BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. classroom action research. Menurut Kunandar PTK adalah suatu kegiatan yang

PENINGKATAN BERFIKIR KREATIF MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN GRABAGAN TULANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nendi Rohaendi,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembelajaran yang sifatnya aktif, inovatif dan kreatif. Sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis refleksi terhadap pengembangan darf/pola

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

PENERAPAN CTL DENGAN METODE JARIMATIKA UNTUK PENYELESAIAN SOAL PERKALIAN DASAR DI SD NEGERI 1 NGERONG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas V SDN 05 Biau

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Proses PTK merupakan proses siklus yang dimulai dari menyusun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetap juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 4 ISSN X. Rismawati. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG. Devi Afriyuni Yonanda Universitas Majalengka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lebih lanjut. Salah satu bidang kajian yang dipelajari adalah matematika. Sebagai

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SDN BERENG BENGKEL. Oleh : ENGRIPIN Dosen FKIP Universitas Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 LUBUK BASUNG

A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Dewi Nurhajariah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

Kata Kunci: Keaktifan, Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi TANDUR

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data dan temuan-temuan hasil penelitian, maka

METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan menerapkan model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKAMELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SDN GUMILIR 04 TAHUN AJARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah MIN Ilung yang beralamat di Jalan H. Damanhuri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Ogowele Pada Pokok Bahasan Perkembangbiakan Pada Hewan Melalui Penerapan LKS Bergambar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap guru harus paham akan pentingnya Ilmu Pengetahuan Alam yang diajarkan di Sekolah Dasar.

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e ISSN :

4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan siswa sekarang maupun masa yang akan datang. dengan perkembangan zaman. Di SDN Semampir mata pelajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, ilmu matematika memberikan sumbangsih paling berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Purwati, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMA N 2 BOYOLALI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BENDA MANIPULATIF

Abstrak. Kata kunci : Pembelajaran CTL. Minat belajar, Bangun Datar PENDAHULUAN

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intan Maylani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. materi pelajaran dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Jika guru dapat

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

BAB V PEMBAHASAN. mengaitkan komponen pembelajaran berbasis masalah untuk melatihkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi

PENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PECAHAN DAN PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MEMBUAT RINGKASAN CERITA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu sekolah formal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini, semua orang memerlukan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya. Pendidikan sudah menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap insan. Pendidikan yang diperoleh manusia akan menjadi bekal untuk hidup di era modern ini. Hal ini sejalan dengan Kunandar (2007:10) pendidikan adalah kunci modernisasi atau pendidikan adalah investasi manusia untuk memperoleh pengakuan dalam kalangan ahli. Sesuai dengan pernyataan di atas pendidikan itu memang dirasa sangat penting dan bermanfaat untuk masa depan. Terutama pendidikan dasar yang dapat diperoleh di PAUD dan Sekolah Dasar. Di sekolah dasar kita dapat memperolah pendidikan dasar dari lima mata pelajaran pokok antaralain : Matematika, IPA, IPS, PKn dan Bahasa Indonesia. Dari lima mata pelajaran pokok tersebut, pelajaran matematika menjadi mata pelajaran yang dianggap susah oleh sebagian peserta didik. Matematika adalah ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyatan dalam matematika bersifat konsisten ( Depdikbud 2002 : 1). Dalam pembelajaran matematika terkadang peserta didik sekolah dasar mengalami kesulitan, karena peserta didik belum memahami konsep matematika seutuhnya. Pembelajaran matematika bagi peserta didik sekolah dasar diberikan mulai anak duduk di tingkat dasar kelas satu. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika sangatlah penting bagi peserta didik sekolah dasar, sehingga jumlah jam pelajaran di setiap kelas lebih banyak dibanding pelajaran lainnnya. Pembelajaran matematika yang diselenggarakan oleh guru harus bertahap sesuai perkembangan peserta didiknya. 1

Dalam pembelajaran matematika bagi 2 peserta didik sekolah dasar, harus menggunakan hal-hal yang sifatnya konkrit, karena mereka berada pada usia 7 12 tahun. Hal tersebut diungkapkan oleh Piaget dalam Makmun (1995 :99), usia 7 12 tahun termasuk fase operasional kongkrit. Fase operasional kongkrit, yaitu kemampuan anak dalam melakukan proses berfikir untuk mengoperasikan kaidahkaidah logika masih terikat dalam obyek yang sifatnya konkrit. Maka dalam proses pembelajaran pada anak usia ini, diperlukan suatu pendekatan atau model yang dapat mengaitkan materi pelajaran dengan benda nyata serta dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari supaya lebih cepat dimengerti peserta didik. Keterkaitan mata pelajaran matematika dengan kehidupan sehari-hari, hal ini sejalan dengan salah satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran matematika SD dalam kurikulum 2006 adalah sebagai berikut Mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari- hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Standar Kompetensi Lulusan dapat tercapai peserta didik apabila guru memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai guru. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Kualifikasi guru yang diharapkan memiliki pendidikan minimal S1 atau D IV kependidikan. Sedangkan kompetnsi yang harus dimiliki oleh guru ada empat kompetensi, yaitu 1) kompetensi pedagogik 2) kompetensi personal 3) kompetensi profesional, serta 4) kompetensi sosial. Dari empat kompetensi tersebut terdapat indikator yang harus dimiliki oleh seorang guru sekolah dasar, diantaranya guru harus memahami karakteristik peserta didik, meng-update, menguasi materi pelajaran, menggunakan media, pemilihan strategi/pendekatan/model pembelajaran. mampu memahami peserta didik, membuat perencanaan pembelajaran, dan melaksanakannya, yang keaktifan peserta didik selalu diciptakan, menggunakan metode/strategi yang

tepat, mendorong peserta didik untuk bertanya, mengamati,multi media sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, sambil bermain sesuai dengan konteks materi serta menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari dimana anak tersebut tinggal. Sebagai hasil pengalaman di sekolah khususnya dalam pembelajaran matematika padapeserta didik sekolah dasar ditemukan banyak permasalahan yang peneliti hadapi, yang tentunya berakibat pada hasil belajar peserta didik yang tidak optimal. Adapun permasalahan yang peneliti hadapi adalah sebagai berikut; Pembelajaran matematika selama ini yang dilakukan guru hanya berupa tentang penjelasan konsep melalui ceramah dan penyelesaian operasi hitung hanya mengikuti contoh pola hitungan berdasarkan buku sumber. Hal tersebut dilakukan berulang-ulang, peserta didik lebih banyak menulis langkah-langkah penyelesaian soal-soal, tidak pernah dilibatkan dalam menemukan konsep, formula, aturan atau rumus. Hal tersebut mengakibatkan peserta didik menjadi pasif dan selalu menunggu informasi dari guru tanpa bisa belajar secara mandiri, motivasi dan kegairahan belajar peserta didik menjadi menurun, bahkan sering nampak ada rasa ketakutan pada diri peserta didik kalau belajar matematika. Permasalahan lain yang dihadapi peneliti adalah kemampuan menghubungkan antara materi pembelajaran matematika yang akan diajarkan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari sebagai tuntutan SKL matematika, sehingga hal ini berakibat bahwa mata pelajaran matematika seolah-olah asing bagi kehidupan peserta didik sehari-hari. Sehubungan dengan hal itu peneliti menemukan masalah dalam pembelajaran matematika terutama dalam hal pencerminan. Terbukti dengan nilai rata-rata peserta didik yang rendah yaitu 55. Nilai tersebut belum mencapai KKM mata pelajaran matematika yang bernilai 68. Nilai peserta didik yang rendah tersebut belum sesuai dengan harapan peneliti yaitu 75. Berdasarkan permasalahan diatas, untuk menciptakan proses pembelajaran yang menghubungkan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari, sehingga anak 3

tidak merasa asing dengan pembelajarannya, tentu guru harus paham betul berbagai model pembelajaran yang mengarah kepada kepada kehidupan nyata, serta melibatkan peserta didik sehingga peserta didik membangun serta menemukan pengetahuan itu melalui proses bertanya, diskusi kelompok dan memecahkan masalah yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari dimana peserta didik tersebut tinggal. Model pembelajaran kontekstual merupakan salah satu model yang merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat ( Nurhadi, 2002) Peneliti mencoba menggunakan Model pembelajaran kontekstual ini karena pada hahehatnya model ini adalah suatu pembelajaran yang berusaha mengaitkan aktifitas kehidupan sehari-hari, agar pembelajaran berjalan lebih produktif. Model pembelajaran kontekstual dapat dilaksanakan di SD pada kelas dan topik manapun yang tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Topik yang diambil peneliti adalah konsep pencerminan di kelas 4 sebab topik pecahan selama ini dirasakan sulit bagi guru dalam mengajarkannya hal ini terlihat dalam hasil belajar yang kurang memuaskan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas karena sesuai Asrori.M (2007:88) menyatakan bahwa, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Berdasarkan pendapat diatas penelitian tindakan kelas dirasa metode yang paling tepat untuk mengatasai permasalahan diatas. Dalam penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada peningkatan kualitas guru dan pembelajaran. Selain itu dalam penelitian tindakan kelas juga dilaksanakan secara bertahap dan sistematis. Dimulai dengan tahap perencanaan yang ditandai dengan membuat RPP mengenai materi tersebut. Setelah itu masuk ketahap pelaksanaan, guru 4

mempraktekan RPP yang telah dibuat dengan penerapkan pembelajran kontekstual agar dapat meningkatkan hasil belajar sissa. Tahap selanjutnya adalah tahap pengamatan, teman sejawat melakukan observasi ketika peneliti sedang melaksanakan pembelajaran. Tahapan ini diakhiri dengan melakukan refleksi untuk perbaikan di silkus selanjutnya. Dengan memperhatikan hal-hal di atas maka penelitian difokuskan kepada PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PENCERMINAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS 4 SDN 2 SUNTENJAYA(Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Matematika di kelas IV SDN 2 Suntenjaya Desa Suntenjaya Kecamatan Lembang) B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan, secara umum rumusan masalah yang diteliti adalah: Bagaimana hasil belajar peserta didik kelas IV pada pembelajaran matematika materi pencerminan melalui penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual? Sedangkan secara lebih khusus rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa rumusan di bawah ini. 1. Bagaimana perencanaan penerapan pembelajaran kontekstual pada pembelajaran matematika materi pencerminan? 2. Bagaimana pelaksanaan pelaksanaan penerapan pembelajaran kontekstual pada pembelajaran matematika materi pencerminan? 3. Bagaimana hasil belajar peserta didik dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan pembelajaran kontekstual pada pembelajaran matematika materi pencerminan? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pembahasan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai secara umum yaitu: mengungkap peningkatan hasil belajar peserta didik kelas IV 5

pada pembelajaran matematika materi pencerminan melalui penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual.sedangkan secara lebih rinci, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perencanaan penerapan pembelajaran kontekstual padapembelajaran matematika materi pencerminan. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan padapembelajaran matematika materi pencerminan. 3. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan pembelajaran kontekstual pada pembelajaran matematika materi pencerminan. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi Guru Bagi guru diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas, guna meningkatkan kualitas pembelajaran matematika serta memotivasi guru untuk senantiasa menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam setiap pembelajaran. 2. Bagi peserta didik Bagi peserta didik diharapkan dapat memotivasi dalam mengikuti pembelajaran karena peserta didik belajar secara kontekstual. 3. Bagi Sekolah Bagi sekolah diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran, meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar dan kinerja guru. 4. Bagi Peneliti Bagi peneliti diharapkan dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai penerapan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran matematika. 6

E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di muka, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika peserta didik diberikan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, maka hasil belajar peserta didik pada materi pencerminan meningkat. F. Definisi Operasional dan Fokus Penelitian 1. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Nurhadi (Rusman:189; 2011) menyatakan : Pembelajaran kontekstual ( contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan kontekstual dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dimulai dengan peserta didik menemukan dan mengkontruksikan sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan bertanya peserta didik melalui kegiatan tanya jawab, belajar kelompok untuk mengerjakan LKS, melakukan refleksi setelah pembelajaran dan melakukan penilian autentik. 2. Pencerminan Definisi pencerminan menurut berbagai pendapat antara lain : Pencerminan yaitu proses membuat bayangan suatu bangun atau benda tepat sama dengan aslinya (http://mastugino.blogspot.com : 2013). Pencerminan dalam penelitian ini adalah pembuatan bayangan suatu benda menggunakan cermin dan menghasilkan bayangan yang sama besar dengan bendanya, sama panjang dengan bendanya dan sama jauh jarak benda. 3. Hasil Belajar Peserta didik 7

Nana Sudjana (2009: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh peserta didik saat mengikuti tes evaluasi. G. Struktur Organisasi Skripsi Struktur penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan, yang didalamnya membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis tindakan, definisi operasional serta struktur penulisan. Bab II : Kajian Pustaka, di dalamnya membahas tentang pengertian pendekatan pembelajaran kontekstual, karakteristik pendekatan pembelajaran kontekstual, prinsip pendekatan pembelajaran kontekstual, kelebihan dan kekurangan pembelajaran kontekstual, langkah-langkah pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran, pencerminan, hasil belajar peserta didik, penelitian yang relevan, kerangka berfikir. Bab III Metodologi Penelitian, didalamnya membahas tentang jenis penelitian, prinsip penelitian tindakan kelas, tempat dan waktu, subyek penelitian, rancangan penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan jadwal penelitian. Bab IV Pemaparan dan Pembahasan Data, didalamnya memaparkan data yang diperoleh dari tiap siklus hasil instrument yang digunakan, serta membahas tentang hasil dan analisis data masing masing siklus, analisis kegiatan guru, analisis kegiatan peserta didik dan hasil belajar. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi menyajikan tentang kesimpulan hasil penelitian tindakan kelas dan rekomendasi terhadap guru, pembuat kebijakan, dan peneliti selanjutnya. 8