BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi di abad ke-21 ini mampu mengubah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.K PADA NY.S DENGAN MASALAH HIPERTENSI DI DESA WATUAGUNG RT 04/RW II KECAMATAN TAMBAK KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

PENGARUH PEMBERIAN JUS LIDAH BUAYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi (tekanan darah tinggi) sering dikatakan sebagai silent killer

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.


BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dijelaskan dalam undang - undang Nomor 17 tahun 2007 tentang rencana

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pula kelompok lanjut usia (lansia) di masyarakat (Sudiarto, 2007). Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya mengubah gaya hidup manusia. Konsumsi makanan cepat saji, kurang

Rahma Elya 1, Dessy Hermawan 1, Eka Trismiana 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah salah satu penyakit pembunuh diam-diam (silent killer)

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Banyak sekali penemuan-penemuan mutakhir dalam dunia medis, sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. zaitun, sedangkan minyak zaitun extra virgin adalah hasil olahan pertama,

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)


BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. disebut the silence disease. Penyakit ini juga dikenal sebagai heterogenous

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi di abad ke-21 ini mampu mengubah gaya hidup (life style), sosial ekonomi, lingkungan, perubahan struktur demografi dan meningkatnya tingkat kognitif masyarakat yang bermuara pada meningkatnya kesejahteraan rakyat. Kenyataan tersebut juga berimbas pada peningkatan usia harapan hidup sehingga menyebabkan jumlah penduduk usia lanjut dari tahun ke tahun semakin meningkat (Nugroho, 2000). Usia lanjut merupakan tahap perkembangan normal dari akhir siklus kehidupan yang akan dialami oleh setiap individu (Stanley, 2006). Semakin bertambahnya usia, masalah kesehatan pun akan sering muncul yang berkaitan erat dengan proses degenaratif dan terjadi secara progresif. Menurut Darmojo (2006) menua adalah proses kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif (Depkes, 2008). Salah satu masalah kesehatan yang sering menimpa usia lanjut yang mampu menjadi awal dari berbagai masalah kardiovaskuler adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Dalam statistik kesehatan dunia tahun 2012, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa hipertensi adalah suatu kondisi berisiko tinggi yang menyebabkan sekitar 51% dari kematian akibat stroke, dan 45% dari jantung koroner. Pada tahun 2011, WHO mencatat satu miliar orang di dunia menderita hipertensi. Dua per tiga di antaranya berada di negara 1

2 berkembang yang berpenghasilan rendah dan sedang. Indonesia berada dalam deretan 10 negara dengan prevalensi hipertensi tertinggi di dunia, bersama Myanmar, India, Srilanka, Bhutan, Thailand, Nepal, Maldives. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di dunia terkena serangannya (Suara Pembaharuan, April 2013). Menurut Kemenkes (2010), hipertensi menduduki peringkat nomor tiga penyebab kematian setelah stroke dan tuberkulosis, yaitu mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia (Kemenkes, 2010). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, disebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Bali adalah 29,1% dan prevalensi stroke 6,8%. Dibandingkan dengan provinsi lainnya, maka penyakit yang merupakan akibat dari penuaan pembuluh darah ini, menempati urutan ke-23 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Dan ini berarti prevalensi penyakit pembuluh darah di Bali tergolong kecil atau di bawah rata-rata nasional. Pada tahun 2012 prevalensi kejadian hipertensi pada usia lanjut di Provinsi Bali menduduki peringkat nomor tiga sebagai penyakit yang sering diderita oleh lanjut usia setelah rhematik dan ispa yaitu sebesar 9,3% dari 6.182 kasus (Dinkes Provinsi Bali, 2011). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Levine & Fodor, 2003). Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah akibat berkurangnya keelastisitasan dan produk samping dari keausan arteriosklerosis

3 dari arteri-arteri utama, terutama aorta sehingga menyebabkan kehilangan daya penyesuaian diri dan tidak dapat lagi mengalirkan darah yang keluar dari jantung menjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah gelombang denyut yang tidak terputus dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan lembah yang dalam (diastolik) (Wolff, 2008). Menurut Kuswardahani (2006), bentuk hipertensi yang sering terjadi pada usia lanjut sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST). HST adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg namun tekanan diastolik dalam batas normal. Hal ini merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia (Kuswardhani, 2007). Penyakit hipertensi sering dikenal dengan istilah silent killer karena gejala yang timbul sedikit, bahkan terkadang tanpa gejala. Hal ini yang menyebabkan banyak oang beranggapan bahwa hipertensi tidak mengancam jiwa. Padahal hipertensi merupakan penyebab utama stroke, serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal, demensia, dan kematian prematur. Apabila tidak ditanggapi secara serius, umur penderitanya bisa diperpendek 10-20 tahun, dimana pengaruhnya pada lansia diperkirakan lebih besar dibandingkan dengan orang yang lebih muda (Sheps, 2005). Pengendalian hipertensi belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Ratarata pengendalian hipertensi baru berhasil menurunkan prevalensi hingga 8% dari jumlah keseluruhan. Berdasarkan data WHO, dari 50% penderita hipertensi yang diketahui, 25% diantaranya mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik. Data Departemen Kesehatan (2007) menunjukkan bahwa di

4 Indonesia ada 21% penderita hipertensi dan sebagian besar tidak terdeteksi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (2007) juga menunjukkan cakupan tenaga kesehatan terhadap kasus hipertensi di masyarakat masih rendah, hanya 24,2% untuk prevalensi hipertensi di Indonesia yang berjumlah 32,2%. Hipertensi dapat ditangani dengan cara farmakologis yaitu dengan obatobat anti hipertensi maupun secara non farmakologis yaitu dengan modifikasi gaya hidup atau bisa juga kombinasi dari keduanya (Dekker, 1996). Pada saat obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik (Dalimartha, 2008). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pengobatan nonfarmakologi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap pengobatan hipertensi (Sneltzer & Bare, 2002). Kendala yang sering dihadapi dalam pengobatan farmakologis adalah banyak penderita hipertensi yang tidak disiplin dalam mengkonsumsi obat penurun tekanan darah karena dapat bergantung pada obat seumur hidup. Selain itu jenuhnya masyarakat terhadap pengobatan medis yang sarat akan efek samping dari penggunaan obat yang dapat merusak hati dan ginjal jika digunakan dalam jangka panjang membuat masyarakat kini mulai melirik pada metode pengobatan non medis. Karena berbagai alasan tersebut, penderita hipertensi mencari cara pengobatan lain yang lebih ekonomis namun minim efek samping, yaitu melalui pengobatan alamiah dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti buah, sayuran, dan herbal (Hembing, 2008).

5 Indonesia dikenal kaya dengan buah-buahan dan tanaman lokal yang secara empiris dapat digunakan untuk pengobatan tambahan hipertensi. Buahbuahan dan tumbuhan yang mengandung serat berfungsi dalam memperlancar proses pencernaan dan diasimilasi secara mudah dan cepat. Zat-zat seperti vitamin, mineral, enzim, bioflavonoid, dan karotenoid yang terkandung dalam buah dan sayuran memberikan kontribusi besar pada penyembuhan penyakit hipertensi (Tarsono, 2009). Menurut Widharto (2007), pengobatan nonfarmakologis selain menjadi alternatif pengobatan juga dapat dijadikan sebagai terapi komplementer yaitu pelengkap untuk mempercepat penyembuhan. Terapi jus baik buah maupun tumbuhan sejak lama telah digunakan untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit termasuk hipertensi. Zat gizi yang dapat larut dalam jus paling mudah dicerna dan diserap oleh tubuh serta merupakan media sempurna untuk penyembuhan hipertensi (Jensen, 2003). Mengacu pada konsep back to nature, yaitu dengan menggunakan bahan dari alam yang banyak terdapat di sekitar masyarakat, karena bahan tersebut kaya akan antioksidan dan kalium dalam bentuk jus herbal sebagai upaya menurunkan tekanan darah penderita hipertensi (Bangun, 2003). Salah satu produk alami tersebut adalah lidah buaya dan belimbing yang banyak terdapat di masyarakat. Pada dasarnya lidah buaya maupun belimbing mengandung kadar kalium dan flavonoid sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita hipertensi (Wirakusumah, 20004). Selain itu lidah buaya memiliki kandungan arginin yang tidak dimiliki oleh belimbing. Arginin merupakan vasodilator yang membuat

6 arteri rileks sehingga darah mengalir lebih baik ke seluruh tubuh. Semua kandungan ini akan sangat berfungsi secara maksimal apabila dapat dikombinasikan sehingga mampu menjadi obat herbal dalam menurunkan tekanan darah pada lanjut usia yang menderita hipertensi (Latief, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Heri Sulistiyono (2009) dari 34 sampel, terdapat 17 orang (100%) mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan 16 orang (94,1%) mengalami penurunan tekanan darah diastolik pada kelompok perlakuan dengan jus belimbing Demak. Penelitian lain mengenai jus belimbing juga telah dilakukan oleh Dine Rinjani Ediani (2002) dengan penurunan tekanan darah sistol sebesar 8,61% dan tekanan darah diastol 5,73%. Buah belimbing manis mengandung kalium yang tinggi dan natrium yang rendah sehingga dapat pula digunakan untuk pengobatan tambahan hipertensi (Istadi, 2009). Hasil penelitan yang dilakukan Hermawan (2010) menyatakan bahwa ekstrak lidah buaya dapat menurunkan kadar kolesterol HDL secara signifikan. Lidah buaya memberi dampak pada terjadinya penurunan kadar kolesterol LDL sebesar 11,85% (2ml/hari) dan peningkatan kadar kolesterol HDL sebesar 32,95% (2 ml/hari). Penelitian yang sama juga dilakukan Umi Kotiah pada tahun 2007 yang juga menunjukkan penurunan kadar kolesterol LDL sebesar 73,1% (1ml/hari) dan peningkatan kadar kolesterol HDL sebesar 21,68% (1 ml/hari) dengan pemberian ekstrak lidah buaya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar pada bulan September tahun 2013, jumlah

7 lansia secara keseluruhan yaitu 50 orang. Sejumlah 30 orang (58,82%) orang memiliki riwayat hipertensi, 16 orang (31,37%) menderita osteoartritis, 4 orang (7,84%) menderita ispa, dan 1 orang (1,96%) menderita diabetes melitus serta ada pula lansia yang mendertita kombinasi dari penyakit-penyakit tersebut. Dari hasil wawancara dengan 2 orang petugas mengatakan bahwa penyebab banyaknya lansia mengalami hipertensi karena proses degeneratif atau proses menua dan sebagian besar lansia menderita hipertensi derajat I dan II. Namun dalam penatalaksanaan berbagai masalah kesehatan khususnya hipertensi pada lansia banyak ditemukan kendala, diantaranya lansia bosan minum obat karena obat hipertensi harus dikonsumsi secara rutin, efek samping yang banyak dari obat yang diminum, dan di PSTW ini hanya menggunakan terapi farmakologis serta belum mengkombinasikannya dengan terapi non farmakologis khususnya obatobatan herbal yang terdapat pada buah maupun tumbuhan yang mengandung nutrisi tinggi kalium untuk menurunkan hipertensi. Berdasarkan pemaparan studi tentang banyaknya kandungan dan manfaat lidah buaya (Aloe vera) dan belimbing (Averrhoe Carambola L) di atas serta pengaruhnya jika kedua bahan tersebut dikombinasikan dalam mengobati penyakit terutama pada penderita hipertensi, maka peneliti tertarik untuk mengetahui Bagaimana Pengaruh Pemberian Jus Lidah Buaya (Aloe vera) dan Jus Belimbing (Averrhoa carambola Linn) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Wana Seraya Denpasar.

8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh pemberian jus lidah buaya (Aloe vera) dan jus belimbing (Averrhoa carambola Linn) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Wana Seraya Denpasar. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jus lidah buaya (Aloe vera) dan jus belimbing (Averrhoa carambola Linn) terhadap penurunan tekanan darah pada lanjut usia yang menderita hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Wana Seraya, Denpasar. 1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ini diajukan oleh penulis dengan tujuan khusus sebagai berikut: a. Mengidentifikasi tekanan darah sebelum diberikan jus lidah buaya (Aloe vera) dan jus belimbing (Averrhoa carambola Linn). b. Mengidentifikasi tekanan darah sesudah diberikan jus lidah buaya (Aloe vera) dan jus belimbing (Averrhoa carambola Linn.

9 c. Menganalisis pengaruh jus lidah buaya (Aloe vera) dan jus belimbing (Averrhoa carambola Linn) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Wana Seraya, Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis a. Instansi Panti Werdha Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam merencanakan perawatan pasien hipertensi secara optimal, selama di panti werdha. b. Responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi responden untuk mendapatkan pelayananan sesuai dengan kebutuhannya, dalam hal ini responden yang mengalami hipertensi dengan memanfaatkan jus lidah buaya dan jus belimbing untuk menurunkan tekanan darahnya. 1.4.2 Manfaat Teoritis a. Perkembangan Ilmu Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu keperawatan dalam memberikan salah satu intervensi mandiri dalam penatalaksanaan hipertensi bagi lansia ntuk membantu menurunkan tekanan darah dengan memanfaatkan lidah buaya dan belimbing.

10 b. Acuan Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau sumber kepustakaan serta sebagai bahan masukan untuk peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berbeda tetapi juga berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. c. Profesi Keperawatan Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi tenaga keperawatan dalam melakukan intervensi keperawatan mandiri sehingga dapat menanggulangi hipertensi di kalangan masyarakat, khususnya pada lanjut usia.