BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan internasional sendiri dapat didefinisikan sebagai pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tanpa adanya perdagangan internasional suatu negara akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri secara efektif. Karenanya setiap negara akan cenderung berspesialisasi pada produksi komoditas yang ongkos produksinya relatif lebih rendah ketimbang negara lain dan kemudian memperdagangkan surplus produksi tersebut dengan negara lain. Oleh karena itu, suatu negara dapat membeli dengan harga yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan memproduksi sendiri dan dapat menjual kelebihan produksinya ke negara lain dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Menurut kaum klasik dan neo-klasik, perdagangan internasional tersebut akan mendatangkan keuntungan bagi kedua negara dan dapat menyebabkan perekonomian negara tersebut berjalan dengan lebih efisien dan tujuan untuk mensejahterakan rakyat dapat tercapai. Kegiatan ekspor-impor ini diyakini merupakan salah satu faktor utama penggerak pertumbuhan ekonomi suatu negara khususnya dalam era globalisasi seperti yang terjadi saat ini. 1
Sebagai salah satu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka dan berperan aktif dalam perekonomian dunia, sektor ekspor - impor sangat penting peranannya dalam memenuhi berbagai kebutuhan akan barang/jasa di dalam negeri Indonesia serta meningkatkan cadangan devisa yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional Indonesia. Kegiatan ekspor-impor Indonesia sendiri telah mengalami perubahan yang cukup signifikan sejak berakhirnya oil boom yang ditandai dengan turunnya harga minyak mentah dunia hingga titik terendahnya pada dekade 1980-an. Penurunan penerimaan dari sektor migas memaksa pemerintah mengadopsi strategi diversifikasi ekspor dan mempertahankan nilai tukar yang kompetitif untuk menjamin penerimaan ekspor. Ekspor kemudian menjadi perhatian utama pemerintah dalam tujuannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Pada masa tersebut strategi industrialisasi berubah dari penekanan pada industri subtitusi impor ke promosi ekspor, antara lain seperti pembebasan pajak ekspor. Sehingga, eksportir (khususnya eksportir produk-produk non-migas) dapat berkembang dengan baik. Pergeseran dari ekspor sektor migas ke sektor non-migas tersebut merubah pola struktur ekspor Indonesia, yang pada akhirnya mendorong ekspor non-migas dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan menjadi komoditas andalan hingga saat ini. Dalam Gambar 1.1 ditunjukkan bahwa sejak tahun 1988 nilai ekspor sektor non-migas telah melampaui nilai ekspor sektor migas Indonesia. Dapat dilihat bahwa nilai ekspor migas turun pada tahun 1986 menjadi USD 8,9 miliar, sementara nilai ekspor sektor non-migas naik menjadi USD 5,8 miliar. Kemudian menjelang tahun 1988 kurva nilai ekspor migas dan non-migas 2
mengalami perpotongan yang menunjukkan bahwa nilai ekspor sektor non-migas telah melampaui sektor migas yang selama ini menjadi andalan Indonesia, dimana pada tahun tersebut nilai ekspor non-migas adalah sebesar USD 13,5 miliar dan nilai ekspor migas sebesar USD 8,9 miliar. Peningkatan ekspor non-migas ini salah satunya berasal dari kontribusi sektor industri yang terus mengalami kemajuan sejak dikeluarkannya kebijakan diversifikasi ekspor dan salah satu hasil industri yang menjadi andalan ekspor Indonesia adalah CPO mentah (crude palm oil). Hal ini terlihat dari peringkat industri pengolahan kelapa sawit (Gambar 1.2) yang disusun oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Menurut peringkat yang disusun Kemenperin RI tersebut, industri pengolahan kelapa sawit menempati urutan pertama komoditas hasil industri dengan nilai ekspor terbesar, dimana peranannya terhadap ekspor hasil industri Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar 18,97%, diikuti oleh pengolahan karet dan tekstil (Kemenperin, 2012). 3
Kontribusi CPO sebagai sumber penghasil devisa Indonesia tersebut dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini tercermin pula dari Gambar 1.3 yang menunjukkan trend peningkatan nilai ekspor CPO dari tahun 1980 hingga 2010. Volume ekspor CPO Indonesia dari tahun 1980 cenderung meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 22,91% per tahun. Walaupun volume ekspor CPO sempat turun sebesar 50,15% pada 1998, namun seperti yang terlihat di Gambar 1.3 volume ekspor CPO pada tahun 1999 dan seterusnya menunjukkan trend yang selalu meningkat dengan peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan pada volume ekspor CPO tersebut juga diikuti dengan peningkatan dalam nilai ekspornya, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1.4. Dimana trend peningkatan nilai ekspor CPO sejalan dengan trend peningkatan volume ekspornya. 4
Selain Indonesia, negara pengekspor CPO antara lain adalah Malaysia, Nigeria, Thailand, Colombia, Ecuador dan Pantai Gading. Namun dengan prestasi ekspor CPO yang terus meningkat, saat ini Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara pengekspor CPO terbesar di dunia (Gambar 1.5), setelah melewati posisi malaysia sebagai negara pengekspor CPO terbesar di dunia pada tahun 5
2009 dengan volume sebesar 16,3 juta ton (FAO Database, 2012). Hal ini cukup wajar mengingat sumber daya alam dan manusia Indonesia yang sangat mendukung bagi pertumbuhan ekspor kelapa sawit. Dari sisi faktor sumber daya manusia, jumlah SDM yang dimiliki Indonesia masih sangat besar dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan perkebunan kelapa sawit. Sementara itu dari segi sumber daya alam, luas lahan Indonesia masih relatif cukup besar untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit apabila dibandingkan dengan Malaysia sebagai kompetitor utama Indonesia dalam ekspor CPO. Dengan penggunaan bibit unggul dan pengelolaan produksi yang lebih professional, produksi CPO masih sangat berpotensi mengalami kemajuan di masa mendatang. Ekspor CPO Indonesia ditujukan ke 123 negara. Negara tujuan ekspor utama CPO Indonesia dapat dilihat di Tabel 1.1. Pada 2011, volume ekspor terbesar adalah ke India dengan volume sebesar 4,98 juta ton, diikuti China, Belanda, Malaysia, dan Singapura yang masing-masing mengimpor 2,03 juta ton, 6
0,87 juta ton, 1,53 juta ton, dan 0,73 juta ton CPO dari Indonesia. Kelima negara ini secara bersama-sama menyerap sekitar 77% dari total ekspor CPO Indonesia pada tahun 2011. Menurut Prasetyani dan Miranti (2004), prospek pengembangan kelapa sawit relatif tinggi, baik dari sisi permintaan maupun penawarannya. Dari sisi permintaan, diperkirakan permintaan terhadap produk kelapa sawit akan tetap tinggi di masa-masa mendatang. Ini disebabkan dibanding produk substitusi utamanya seperti minyak kedelai dan minyak rape seed, preferensi terhadap CPO diperkirakan masih relatif tinggi. Dari Tabel 1.2 dibawah, terlihat bahwa dari Tahun 2000 hingga 2004 konsumsi minyak kedelai (soy bean oil) selalu lebih tinggi dari konsumsi CPO, dimana konsumsi minyak kedelai pada Tahun 2000 adalah sebesar 26 juta ton. Namun sejak tahun 2005 konsumsi CPO telah mengungguli konsumsi minyak kedelai dunia dengan total konsumsi dunia sebesar 33,2 juta ton pada 2005. 7
Posisi ini terus bertahan hingga sekarang, dimana pada data terakhir di tahun 2010 konsumsi total CPO adalah sebesar 48.7 juta ton, yang menjadikan CPO sebagai minyak nabati dengan tingkat konsumsi paling tinggi di dunia. Relatif tingginya preferensi terhadap CPO disebabkan CPO memiliki banyak keunggulan dibanding produk substitusinya. Keunggulan tersebut antara lain adalah relatif lebih tahan lama disimpan, tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi, tidak cepat bau, memiliki kandungan gizi yang relatif tinggi, serta bermanfaat sebagai bahan baku berbagai jenis industri. Sedangkan keunggulan dari sisi penawaran adalah dari segi produktivitas dan biaya produksi. CPO memiliki produktivitas relatif lebih tinggi dan biaya produksi yang relatif lebih rendah dibanding minyak nabati lain seperti minyak kedele dan biji matahari. Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa CPO merupakan salah satu komoditas utama ekspor Indonesia, karenanya membutuhkan perhatian lebih agar produksi dan ekspor komoditas tersebut dapat berkembang dengan lebih baik di masa mendatang. Atas alasan itulah penulis berusaha mengetahui lebih jauh 8
mengenai apa dan seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa faktor terkait terhadap volume ekspor CPO Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis dapat mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang sekaligus merupakan ruang lingkup penelitian, sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pengaruh harga CPO dunia terhadap volume ekspor CPO Indonesia? 2. Bagaimanakah pengaruh harga minyak kedelai dunia terhadap volume ekspor CPO Indonesia? 3. Bagaimanakah pengaruh nilai tukar Rupiah / US$ terhadap volume ekspor CPO Indonesia? 4. Bagaimanakah pengaruh Gross Domestic Product (GDP) perkapita riil Dunia terhadap volume ekspor CPO Indonesia? 5. Bagaimanakah pengaruh kuantitas produksi CPO Indonesia terhadap volume ekspor CPO Indonesia? 6. Bagaimanakah pengaruh variabel-variabel independen (harga CPO dunia, harga minyak kedelai dunia, nilai tukar riil, GDP perkapita riil dunia, kuantitas produksi CPO Indonesia) terhadap variabel dependen (volume ekspor CPO)? 9
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang akan menjawab perumusan masalah sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, yaitu: 1. menganalisis pengaruh dari harga CPO dunia terhadap volume ekspor CPO Indonesia. 2. menganalisis pengaruh dari harga minyak kedelai dunia terhadap volume ekspor CPO Indonesia. 3. menganalisis pengaruh dari nilai tukar riil Rupiah / US$ terhadap volume ekspor CPO Indonesia. 4. menganalisis dampak dari perubahan GDP perkapita riil dunia terhadap volume ekspor CPO Indonesia. 5. menganalisis dampak dari perubahan kuantitas produksi CPO Indonesia terhadap volume ekspor CPO Indonesia. 6. menganalisis ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependennya. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain adalah: 1. Bagi Penulis Suatu kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori yang diperoleh selama perkuliahan ke dalam praktek yang sesungguhnya dan digunakan sebagai syarat selesainya studi jenjang Strata 1 (S1). 10
2. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dari penelitian-penelitian sebelumnya bagi prospek dan peranan ekspor komoditi CPO Indonesia untuk meningkatkan devisa negara. 1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika pembahasan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut: BAB 1. PENDAHULUAN Dalam Pendahuluan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memaparkan pendokumentasian dan pengkajian hasil dari penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan dan sama kaitannya dengan penelitian ini. Selain itu juga diuraikan landasan teori mengenai teori yang digunakan untuk mendekati permasalahan yang diteliti. BAB 3. METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang metode analisis yang digunakan dalam penelitian yang disertai data-data dan sumber data. 11
BAB 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil-hasil dari analisis data yang telah diperoleh dan menjelaskan mengenai hasil perhitungan statistik dari hubungan masing-masing variabel termasuk dengan pengujian hipotesisnya. BAB 5. SIMPULAN DAN IMPLIKASI Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil-hasil perhitungan analisis dan implikasi yang sesuai dengan permasalahan. 12