BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui kekayaan hayatinya. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pembangunan merupakan suatu proses yang memberikan perubahanperubahan yang lebih baik dalam suatu wilayah. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang meliputi perubahan pendapatan maupun perubahan struktur perekonomian disuatu wilayah tertentu dalam jangka panjang dengan tujuan untuk menaikkan pendapatan per kapita. Pembangunan ekonomi dipandang sebagai suatu proses yang mencakup berbagai perubahan masyarakat, lembaga-lembaga pemerintahan, pendapatan, tenaga kerja, serta pemberantasan kemiskinan. Penerapan UU RI No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU RI No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah telah merubah paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralistik ke pola desentralistik. Perubahan ini memiliki arti yang sangat penting dalam 1

2 pembangunan daerah yang menuntut daerah mampu melakukan aktivitas pembangunan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian dalam mengembangkan potensi yang dimiliki masing-masing daerah. Dengan diterapkannya Undang-Undang tersebut maka pemerintah di daerah mendapat kewenangan yang lebih besar dalam mengatur pemerintahannya sendiri termasuk di bidang pertanian (Hapsari, 2007). Adanya otonomi daerah memungkinkan daerah dapat mengoptimalkan segala potensinya dengan baik sehingga pemerintah daerah harus semakin aktif dalam mengoptimalkan potensi daerah dan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Kabupaten Semarang merupakan salah satu Kabupaten dari 29 kabupaten dan 6 kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan pembangunan daerah bertujuan sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang dituntut untuk memberdayakan sumberdaya yang dimiliki agar dapat memberikan manfaat terhadap keberlanjutan pembangunan daerah. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja pembangunan ekonomi dapat dilihat melalui Produk Domestik Bruto. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Semarang pada dasarnya terdiri dari sembilan sektor, diantaranya sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa. Sektor pertanian merupakan bagian pokok di dalam kehidupan dimana dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan pemenuhan sandang, pangan,

3 maupun papan yang harus dipenuhi dan menjadi bagian pokok dalam kehidupan. Sektor pertanian mampu menjangkau kebutuhan utama manusia yaitu dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Hal ini tidak boleh dianggap mudah karena pada dasarnya dalam sektor pertanian ini bergantung pemenuhan kebutuhan hidup orang banyak dan berpengaruh sekitar 17,3% penyumbang pemasukan negara pada Produk Domestik Bruto (Bukhori, 2014). Berdasarkan BPS Kabupaten Semarang (2014), sektor pertanian di Kabupaten Semarang terbagi menjadi lima subsektor yaitu subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, dan subsektor perikanan. Sektor pertanian di Kabupaten Semarang sebagai salah satu sektor yang berkembang dan sebagai salah satu pendukung keberhasilan pembangunan ekonomi daerah. Usaha dalam bidang pertanian akan terus berjalan selama manusia masih membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidup dan masih memerlukan hasil pertanian sebagai bahan baku dalam kegiatan industri. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna meningkatkan pendapatan petani, memenuhi kebutuhan pangan dan industri, serta memperluas kesempatan kerja. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi daerah salah satunya adalah nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan nilai PDRB tersebut dapat diketahui bahwa sektor pertanian memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap PDRB Kabupaten Semarang yaitu menempati urutan ketiga setelah

4 sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1. Struktur Ekonomi Kabupaten Semarang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2014 (persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku No Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 1 Pertanian 14,97 14,81 15,13 14,00 13,90 2 Pertambangan & Penggalian 0,13 0,13 0,12 0,10 0,10 3 Industri Pengolahan 42,82 42,76 42,31 41,81 41,60 4 Listrik, Gas & Air Bersih 1,32 1,40 1,31 1,34 1,41 5 Konstruksi 3,98 4,03 4,03 4,30 4,69 6 Perdagangan, hotel & restoran 20,65 20,57 20,63 22,37 22,02 7 Pengangkutan & komunikasi 2,60 2,77 2,69 2,69 2,84 8 Keuangan, Persewaan & Jasa 4,21 4,21 4,19 4,25 4,36 Perusahaan 9 Jasa-Jasa 9,32 9,32 9,60 9,12 9,09 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Semarang (2014) Berdasarkan tabel di atas, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi paling tinggi dalam laju pertumbuhan seluruh sektor ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2010 sampai 2014. Hal ini dikarenakan banyaknya industri yang mendominasi beberapa wilayah di Kabupaten Semarang, baik industri besar, sedang maupun kecil. Walaupun sektor industri memberikan kontribusi yang sangat besar, terdapat sektor yang memberikan kontribusi terbesar lainnya di Kabupaten Semarang yaitu sektor perdagangan, hotel & restoran, dan sektor pertanian. Lahan pertanian masih banyak mendominasi beberapa wilayah di Kabupaten Semarang. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan sektor pertanian memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan dan pembangunan di Kabupaten Semarang.

5 Sampai dengan tahun 1990 sektor pertanian masih merupakan penyumbang utama dalam membentuk produk domestik bruto. Namun sesudah itu posisi tersebut diambil alih oleh sektor industri pengolahan. Hal ini sesungguhnya sangat memprihatinkan, bukan karena sektor pertanian tidak berkembang, melainkan masih besarnya proporsi tenaga kerja di sektor tersebut. Pada tahun 2014 sektor pertanian mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, di tahun 2013 sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 14,00%. Kontribusi terbesar diberikan oleh sektor industri pengolahan 41,60% dan diikuti oleh sektor perdagangan, hotel & restoran sebesar 22,02%. Tabel 1.2. Struktur Ekonomi Kabupaten Semarang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2010-2014 (persen) PDRB Atas Dasar Harga Konstan No Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 1 Pertanian 12,75 12,59 12,86 12,03 11,51 2 Pertambangan & Penggalian 0,12 0,12 0,10 0,10 0,10 3 Industri Pengolahan 46,50 46,48 45,70 45,75 45,84 4 Listrik, Gas & Air Bersih 0,91 0,93 0,93 0,94 0,96 5 Konstruksi 3,71 3,84 3,88 4,13 4,62 6 Perdagangan, hotel & restoran 21,76 21,60 21,78 22,16 22,01 7 Pengangkutan & komunikasi 2,15 2,18 2,14 2,18 2,20 8 Keuangan, Persewaan & Jasa 3,57 3,53 3,52 3,62 3,63 Perusahaan 9 Jasa-Jasa 8,53 8,72 9,09 9,09 9,13 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Semarang (2014) Tabel 1.2. menunjukkan laju pertumbuhan seluruh sektor ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2010 sampai 2014. Menurut harga konstan, pada tahun 2014 sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 11,51 persen, lebih rendah jika dibandingkan tahun 2013 yang memberikan kontribusi sebesar 12,03 persen. Kontribusi terbesar adalah sektor industri pengolahan yang

6 memberikan kontribusi sebesar 45,84 persen. Sedangkan kontribusi terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,10 persen. Masing-masing daerah harus mampu menghadapi tantangan perekonomian global yang diindikasikan dengan peningkatan PDRB. Kabupaten Semarang berperan penting terhadap perekonomian di Jawa Tengah. Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Tengah (2014), laju pertumbuhan perekonomian wilayah Jawa Tengah atas dasar harga konstan 2000 tahun 2011-2013, Kabupaten Semarang menempati urutan keempat setelah Kota Semarang, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Kudus dari 35 kabupaten/kota. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang dari tahun 2011 sampai 2013 mengalami peningkatan yang signifikan, sehingga sangat diperlukan usaha untuk terus meningkatkan perekonomian di Kabupaten Semarang pada khususnya. Kabupaten Semarang dikenal sebagai kawasan industri, tetapi sektor pertanian masih memberikan sumbangan besar dalam perekonomian untuk pemenuhan masyarakat. Sektor pertanian mampu menciptakan lapangan kerja baru di luar sektor pertanian, mampu menciptakan nilai tambah dan meningkatkan sarana produksi dan infrastruktur ekonomi lainnya. Meskipun kontribusi sektor pertanian berfluktuatif dan cenderung menurun dari tahun 2010-2014, sektor ini tetap menjadi salah satu sektor yang mempunyai peranan penting di Kabupaten Semarang. Kondisi penurunan sektor pertanian disebabkan faktor-faktor antara lain kurangnya penguasaan informasi dan iptek pertanian, rendahnya nilai tambah produk pertanian, adanya periode menunggu hasil usaha pertanian dan

7 penguasaan lahan seperti pada tahun 2013 menunjukkan adanya konversi lahan sawah seluas 1,76 ha. Berkurangnya lahan sawah ini disebabkan adanya alih fungsi lahan sawah menjadi lahan kering/tegalan, perumahan/bangunan, jalan dan infrastruktur lainnya yang tidak diimbangi dengan pembukaan areal sawah baru. Disamping itu produksi pertanian belum mampu menjamin kelangsungan dan kualitas yang baik, untuk itu perlu dibuat suatu pengidentifikasian di sektor pertanian dengan menganalisis sub-sub sektor pertanian unggulan yang ada dan mampu memberikan kontribusi yang cukup untuk membangun wilayahnya. 1.2. Perumusan Masalah Dari uraian di atas, dapat ditarik perumusan masalah untuk penelitian ini sebagai berikut: 1. Sektor perekonomian dan subsektor pertanian apa saja yang menjadi sektor/subsektor basis di Kabupaten Semarang? 2. Apakah terjadi perubahan posisi pada sektor perekonomian dan subsektor pertanian di Kabupaten Semarang? 3. Faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan posisi sektor perekonomian dan subsektor pertanian di Kabupaten Semarang? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui sektor perekonomian dan subsektor pertanian yang menjadi sektor/subsektor basis di Kabupaten Semarang.

8 2. Mengetahui perubahan posisi pada sektor perekonomian dan subsektor pertanian di Kabupaten Semarang. 3. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan posisi sektor perekonomian dan subsektor pertanian di Kabupaten Semarang. 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Semarang, diharapkan hasil penelitian ini dapat: a. Menjadi bahan informasi dan pertimbangan untuk lebih memberikan perhatian pada peran sektor perekonomian di Kabupaten Semarang, khususnya terhadap peran sektor pertanian dan subsektor pertanian yang memberikan kontribusi besar bagi perencanaan pembangunan daerah. b. Menjadi bahan untuk memberikan tindakan dalam pencegahan perubahan sektor yang mempengaruhi penurunan perekonomian di Kabupaten Semarang, dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhi masing-masing sektor perekonomian di Kabupaten Semarang. 2. Bagi Peneliti, penelitian ini merupakan suatu proses pembelajaran antara teori dan praktik yang dituangkan dalam karya ilmiah, serta menambah pengetahuan berkaitan dengan topik penelitian dan mengetahui lebih

9 mendalam mengenai keadaan wilayah dan perekonomian serta peran sektor pertanian di Kabupaten Semarang. 3. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi mengenai topik penelitian dan referensi untuk penelitian selanjutnya.