Pendidikan Kewarganegaraan

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas EKONOMI. Program Studi MANAJEMEN. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.

Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: 12FEB OTONOMI DAERAH. Fakultas SYAMSUNASIR, S.SOS., M. M. Program Studi Management

Mata Kuliah Kewarganegaraan OTONOMI DAERAH. Modul ke: Panti Rahayu, SH, MH. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

Modul ke: OTONOMI DAERAH. 12Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN OTONOMI DAERAH D. MACHDUM FUADY, S.H., M.H. EKONOMI AKUNTANSI. Modul ke: Fakultas. Program Studi

OTONOMI DAERAH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

Otonomi Daerah PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MODUL PERKULIAHAN 10. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Rencana Induk Pengembangan E Government Kabupaten Barito Kuala Sistem pemerintahan daerah disarikan dari UU 32/2004 tentang

NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

RINA KURNIAWATI, SHI, MH

MAKALAH CIVIC EDUCATION. Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

Pembagian Urusan Pemerintah Dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Perekonomian Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

OTONOMI DAERAH PERTEMUAN 7

APA ITU DAERAH OTONOM?

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL Hubungan Pusat dan Daerah

I. PENDAHULUAN. daerah (dioscretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri

DANA KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Panduan diskusi kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DARI BUPATI KEPADA CAMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA BLITAR

PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

PEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN

PELAYANAN PUBLIK OLEH PEMERINTAH DAERAH MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 ayat (2) menegaskan bahwa Pemerintah daerah mengatur dan mengurus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi juga merupakan indikator pencapaian pembangunan nasional. akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

KEBIJAKAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA OPD YANG MENANGANI BUMD, BLUD, DAN BARANG MILIK DAERAH DAN ARAH PERUBAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. diserahkan kepadanya. Dengan demikian, pemerintah daerah tidak sekedar

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Governance Brief. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota yang bersifat otonom.

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 21 Tahun 2008

PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH MENUJU PENCAPAIAN GOOD GOVERNANCE

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38 TAHUN 2007 TENTANG

I. PENDAHULUAN. kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Penyelenggaraan

PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1

Desentralisasi dan Otonomi Daerah:

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 2 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN KOTA BOGOR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintah,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

Transkripsi:

Modul ke: 12 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Otonomi Daerah : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat

A. Pengertian Otonomi Daerah Otonomi daerah secara sempit diartikan sebagai mandiri, sedangkan dalam arti luas berdaya. Jadi otonomi daerah yang dimaksud disini adalah pemberian kewenangan pemerintahan kepada pemerintah daerah untuk secara mandiri atau berdaya membuat keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri. Sedangkan desentralisasi menurut M. Turner dan D. Hulme adalah transfer/pemindahan kewenangan untuk mengyelenggarakan beberapa pelayanan kepada masyarakat dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Sementara desentralisasi menurut Shahid Javid Burki dan kawan kawan adalah proses pemindahan kekuasaan politik, fiscal dan administrative kepada unit dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

Jadi, otonomi daerah dapat diartikan pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

B. Latar Belakang Otonomi Daerah Otonomi daerah dapat dianggap dapat menjawab pemerataan pembangunan sosial ekonomi, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kehidupan berpolitik yang efektif. Beberapa alasan kebutuhan otonomi daerah dirasakan mendesak : Kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini berpusat di Jakarta (Jakarta centris). Hal ini bisa terlihat bahwa hampir 60% lebih perputaran uang berada di Jakarta, sedangkan 40% digunakan di luar Jakarta. Dengan penduduk sekitar 12 juta di Jakarta dan di luar Jakarta hampir 190 juta hanya menggunakan 40% dari perputaran uang secara nasional. Selain itu proses perizinan investasi juga berada di tangan pemerintah pusat.

Pembagian kekayaan dirasakan tidak adil dan tidak merata. Kesenjangan sosial antara satu daerah dengan daerah lainnya.

C. Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah Tujuan otonomi daerah menurut pendapat beberapa ahli adalah sebagai berikut : Dilihat dari segi politik, otonomi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan di pusat dan membangun masyarakat yang demokratis, menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan, dan melatih diri dalam menggunakan hak hak demokrasi. Dilihat dari segi pemerintahan, otonomi adalah untuk mencapai pemerintahan yang efisien.

Dilihat dari segi sosial budaya, otonomi daerah diperlukan agar perhatian lebih fokus kepada daerah. Dilihat dari segi ekonomi, otonomi diadakan agar masyarakat dapat turut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di daerah masing masing.

Sebagian para ahli juga menyampaikan pendapat lain alasan perlunya otonomi-desentralisasi, yaitu : Untuk tercapainya efisien dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan. Memberikan pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat. Sebagai sarana pendidikan politik. Sebagai persiapan karir politik. Stabilitas politik. Kesetaraan politik. Akuntabilitas publik.

D. Perkembangan UU Otonomi Daerah di Indonesia Pelaksanaan otonomi daerah (OTDA) mengalami perubahan sebanyak tujuh kali dengan perubahan UU OTDA/Desentralisasi : UU Nomor 1 Tahun 1945, tentang Pemerintahan Daerah. Daerah otonom adalah kerisdenan, kabupaten, dan kota. Tetapi tidak ada Peraturan Pemerintah (PP)-nya, sehingga tidak dilaksanakan dan usianya hanya tiga tahun. UU Nomor 2 Tahun 1948, tentang Susunan Pemda yang Demokratis. Ada dua jenis daerah otonom, yaitu daerah otonom biasa dan otonom istimewa. Juga ditetapkan tingkatan daerah otonom yaitu provinsi, kabupaten/kota besar dan desa/kota kecil. Hak istimewa diberikan kepada daerah di Jawa, Bali, Minangkabau, dan Palembang untuk menghormati daerah tersebut melakukan pengaturan sendiri mengenai hak dan asal usul daerah.

UU Nomor 1 Tahun 1957, tentang Pemerintahan Daerah yang berlaku menyeluruh dan bersifat seragam. UU Nomor 18 Tahun 1965, tentang Pemerintahan Daerah yang menganut otonomi seluas luasnya. UU Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok Pokok Penyelenggaraan Pemerintahan Pusat di Daerah. Usia paling panjang yaitu 25 tahun. UU Nomor 22 Tahun 1999, tentang Otonomi Daerah. UU Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah. UU Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang undang ini mengatur pembiayaan pembangunan daerah yang bersumber dari PAD, dana perimbangan dan pendapatan lain lain. Pengaturan pembagian penerimaan antara Pusat dan Daerah yaitu : penerimaan hasil hutan (pusat:20%, daerah:80%), penerimaan dana reboisasi (pusat:60%, daerah:40%), pertambangan umum dan perikanan (pusat:20%, daerah:80%), pertambangan minyak (pusat:69,5%, daerah:30,5%) dan panas bumi (pusat:20%, daerah:80%).

E. Model Desentralisasi Model desentralisasi adalah pola penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintahan kepada daerah otonomi untuk mengatur dan menangani urusan pemerintahan dalam sistem NKRI. Menurut Rondinelli, model desentralisasi ada empat macam, yaitu : Dekonsentrasi yaitu pelimpaha wewenang pemerintahan oleh pemerintahan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah, dan atau kepada instansi bertikal di wilayah tertentu. Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewenangan manajerial untuk melakukan tugas tugas khusus kepada suatu organisasi, yang tidak secara langsung berada di bawah pengawasan pemerintahan pusat.

Devolusi adalah transfer kewenangan untuk pengambilan keputusan, keuangan, dan manajemen kepada unit otonomi pemerintah daerah. Privatisasi adalah tindakan pemberian kewenangan dari pemerintahan kepada badan badan sukarela, swasta, dan swadaya masyarakat.

F. Pembagian Urusan Pemerintahan Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang Otonomi Daerah, Urusan Pemerintahan dapat dibagi ke dalam urusan pemerintahan pusat, pemerintahan daerah tingkat I, dan pemerintahan daerah tingkat II. Pembagian urusan Pemerintahan tersebut meliputi : Urusan Pemerintahan Pusat, Meliputi enam bidang, Yaitu : Politik Luar Negeri. Pertahanan Keamanan Yustisi Moneter dan Fiskal Nasional Agama

Urusan Wajib yang menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah Propinsi, meliputi 16 Bidang, Yaitu : Perencanaan dan pengendalian pembangunan. Perencanaan, Pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang. Penyelenggaraan, ketertiban umum, dan ketentraman masyarakat. Penyediaan, sarana dan prasarana umum. Penanganan bidang kesehatan. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota.

Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah, termasuk lintas kabupaten/kota. Pengendalian lingkungan hidup. Pelayanan pertahanan termasuk lintas kabupaten/kota. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil. Pelayanan administrasi umum pemerintahan. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Terima Kasih Sukarno B N, S.Kom, M.Kom