HUBUNGAN PERILAKU HIGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA SISWA SD NEGERI 01 TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE AKUT PADA SANTRI PONDOK TREMAS KABUPATEN PACITAN

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT TAHUN 2015

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

1 Universitas Kristen Maranatha

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

HUBUNGAN KEPEMILIKAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA JATISOBO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

ABSTRACT. Keywords: Diarrhea, PHBS indicators

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

Keywords: Diarrhea, Defecate, Kuningan Village

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara


Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SD NEGERI IV BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN KARANG TENGAH KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS DIARE DI PUSKESMAS ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA FACTORS INFLUENCES WITH DIARHEA IN THE CHILDREN UNDER FIVE

Hubungan Pengetahuan Mencuci Tangan dengan Kejadian Diare pada Siswa Kelas IV-VI SDN 11 Lubuk Buaya Padang

STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

Transkripsi:

HUBUNGAN PERILAKU HIGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA SISWA SD NEGERI 01 TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Kesehatan Masyarakat Disusun oleh : Sutanto J410070063 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

HUBUNGAN PERILAKU HIGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA SISWA SD NEGERI 01 TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO Abstrak Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia yang erat hubungannya dengan kualitas sanitasi lingkungan individu dan perilaku hidup bersih sehat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku higiene dengan kejadian diare pada siswa SDN 01 Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Penelitian dilakukan dengan observasional yang menggunakan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel dengan proporsional random sampling sebanyak 97 siswa. Uji statistik menggunakan chi square dengan menggunakan program komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,9% kebiasaan buang air besar sudah baik, kebiasaan cuci tangan dengan kategori kurang baik sebesar 38,1%, kebiasan potong kuku sudah baik sebesar 72,6%, kebiasaan sering jajan sebesar 69,6% (p=0,065) yang artinya tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan kejadian diare. Kata kunci: Buang air besar, Jajan, Cuci Tangan, Potong Kuku, Kejadian Diare Abstract Diarrhea is a disease that is still a public health problem in developing countries including Indonesia are closely related to the quality of individual environmental sanitation and clean living healthy behavior. The purpose of this research is to know the behavior of the facility's relationship with incidence of diarrhea in students SDN 01 Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Research conducted with observational approach that uses cross sectional. The selection of the sample by proportional random sampling as much as 97 students. Using the chi square statistical tests using computer programs. The results showed that 61.9% bowel habits are already good, handwashing habits with categories less well of 38,1%, customs cut nails already good of 72,6%, often spending habits of 69.6% (p= 0,065) which means there is no relation between incidence of diarrhea with spending habits. Keywords: defecation, snack, handwashing, cut nails, the incidence of diarrhea 1. PENDAHULUAN Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Pada tahun 2013 terjadi 10 kali KLB diare yang tersebar di 8 provinsi, 8 1

kota/kabupaten dengan CFR 1,08% sebanyak 646 orang penderita terdapat 7 orang meninggal karena diare (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 2,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG s 2015 adalah menurunkan kematian anak. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian akibat diare perlu adanya tata laksana yang cepat dan tepat (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Penyakit Diare berhubungan erat dengan kualitas sanitasi lingkungan individu dan perilaku hidup bersih sehat. Cakupan penemuan kasus masih rendah terutama pada balita. Demikian pula dengan pencatatan dan pelaporan kasus dari setiap institusi kesehatan masih belum optimal, sehingga kasus terlaporkan belum dapat menggambarkan kasus yang sebenarnya di masyarakat. Apabila tahun 2014 tidak dilaporkan kasus kematian sama dengan tahun 2013 sehingga CFRnya sebesar 0 % hasil ini sudah mencapai target SPM yaitu CFR Diare <1 (DKK Sukoharjo, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Syahputri (2011) pada Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Amplas menunjukkan bahwa pengetahuan siswa Sekolah Dasar tentang sanitasi dasar dengan PHBS sebesar 58,3% sudah baik dan 41,7% masih kurang atau buruk, sikap terhadap sanitasi dasar dengan PHBS sebesar 61,4% dalam kategori baik dan 38,6% dalam kategori kurang atau buruk. Sebagian besar siswa SD mempunyai kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baik. Berdasarkan hasil survei pendahuluan, sarana sanitasi di SDN 01 Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo meliputi ketersediaan air bersih, toilet dalam keadaan bersih tetapi tidak tersedia sabun untuk cuci tangan, 1 kamar mandi 2

yang terdapat sabun, tempat cuci tangan tidak tersedia sabun, dan setiap ruang kelas serta ruang guru terdapat tempat sampah tertutup. Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan penduduk. Salah satu faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara lain akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Sanitasi lingkungan yang buruk dapat memicu terjadinya penyakit diare dimana interaksi antara penyakit, manusia dan lingkungan yang mengakibatkan perlu diperhatikan dalam penanggulangan diare. Peran faktor lingkungan (air, makanan, lalat), enterobakteri, parasit usus, virus, jamur, dan beberapa zat kimia telah secara klasik dibuktikan pada berbagai penyelidikan epidemiologis sebagai penyebab penyakit diare. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Perilaku Higiene Dengan Kejadian Diare Pada Siswa SD Negeri Trangsan 01 Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah observasional dengan metode analitik pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di SDN 01 Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SDN 01 Trangasan dari kelas 1 sampai kelas 6 tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 128 siswa. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 97 siswa dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling. Variabel yang diteliti meliputi variabel bebas (variabel dependen) dan variabel terikat (variabel independen). Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari kebiasaan buang air besar, kebiasaan jajan, kebiasaan cuci tangan, dan kebiasaan potong kuku sedangkan variabel terikatnya yaitu kejadian diare. Semua variabel tersebut diukur dengan kuesioner / panduan wawancara dengan skala data nominal. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik chi square. 3

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 01 Trangsan, yang berlokasi di Jalan Jogahan RT. 01/RW. IX Kelurahan Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Sekolah ini memiliki luas tanah 4040 m 2 dengan luas bangunan ±738 m 2. Fasilitas sekolah yang mendukung untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) meliputi 4 toilet, 1 kamar mandi, tempat cuci tangan sebagian besar menggunakan kran yang berada di depan kelas serta ada juga yang menggunakan kobokan, kantin sekolah, tempat sampah tertutup yang berada di tiap pojok ruangan baik ruang kelas maupun ruang guru. a. Hasil Analisis Univariat Tabel 1. Tabel Distribusi Frekuensi Perilaku Perilaku Frekuensi Persentase (%) Kebiasaan BAB Baik 90 92,78 Kurang 7 7,22 Total 97 100 Kebiasaan Jajan Sering 41 42,27 Jarang 56 57,73 Total 97 100 Kebiasaan Cuci Tangan Baik 40 41,24 Kurang 57 58,76 Total 97 100 Kebiasaan Potong Kuku Baik 62 63,92 Kurang 35 36,08 Total 97 100 4

b. Hasil Analisis Bivariat Tabel 2. Distribusi Hubungan Perilaku dengan Kejadian Diare di SD Negeri 01 Trangsan, Kecamatan Gatak Sukoharjo Variabel Kebiasaan BAB Kebiasaan Jajan Kebiasaan Cuci Tangan Kebiasaan Potong Kuku Kategori Kejadian Diare Total Diare Tidak n % n % n % Baik 37 38,1 53 61,9 90 100 Kurang 0 0,0 7 100 7 100 Sering 20 48,8 21 51,2 41 100 Jarang 17 30,4 39 69,6 56 100 Baik 0 0,0 40 100 40 100 Kurang 37 38,1 20 61,9 57 100 Baik 17 27,4 45 72,6 62 100 Kurang 20 57,1 15 42,9 35 100 Nilai p 0,042 0,065 0,000 0,004 Berdasarkan tabel analisis bivariat memperlihatkan bahwa dari 97 siswa, 7 siswa memiliki kebiasaan buang air besar dengan kategori kurang, 40 siswa memiliki kebiasaan cuci tangan dengan kategori baik dan 45 siswa mempunyai kebiasaan potong kuku dengan kategori baik. Sedangkan 39 siswa mempunyai kebiasaan jajan dengan kategori jarang dan tidak mengalami diare. Kebiasaan buang air besar, kebiasaan cuci tangan, dan kebiasaan potong kuku mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian diare (p < 0,05) atau terdapat hubungan dengan kejadian diare sedangkan variabel kebiasaan jajan tidak mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian diare (p = 0,065 > 0,05) atau tidak ada hubungan dengan kejadian diare. 3.2. Pembahasan a. Distribusi Frekuensi Perilaku Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari jumlah sampel 97 siswa terdapat 7,22% atau sebanyak 7 siswa mempunyai kebiasaan buang air besar yang kurang baik. Sedangkan sebanyak 90 siswa (92,78%) mempunyai 5

kebiasaan buang air besar yang baik. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa SD Negeri 01 Trangsan sudah mempunyai kebiasaan buang air besar yang baik. Dari jumlah sampel 97 siswa yang diteliti terdapat 57,73% atau sebanyak 56 siswa mempunyai kebiasaan jarang jajan dan rata-rata siswa memilih jajanan sehat. Sedangkan 42,27% atau sebanyak 41 anak memiliki kebiasaan sering jajan dan kurang memperhatikan kualitas jajanan. Kebiasaan cuci tangan berdasarkan penelitian ini masih kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 1 bahwa dari 97 sampel terdapat 58,76% atau sebanyak 57 anak mempunyai kebiasaan cuci tangan yang kurang baik dan sebesar 41,24% atau 40 anak memiliki kebiasaan cuci tangan yang baik. Cuci tangan yang baik dan benar harus dengan air mengalir disertai sabun. Kebiasaan potong kuku merupakan bagian dari upaya menjaga kebersihan tangan. Berdasarkan tabel 1 terdapat 36,08% atau 35 anak mempunyai kebiasaan potong kuku yang kurang baik karena dalam menjaga kebersihan kuku atau memotong kuku kurang teratur. Sedangkan 63,92% atau 62 anak memiliki kebiasaan potong kuku yang baik. b. Hubungan antara Kebiasaan Buang Air Besar dengan Kejadian Diare Penyakit diare berhubungan erat dengan kualitas sanitasi lingkungan individu dan perilaku hidup bersih dan sehat. Sanitasi yang buruk dapat memicu terjadinya penyakit diare di mana interaksi antara penyakit, manusia dan lingkungan yang mengakibatkan perlu diperhatikan dalam penanggulangan diare. Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Kuman atau bakteri penyakit diare (Escherichia coli) biasanya akan menyebar melalui fekal-oral atau orofekal. Air merupakan media penularan utama diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah atau tercemar saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan 6

yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. Berdasarkan hasil analisis bivariat kebiasaan buang air besar yang menggunakan uji fisher s exact pada siswa SDN 01 Trangsan sudah termasuk baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis bivariat yang dilakukan pada 97 sampel diketahui bahwa 7 siswa memiliki kebiasaan buang air besar dengan kategori kurang. Sedangkan 53 anak (61,9%) yang tidak menderita diare karena rata-rata siswa sudah memiliki wc atau toilet di rumah masingmasing dan mereka juga sanggup dalam menjaga kebersihannya. Karena untuk jamban yang sehat harus tertutup dan mempunyai atap agar terlindung dari hujan dan panas. Jamban juga harus ada penerangan dan ventilasi yang cukup untuk pertukaran udara. Kebersihan jamban juga harus di dukung dengan adanya ketersediaan air bersih dan juga sabun untuk membersihkan diri. Berdasarkan hasil analisis statistik chi square didapatkan nilai p = 0,042 < 0,05 sehingga pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan buang air besar dengan kejadian diare. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Syahputri (2011) pada Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Amplas menunjukkan bahwa pengetahuan siswa Sekolah Dasar tentang sanitasi dasar dengan PHBS sebesar 58,3% sudah baik dan 41,7% masih kurang atau buruk, sikap terhadap sanitasi dasar dengan PHBS sebesar 61,4% dalam kategori baik dan 38,6% dalam kategori kurang atau buruk. Sebagian besar siswa SD mempunyai kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baik. c. Hubungan antara Kebiasaan Jajan dengan Kejadian Diare Penyakit diare juga dapat menular melalui tinja yang terinfeksi. Jika melalui tinja yang terinfeksi maka penyebaran penyakit diare terjadi bila tinja tersebut dihinggapi oleh lalat dan lalat tersebut hinggap ke makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya (Widoyono,2008) 7

Jajanan merupakan hal yang akrab bagi anak sejak balita sampai usia sekolah, bahkan sampai usia remaja dan dewasa. Saat ini di berbagai daerah berkembang jenis jajan anak sekolah banyak beraneka ragam bentuk, jenis dan warna. Jajanan yang sehat dan aman harus bebas dari bahaya fisik (isi stapler, batu/kerikil, rambut, kaca, dan benda lainnya), cemaran bahan kimia, dan bahaya biologis (virus, parasit, jamur dan bakteri). Jajan merupakan kegembiraan tersendiri bagi anak. Hanya saja, kita perlu memberikan pengertian dengan mengatakan boleh jajan asal di tempat atau lingkungan yang bersih. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, kebiasaan jajan siswa sudah tergolong baik dan memperhatikan jajanan yang sehat. Hal ini bisa dilihat dari 97 sampel yang diteliti terdapat 69,6% atau 39 siswa dengan kategori jarang jajan dan tidak mengalami diare dan. Berdasarkan hasil analisis statistik chi square didapatkan nilai p = 0,065 > 0,05 sehingga pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan kejadian diare. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Ruchiyat (2007) tentang hubungan antara higiene perorangan, frekuensi konsumsi dan sumber makanan jajanan dengan kejadian diare yang dilakukan pada siswa kelas 4, 5 dan 6 di SDN Babakan Sentral Kota Bandung menunjukkan bahwa prevalensi kejadian diare sebesar 34,9%. Terdapat 31 siswa (36,9%) dengan higiene perorangan kurang, frekuensi konsumsi jajan terdapat 40 siswa (47%) dengan frekuensi konsumsi jajan jarang dan 44 siswa (52,4%) dengan frekuensi konsumsi makanan sering. Dalam penelitian Ruchiyat (2007) disimpulkan bahwa ada hubungan antara frekuensi konsumsi jajan dengan kejadian diare. d. Hubungan antara Kebiasaan Cuci Tangan dengan Kejadian Diare Tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering melakukan kontak langsung dengan benda lain, maka sebelum makan disarankan untuk mencuci tangan yang baik dan benar. Upaya pencegahan lainnya yaitu menggunakan air bersih (tidak berwarna, tidak berbau serta tidak berasa), memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk 8

mematikan sebagian besar kuman penyakit, mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum atau sesudah makan, setelah bermain atau berolahraga, setelah buang ingus, setelah batuk atau bersin, setelah memegang hewan peliharaan, serta setelah membuang sampah. Jika mempunyai sampah di rumah, segera buang tumpukkan sampah agar tidak menggunung dan jadi sarang penyakit. Cuci tangan pakai sabun, bagi sebagian besar masyarakat sudah menjadi kegiatan rutin sehari-hari. Tapi, bagi sebagian masyarakat lainnya terkadang mengabaikannya. Padahal cuci tangan pakai sabun mempunyai peranan penting dalam mencegah atau menghilangkan virus dan bakteri yang menjadi penyebab berbagai penyakit terutama penyakit yang menyerang saluran cerna seperti diare dan penyakit infeksi saluran pernafasan akut. Hampir semua orang mengerti pentingnya cuci tangan pakai sabun, namun tidak membiasakan diri untuk melakukannya dengan benar pada saat yang penting. Kebiasaan cuci tangan dalam penelitian ini, masih tergolong kurang baik karena pada sarana tempat cuci tangan maupun di toilet belum tersedia sabun untuk mencuci tangan. Dari 97 sampel yang diteliti terdapat 40 siswa tidak mengalami diare, sedangkan 37 siswa (38,1%) mengalami diare dan mempunyai kebiasaan cuci tangan dengan kategori kurang. Berdasarkan hasil analisis statistik chi square (p = 0,000< 0,05) sehingga pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare. Hasil penelitian ini dikuatkan oleh pernyataan Zein (2010) bahwa mencuci tangan dengan disertai sabun dengan cara yang tepat dan benar dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 47% dan angka kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)sebesar 30%. Cuci tangan sebaiknya dengan air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air ataupun disiramkan dengan gayung, menggunakan sabun, setelah itu dikeringkan dengan handuk kering atau kertas tisu kering. Mencuci tangan pakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum atau sesudah makan, sesudah buang air besar atau buang air kecil di 9

toilet, setelah batuk atau bersin, setelah bermain atau olahraga, setelah membuang sampah dan setelah menyentuh hewan. Langkah mencuci tangan dimulai dengan membasahi tangan dengan air mengalir kemudian digosok dengan sabun secara merata sampai sela-sela jari tangan dengan gerakan-gerakan memutar, dengan durasi sekitar 30 detik. Kemudian dibilas kembali dengan air mengalir sampai busa sabun hilang, setelah itu dikeringkan dengan handuk atau kain lap yang bersih, atau dengan tisu kering. e. Hubungan antara Kebiasaan Potong Kuku dengan Kejadian Diare Menjaga kebersihan tangan selain mencuci tangan, juga harus menjaga kebersihan kuku dengan cara memperpendek kuku dan membersihkan kotoran yang ada. Orang tua juga harus ikut peran serta dalam kebiasaan potong kuku pada anak usia SD karena tidak semua anak bisa menggunting kukunya sendiri. Kuku dapat menjadi tempat mengendapnya kotoran dan membawa banyak kuman maupun bakteri. Berdasarkan tabel distribusi hubungan perilaku dengan kejadian diare bisa dilihat bahwa kebiasaan potong kuku yang kurang sebanyak 20 siswa (57,1%) yang mengalami kejadian diare. Sedangkan sebanyak 45 siswa (72,6%) yang tidak mengalami diare. Dapat disimpulkan bahwa siswa SDN Trangsan 01 sudah menjaga dan merawat kebersihan kukunya dengan baik. Berdasarkan hasil analisis statistik chi square (p = 0,004 < 0,05) sehingga pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan potong kuku dengan kejadian diare. Walaupun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tumanggor (2008) tentang hubungan perilaku dan higiene siswa dengan infeksi kecacingan yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara higiene perorangan dengan infeksi kecacingan atau tidak ada hubungan higiene perorangan dengan infeksi kecacingan tetapi untuk kebersihan kuku masih dalam kategori kotor sebanyak 64,9% dan 51,4% kebersihan diri responden juga masih dalam keadaan kotor. 10

Masita (2009) juga menyatakan dalam penelitiannya tentang program pelaksanaan program UKS dan kebersihan hidup sehat siswa kelas VI SD Kartini Kota Tebing Tinggi menyebutkan bahwa 8 siswa (10%) mencuci tangan dengan air dan sabun setelah buang air besar dan 15 siswa (20%) masih kurang dalam menjaga kebersihan kuku. 4. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 97 siswa di SD Negeri 01 Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Ada hubungan antara kebiasaan BAB dengan kejadian diare pada siswa SD Negeri 01 Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. b. Tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan kejadian diare pada siswa SD Negeri 01 Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. c. Ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum maupun sesudah makan serta cuci tangan setelah buang air besar (BAB) dengan kejadian diare pada siswa SD Negeri 01 Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. d. Ada hubungan antara kebiasaan potong kuku dengan kejadian diare pada siswa SD Negeri 01 Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. SARAN Sekolah perlu menyediakan sabun di toilet dan tempat cuci tangan guna terlaksananya perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, sekolah perlu bekerja sama dengan tenaga kesehatan atau instansi kesehatan setempat dalam penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Sedangkan untuk siswa SD Negeri 01 Trangsan diharapkan agar dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat baik di sekolah maupun di rumah. Dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kejadian diare dengan cara menambah jumlah variabel bebas maupun jumlah variabel terikatnya serta jumlah sampel penelitian. 11

DAFTAR PUSTAKA DKK Sukoharjo. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2014. Sukoharjo. Kemenkes RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2011. Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2013. Kemenkes RI. 2014. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2014. Masita, S. 2009. Pelaksanaan Program UKS dan kebiasaan hidup bersih sehat murid kelas VI SD RA.Kartini Kota Tebing Tinggi. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan. USU. Ruchiyat. 2007. Hubungan antara Higiene Perorangan, Frekuensi Konsumsi dan Sumber Makanan Jajan dengan Kejadian Diare. Skripsi. Program Studi Gizi Fakultas Kedokteran. UGM. Syahputri, D. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Siswa Sekolah Dasar (SD) tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Tumanggor, AH. 2008. Hubungan Perilaku dan Higiene Siswa SDN 030375 dengan Infeksi Kecacingan di Desa Juma Tenguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi. Skripsi. Fakulas Kesehatan Masyarakat USU. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis (Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya). Semarang: Erlangga. Zein, U. 2010. Ilmu Kesehatan Umum. Medan: USU Press. http://ebookbrowse.com/ilmu-kesehatan-umum-final-akhir-cetak-bab-1- pdf-d56531972 12