BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini tantangan dunia pendidikan adalah mencapai tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam arti cerdas dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa tertuang didalam

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang. tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak muliah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas No.20 tahun 2003 pasal 3 yang menerangkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha secara sadar yang sengaja dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan selalu menjadi sorotan dan topik yang menarik sampai

Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas atau kegiatan yang selalu menyertai

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini tantangan dunia pendidikan adalah mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (pasal 4 UU Sisdiknas tahun 2003). Kualitas suatu bangsa akan ditentukan oleh pendidikannya. Hanya sumber-daya manusia yang berkualitas yang akan mampu merebut pasar tenaga kerja dunia. Dengan latar belakang pendidikan yang baik dan dengan bekal keterampilan serta keahlian yang profesional mampu menjadi pelaku persaingan di pasar tenaga kerja di masa kini dan mendatang. Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan bangsa karena masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan yang cerdas pula, dan secara progresif akan membentuk kemandirian. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari laporan UNDP-Human Development Report tahun 2005 sebagai badan PBB yang menangani program pembangunan sebagaimana dilaporkan oleh Surya Dharma (15 Desember 2006) bahwa tingkat kualitas 1

2 sumber-daya manusia di Indonesia berada pada peringkat ke-110 dari 133 HDI (Human Development Index in ASEAN + Countries). Pendidikan merupakan wahana yang paling strategis karena diharapkan dapat mempersiapkan generasi muda yang sadar Iptek, kreatif, dan memiliki solidaritas sebagai gambaran manusia modern masa depan. Begitu strategisnya peran pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber-daya manusia Indonesia, namun fakta menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang pada intinya bertumpu pada produktivitas pendidikan yang masih rendah. Menurut Tilaar (2004:87) hal ini ditandai oleh: (1) kualitas pendidikan yang masih rendah; (2) pendidikan yang belum relevan dengan kebutuhan pembangunan akan tenaga terampil; (3) manajemen pendidikan yang belum tertata secara efisien. Pandangan ini mengakibatkan pada lulusan yang kurang mampu menghalangi tuntutan zaman yang sering disoroti oleh masyarakat pemakai lulusan tersebut. Menyadari tujuan pendidikan sebagaimana diuraikan di atas, maka untuk mengimplementasikannya diperlukan tenaga kependidikan yang memenuhi berbagai persyaratan kualitatif ataupun kuantitatif. Sebab kualitas pendidikan berlangsung bergantung kepada tenaga kependidikan secara nyata di lapangan (Rochman 1984:69). Nursisto (2002:5) guru berperan dalam proses pendidikan. seperti penelitian di negara negara berkembang antara lain: India, Mesir, Botswana, Thailand, Chile, El Salvador, Kolumbia, Meksiko, Brazil, Argentina, Peru, Uganda, Hongaria, Paraguai, Iran, dan Bolivia. Melalui studi terhadap keenam

3 belas Negara itu tersimpulkan bahwa penentu keberhasilan belajar di sekolah adalah faktor guru 34 %, manajemen 24 %, waktu belajar 18 % sarana 26 %. Guru merupakan salah satu bagian stakeholder pendidikan, artinya Guru merupakan pihak yang berkepentingan dan berperan besar dalam menjamin mutu pendidikan di sekolah. Pada kenyataanya persoalan menahun yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia itu adalah masih dirasakannya banyak keluhan dan sorotan terhadap mutu lulusan (output) yang kurang cerdas, kritis, proaktif, dan inovatif. Salah satu penyebabnya adalah kemungkinan kinerja guru yang belum profesional dan kurang disiplin dalam bekerja. Didasarkan hasil penelitian terhadap guru SMP di Jawa Barat (Pikiran Rakyat:2006) masih banyak guru yang mengajar belum relevan dengan jurusannya dan belum S-1. Artinya kompetensi profesional guru belum relevan dengan amanat Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sehingga diperlukan pembenahan terhadap profesionalisme kinerja guru sebagai titik poin yang mendasari reformasi agenda pendidikan di masa depan. Masalah krusial, misalnya melalui media masa seperti surat kabar, majalah, internet dan isu sehari- hari adalah masalah mutu pendidikan yang relatif masih rendah. Berdasarkan aspek pemerataan dan perluasan akses, sampai tahun 2004 rata-rata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas baru mencapai 7,2 tahun. Sementara itu, angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas sekitar 90,45%. (BPS, 2004). Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 7-12 tahun dan usia 13-15 tahun mencapai 96,8% dan 83,5%. Hal ini menunjukkan masih terdapat sekitar 3,2% anak usia 7-12 tahun dan sekitar 16,5% anak usia 13-15

4 tahun yang tidak bersekolah, baik karena belum pernah sekolah, putus sekolah, atau tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (BPS, 2004). Rendahnya mutu pendidikan tersebut kemungkinan disebabkan oleh berbagai variabel. Diantaranya kebijakan pemerintah, tingkat kesadaran masyarakat tentang pendidikan yang belum dimiliki dengan benar, kondisi ekonomi, rendahnya kualitas sumber-daya manusia termasuk di dalamnya para pimpinan, para kepala sekolah, para guru dan tenaga pendukung, lingkungan organisasi, kedisiplinan kerja guru dan lain-lain, yang menjadi faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan. Adapun beberapa contoh rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari data yang menunjukkan: (1) Kualitas sumber-daya manusia Indonesia rendah dibandingkan dengan negara-negara lain; dari 43 Negara, hampir seluruh bidang kehidupan Indonesia berada di urutan sepuluh terakhir. (2) Mutu sumber-daya manusia Indonesia menurut laporan Unesco mengenai Human Development Index atau indeks pembangunan manusia (IPM), dari 174 negara, peringkat Indonesia urutan ke-102 pada tahun 1996, ke-99 pada tahun 1997, ke- 105 pada tahun 1998, ke-109 pada tahun 1999, ke-112 pada tahun ke 2000 dan urutan ke-111 dari 177 negara yaitu pada tahun 2004. (3). Daya saing, peringkat Indonesia juga menurun tahun 1996 urutan 41 dari 46 negara, dan pada tahun 2001 menjadi urutan 46 dari 47 negara. (4) Hasil survey dari The Political and Economic Risk Constultancy yang dimuat dalam majalah The Jakarta Post (3 Sempember 2001) menunjukkan bahwa betapa rendahnya kualitas pendidikan Indonesia dibandingkan dengan Pendidikan Negara Lain Di Asia bahkan Indonesia di bawah Vietnam. (Mulyasa, 2005:5). (5) Peraturan Menteri

5 Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2005 tentang kelulusan dalam pasal 18 disebutkan bahwa peserta didik dinyatak lulus UN jika setiap mata pelajaran mendapat nilai di atas 4,25 dengan rata - rata nilai ujian nasional lebih dari 4,50. (6). 57% guru tidak kompeten, tidak memenuhi syarat, diungkapkan oleh mantan manteri pendidikan pada tanggal 16 Agustus 2004. (7) Guru SMP Negeri se Indonesia seluruh bidang studi yang layak mengajar hanya 49,2% (Pusat Statistik Balitbang Diknas, 2005). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sedemikian pesat, sehingga pengelolan pendidikan sudah selayaknya untuk dapat mengantisipasi secara lebih pro aktif. Eksistensi tenaga kependidikan yang berada di lingkungan persekolahan senantiasa harus dapat menyesuaikan dengan tuntutan perubahan dan perkembangan yang terjadi di sekitarnya, sesuai dengan dinamika dunia pendidikan yang sangat cepat. Seiring dengan kondisi tersebut, maka usaha untuk mencapai tujuan pendidikan melalui pengelolaan tenaga kependidikan akan sangat menantang dan perlu kerja cerdas serta partisipasi dari semua pihak. Menghadapi permasalahan pendidikan yang begitu kompleks, nampaknya banyak pihak yang mampu mengubah paradigma dari permasalahan rumit menjadi tantangan yang direspon dengan positif. Berbagai upaya peningkatan mutu bila dicermati dengan seksama dari saat ke saat terus ada respon dengan cepat dan luas. Artinya dengan kecepatan yang tinggi terjadi perubahanperubahan baik fisik maupun non fisik. Secara luas bahwa upaya perbaikan mutu pendidikan terlihat dari sekolah pelosok maupun di perkotaan. Dari sekolah yang dikategorikan minus sampai sekolah surplus. Mereka berusaha mengadakan

6 perbaikan- perbaikan. Demikian juga Ahmad Heryawan yang saat ini sebagai Gubernur Provinsi Jawa Barat tahun 2009 telah mencanangkan visi pendidikan Jawa Barat Pada tahun 2020 ingin menjadi provinsi termaju dan mitra terdepan ibu kota negara. Sementara itu Human Develompent Index HDI menyatakan juga bahwa pendidikan merupakan salah satu investasi bangsa. Masih banyak lagi respon positif dalam peningkatan mutu pendidikan. Diantara dari pihak pemerintah yaitu dengan kebijakan MBS, insentif guru, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), sertifikasi, UU profesi guru dan dosen. Menghadapi permasalahan tersebut, tampaknya diperlukan upaya kongkrit dan sistematis dalam memperbaiki paradigma permasalahan sehingga menjadi hasil karya positif dalam menunjang akselerasi pencapaian pembangunan nasional. Oleh sebab itu, penulis merasa tertantang untuk ikut aktif memecahkan permasalahan tersebut, melalui kegiatan penelitian tentang kinerja guru di SMP Negeri se-kota Bandung. Karena tiga alasan: Pertama, guru bekerja sebagai pengabdian dan amal soleh yang kelak akan mendapatkan pahala hingga hari kiamat tiba. Kedua guru adalah figur yang menentukan maju mundurnya pendidikan, dalam kondisi bagaimanapun guru tetap memegang peranan penting, karena peran guru tidak seluruhnya dapat digantikan dengan kecanggihan teknologi. Ketiga, guru tidak hanya dituntut untuk terampil mengajar dan disiplin, tetapi memiliki jiwa kreatif, profesional, berwawasan, dan menyenangkan. Kreatif artinya guru mampu memilih dan memilah serta mengembangkan materi dasar bidang ajarnya. Profesional berarti, guru memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya

7 sebagai guru. Berwawasan, artinya guru banyak mengetahui kemajuan Iptek dan perkembangan berita terkini, menyenangkan, artinya guru dapat memberikan kepuasan kepada siswa dan orangtua selaku pengguna jasa pelayanan pendidikan. Dilihat dari sudut pandang organisasi (Gibson, 1985:51), ada tiga kelompok variabel sebagai faktor yang mempengaruhi kinerja dan potensi individu: Pertama variabel individu yang meliputi : (a) kemampuan/keterampilan (fisik), (b) latar belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman dan (d) demografi (umur, asal usul dan jenis kelamin). kedua variabel organisasi, meliputi: (a) sumber-daya, (b) kepemimpinan (c) imbalan, (d) struktur, (e) desain pekerjaan. ketiga variabel individu (psychologis) meliputi: (a) mental/intelektual, (b) persepsi, (c) sikap, (d) kepribadian, (e) belajar, (f) motivasi. Kinerja guru menurut Smith (1982:293) adalah hasil atau out put dari satuan proses manusia atau yang lainnya. Kinerja juga sebagai kualitas kerja atau performance, pencapaian kerja. Sedangkan menurut Mangkunegara A. P (1984:86) kinerja sering disamakan dengan performance, artinya seberapa besar dan berapa jauh tugas- tugas yang telah dijabarkan dapat diwujudkan dan sebagai gambaran dari pola perilaku dan aktualisasi dari kompetensi yang dimiliki. Kinerja guru dalam usaha peningkatan mutu pendidikan merupakan gabungan dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi Antara lain: A.Dale Timpe dalam Mangkunegara. A.P. (1992:31) faktor kinerja guru terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain adalah kemampuan yang dimiliki guru, kebiasaan kerja keras. Dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan antara lain; perilaku pimpinan, fasilitas kerja dan disiplin kerja. Sedangkan menurut

8 Simamora. H (1995:500) kinerja atau performace, dipengaruhi oleh faktor individual misalnya kemampuan dan keahlian, latar belakang, demografi. Faktor psikologi misalnya persepsi, attitude, personality, pembelajaran dan motivasi. Faktor organisasi antara lain; sumber-daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur, job design. Usaha-usaha yang dilakukan tersebut adalah baik dan perlu ditanggapi oleh semua stakeholder pendidikan. Terlebih apabila keberhasilan peningkatan mutu pendidikan formal tersebut efektif, tepat sasaran dan tepat waktu. Oleh sebab itu, kompleksnya permasalahan dalam pendidikan, maka penulis tertarik untuk ikut berperan dalam suatu upaya peneningkatan pendidikan tersebut. Berdasarkan permasalah tersebut, maka penulis memilih judul "Kontribusi kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap kualitas pembelajaran pada SMP Negeri se-kota Bandung". B. Rumusan Masalah Sebelum dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti, maka diidentifikasikan beberapa variabel yang diteliti. Kualitas pembelajaran sebagai sub sistem dari kualitas pendidikan secara umum merupakan suatu permasalahan yang sangat kompleks, mengingat mutu belajar siswa itu merupakan muara dari seluruh komponen yang tergabung dalam sistem pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, kualitas hasil belajar tidaklah ditentukan oleh faktor tunggal, melainkan terdapat sejumlah faktor yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut antara lain guru, kurikulum, sarana-prasarana, biaya, sistem pengelolaan, iklim kerja, kesejahteraan dan siswa sendiri sebagai peserta didik, dan bayak faktor

9 lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukmadinata (2006:7) yang menyatakan bahwa: Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia, seperti adminstrator, guru, konselor, dan tata usaha yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media, serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya, dan biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat, serta lingkungan yang mendukung. Dari semua faktor tersebut, guru menempati posisi sentral, mengingat persoalan pokok dari kualitas hasil belajar berawal dari proses belajar mengajar. Menurut Sallis (2006: 86) Pada saat sebagian besar institusi pendidikan dituntut untuk mengerjakan lebih baik lagi, penting baginya untuk memfokuskan diri pada aktivitas utama yaitu pembelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut Ahmad (2006), menyatakan bahwa Dalam proses belajar mengajar faktor guru sangat menentukan. Gedung yang bagus dan cantik, megah, laboratorium yang lengkap dan kurikulum yang canggih sama sekali tidak ada artinya jika tidak ada guru yang berkualitas di depan kelas. Sejalan dengan pernyataan tersebut, kinerja guru menjadi variabel antara yang berpengaruh langsung terhadap kualitas pembelajaran. Sedangkan kinerja guru dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: (1) tersedianya peralatan yang cukup; (2) adanya informasi yang baik; (3) terjadinya komunikasi yang baik; (4) kinerja kepemimpinan; (5) penghasilan yang mencukupi; (6) pekerjaan yang menantang untuk berkembang; (7) adanya rasa aman dan tenang (lingkungan). (Indrawijaya;1988:72). Keberadaan kinerja guru di kelas mempunyai posisi strategis dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. Adapun kinerja guru yang dimaksud adalah hasil atau out put dari satuan proses manusia atau yang

10 lainnya (Smith,1982:293). Sedangkan menurut Anwar M.I (2004:86) kinerja sering disamakan dengan performance, artinya seberapa besar dan berapa jauh tugas- tugas yang telah dijabarkan dapat diwujudkan dan sebagai gambaran dari pola perilaku dan aktualisasi dari kompetensi yang dimiliki. Kualitas pembelajaran merupakan tingkat kebermutuan aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan para siswanya sehingga memperoleh hasil belajar tertentu yang meliputi: (a) dimensi kualitas proses pembelajaran dengan indikator interaksi belajar siswa, kreativitas belajar siswa, dan pengalaman belajar yang bervariasi; serta (b) dimensi kualitas hasil belajar siswa dengan indikator prestasi akademik yang dicapai siswa, sikap (perilaku) keseharian siswa dalam belajar dan kemandirian siswa dalam melaksanakan tugas. Dikembangkan dari Permen Diknas No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Dengan demikian, aspek kompetensi individu dan kinerja guru banyak berpengaruh kepada pembentukan kualitas pembelajaran di sekolah, Kompetensi yang dimaksud (Makmun, AS.1996) adalah suatu sifat (karakteristik) dari orangorang (kompeten) yang memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (kewenangan), kemahiran (keterampilan), pengetahuan dan sebagainya untuk mengerjakan apa yang diperlukan. Jarvis (1983: 35) elemen-elemen kompetensi individu, yaitu 1) pengetahuan dan pengalaman, mencakup tentang disiplin akademik, elemen psikomotor, hubungan interpersonal dan nilai-nilai moral. 2) keterampilan, keterampilan, mencakup melaksanakan prosedur-prosedur yang bersifat psikomotorik dan berinteraksi dengan orang lain.

11 3) sikap-sikap profesional, mencakup pengetahuan tentang profesiona-lisme, komitmen emosi terhadap profesionalisme, dan kesediaan untuk bertindak secara profesional. Oleh karena itu, kompetensi pengetahuan dan keterampilan adalah kompetensi yang mudah dinilai, diberikan, dilatihkan, diajarkan, dialami dan dikembangkan karena cenderung dapat dilihat. Sedangkan kompetensi konsep diri, watak, kinerja guru dan motif bersifat tersembunyi, lebih dalam dan berperan sebagai sumber dari kepribadian yang tidak mudah untuk dinilai dan dikembangkan. Dalam pekerjaannya, setiap hari kepala sekolah diharapkan mampu membina kompetensi profesional dan kinerja guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga sekolah dapat melaksanakan visi misi sehingga para guru dapat terbantu untuk bekinerja secara optimal. Sehingga kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap kualitas pembelajaran pada SMP Negeri se- Kota Bandung dapat diwujudkan. Berdasarkan latar belakang penelitian, identifikasi masalah dan definisi operasional variabel yang dipaparkan tersebut, Rumusan masalah secara umum yaitu "Kontribusi kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap kualitas pembelajaran pada SMP Negeri se-kota Bandung" Dari rumusan masalah secara umum tersebut, maka dapat dirinci masalah-masalah penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran kompetensi profesional pada SMP Negeri se-kota Bandung? 2. Bagaimana gambaran kinerja guru pada SMP Negeri se-kota Bandung? 3. Bagaimana gambaran kualitas pembelajaran pada SMP Negeri se-kota Bandung?

12 4. Seberapa besar kontribusi kompetensi profesional terhadap kualitas pembelajaran pada SMP Negeri se-kota Bandung? 5. Seberapa besar kontribusi kinerja guru terhadap kualitas pembelajaran pada SMP Negeri se-kota Bandung? 6. Seberapa besar kontribusi kompetensi profesional dan kinerja guru secara simultan terhadap kualitas pembelajaran pada SMP Negeri se-kota Bandung? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empirik tentang besaran kontribusi kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap kualitas pembelajaran, selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan untuk membuktikan hipotesis penelitian yang diajukan. Secara khusus tujuan yang akan dicapai dalam studi ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui. 1. Gambaran kompetensi profesional pada SMP Negeri se-kota Bandung. 2. Gambaran kinerja guru pada SMP Negeri se-kota Bandung. 3. Gambaran kualitas pembelajaran pada SMP Negeri se-kota Bandung. 4. Kontribusi kompetensi profesional terhadap kualitas pembelajaran pada SMP Negeri se-kota Bandung. 5. Kontribusi kinerja guru terhadap kualitas pembelajaran pada SMP Negeri se- Kota Bandung. 6. Kontribusi kompetensi profesional dan kinerja guru secara simultan terhadap kualitas pembelajaran pada SMP Negeri se-kota Bandung.

13 D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoretis Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan studi lanjut dan relevan serta bahan kajian ke arah peningkatan dan pengembangan konsep tentang guru sebagai ujung tombak pendidikan khususnya berkaitan dengan fenomena pendidikan saat ini. Selain itu hasil penelitian ini diiharapkan bisa memberikan sumbangan positif dan konstruktif bagi dunia pendidikan khususnya bidang administrasi pendidikan dalam bentuk pengembangan konsep-konsep yang didukung oleh data empirik. 2. Secara Praktis Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat memberikan masukan: a. Bagi SMP Negeri se-kota Bandung untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam merumuskan pola-pola peningkatan kualitas pembelajaran serta masukan positif dalam memperbaiki mutu kinerja guru. b. Mengenai pengembangan dan pengelolaan kompetensi profesional dan kinerja guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. c. Bagi para peneliti, hasil temuan ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lanjutan tentang model pengembangan kompetensi profesional dan kinerja guru pada SMP Negeri se-kota Bandung. F. Penjelasan Istilah Penjelasan istilah diperlukan untuk memperjelas istilah-istilah variabelvariabel yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Kompetensi profesional guru adalah seperangkat kemampuan keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dengan dimensi yang meliputi: (a)

14 penguasaan materi, (b) penguasaan standar kompetensi, (c) pengembangan materi, (d) pengembangan keprofesionalan, dan (e) memanfaatkan teknologi informasi. (Dikembangkan dari Permen Diknas 16 tahun 2007 dan UU Guru dan Dosen 2004). 2. Kinerja guru adalah seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan guru pada waktu menyampaikan pelajaran kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat pada saat melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk bagaimana dia mempersiapkannya dan menilai prestasi belajar siswa meliputi: (a) dimensi materi/isi pelajaran dengan indikator menguasai materi/isi pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sekolah; (b) dimensi strategi pembelajaran dengan indikator menggunakan dan mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat agar proses pembelajaran berlangsung efektif; (c) dimensi fasilitas belajar dengan indikator menggunakan dan mengembangkan fasilitas pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam memahami pelajaran; (d) dimensi kesulitan belajar anak dengan indikator memahami kesulitan belajar anak dan berusaha membantu mengatasinya; (e) dimensi evaluasi belajar dengan indikator melaksanakan evaluasi pembelajaran; serta (f) dimensi pengembangan diri anak dengan indikator mengembangkan potensi, sikap (perilaku) dan kemandirian siswa (UU Guru dan Dosen 2004). 3. Kualitas pembelajaran adalah tingkat kebermutuan aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas) atau usaha sengaja, terarah dan bertujuan oleh seseorang atau sekelompok orang (termasuk guru dan penulis buku pelajaran) agar orang lain (termasuk peserta didik), dapat memperoleh pengalaman yang bermakna. Usaha ini merupakan kegiatan yang berpusat pada kepentingan peserta didik

15 yang meliputi: (a) dimensi kualitas proses pembelajaran dengan indikator interaksi belajar siswa, kreativitas belajar siswa, dan pengalaman belajar yang bervariasi; serta (b) dimensi kualitas hasil belajar siswa dengan indikator prestasi akademik yang dicapai siswa, sikap (perilaku) keseharian siswa dalam belajar dan kemandirian siswa dalam melaksanakan tugas. Dikembangkan dari Permen Diknas No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan Bab 2 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Bab 3 Metode Penelitian Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab 5 Kesimpulan dan Rekomendasi Daftar Pustaka Lampiran-lampiran