BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Pendapatan dari penerimaan pajak yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Bisa dikatakan, hampir semua sektor-sektor yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia di singkat RI adalah negara di Asia Tenggara, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan Negara Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang sampai dengan saat ini sedang giat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk menghimpun dana

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah sumber utama pembiayaan Negara, Tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi rakyatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi ketergantungan Negara kita terhadap hutang luar negeri. Sektor pajak

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya. kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mencari sumber pemasukan baru

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan.

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual (Waluyo, 2013:2). Dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. besar dan potensial untuk sumber penerimaan pajak. Oleh sebab itu penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan. Terlebih lagi perusahaan yang berskala nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menurun, sehingga pendapatan perkapita masyarakat juga semakin kecil. Hal

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana yang terjamin untuk menjalankan fungsi-fungsi pemerintah. Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak sangat diperlukan dalam penyelenggaraan negara, karena untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.

MEKANISME PERHITUNGAN PPH OP KARYAWAN PADA PT. VIRAJAYA RIAUPUTRA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pemungutan tetapi hanya merupakan pemberian sukarela

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama untuk

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan yang memiliki kontribusi yang cukup tinggi terhadap penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

BAB II KAJIAN TEORI. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan melalui iuran wajib dari warga negaranya yang disebut pajak.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang mampu berperan sebagai tenaga yang terampil, kritis dan siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara.adapun beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan Negara. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan Penerimaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

ABSTRAK. Kata Kunci : Tata Cara Perhitungan, Pemotongan, dan Pelaporan PPh Pasal 21 atas Gaji Karyawan Tetap dengan Penghasilan Bulanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Kontraprestasi yang diterima pembayar pajak bersifat tidak langsung, sebab pajak

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional.

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. secara keuangan. Sedangkan bagi Pemerintah, pajak merupakan pendapatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan (daya pikul) masing-masing yang dapat dipaksakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya bersumber dari sektor perpajakan. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya suatu negara dinilai maju dan berkembang dilihat dari segi

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yaitu mensejahterakan. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB I PENDAHULUAN. berusaha melakukan pembangunan disegala bidang dengan melibatkan

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. memenuhi kewajiban dalam bentuk fasilitas telah diberikan untuk mempermudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan aspek yang penting dalam proses pembangunan suatu bangsa khususnya di Indonesia, karena pembangunan bertujuan untuk mewujudkan serta meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Pendapatan dari penerimaan pajak yang berasal dari rakyat merupakan kontribusi nyata dalam menunjang pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan. Dalam membayar pajak, untuk menjadikan pajak sebagai sumber penerimaan negara yang paling utama bukanlah hal yang mudah. Masyarakat Indonesia harus mengerti pajak dan cara perhitungannya, agar tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan dalam pembayaran pajak. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan peraturan berupa Undang-Undang Perpajakan. Undang- Undang tersebut mengatur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pajak, wajib pajak, subjek pajak, objek pajak, maupun tata cara perhitungan pajak. Pajak memiliki dua fungsi, yaitu fungsi anggaran (budgeter) dan fungsi mengatur (regulerend). Fungsi anggaran (budgeter) dari pajak adalah memasukkan uang ke kas negara sebanyak-banyaknya untuk keperluan belanja negara. Dalam hal ini pajak lebih difungsikan sebagai alat untuk menarik dana dari masyarakat untuk dimasukan ke dalam kas negara. Sementara itu, fungsi mengatur (regulerend) dari pajak berfungsi sebagai alat penggerak masyarakat dalam sarana perekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, fungsi mengatur ini menggunakan pajak untuk mendorong dan mengendalikan kegiatan masyarakat agar 1

2 sejalan dengan rencana dan keinginan pemerintah, walaupun kadang dari sisi penerimaan (fungsi anggaran) justru tidak menguntungkan. Perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini mengalami peningkatan yang cukup pesat, hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya investor baik dari dalam maupun dari luar negeri yang menanamkan modalnya di Perusahaanperusahaan yang ada di Indonesia. Hal tersebut tentunya sangat menguntungkan pemerintah Indonesia karena perusahaan merupakan subjek pajak yang dapat dikenakan pajak oleh Negara. Persaingan bisnis di Indonesia semakin berkembang pesat dan tajam. Setiap perusahaan dituntut untuk terus mengembangkan usahanya dalam menghadapi persaingan ini. Perusahaan harus memiliki strategi-strategi khusus dalam memenangkan persaingan pasar. Banyak macam-macam bisnis yang ada di Indonesia ini yaitu salah satunya bisnis pendidikan, persaingan antar bisnis pendidikan merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan dan berlangsung semakin ketat. Kondisi demikian semestinya disikapi lembaga pendidikan dengan berbagai langkah secara berkelanjutan. Berbagai bisnis yang ada di Indonesia salah satunya bisnis Pendidikan harus berusaha meningkatkan labanya. Salah satunya dengan cara mengelola perpajakan dengan baik, karena perpajakan adalah salah satu pendapatan negara yang sangat menguntungkan. Beberapa strategi sebenarnya dapat dilakukan oleh sebuah bisnis pendidikan jika ingin memenangkan pesaing antar pembisnis. Beberapa faktor secara dominan mempengaruhi daya saing sebuah bisnis pendidikan antara lain:

3 1. Lokasi, secara umum bisnis pendidikan akan berupaya mencari lokasi yang mudah dijangkau dan memiliki akses terhadap sektor lainnya sehingga faktor ini merupakan salah satu keunggulan komparatif untuk bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya. 2. Keunggulan nilai, misalnya kelebihan kurikulum yang diterapkan, sumber daya manusia (SDM), sarana prasarana, hingga keunggulan kerjasama. 3. Kebutuhan masyarakat, pada beberapa kasus umum terdapat beragam alasan orangtua menyekolahan anaknya ke lembaga pendidikan tertentu, salah satu alasan yang paling mengemuka adalah faktor kualitas menyangkut proses pembelajaran dan hasilnya, termasuk kepastian setelah anak mereka menamatkan pendidikan dari sebuah lembaga pendidikan. Pasal 21 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari kewajiban dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan negara dan pembangunan nasional. Wajib Pajak sendiri diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar serta melaporkan sendiri pajak terutangnya, yang disebut Self Assessment System, sedangkan pajak yang dipungut oleh aparatur perpajakan disebut Official Assessment System, dan pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak ketiga disebut With Holding System. Melalui sistem ini administrasi perpajakan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah untuk dipahami oleh Wajib Pajak. Jika PPh pasal 21 tidak dimanajej dengan baik akan menimbukan sanksi perpajakan sanksi PPh Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa

4 gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi sebagai Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. Pengenaan PPh Pasal 21 dilakukan dengan cara pemotongan pajak penghasilan melalui Pemotong Pajak PPh Pasal 21. Sehingga sebagai pihak yang dipotong PPh Pasal 21, maka pihak yang memperoleh penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 berhak mendapatkan Bukti Potong PPh Pasal 21 dari Pemotong Pajak PPh Pasal 21. Pemotong Pajak PPh 21 mempunyai kewajiban menyetor PPH Pasal 21 ke Bank Persepsi atau kantor Pos dengan Surat Setoran Pajak (SSP) dan melaporkan Pemotong Pajak PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 21. Penelitian ini mengambil objek di Telkom University yang bergerak di Bisnis Bidang Pendidikan. Telkom University dalam sehari-hari tentu saja memiliki pegawai tetap dan tidak tetap. Hal ini tentu saja berdampak pada perpajakan perusahaan terutama berkaitan dengan PPh Pasal 21 karyawan yang seharusnya melakukan kegiatan perpajakan untuk PPh Pasal 21 meliputi proses penghitungan, penyetoran dan pelaporan. Berdasarkan hasil penjajagan awal yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menemukan beberapa masalah yang dihadapi oleh Telkom University antara lain:

5 1. Bagian perpajakan ketika melakukan perhitungan perpajakan sering kali tidak menghitung berdasarkan data baru. Contoh : Terjadi perbedaan dasar pengenaan status karyawan pada bagian perpajakan dan bagian SDM menghitung berdasarkan informasi dari karyawan, ketika terjadi perubahan status seperti saat ada karyawan yang menikah, memiliki anak atau bercerai. Sedangkan data pajak dihitung berdasarkan per tanggal 1 januari setiap tahunnya 2. Bagian perpajakan seringkali disibukan oleh masalah penggajian (membantu bagian pembayaran) saat masa gajian tiba. Sehingga kadang melupakan masa terakhir setor dan lapor PPh Pasal 21 (karena pada dasarnya yang disetor dan dilapor berdasarkan hitungan penghasilan (gaji) sebagai contoh terlihat pada tabel beriku: Tabel 1.1 Keterlambatan Setor Pajak Jenis Pajak Batas Setor Batas Lapor Seharusnya Dilakukan Seharusnya Dilakukan PPh Pasal Tanggal 10 bulan Pemotong Tanggal 20 Pemotong 21 berikutnya setelah PPh Pasal bulan PPh Pasal 21 pajak berakhir Sumber : Erly Suandy, 2011 21 berikutnya Berdasarkan dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang hasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul ANALISIS

6 PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPH PASAL 21) ATAS PEGAWAI TELKOM UNIVERSITY B. Identifikasi Dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam Usulan Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana proses perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan Pasal 21 atas pegawai Telkom University? 2) Bagaimana proses penyetoran pajak penghasilan Pasal 21 atas pegawai Telkom University? 3) Bagaimana proses pelaporan pajak penghasilan Pasal 21 atas pegawai Telkom University? 4) Hambatan-hambatan dan usaha-usaha apa saja yang terjadi dalam pengelolaan PPh Pasal 21? 2. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut, penelitian kemudian merumuskan masalah sebagai berikut, Bagaimanakah analisis perhitungan, pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak (PPh Pasal 21) atas pegawai Telkom University.

7 C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui proses perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan Pasal 21 atas pegawai Telkom University. 2) Untuk mengetahui proses penyetoran pajak penghasilan Pasal 21 atas pegawai Telkom University. 3) Untuk mengetahui proses pelaporan pajak penghasilan Pasal 21 atas pegawai Telkom University. 4) Untuk mengetahui hambatan-hambatan dan usaha-usaha yang terjadi dalam pengelolaan PPh Pasal 21. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini, baik bagi segi teoritis maupun praktis adalah sebagai berikut: a. Kegunaan Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan ilmu pengetahuan khususnya mengenai prosedur pajak, selain itu dapat dijadikan perbandingan dalam peneliti atau penelitian yang sama. Dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya. b. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

8 1. Bagi peneliti Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan menjadikannya sebagai dasar pemahaman lebih lanjut terhadap teori yang telah diperoleh dan dipelajari, khususnya mengenai Prosedur PPh Pasal 21, sehingga bisa lebih memahami dan mengerti akan pentingnya membayar pajak. 2. Bagi objek penelitian Melalu penelitian ini, peneliti berharap dapat menjadikan bahan masukan bagi Telkom University sehingga bisa membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh Telkom University. 3. Bagi pembaca D. Kerangka Pemikiran Penelitian berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan pemahaman, wawasan baru dan menjadikan referensi serta perbandingan untuk peneliti selanjutnya dalam kajian yang sama. 1. Kerangka Pemikiran Menurut P.J.A. Adriani (2009 : 2): Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

9 Pemungutan pajak di Indonesia mengaju pada self assissment system. Self assissment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untung menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melapor sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Konsekuensi self assissment system, setiap Wajib Pajak yang memiliki penghasilan wajib mendaftarkan diri sendiri ke Kantor Pelayanan Pajak. Lebih lanjut, setiap Wajib Pajak wajib menghitung sendiri dan membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak. Pada prinsipnya pajak terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenai pajak. Jadi, hutang pajak tidak timbul pada saat dibuatkan Surat Ketetapan Pajak. Namun, untuk kepentingan adminsitrasi perpajakan di Indonesia, saat terutangnya pajak tersebut ditetapkan sebagai berikut: 1. Pada suatu saat, untuk Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak ketiga. 2. Pada akhir masa, untuk Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pemberian kerja, atau yang dipungut oleh pihak lain atas kegiatan usaha, atau oleh Pengusaha Kena Pajak atas pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

10 3. Pada akhir Tahun Pajak, untuk Pajak Penghasilan. Pajak penghasilan pertama kali diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Pajak Penghasilan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yaitu pajak yang dikenalkan terhadap orang pribadi atau perorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau di perolehnya selama satu tahun pajak. PPh Pasal 21 yaitu PPh yang wajib dipotong PPh Pasal 21 atas penghasilan para karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut maupun penghasilan orang pribadi lainnya, seperti tenaga ahli yang dibayar atau terutang oleh perusahaan. Dalam hal terdapat pembayaran penghasilan, yang termasuk objek PPh Pasal 21. Kewajiban PPh Pasal 21 yang harus dilaksanakan, meliputi: 1. SPT Masa PPh 21 pada setiap Masa Pajak Merupakan pelaporan atas PPh pasal 21 yang telah dihitung dan disetor oleh Wajib Pajak, yang terutang pada setiap masa pajak. Pada dasarnya, PPh Pasal 21 yang dilaporkan dalam SPT Masa merupakan angsuran atau pajak dibayar di muka untuk PPh Pasal 21 yang terutang pada akhir tahun pajak yang bersangkutan. 2. SPT Masa PPh Pasal 21 pada Akhir Tahun Pajak Merupakan pelaporan atas PPh Pasal 21 yang telah dihitung dan dilunasi pada satu tahun pajak, SPT Masa PPh Pasal 21 untuk Akhir Tahun Pajak sebenarnya

11 merupakan perhitungan ulang atas PPh 21 yang telah dilaporkan dalam SPT Masa PPh pasal 21 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Desember. Bisa jadi, pada SPT Masa PPh Pasal 21 pada akhir tahun nantinya timbul kurang bayar, atau lebih bayar, atau mungkin juga nihil (PPh Pasal 21 yang sudah disetor sama dengan PPh Pasal 21 yang terutang). Keterangan: Batas akhir penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21 adalah seperti tabel berikut: 1. SPT Masa Tabel 1.2 Batas penyimpanan SPT Masa Jenis Pajak Yang Menyampaikan SPT Batas Waktu Terakhir PPh Pasal 21 Pemotong PPh Pasal 21 Tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir Sumber : Erly Suandy, 2011 2. SPT Tahunan Tabel 1.3 Batas Penyampaian SPT Tahunan No Jenis Pajak Yang Menyampaikan SPT 1 SPT Tahunan PPh Wajib Pajak yang mempunyai NPWP

12 S 2 SPT PPh Pasal 21 Tahunan Pemotong PPh Pasal 21 u mber : Erly Suandy, 2011 E. Lokasi Dan Lamanya Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi peneliti adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitiannya terutama dalam peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti. Lokasi penelitian ini dilakukan di Telkom University yang beralamat di jalan Telekomunikasi no 01 Terusan Buah Batu Bandung. 2. Lamanya Penelitan Lamanya penelitian ini untuk mengumpulkan data, pengelolahan data, sampai pelaporan diperkirakan selama 6 bulan yaitu dari awal bulan September 2016 hingga akhir bulan Februari 2017.