BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

dokumen-dokumen yang mirip
A. Analisis Terhadap Sanksi Pidana Pelanggaran Program Komputer / Software. Tanpa Izin dalam Pasal 72 UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGEDARAN SEDIAAN FARMASI TANPA IZIN EDAR

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB IV. kesamaan namun berbeda. Kesamaan dari keduanya adalah sama-sama. siapapun. Dalam suatu hukum sudah ada ketentuan-ketentuan yang

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN

BAB III TINDAK PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB IV. A. Analisis Terhadap Penambahan 1/3 Hukuman dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB III PEMAAFAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KEADAAN MABUK. A. Alasan Obyektif Pemaafan bagi Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

BAB IV. A. Analisis Hukum Pidana Islam tentang Kejahatan Korporasi Sebagaimana Diatur

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI DALAM BENTUK FUNDS WIRE

BAB 1V ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MEULABOH DALAM PUTUSAN NO.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

BAB IV ANALISIS SANKSI PIDANA TERHADAPPUTUSAN PENGADILAN. NEGERI SEMARANG NO.162/Pid.B/2011/PN. Smg TENTANG SEDIAAN FARMASI YANG TIDAK BERIZIN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai kekayaan alam

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PENGGELAPAN PAJAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PROBOLINGGO NO. 179/PID.B/PN.PBL TENTANG TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB II PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN (PENCURIAN) MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM. A. Pengertian Pelanggaran Hak Pemegang Paten (Pencurian)

BAB IV. atau melakukan perbuatan yang pada pokoknya bersifat permusuhan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. adanya hukum dalam lingkup Islam yang mengatur mengenai hukuman bagi

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAKAN MENGEMIS DI MUKA UMUM. A. Analisis terhadap Sanksi Hukum Bagi Pengemis Menurut Pasal 504

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB IV ANALISIS FIKIH MURAFA AT TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PENCURIAN HELM TOD YANG DIKENAKAN PASAL 362

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tindak pidana, Moeljatno merumuskan istilah perbuatan pidana, yaitu

ANALISIS TENTANG PENYATUAN PENAHANAN ANAK DENGAN DEWASA MENURUT FIKIH JINAYAH DAN UU NO. 23 TAHUN 2002

PEMIDANAAN SERTA POLITIK HUKUM PIDANA DALAM KUHP/RKUHP DAN PERBANDINGAN DENGAN ISLAM

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK DALAM HUKUM PIDANA ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002

BAB IV ANALISIS PEMIDANAAN ORANG TUA ATAU WALI DARI PECANDU NARKOTIKA DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM PIDANA DAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO. 469 / PID.B / 2010 / PN. SMG. TENTANG PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu kegagalan dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri,

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI BANYUWANGI TERHADAP TINDAK PIDANA PENANGKAPAN IKAN DENGAN POTASIUM CIANIDA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN DALAM PERKARA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya, diperoleh. kesimpulan penting sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB II KETENTUAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. atau terjepit maka sangat dimungkinkan niat dan kesempatan yang ada

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN A. Analisis Terhadap Sanksi Pidana Pelanggaran Hak Pemegang Paten Menurut UU. No. 14 Tahun 2001 Tentang Paten. Undang Undang Hak Paten dibentuk untuk memberikan perlindungan hukum yang wajar bagi investor, agar memacu kreativitas intelektualnya menciptakan suatu invensi dibidang teknologi, supaya hasil kreativitas intelektual tersebut tidak mudah dijiplak atau dieksploitasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Adapun unsur unsur pidana pelanggaran hak pemegang paten adalah sebagai berikut : 1. Unsur formil Dalam pasal 1 ayat (1) yang berbunyi : Tanda suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan. 1 1 Moeljatno, Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP), (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), 3 53

54 Jadi, seseorang hanya dapat dijatuhi hukuman, apabila perbuatan itu telah ada atau telah dibentuk dalam aturan aturan atau perundang undangan. Seperti halnya pelanggaran hak pemegang paten yang telah diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomer 14 Tahun 2001 tentang paten pasal 130 yang berbunyi : Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak pemegang paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 dipidana dengan penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). 2 Ini berarti, apabila pelaku terbukti melakukan pelanggaran hak Pemegang Paten sebagaimana dalam pasal 16 ayat (1) huruf a, maka diancam dengan hukuman pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan /atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). Dalam unsur formil, selain asas legalitas, juga harus mempertimbangkan tempat delik (locus delicti) dan waktu delik (tempus). Mengenai soal tempat kejadian dari tindak pidana/delik (delicti), perlu diketahui untuk : a. Menentukan apakah hukum pidana Indonesia berlaku atau tidak terhadap perbuatan pidana tersebut. b. Menentukan kejaksaan dan pengadilan mana yang berhak mengurus perkaranya, yang diakibatkan dari perbuatan pelaku. 2 Undang Undang HAKI, PASAL 130, (Jakarta : Smar Grafika, 2003), 91

55 Menurut teori, biasanya tentang locus delicti ini, ada 2 (dua) macam, yaitu sebagai berikut : 1) Aliran yang menentukan disatu tempat, yaitu tempat dimana terdakwa berbuat. 2) Aliran yang menentukan di beberapa tempat, yaitu tempat dimana pembuat melakukan segala yang memungkinkan dapat mengakibatkan delik yang bersangkutan dan tempat akibat dari perbuatan. 3 Tindak pidana pelanggaran hak pemegang paten merupakan tindakan membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten tanpa hak dan persetujuan dari pemegang hak paten (inventor) untuk kepentingan komersial. Salah satu kasus yang terjadi di Pengadilan Negeri Surabaya, dimana L. Hadi Pujiono selaku terdakwa yang bertempat di rumah terdakwa sendiri Desa Kepuharjo Kec. Karang Ploso Kabupaten Malang melakukan pelanggaran hak pemegang paten tanpa hak dan persetujuan pemegang hak. Dan sebagian besar saksi berada dan bertempat tinggal di wilayah hukum Pengadilan Negeri Surabaya yang berwenang memeriksa dan mengadili perkaranya. Sedangkan mengenai penentuan soal waktu (tempus delicti) dalam undang undang hukum pidana tidak dijelaskan secara rinci dan tidak ada 3 Moeljatno,Asas Asas Hukum Pidana, (Jakarta :Rineka Cipta, 2000), 79

56 ketentuan khusus yang mengaturnya. Tempus delicti adalah penting berhubungan dengan : 4 1) Menentukan berlakunya hukum pidana sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat (1) KUHP. Dalam hal apakah perbuatan yang bersangkut paut waktu itu sudah dilarang dan diancam dengan pidana. Dengan berlakunya UU No. 14 Tahun 2001 Tentang Hak Paten ini, pihak yang melaksanakan suatu invensi pada saat invensi yang sama dimohonkan paten tetap berhak melaksanakan invensi tersebut sebagai pemakai terdahulu terhadap invensi yang sama tersebut kemudian diberi paten. 2) Menentukan hal yang berkaitan dengan pasal 45 KUHP. Pelanggaran hak pemegang paten ini merupakan tindak pidana yang dilakukan orang yang punya keahlian membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan atau menyediakan untuk dijual produk yang diberi paten. Jadi kemungkinan kecil kalau tindak pidana pelanggaran hak pemegang paten ini dilakukan oleh pelaku yang usianya belum genap 16 tahun. 3) Menentukan saat berlakunya (Verjaring atau daluwarsa). Dihitung mulai hari setelah perbuatan pidana terjadi. 4 Ibid, 78

57 Hak paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang. Jadi, jika terjadi pelanggaran hak pemegang paten setelah melewati 20 tahun sejak hak paten didaftarkan dan diumumkan, maka tidak termasuk tindak pidana dan tidak dikenai hukuman. 2. Unsur Materiil Perbuatan ini dilakukan dengan cara membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten ini dengan tujuan untuk kepentingan komersial. Perbuatan ini juga mengakibatkan dampak negatif, yaitu merugikan, membahayakan banyak pihak terutama pemegang hak, negara dan masyarakat. 3. Unsur pertanggungjawaban pidana Pelaku dengan sengaja melakukan perbuatan itu, maka bisa dikatakan bahwa ia menghendaki untuk melakukan perbuatan dengan membuat, menggunakan, menjual, mengimpor menyewakan atau menyediakan untuk dijual atau disewakan dan diserahkan, disadarinya perbuatan seperti itu telah melawan hukum, dan disadarinya juga untuk kepentingan komersial. Oleh sebab itu, pelaku bisa dimintai pertanggungjawaban pidana atas perbuatan tersebut.

58 B. Analisis Hukum Islam Atas Sanksi Pidana Pelanggaran Hak Pemegang Paten Dalam Pelanggaran Hak Paten Tindakan membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten tersebut, dapat dikategorikan sebagai tindakan pelanggaran pembajakan hak pemegang paten. Pemerintah telah menerapkan kebijakan yang tegas terhadap pelanggaran hak pemegang paten dengan cara penegakan Undang Undang No. 14 Tahun 2001 Tentang Hak Paten. Dalam Undang Undang tersebut juga diatur secara tegas hukuman atau sanksi pidana bagi pelaku pelanggaran hak pemegang paten yaitu pada pasal 13 yang berbunyi : Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak pemegang paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 dipidana dengan penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). Jadi ancaman hukuman atau sanksi pidana pelanggaran hak pemegang paten adalah pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). Hukuman pidana Islam merupakan ilmu tentang hukum syara yang berkaitan dengan masalah perbuatan yang dilarang (jari>mah) dan hukumannya, yang diambil dari dalil dalil yang terperinci, telah membagi macam hukumnya tiga bagian yaitu, jari>mah, h{udu>d, jari>mah qis{as{ dan jari>mah ta z}i>r.

59 Pelanggaran hak pemegang paten (pencurian), sebagaimana diterangkan dalam Bab II, apabila unsur unsur dalam pelanggaran hak pemegang paten (pencurian) telah terpenuhi dan telah dapat dibuktikan, maka pencuri dapat dikenai hukuman had (potong tangan). Ketentuan ini didasarkan kepada firman Allah dalam Surah Al Maidah ayat 38 : ❻ ❻ 3 9 3 ❽ ❽3 ❿ 10 Laki laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 5 Berdasarkan ayat tersebut, maka pencuri yang telah terbukti dan memenuhi unsur dalam pencurian diancam dengan hukuman had (potong tangan) dan hukuman ini tidak bisa digugurkan, karena merupakan hak Allah. Adapun dampak yang ditimbulkan dari perbuatan pelanggaran hak pemegang paten begitu banyak yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian bagi setiap individu atau masyarakat. Kandungan hukum yang terdapat dalam Islam yaitu berdasarkan pada al Qur an dan hadis, salah satu perbuatan yang dilarang adalah melakukan suatu tindakan atau jari>mah yang berakibat kerusakan dan kerugian bagi setiap 5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur an dan Terjemahannya, (Surabaya : Duta Ilmu 2002), 32

60 individu atau masyarakat. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt dalam surah al Ankabut ayat 36 : 9 ❼ 3 10 ❻ 9 ❷ ⓿ ❻ ❼ 9 Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad yan, saudara mereka Syu'aib, Maka ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan". 6 Berdasarkan ayat tersebut, maka pelanggaran hak pemegang paten merupakan tindak pidana/jari>mah yang dianggap sebagai suatu pelanggaran yang membahayakan bagi kehidupan manusia menurut pandangan Islam. Karena dengan melihat begitu banyaknya dampak yang mengakibatkan kerugian yang dialami dalam masyarakat. Pelanggaran hak pemegang paten yang tidak terpenuhi unsur unsur dalam pencurian, maka sanksi atau hukumnya bukan had (potong tangan). Melainkan jari>mah ta z}i>r. Karena syari at Islam tidak menentukan secara tegas dan terperinci, baik jari>mahnya maupun hukumannya. Pelanggaran ini telah memenuhi unsur unsur jari>mah, yaitu sebagai berikut : 7 1. Unsur formil (al Rukn al Syar i) 6 Ibid, 564 7 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, (Bandung : Pustaka Setia,2000), 52

61 Hukuman yang ada harus mempunyai dasar, baik al Qur an, Hadis maupun Undang Undang yang dijalankan oleh lembaga yudikatif yang mempunyai kewenangan dalam menetapkan hukuman untuk kasus ta z}i>r. Pelanggaran hak pemegang paten ini merupakan suatu perbuatan untuk mencari harta atau keuntungan komersial dengan cara melawan hukum atau bat{il, maksudnya perbuatan itu dilakukan tanpa hak atau tanpa persetujuan pemegang hak paten. Oleh karena itu, perbuatan ini tergolong suatu tindak pidana yang dilarang oleh Allah Swt, sebagaimana dijelaskan dalam surah al Nisa ayat 29 : ❿3 3 ❹ ❷ ❷ 10 ❻ Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. 8 8 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur an dan Terjemahannya, (Surabaya : Duta Ilmu 2002),107

62 Mencari harta atau keuntungan komersial dengan cara melawan hukum atau bat{il, maka hal ini akan mengakibatkan kerugian secara materi baik individu maupun masyarakat. Lembaga yang berwenang (yudikatif) telah menetapkan Undang Undang No. 14 Tahun 2001 Tentang Hak Paten untuk melindungi kepentingan hukum pemegang hak atas hasil temuan intelektualnya. 2. Unsur Materiil (al Rukn al Maddi) Pelanggaran hak pemegang paten merupakan suatu jari>mah yang mengakibatkan dampak negatif dan kerugian secara materi. Perbuatan ini dilakukan dengan cara membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten tanpa hak dan persetujuan pemegang hak dengan tujuan untuk kepentingan komersial. 3. Unsur Moral (al Rukn al Adabi) Pelaku pelanggaran hak pemegang paten adalah orang yang dengan sengaja melakukan tindak pidana atau jari>mah tersebut. Artinya, ia menghendaki untuk melakukan perbuatan membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewa atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten, disadarinya untuk kepentingan komersial dan disadarinya perbuatan itu telah melawan hukum, atau ia tidak berhak untuk melakukannya karena tidak ada persetujuan dari yang berhak.

63 Hal ini menunjukkan bahwa pelaku pelanggaran hak pemegang paten merupakan orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindak pidana atau jari>mah yang telah dilakukannya. Dalam hukum Islam, hukuman atau sanksi pidana harus memenuhi beberapa syarat, yaitu sebagai berikut : 9 a. Hukuman harus ada dasarnya dari syara Hukum dianggap mempunyai dasar (syar iyah) apabila ia didasarkan kepada sumber sumber syara, seperti al Qur an, as Sunnah, Ijma, atau Undang Undang yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang (uli al Amr) seperti dalam hukuman ta z}i>r. Dalam hal hukuman ditetapkan oleh uli al Amr maka disyaratkan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan ketentuan syara. Apabila bertentangan maka ketentuan hukuman tersebut menjadi batal. Pelanggaran hak pemegang paten merupakan jari>mah ta z}i>r. Oleh sebab itu, hukumannya ditetapkan oleh lembaga yang berwenang (uli al Amr) pada pasal 130 Undang Undang No. 14 Tahu 2001 Tentang Hak Paten yaitu dipidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). b. Hukuman harus bersifat pribadi 9 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2004), 141

64 Hukuman hanya dijatuhkan kepada orang yang sengaja melakukan tindak pidana dengan cara membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten dengan tujuan untuk kepentingan komersial. c. Hukuman harus berlaku umum Hukuman berlaku untuk semua orang yang melakukan tindak pidana pelanggaran hak pemegang paten baik kepada yang kaya atau miskin. Kepada pejabat atau rakyat biasa maupun kepada bangsawan atau rakyat jelata. Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa ketentuan hukuman bagi pelaku pelanggaran hak pemegang paten telah memenuhi persyaratan alam hukum pidana Islam. Dilihat dari segi tujuan hukuman, hukuman atau sanksi pelanggaran hak pemegang paten diharapkan bisa mempengaruhi dan mencegah perbuatan si pelaku untuk tidak melakukan tindak pidana lagi dan menyesali perbuatan yang telah diperbuatnya. Ini berarti hukuman bertujuan agar si pelaku jera dan berubah menjadi orang yang lebih berguna dan bermanfaat bagi masyarakat. Hukuman juga diharapkan bisa mempengaruhi dan mencegah tingkah laku anggota masyarakat pada umumnya untuk tidak meniru melakukan tindak pidana yang sama.

65 Tujuan hukuman dalam hukum pidana Islam untuk menciptakan ketentraman individu dan masyarakat, serta mencegah perbuatan perbuatan yang bisa menimbulkan kerugian terhadap anggota masyarakat, baik yang berkenaan dengan jiwa, harta maupun kehormatan, dan untuk merealisasi kemaslahatan umat dan sekaligus menegakkan keadilan. Disamping itu pelaku jari>mah diarahkan dan dididik untuk menjadi manusia yang lebih baik dan membawa perilaku yang sesuai dengan tuntunan agama. 10 Tindak pidana pencurian dan tindak pidana pelanggaran hak pemegang paten memiliki perbedaan dan persamaan dalam unsur pidananya. Adapun perbedaannya adalah : 1) Tindak pidana pencurian merupakan pengambilan barang secara diam diam. Sedangkan tindak pidana pelanggaran hak pemegang paten merupakan perbuatan dengan cara membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual, menyediakan untuk disewakan, menyediakan untuk diserahkan produk yang diberi paten. 2) Dalam pencurian, barang yang diambil merupakan harta milik orang lain. Sedangkan dalam pelanggaran pemegang hak pemegang paten, barang tersebut adalah milik pribadi tetapi hanya sebatas untuk menggunakan atau mengambil manfaat dari produk yang diberikan paten untuk kepentingan sendiri tanpa batas waktu. 10 Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta : Logung Pustaka, 2004), 52

66 Adapun persamaannya adalah sebagai berikut : 1) Adapun barang yang diambil dalam pencurian itu berupa harta yang mempunyai nilai. Sedangkan dalam pelanggaran hak pemegang paten, barang atau produk yang diberikan paten yang dibuat, atau digunakan itu merupakan harta yang mempunyai manfaat dan bisa diperjual belikan. 2) Dalam pencurian dan pelanggaran hak pemegang paten merupakan perbuatan yang dilakukan dengan adanya niat yang melawan hukum. Dari kedua analisis di atas, dapat ditegaskan bahwa penerapan hukum Islam terhadap pelaku tindak pidana pelanggaran hak pemegang paten adalah selaras dengan penerapan hukum dalam Undang Undang No. 14 Tahun 2001 tentang hak paten. Tegasnya, apa yang dianggap sebagai tindak pidana pelanggaran hak pemegang paten dalam Islam adalah perbuatan yang dilarang (dosa), dan sanksinya orang yang berbuat dosa adalah masuk neraka dan juga bisa dikenakan sanksi ta z}i>r. Sedangkan Undang Undang yang ada di Indonesia, perbuatan itu juga termasuk yang dilarang. Perbuatan tersebut perbuatan pidana dan pelakunya dapat dikenai hukuman atau sanksi penjara serta denda.