JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK di Kelas VII SMP Muhammadiyah Cirebon) AMELIA ABSTRAK Telah dilakukan penelitian skripsi dengan judul : Pembelajaran Kemampuan Penalaran matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (PTK pada siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah Cirebon). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa pada pokok bahasan pecahan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian dikelas VII b SMP Muhammadiyah Cirebon yang berjumlah 8 siswa. Pengumpulan data dilakuakan dengan pemberian pretes dan postes, serta angket. Sedangkan instrument penelitian berupa soal tes tulis dan lembar angket. Sebelum digunakan untuk penelitian instrument penelitian terlebih dahulu diujicobakan kesalah satu kelas yang bukan subyek penelitian tetapi sudah mendapatkan materi yang akan diujicobakan dan dipilih kelas VIII. Berdasarkan hasil analisis data penelitian pada kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share diperoleh tingkat penguasaan materi pelajaran yang diperoleh dari tiap siklus mengalami peningkatan yaitu pada siklus 1 rata-rata daya serap siswa sebesar 61. Pada siklus rata-rata daya serap siswa sebesar 74,68 dan siklus 3 rata-rata daya serap siswa 85,3. Dari hasil analisis pretes dan postes, rata-rata hasil pretes siswa yaitu 17,93 % dan rata-rata hasil postes siswa yaitu 81,1 %. Peningkatan rata-rata pretes dan postes cukup baik yaitu 63,8 %. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. Respon siswanya bagus, yakni dengan nilai 7,71 %. Nilai tersebut berada pada interval kriterium baik. Dan ketuntasan belajar siswanya memperoleh hasil 75 % dengan ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran matematika pada sekolah yang diteliti adalah 75 dar skala 100. Oleh karena itu, model pembelajaran Think Pair Share diharapkan dapat menjadi alternatif dalam pembelajaran matematika. Kunci : Model Pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share, Kemampuan penalaran matematis.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini memusatkan mutu pendidikan pada peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang di dalamnya terdapat guru dan siswa yang memiliki perbedaan kemampuan, keterampilan, filsafat hidup, dan lain sebagainya. Adanya perbedaan tersebut menjadikan pembelajaran sebagai proses pendidikan memerlukan strategi, pendekatan, metode, dan teknik yang bermacammacam sehingga siswa dapat menguasai materi dengan baik dan mendalam. Penguasaan siswa terhadap suatu materi dapat dilihat dari kecakapan yang dimiliki siswa yang salah satunya adalah siswa menggunakan daya nalarnya untuk memecahkan suatu masalah yang ada. Salah satu aspek yang selalu ada dalam tujuan pembelajaran Matematika disetiap kurikulum dan sebaiknya dibentuk secara bertahap adalah kemampuan penalaran. Penalaran adalah salah satu kemampuan matematika yang berperan penting dalam keberhasilan siswa. Pada kenyataannya kemampuan penalaran matematika siswa masihlah sangat rendah, padahal pelajaran Matematika mendapat bagian yang cukup besar dibanding jam pelajaran lain. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi mulai dari faktor internal siswa yang tidak mau berusaha dengan keras untuk memahami matematika, atau faktor eksternal siswa, seperti guru yang dianggap killer dan menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang kurang tepat sehingga menimbulkan rasa jenuh, bahkan teman belajar di kelas yang tidak menyenangkan bisa mempengaruhi juga. Salah satu alternatif dari model pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah model pembelajaran cooperative learning tipe Think Pair Share karena dalam pelaksanaannya memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif dan memudahkan peserta didik dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Strategi Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Strategi ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pembelajaran kooperatif tipe thinkpair-share ini dikembangkan pertama kali oleh Frank Lyman dan rekannya di University of Maryland pada tahun 1985. Menurut Frank model ini adalah cara efektif untuk mengubah pola wacana dalam kelas. B. Identifikasi Masalah 1. Masih rendahnya kemampuan penalaran siswa pada bidang studi matematika. Faktor yang menyebabkan hal ini terjadi mulai dari faktor internal siswa yang tidak mau berusaha dengan keras untuk memahami matematika, atau faktor eksternal siswa, seperti guru yang dianggap killer dan menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang kurang tepat sehingga menimbulkan rasa jenuh, bahkan teman belajar di kelas yang tidak menyenangkan bisa mempengaruhi juga.. Banyak guru matematika yang cenderung menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan pelajaran matematika sehingga membuat peserta didik tidak aktif dan hanya menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru sehingga peserta didik kurang terbiasa memecahkan masalah atau aplikasi yang banyak disekeliling mereka. 3. Penggunaan metode dan model pembelajaran dalam pembelajaran matematika mempengaruhi prestasi belajar siswa. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa?. Bagaimana aktivitas guru dan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung? 3. Apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematis dapat mencapai ketuntasan belajar siswa? 4. Bagaimana respon siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share?
D. Batasan Masalah a. Wilayah Kajian Dalam penelitian ini yang menjadi wilayah penelitian adalah SMP Muhammadiyah Cirebon yaitu siswa kelas VII. Karena siswa kelas VII merupakan masa dimana secara psikologis kondisi siswa SMP yang masih remaja sehingga mereka menyukai hal baru dan lebih terbuka dengan teman sebaya dalam memecahkan masalah, sehingga sekolah tersebut layak untuk dijadikan penelitian. b. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena data yang akan diolah berhubungan dengan nilai atau angka-angka yang dapat dihitung secara matematis dengan menggunakan perhitungan statistik. c. Jenis Masalah Masalah yang diangkat penulis untuk diteliti adalah apakah terdapat pengaruh pembelajaran matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah Cirebon. E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah diatas adalah: 1. Untuk mengetahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa.. Untuk mengetahui aktifitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. 3. Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. 4. Untuk mengetahui respon siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi Siswa Pembelajaran ini dapat menbantu siswa dalam mengembangkan kemampuan penalaran, kemampuan berfikir dan mengutarakan pendapat, membantu siswa dalam proses pemahaman materi pelajaran, menambah pengalaman siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.. Bagi Guru Informasi yang disampaikan dapat menambah variasi strategi mengajar untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa serta
penguasaan tehadap materi yang diberikan. 3. Bagi Sekolah Dapat meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah dan dapat meningkatkan prestasi sekolah, karena hasil belajar siswa meningkat. 4. Bagi Peneliti Memperoleh pengalaman dan wawasan dalam menghadapi permasalahan - permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran matematika. 5. Bagi Pembaca Dapat berguna untuk mengetahui ilmu pengetahuan tentang kemampuan penalaran matematis dan model model pembelajaran matematis. G. Tinjauan Pustaka Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share. Strategi Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Strategi ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share ini dikembangkan pertama kali oleh Frank Lyman dan rekannya di University of Maryland pada tahun 1985. Menurut Frank model ini adalah cara efektif untuk mengubah pola wacana dalam kelas. Langkah-langkah Think Pair Share sebagai berikut: Tahap I: Thinking (berpikir). Guru mengajukan pertanyaanatau soal yang berhubungan dengan pelajaran. Selanjutnya peserta didik diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan atau soal tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Tahap II: Pairing (berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban atau berbagi ide. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. Tahap III: Sharing (berbagi) Pada tahap akhir ini, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan kelompoknya tentang apa yang telah mereka bicarakan. Kemampuan Penalaran Matematis Kemampuan berarti kesanggupan; kecakapan ; kekuatan (KBBI, 1990 : 553). Menurut kamus bahasa Indonesia, penalaran berasal dari kata nalar yang artinya pertimbangan tentang baik buruk dan sebagainya, bisa juga diartikan aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis.
Tim Balai Pustaka (009: 13) memberikan pengertian bahwa Penalaran berasal dari kata nalar yang berarti pertimbangan tentang baik dan buruk atau aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis, jangkauan pemikiran, proses mental dalam pengembangan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip. Menurut Suhena (009 : 19) yang dimaksud dengan penalaran logis adalah kemampuan memberikan alasan (argumentasi) logis yang diperlukan untuk menyelesaikan soal berdasarkan aturan inferensi. Dan penalaran analogi adalah penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan sifat atau kondisi data. Menurut Utari (010 : 5) penalaran digolongkan menjadi dua jenis yaitu penalaran induktif dan deduktif. Penalaran induktif diartikan sebagai penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau khusus berdasarkan data yang teramati. Nilai kebenarannya dapat bersifat benar atau salah. Sedangkan penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan aturan yang disepakati. Nilai kebenarannya bersifat mutlak benar atau salah dan tidak keduanya bersama sama. Depdiknas (Shadiq, 009 :14) menjelaskan bahwa Indikator penalaran yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah : (a) Kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan,tertulis, gambar dan diagram; (b) Kemampuan mengajukan dugaan; (c) Kemampuan melakukan manipulasi matematika; (d) Kemampuan menyusun bukti, memberikan alasan/bukti terhadap kebenaran solusi; (e) Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan; (f) Memeriksa kesahihan suatu argumen; (g) Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi. H. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Aqib (009: 1) ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK, maka ada tiga pengertian pula yang dapat di terangkan. 1. Penelitian - kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
. Tindakan - sesuatu gerak kegiatan kemampuan penalaran matematis dan yang sengaja dilakukan dengan ketuntasan belajar siswa. tujuan tertentu, yang dalam Adapun pedoman dalam penelitian ini berbentuk rangkaian menganalisa soal tes uji coba adalah siklus kegiatan. sebagai berikut : 3. Kelas - sekelompok siswa yang a. Menentukan Validitas Soal dalam waktu yang sama menerima Untuk menghitung validitas tiap pelajaran yang sama dari seorang butir soal yang berbentuk uraian guru. menggunakan rumus korelasi Menurut Arikunto (006:51) produk moment memakai angka desain penelitian adalah rencana atau kasar. Rumusnya adalah sebagai rancangan yang dibuat oleh peneliti, berikut : sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka desain penelitian yang r xy N X N XY X X N Y Y Y digunakan untuk mencapai tujuan adalah one group pretes postes desain menurut Arikunto (010: 14). A) Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Cirebon, dengan populasi seluruh siswa kelas VII dan sampel siswa kela VII B karena dikelas tersebut nilai ulangan harian pada materi pecahan mash kurang. B) Instrumen Penelitian 1. Tes (Soal) Tes yang digunakan dalam Kemudian untuk menguji keberartian validitas (koefisien korelasi) soal essay digunakan statistik uji t yang dikemukakan oleh Sudjana (001: 380) yaitu: n t rxy Keterangan: t = 1 r xy daya beda. b. Menentukan Reliabilitas Soal Rumus yang digunakan untuk mencari koofesien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha seperti berikut : penelitian ini adalah tes kemampuan penalaran matematis berupa tes tipe uraian/essay. Tujuan pembuatan tes ini adalah untuk mengetahui peningkatan c. Menentukan Indeks Kesukaran Soal Rumus untuk menentukan indeks kesukaran menurut Kurikulum 1994
(Praja,00:41) adalah sebagai berikut : IK SA SB N Maks d. Menentukan Daya Pembeda Soal Rumus untuk menentukan daya pembeda menurut Kurikulum 1994 (Praja,00:41) adalah sebagai berikut: DP 1 SA N SB Maks D) Teknik Analisis Data 1. Analisis kemampuan penalaran matematis a. Uji Gain. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa a. Lembar observasi aktivitas guru b. Lembar observasi aktivitas siswa 3. Analisis Ketuntasan Belajar. Observasi Lembar pengamatan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan aktivitas siswa dalam PBM. Lembar aktivitas siswa digunakan untuk mengamati kegiatan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Data yang diperoleh dijadikan bahan evaluasi. 3. Angket (Trianto, 011: 63) 4. Respon Siswa Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share, dengan menggunakan Angket siswa. Pengolahan Data Angket menggunakan rumus sebagai berikut : Angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan model Think Pair Share. C) Teknik Pengumpulan Data No Jenis Data Instrumen 1.. 3. Kemampuan Penalaran dan Ketuntasan Aktivitas Guru dan Siswa Respon Soal (tes) Observasi Angket (Sudijono,009: 43) I. Pembahasan A. Analisis hasil Penelitian 1. Tiap Tindakan Siklus Mulai dari siklus pertama sampai siklus ketiga, dengan rata-rata siklus pertama sebesar 61% kemudian siklus kedua mengalami peningkatan sebesar 74,68 % dan siklus ketiga mengalami peningkatan juga sebesar 85,3 %.
. Uji Gain Berdasarkan perhitungan uji gain pretes ke postes diperoleh hasil 0,77 yang berarti pada pembelajaran dengan menggunakan model TPS terdapat peningkatan pada hasil belajar siswa dengan interpretasi tinggi. Sedangkan Siklus 1 ke siklus diperoleh 0,38 dengan interpretasi sedang dan siklus ke siklus 3 diperoleh hasil 0,35 dengan interpretasi sedang. 3. Aktivitas Guru Aktivitas guru pada tindakan 1 sudah cukup baik, dengan perolehan nilai 65 %. Walaupun masih ada kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran namun harus diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya. Dan pada aktivitas guru pada tindakan sudah cukup baik dibandingkan dengan tindakan pembelajaran 1, walaupun masih ada kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran. Aktivitas guru pada pembelajaran memperoleh nilai 70 %. Dan aktivitas guru pada tindakan 3 sudah baik dibandingkan dengan tindakan pembelajaran 1 dan, kekurangan yang terjadi pada pembelajaran sudah diperbaiki, dengan perolehan nilai 83,75 %. 4. Aktivitas Siswa Aktivitas siswa pada tindakan 1 dan memperoleh nilai 60% dan 67,5% dengan kriteria baik. Sedangkan aktivitas siswa pada tindakan 3 memperoleh nilai 87,5% dengan kriteria sangat baik. 5. Respon Siswa Rata-rata keseluruhan nilai angket siswa 7,71%. Sikapnya positif dengan kriteria respon siswa baik terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran TPS. 6. Ketuntasan Dari hasil postes di atas diperoleh 1 siswa yang Tuntas. 1 T 100% 75% 8 Artinya, dari 8 siswa hanya 75 % siswa yang Tuntas. J. Kesimpulan 1. Pada siklus 1 ke siklus dan siklus ke siklus 3 terdapat peningkatan dari kategori rendah yang sebelumnya 1 siswa menjadi 9 siswa, sedangkan kategori sedang yang sebelumnya 10 siswa menjadi 8 siswa. dan untuk kategori tinggi walaupun terdapat 5 siswa tetapi pada siklus 1 ke siklus terdapat 1 siswa yang memperoleh nilai maksimum, siklus ke siklus 3 terdapat 6 siswa yang memperoleh
nilai maksimum. Sedangkan untuk perhitungan uji gain dari pretes ke postes diperoleh rata - rata 0,77 yang berarti pada pembelajaran dengan menggunakan model TPS terdapat peningkatan pada penalaran matematis siswa dengan interpretasi yang belum tuntas atau 5 % dan terdapat 1 siswa yang tuntas atau 75 % dari keseluruhan siswa yang berjumlah 8 siswa. 4. Respon siswa terhadap pembelajaran melalui model TPS sebesar 7,71 % yaitu baik. tinggi.. Aktivitas guru dan siswa dalam berdiskusi dilakukan melalui lembar observasi. Hasilnya aktivitas guru pada tindakan 1 sudah baik, dengan perolehan nilai 65%. Pada tindakan memperoleh nilai 70%. Dan aktivitas guru pada tindakan 3 sudah sangat baik, dengan perolehan nilai 83,75%. Sedangkan aktivitas siswa pada tindakan 1 memperoleh nilai 60% (baik), pada tindakan memperoleh nilai 67,5% (baik). Dan pada tindakan 3 sudah sanga tbaik dengan memperoleh nilai 87,5 %. 3. Pada perhitungan KKM yang telah ditetapkan di sekolah yakni 7,5 dapat dilihat bahwa terdapat 7 siswa