BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberi dampak positif dalam aspek kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penddikan merupakan suatu proses pembentukan pribadi, yang mana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan karakter tersebut adalah melalui Pendidikan, Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Shooting adalah salah satu gerakan melempar atau menembak bola kearah

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian dan definisi Pendidikan berdasarkan Undang-Undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN. potensi tersebut bisa dimulai dengan menumbuhkan ketrampilan dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jasmani dan rohani pelakunya. Melalui pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan pada siswa kelas V Sekolah Dasar. Sedikit sekali siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran agar siswa tertarik dalam proses belajar mengajar. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. THN 2008) sistem keolahragan nasional. Pengembangan motorik dan. jasmani sekolah, dimana pendidikan jasmani merupakan media untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidkan dalam arti luas berarti susatu proses untuk mengembangkan

memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana, pembekalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam semboyan pendidikan dikatakan bahwa Hidup adalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peran penting

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu gerakan senam lantai yang diajarkan pada tingkat sekolah

I. PENDAHULUAN. isi, dan arah untuk menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, budaya serta nilai-nilai yang positif yang ada dari satu generasi ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan peranan penting dalam proses peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan, terutama di negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia. indonesia perlu memiliki warga yang bermutu atau berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. masalah smpai masalah tersebut dapat di pecahkan dengan baik. Untuk dapat. bermutu tinggi dan mampu berkompetensi secara global.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah a. c. d. e.

BAB I PENDAHULUAN. dan bahkan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul betul

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) tahun 2006 lalu, pendidik tidak bisa lagi menggunakan paradigma lama

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

MODIFIKASI PIRING PLASTIK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LEMPAR PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BONGKANG MITA ERLIANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 ayat 1 UU sisdiknas No. 20 tahun 2003). pendidik dan sarana serta prasarana yang berkualitas. Peringkat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered karena tidak memerlukan alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membawa nama bangsa ke dunia internasional menjadi baik. Mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi belakangan ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sampai kapanpun dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan terutama di negera - negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku anak didik agar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal, sampai dengan suatu taraf kedewasaan tertentu, sedangkan secara terbatas, pendidikan diartikan sebagai proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenalkan sebagai pengajaran. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia. Pendidikan sangat penting artinya bahwa tanpa pendidikan manusia akan sulit untuk maju dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan demikian pendidikan harus benar-benar diarahkan agar dapat menghasilkan manusia yang berkualitas serta mampu bersaing karena memiliki akal pikiran serta budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Pekerjaan ini membutuhkan suatu perencanaan yang mantap, berkesinambungan serta cara penerapan yang baik kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengalami perubahan seperti yang diinginkan. 1

2 Pendidikan jasmani suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak. Penyelenggaraan pendidikan jasmani selama ini berorientasi pada suatu titik pusat yaitu guru.kenyataan ini bisa dilihat di lapangan melalui pengamatanpengamatan yang dilakukan oleh penulis. Hal ini tentu saja mempengaruhi pola pikir dan persepsi guru pendidikan jasmani itu sendiri, bahwa gurulah yang mempunyai kuasa penuh dalam proses belajar mengajar tanpa mempertimbangkan perkembangan motorik peserta didiknya. Dengan diberlakukanya Kurikulum Tingkat 2013 yang sering juga disebut kurikulum berbasis karakter. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang dikeluarkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill dan pendidikan karakter, dimana siswa dituntut untuk paham terhadapa materi, aktif dalam proses berdiskusi dan persentasi serta memiliki sopan santun dan sikap disiplin yang tinggi. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber utama pembelajaran. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan sikap tersebut pada siswa sebenarnya tidaklah mudah. Karena fakta yang terjadi adalah pemahaman dimana guru maupun siswa mengambil perannya sesuai dengan yang tertuang pada kurikulum 2013 tersebut. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas untuk belajar. Dan sikap anak didik

3 yang pasif ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada hampir semua mata pelajaran termasuk Pendidikan Jasmani. Sebenarnya banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan jasmani siswa. Salah satunya misalnya dengan menerapkan pembelajaran melalui bantuan media. Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran penjas dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi dan hasil belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Keragaman masalah yaitu sebagai berikut: Sarana prasarana merupakan salah satu bagian yang strategis dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, lengkap dan tidak lengkapnya sarana prasarana pembelajaran turut mempengaruhi maksimal dan tidak maksimalnya ketercapaian tujuan pembelajaran. Sarana yang lengkap bisa memudahkan guru untuk mengejar target-target tertentu yang menjadi tujuan pembelajaranya. Begitu sebaliknya, sarana yang tidak lengkap akan menyulitkan bagi guru dalam mencapai target-target tujuan pembelajaranya. Dalam pelaksanaan pembelajaran lempar cakram dalam bidang studi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), khususnya kelas XI dimana pelaksanaannya harus dilakukan melalui praktek bukan hanya teori, yakni mempraktekkan teknik-teknik dasar dalam pelaksanaan pembelajaran lempar cakram,maka di sini siswa di tuntut agar dapat melakukan teknik-teknik dasar lempar cakram sesuai dengan KKM yang

4 ada di sekolah tersebut, adapun teknik-teknik dasar dalam lempar cakram yaitu: teknik memegang cakram, teknik mengayunkan cakram, teknik melempar cakram dan posisi badan saat melempar. Berdasarkan observasi yang saya lakukan pada hari rabu tanggal 9 maret 2016 pada siswa/i kelas XI Akuntansi-3 SMK Negeri 7 Medan, dimana pada saat itu saya menemui pihak sekolah yaitu Bapak Pembantu kepala sekolah yaitu Bapak Mathias S.Pd memohon agar saya diijinkan melakukan observasi di SMK N 7 Medan, kemudian saya dituntun oleh Bapak Mathias untuk memperkenalkan diri kepada guru pendidikan jasmani yang ada di SMK N 7 Medan. Setelah saya diperkenalkan saya mewawancarai guru PENJASKES yang pada waktu itu mengajar dikelas XI Akuntansi 3 yaitu Ibu Dra. Dahlia Aritonang. Dari hasil observasi, pembelajaran Lempar Cakram di SMK Negeri 7 Medan, media cakram hanya tersedia 2 buah, 1 untuk putri dan 1 untuk putra. Sementara jumlah siswa kelas XI Jurusan Akuntansi 3 di SMK Negeri 7 Medan berjumlah 35 orang per kelas. jadi perbandingan antara jumlah cakram dan jumlah siswa adalah 1 : 17 putra/putri. Jelas dari gambaran tersebut bahwa proses pembelajaran Lempar Cakram menjadi tidak efektif, dan akibatnya bahwa target kurikulum menjadi rendah.

5 Berdasarkan observasi siswa di SMK Negeri 7 Medan, tentang pelajaran lempar cakram, masih banyak ditemukan siswa yang mengalami kesulitan pada teknik lempar cakram khususnya pada teknik melempar cakram, hal itu terbukti banyak siswa yang belum memahami bagaimana cara melakukan teknik dasar lempar cakram dengan benar,pada sikap awal memegang, cara mengayun, teknik melempar dan posisi akhir. Salah satu penyebab hal ini adalah karena kurang diterapkannya gaya pembelajaran yang lain,kurangnya usaha guru penjas untuk memotivasi siswa. Pada kegiatan inti guru kurang menggunakan ketrampilan variasi belajar dan pemanfaatan sarana prasarana, tidak adanya umpan balik atau tanyak jawab untuk mengetahui kekurangan dalam menjalankan materi, dalam mengakhiri pelajaran guru hanya menyampaikan materi untuk selanjutnya. Hal ini ditambah dengan pemahaman siswa tentang apa yang disampaikan guru rendah, serta rasa ingin tahu yang minim, sehingga siswa tidak dapat bekerjasama dengan baik antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan guru, siswa cenderung diam dan tidak banyak yang bertanya pada materi yang tidak diketahui serta perhatian guru sangat rendah terutama pada proses teknik dasar lempar cakram. Dalam pengelolaan kelas guru kurang melibatkan siswa untuk menghadapi masalah dalam pelajaran, penyajian materi kurang jelas sehingga siswa sulit menangkap pelajaran, dan selalu menggunakan gaya mengajar yang belum pas sehingga siswa cepat merasa bosan terutama pada siswa perempuan yang tidak dapat memahami materi dengan cepat dan gerak motorik nya yang

6 lambat, dan masih banyak gerakan teknik dasar lempar cakram yang salah dan guru kurang tegas dalam bersikap sehingga menambah proses belajar menjadi kurang aktif. Situasi dan kondisi ini belum bisa memenuhi sarana cakram tersebut sampai batas yang cukup memadai atau kondisi ideal, misalnya dengan perbandingan 1 : 5 ( 1 cakram untuk 5 orang ). Hal ini bisa dimengerti, karena sekolah mempunyai kebutuhan yang sangat banyak dan hampir semuanya mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi untuk di penuhi oleh sekolah. Dari hasil tes awal yang dilakukan oleh peneliti didapat siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sejumlah 10 orang siswa, siswa yang nilainya di bawah KKM sebanyak 25 siswa. Berarti dari data tersebut sekurangnya hanya sekitar 40 % dari jumlah siswa/i yang berhasil memahami cara melakukan teknik melempar cakram dengan benar, sikap awal melempar, hingga posisi badan setelah melakukan lemparan pada materi lempar cakram dan 60% siswa/i yang tidak dapat melakukan teknik melempar cakram yang baik dan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal(kkm). KKM yang harus dicapai siswa adalah 75 sementara itu kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah adalah sekitar 90% dari keseluruhan siswa/i. Hasil yang diperoleh ini cukup rendah sehingga saya berusaha untuk memperbaiki permasalahan yang terjadi dikelas tersebut. Menurut saya perlu sebuah pemecahan masalah yang sederhana dan bisa dilakukan oleh peneliti terutama didalam materi lempar cakram. Melihat

7 permasalahan di atas, maka satu pemikiran yang muncul adalah bahwa perlu adanya sebuah media alternatif modifikatif untuk mengganti cakram yang memang cukup mahal. Media alternatif modifikatif tersebut harus bersifat bisa mewakili karakteristik cakram. Dari beberapa kriteria media alternatif modifikatif untuk mengganti cakram tersebut nampaknya kayu bisa dijadikan media alternatif modifikatif untuk mengganti cakram. Kayu tersebut dibentuk dan diolah menjadi sebuah cakram.dari segi bentuk, jelas ada kemiripan dengan bentuk cakram. Melalui media alternatif modifikatif ini diharapkan agar proses pembelajaran lempar cakram di SMK N 7 Medan dapat berjalan dengan lancar dan menarik minat peserta didik ataupun siswa/i. Penggunaan media alternatif modifikatif ini dapat membantu siswa/i dalam memahami keterampilan gerak dasar lempar cakram dan siswa/i tidak lagi pasif karena sudah memiliki cakram modifikasi masing masing. Dan peneliti merasa bahwa Melalui Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran lempar cakram dengan media alternatif modifikatif merupakan salah satu cara yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, karena model pembelajaran ini mudah diterapkan dan siswa akan senang saat pembelajaran berlangsung, oleh karena itu siswa akan mudah menerima pembelajaran yang diberikan dan tidak mudah lupa karena model pembelajaran berbasis masalah ini dapat mengembangkan cara belajar, berfikir, dan keterampilan siswa aktif.

8 Seperti yang disebutkan diatas, salah satu unsur yang harus ada dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum terus berubah seiring dengan perubahan kurikulum dalam pendidikan. Pada tahun 2014, sudah mulai diterapkan kurikulum pendidikan yang terbaru yaitu kurikulum 2013, tidak terkecuali untuk mata pelajaran pendidikan jasmani. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (pendekatan saintifik). Pendekatan Saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data.(sani 2014:50) Merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif menbangun konsep dalam pembelajaran, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Kemendikbud, 2013). Belajar siswa aktif serta penggunaan Pendekatan Saintifik yang dapat mendukung Pembelajaran lempar cakram dengan media alternatif modifikatif berbasis masalah ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar lempar cakram siswa melalui praktek menguasai gerakan yang dipelajari dengan penemuan secara langsung, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar

9 lempar cakram siswa. Dari permasalahan tersebut di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lempar Cakram dengan Media Modifikasi Melalui Pendekatan Saintifik, Pada Siswa Kelas XI Jurusan Akuntansi-3 SMK Negeri 7 Medan Tahun Ajaran 2016/2017. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapatlah dibuat suatu gambaran tentang permasalahan yang dihadapi. Dalam penelitan ini, masalah yang dapat diteliti dan diidentifikasi adalah : Kurangnya pengetahuan siswa dalam pembelajaran lempar cakram terutama pada teknik melempar cakram. Kurangnya sarana dan prasarana dalam pembelajaran lempar cakram di sekolah yang menimbulkan siswa pasif pada saat pembelajaran terutama pada pembelajran lempar cakram. Kurangnya perhatian guru dalam pemilihan media yang cocok pada saat materi pembelajaran. Kurangnya cara pendekatan guru dalam menerbitkan pembelajaran dalam pembelajaran lempar cakram Rendahnya hasil belajar siswa terutama dalam pembelajaran lempar cakram di kelas XI jurusan Akuntansi-3 SMK Negeri 7 Medan.

10 C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah peneliti membatasi masalah penelitian ini pada Upaya Meningkatkan hasil Belajar Lempar Cakram Dengan Menggunakan Media Modifikasi melalui pendekatan saintifik Pada Siswa Kelas XI Jurusan Akuntansi 3 SMK Negeri 7 Medan Tahun Ajaran 2015/2016. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut : - Apakah dengan menggunakan media modifikasi melalui pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar lempar cakram pada siswa kelas XI jurusan Akuntansi 3 SMK Negeri 7 Medan? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan penjelasan dalam permasalahan yang ada untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar lempar cakram dengan menggunakan media modifikasi pada siswa kelas XI jurusan Akuntansi 3 SMK Negeri 7 kota Medan tahun ajaran 2015/2016.

11 F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru Diharapkan hasil penelitian tindakan kelas ini merupakan solusi dan juga masukan dalam permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran pengusaan materi lempar cakram dan mengajak guru untuk lebih kreatif dalam memodifikasi sarana dan prasarana yang terbatas yang ada di sekolah. 2. Bagi sekolah Sebagai sumbangan pikiran dalam dunia pendidikan guna kemajuan pembelajaran bidang studi pendidikan jasmani pada khususnya 3. Bagi siswa Agar penguasaan materi lempar cakram siswa meningkat menjadi lebih baik,menyenangkan dan menarik 4. Bagi peneliti Sebagai rujukan dan gambaran bagi peneliti lain untuk penelitian selanjut nya dan untuk menambah wawasan peneliti tentang metode pendekatan saintifik dalam materi lempar cakram.