3, 7, dan 9) dengan luas total 4 mm 2 seperti ilutrasi 3. Jumlah leukosit yang terhitung kemudian dikonversi untuk mengetahui jumlah leukosit per liter menggunakan rumus berikut: umlah leukosit per liter umlah leukosit terhitung x 4 x 4 x Ilustrasi 4. Gambar Kotak Hitung (Chairlan dan Lestari, 2002). Penghitungan diferensial leukosit dilakukan dengan mengambil sampel darah kemudian dibuat menjadi ulasan darah dan dianginkan-anginkan, kemudian difiksasi menggunakan methanol selama + 3 menit. Selanjutnya dikeringkan dan

25 diwarnai dengan larutan giemsa 20% selama + 15 menit, lalu dikeringkan kembali. Selanjutnya dicuci dengan aquades dan dikering udarakan untuk selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x. Guna mempermudah pengamatan diteteskan minyak imersi 1-2 tetes pada preparat. Pengamatan didasarkan kepada pendapat Mahasri (2011) yang mengklasifikan limfosit memiliki ciri-ciri berinti sel besar dan berbentuk bulat, sedangkan monosit berukuran besar dan tidak teratur. Neutrofil berbentuk oval dengan sitoplasma ganda dan inti sel eksentrik, eosinofil berbentuk bulat dengan inti sel eksentrik, serta basofil memiliki inti sel eksentrik yang jarang. Perhitungan dilakukan hingga terhitung sejumlah 100 sel diferensial leukosit kemudian tentukan persentase masing-masingnya. 3.3.3. Analisis data Data yang diperoleh meliputi jumlah leukosit dan persentase sel neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit pada tiap fase berahi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mengetahui dinamika total leukosit dan diferensialnya pada tiap fase estrus yang disajikan dalam bentuk grafik. Sebelum dianalisis dengan uji lanjutan, seluruh data yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya terlebih dahulu menggunakan aplikasi SPSS 16.0. Data yang tidak terdistribusi normal dan/atau tidak memiliki varian yang homogen, kemudian ditransformasi. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas, maka untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan total leukosit, persentase neutrofil, monosit, dan imfosit

26 antara kelompok rusa dengan dan tanpa suplementasi Mg, Zn, dan Se pada tiap fase estrus menggunakan metode T-test. Hipotesis penelitiannya adalah: H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata total leukosit/persentase neutrofil/ basofil/monosit antara kelompok rusa Timor dengan penambahan mineral dan tanpa penambahan mineral Mg, Zn dan Se H1 : terdapat perbedaan rata-rata total leukosit/persentase neutrofil/ basofil/monosit antara kelompok rusa Timor dengan penambahan mineral dan tanpa penambahan mineral Mg, Zn dan Se. Data persentase eosinofil dan limfosit yang tidak memenuhi syarat normal atau homogen diketahui perbedaan antara kelompok rusa dengan dan tanpa suplementasi mineral Mg, Zn, dan Se melalui metode Mann-Whitney U-Test. Hipotesis penelitian adalah: H0 : kedua kelompok identik (persentase eosinofil/limfosit kelompok rusa Timor dengan penambahan mineral dan tanpa penambahan mineral Mg, Zn, dan Se tidak berbeda secara signifikan) H1 : kedua kelompok tidak identik/berbeda dalam data persentase eosinofil/ limfosit kelompok rusa Timor dengan dan tanpa penambahan mineral Mg, Zn, dan Se.