BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea 4 dinyatakan bahwa

PENDIDIKAN TECHNOPRENEURSHIP BERBASIS PADA KOMPETENSI GLOBAL DAN KEARIFAN LOKAL Sub Tema I: Pendidikan Technopreuneurship. Oleh : Bambang Sugestiyadi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

PENGELOLAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena

PENGELOLAAN SEKOLAH BERBASIS ISO 9001:2000. (Studi Situs SMK Migas Cepu) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. ahlinya. 1 Secara umum para lulusan dari sekolah/madrasah dan

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BAB I PENDAHULUAN. siap kerja. Karena lulusan SMK biasanya belum diakui oleh pihak dunia usaha/

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam rangka. mewujudkan tujuan yang dimaksud dan sekaligus mengantisipasi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. usaha/dunia industri maupun sebagai wiraswasta. Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang berada di front line sebagian besar adalah tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan hal-hal baru yang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas tamatan / lulusan agar lebih sesuai dengan tuntutan kebijaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. maupun dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar mereka. Berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BABI PENDAHULUAN. kompetensi, mulai dari kurikulum tahun 1994, tahun 1999, tahun 2004 dengan

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Oleh : MEGA ANDRIATI A

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkemampuan dan berketerampilan, mampu diandalkan dan. mampu menghadapi tantangan persaingan era pasar bebas.

KUMPULAN MATERI-MATERI TENTANG SMK Oleh Setiyo Agustiono

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukan baru-baru ini saja terjadi. Fenomena pengangguran terdidik telah

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

BAB I PENDAHULUAN. semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program SMK adalah dengan adanya Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Salah satu jenis

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat, keterbukaan bursa kerja di tingkat nasional dan internasional,

BAB I PENDAHULUAN. lulusan yang siap terjun secara profesional dan ikut bergerak di dunia usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN LIFE SKILL DI SMK BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013

ANALISIS PELAKSANAAN UJIAN KOMPETENSI PRODUKTIF DALAM PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak perubahan baru, yaitu persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mulai berlakunya Asia Free Trade Area (AFTA) dan Asia Free. akan melibatkan para pelaku bisnis di Indonesia dan secara luas akan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tujuan pendidikan kejuruan, SMK Swasta Immanuel

PENGARUH PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KEMAMPUAN PENGUASAAN HARDSKILL

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan fasilitas fisik, peningkatan mutu guru, dan perubahan kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan terdapat pada Peraturan

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan

TESIS. Diajukan untuk memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mendapatkan. Gelar Magister Manajemen Pendidikan

Tristanti PLS UNY

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dunia kerja. Di Indonesia begitu banyak orang-orang terpelajar atau. bangsa yang masih terpuruk, dan sebagainya.

Evaluasi Kebijakan Link dan Match Pada Sekolah Menengah Kejuruan dan Industri

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Syahriandi Akbari Siregar, 2015

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pendidikan merupakan salah satu sasaran pembangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pendidikan ialah membentuk manusia untuk menjadi warga negara yang baik. Untuk itu, sekolah-sekolah diajarkan segala sesuatu kepada anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota masyarakat maupun sebagai warga negara. Anak harus didik untuk menjadi orang yang penurut kepada pimpinan dan dapat memberikan sesuatu kepada pimpinan atau menjadi seorang yang ahli dalam suatu teknik, perindustrian, dan lain-lain. Pendeknya, pendidikan hendaklah mempersiapkan anak untuk hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24). Pada dasarnya pendidikan yang dilaksanakan harus mampu menggali potensi yang dimiliki sebagai dasar dalam mendalami kompetensi dari peserta didik. Hal ini akan sangat diperlukan oleh seseorang ketika mulai berkompetisi dalam memasuki kehidupan sosial dan dunia kerja. Seseorang dituntut untuk mampu menerapkan apa yang menjadi keahlian atau kecakapan hidup (Life Skills) yang dimilikinya, Life skills dapat diartikan sebagai kecakapan hidup atau ketrampilan hidup, yaitu kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya (Makmun, 2008: 56). Pada dekade terakhir, masyarakat dunia disibukkan untuk menyusun konsep dan kegiatan dalam rangka menyongsong era global dengan pasar 1

2 bebas yang bercirikan dengan terbukanya tantangan dan peluang. Persainganpun akan semakin ketat, sehingga menuntut sistem kemitraan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan di semua sektor pembangunan. Dalam kondisi demikian, maka ketergantungan pada keunggulan komparatif tidak dapat menjamin keberhasilan suatu bangsa dalam persaingan bebas, tetapi juga harus dilengkapi dengan keunggulan kompetitif (Sukamto, 2010: 2). Salah satu faktor keunggulan kompetitif tersebut adalah Sumber Daya Manusia (SDM) di semua sektor, termasuk yang bekerja di sektor jasa dan industri. Berkaitan dengan keunggulan kompetitif tersebut, pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Dit. Dikmenjur) Direktoran Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah melakukan berbagai upaya peningkatan dan pembenahan pendidikan menengah kejuruan di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Salah satu upaya tersebut adalah peningkatan mutu SMK melalui program pengembangan SMK berstandar Nasional agar mampu menciptakan tamatan yang memiliki kompetensi standar sesuai dengan tuntutan pasar kerja dan laku di pasar Nasional (Pardjono, 2010: 3). Peran pemerintah yang lainnya adalah adanya kebijaksanaan yang ditujukan untuk mengubah proporsi Sekolah Menengah Atas, yaitu jumlah Sekolah Menengah Umum 30 % dan jumlah Sekolah Menengah Kejuruan 70% yang dijadwalkan selesai pada akhir 2015. Dimana pada 2010 ini perbandingan sudah mencapai 40 % SMU dan 60 % SMK (Suara Merdeka: Desember 2009). Kebijakan tersebut diambil kerena banyaknya lulusan SMK

3 yang mampu bersaing dan berwirausaha di tengah perkembangan jaman saat ini. Hal ini dapat dilihat (Sugesityadi, 2011: 4). Pemerintah Indonesia saat ini masih belum mampu sepenuhnya dalam menyediakan fasilitas dan biaya yang memadai bagi sekolah kejuruan, sehingga dipastikan mengurangi kualitas lulusan sekolah kejuruan. Filosofi ini berimplikasi pada manajemen dan kurikulum serta pembelajaran di SMK. SMK harus dikelola dengan mengacu pada tujuan utama, yaitu menyiapkan lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan bekerja. Manajemen SMK harus didesain untuk mencapai keefektifan dan sekaligus efisiensi. Merencanakan dan melaksanakan program sedekat mungkin dengan kondisi di tempat kerja merupakan tugas penting SMK. Kurikulum harus disusun berdasarkan kebutuhan dunia kerja (demand driven). Peralatan dan mesin untuk praktik harus disediakan dengan kriteria yang sama paling tidak mendekati dunia kerja. Pembelajaran di SMK harus dilakukan sedemikian rupa sehingga lulusan benar-benar siap untuk memasuki dunia kerja, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan di dunia kerja (Pardjono, 2010: 4). Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan pesertanya memasuki dunia kerja atau lebih mampu bekerja pada bidang pekerjaan tertentu (earning a living). Dengan demikian salah satu kata kunci dalam pendidikan kejuruan adalah relevansi, yang dapat diterjemahkan sebagai kesesuaian bekal yang dipelajari dengan tuntutan dunia kerja. Kesesuaian dalam kaitan itu harus dimaknai jenis maupun kualitasnya.

4 Artinya apa yang dipelajari siswa harus sesuai jenisnya maupun tingkatannya dengan lapangan kerja yang akan dimasuki lulusan. SMK merupakan salah satu jenis pendidikan kejuruan yang tentunya terikat oleh paradigma tersebut di atas (Anonim, 2008: 6). Sebagai konsekuensi dari paradigma tersebut, pengembangan SMK tidak dapat dilepaskan dengan perkembangan dunia kerja. Bahkan secara sengaja SMK harus terikat erat dengan dunia kerja. Prinsip demand driven (ketrampilan 2020) yang kini diikuti oleh SMK merupakan konsekuensi logis pemikiran tersebut, sehingga perlu diikuti dengan langkah-langkah nyata. Dalam suatu program pendidikan (termasuk SMK) sering timbul permasalahan oleh sebab adanya time gap cukup lama antara saat pendidikan dirancang dengan munculnya lulusan, apalagi lulusannya memasuki dunia kerja. Sementara itu perkembangan teknogi yang demikian cepat menyebabkan terjadinya perubahan pola kerja yang juga cepat. Akibatnya seringkali out put pendidikan kejuruan ditinggalkan oleh dunia kerja. Program yang sudah disusun dengan baik, ketika menghasilkan lulusan pola pekerjaan yang semula dijadikan acuan telah berubah dan kemudian dikatakan lulusan tersebut tidak relevan (Hartandi, 2010: 22). Persoalan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan dewasa ini terutama bila dikaitkan dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai vocational education, maka persoalan yang dihadapi akan semakin pelik dan kompleks terutama bila mengacu konsep pendidikan kejuruan itu sendiri. Menurut House Committee on educational and labour menyebutkan bahwa pendidikan

5 kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan (Hamalik, 2008: 24). Program kejuruan pada sekolah-sekolah menengah umumnya mencakup bidang pelayanan (area service) dalam spektrum yang luas, akan tetapi program-program sekolah kejuruan sekarang harus dapat menyediakan program yang lebih baik daripada sekolah kejuruan maupun sekolah-sekolah khusus (Weber, 2001: 4). Program-program yang ada, dan yang direncanakan untuk masa depan tanpa memandang jenis sekolah, harus didasarkan pada pertimbangan yang seksama secara cermat tentang kecenderungan (trend) dalam masyarakat di masa yang akan datang. Pendidikan vokasional merupakan pendidikan untuk penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang mempunyai nilai ekonomis, sesuai dengan kebutuhan pasar dengan education labor coefficient tinggi. Implikasi bagi pendidikan vokasional adalah: a) Magang atau internship yang terprogram harus menjadi bagian dari sistem pendidikan vokasional, karena banyak ketrampilan teknis, sikap, kebiasaan, dan emosional hanya dapat diperoleh melalui on the job training, b) Dalam on the job training ketrampilan yang dipelajari termasuk yang bersifat general maupun spesifik, c) Karena general training mempunyai nilai ekonomis yang lebih lama dan menjadi fondasi, maka perlu kuat, d) Spesific training harus selalu di up to date sesuai dengan kebutuhan pasar, e) Training untuk memiliki ketrampilan cara memperoleh dan menggali informasi menjadi penting untuk up dating (Nurhadi, 2008: 65).

6 Kenyataan yang ada pada sekolah kejuruan selama ini adalah pelaksanaan pembelajaran masih mengacu pada sistem non blok. Dalam sistem non blok, materi pelajaran praktik yang belum selesai pada pertemuan pertama akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya pada minggu yang berbeda. Keadaan ini akan membuat praktik yang dilakukan siswa tidak mencapai ketuntasan yang optimal, artinya praktik yang dilaksanakan hanya sepotong-potong sehingga tidak mencapai kompetensi standar yang dipersyaratkan. Mengantisipasi keadaan tersebut maka tepatlah kiranya apabila dilaksanakan sebuah sistem baru yakni untuk kegiatan praktik yang belum selesai pada pertemuan pertama diselesaikan pada pertemuan hari berikutnya dalam minggu yang sama (Anonim, 2006: 32). Proses pembelajaran melalui praktikum di laboratorium/bengkel merupakan perwujudan dari suatu teori dalam bentuk kerja nyata, atau melaksanakan suatu pekerjaan yang dilandasi oleh suatu teori tertentu. Di sekolah, praktikum dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan yang memberikan latihan kerja bagi subjek didik. Melalui praktikum, subjek didik akan memperoleh pengalaman dalam bekerja serta dapat melihat hubungan antara teori dan empiric (Salim, 2003: 1). Kegiatan praktik juga akan memberikan pengalaman yang tidak diperoleh dalam teori. Secara umum aspek-aspek yang diperhatikan dalam kegiatan praktik adalah: tahapan persiapan/pemahaman tujuan praktik, metode praktik, analisis temuan-temuan praktik serta evaluasi hasil praktik. Tahapantahapan tersebut menjadi acuan siswa dalam melakukan praktikum pada suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu dilaksanakan sistem blok dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan.

7 Proses pelaksanaan Praktek Kerja Industri dilakukan oleh siswa di industri, baik berupa industri besar, menengah maupun industri kecil atau industri rumah tangga. Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Industri ini, proses langkah-langkah pelaksanaan praktek harus tetap mengacu pada desain pembelajaran yang telah ditetapkan. Disamping itu, pelaksanaan praktek kerja industri dapat berupa day release atau berupa block release atau kombinasi keduanya (Wena, 2006: 228). Prakerin yang dilaksanakan oleh SMK Negeri Donorojo Kabupaten Pacitan, pada prinsipnya sama dengan PKL, namun ada beberapa hal yang berbeda diantaranya: Prakerin adalah proses belajar siswa di DU/DI sehingga dapat dilaksanakan di kelas berapa saja, Prakerin juga bertujuan untuk menciptakan siswa menjadi ahli dalam satu atau beberapa kompetensi sehingga siswa dapat ditempatkan pada satu atau beberapa bagian di DU/DI (sesuai dengan situasi dan kondisi DU/DI) selama pelaksanaan Prakerin. Pada proses Prakerin siswa disamakan dengan karyawan yang lain (dari sisi kinerja) sehingga siswa diharapkan dapat menyerap budaya kerja yang diterapkan pada DU/DI. Bentuk laporan Prakerin siswa berupa jurnal yang isinya berupa kegiatan siswa selama Prakerin. Nilai Prakerin adalah nilai yang dihasilkan siswa selama Prakerin yang mencakup aspek Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan (Kompetensi). Uji Kompetensi siswa dapat dilaksanakan selama siswa melaksanakan Prakerin dengan mengambil waktu dan kompetensi tertentu yang menjadi keunggulan pada proses tersebut.

8 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Donorojo Kabupaten Pacitan merupakan salah satu bentuk sekolah formal yang berstandar Nasional merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dalam mewujudkan masyarakat yang memiliki ketrampilan untuk siap bekerja maupun mandiri. Dalam menciptakan lulusan yang siap kerja maupun siap mandiri tersebut dituntut adanya manajemen yang baik. Dari uraian di atas, maka perlu adanya pengelolaan yang baik agar lulusan SMK Negeri Donorojo Kabupaten Pacitan dapat terserap di pasar kerja. Pengelolaan tersebut meliputi kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi dan penyediaan sarana fisik pembelajaran. Penelitian ini terutama difokuskan pada pelaksanaan pola pembelajaran untuk mata pelajaran praktik dikaitkan dengan kesiapan kerja siswa dengan mengambil judul: Hubungan Kerja Sekolah Dengan DU/DI (Studi Situs SMK Negeri Donorojo Kabupaten Pacitan). B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian seperti diuraikan di atas, maka fokus yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: bagaimana karakteristik hubungan kerja sekolah dengan Dunia Usaha / Dunia Industri di SMK Negeri Donorojo Kabupaten Pacitan. Fokus penelitian ini dibagi dalam 3 sub fokus yaitu: 1. Bagaimanakah karakteristik bentuk hubungan kerja dengan dunia usaha/dunia industri?

9 2. Bagaimanakah karakteristik pengelolaan hubungan kerja dengan dunia usaha/dunia industri? 3. Bagaimanakah karakteristik evaluasi dan monitoring pengelolaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di SMK Negeri Donorojo Kabupaten Pacitan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mendeskripsikan hubungan kerja sekolah dengan dunia usaha/dunia industri di SMK Negeri Donorojo Kabupaten Pacitan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan bentuk hubungan kerja dengan dunia usaha/dunia industri; b. Untuk mendeskripsikan Pengelolaan hubungan kerja dengan dunia usaha/dunia industri; c. Untuk mendeskripsikan evaluasi dan monitoring pengelolaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di SMK Negeri Donorojo Kabupaten Pacitan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan masukan, bagi kepala sekolah, khususnya kepala SMK Negeri Donorojo Kabupaten Pacitan, dalam upaya meningkatkan hubungan kerja sekolah dengan DU/DI. 2. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai tambahan literatur di dunia pendidikan khususnya untuk program Magister Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

10 E. Daftar Istilah 1. Dunia Usaha/Industri (DU/DI) merupakan mitra pemerintah dan masyarakat yang paling penting dalam merespon kebijakan pemerintah. 2. Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. 3. Hubungan Kerja Sekolah dengan DU/DI adalah suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. 4. Pengelolaan hubungan kerja sekolah adalah suatu kegiatan manajemen yang berlangsung berhadapan dengan manusia, sehingga memerlukan kiatkiat yang tepat dalam melaksanakannya. 5. Evaluasi dan monitoring pengelolaan prakerin adalah suatu kegiatan untuk kompetensi yang telah dimiliki oleh siswa peserta prakerin.