HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN AGRESIVITAS PADA POLISI YANG MENDAPATKAN INVENTARIS SENJATA API

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

PROFESIONALISME KERJA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL PADA ANGGOTA SAMAPTA POLRI SKRIPSI. Diajukan oleh : EVA TRI AGUSTINA F.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kepolisian Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia secara aktif mendorong produktifitas. karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan, menjaga, dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa. bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga

BAB I PENDAHULUAN. dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. Widjaja, 2006). Pegawai memiliki peran yang besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. dan terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai sebagai suatu amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara keamanan dan memberantas kejahatan, maka diperlukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS DENGAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. melakukan studi di universitas. Pada saat menjalani studi, mahasiswa diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. membantu apa pun pengaduan dari masyarakat, seperti pencurian, pembunuhan, dan perampokan. Sebagaimana semboyan Tribrata

ARIS RAHMAD F

DIDIK HERMAWAN B

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan Polri lebih dari 50 Tahun yang lalu hingga saat ini, dalam kurun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (Jogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya manusia adalah aset yang sangat vital bagi maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebanyakan perusahaan memanfaatkan orang-orang yang ber-

BAB II LANDASAN TEORITIK

KONTRIBUSI PEMANFAATAN WAKTU BELAJAR, INTENSITAS KUNJUNGAN PERPUSTAKAAN, DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

KECERDASAN EMOSI, STRES KERJA DAN KINERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

Interpersonal Communication Skill

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN EMOSIONAL MELALUI METODE BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK A BA AISYIYAH NGALAS II KLATEN SELATAN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian M.Anas Hendrawan, 2014 Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kesiapan Kerja Pegawai

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 190

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KECAMATAN PITURUH

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

PERBEDAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

KANTOR PELAYANAN TERPADU SAMSAT DAN SATLANTAS POLTABES SEMARANG

LAPORAN PEMBERIAN REWARD AND PUNISHMENT QUICK WINS 2015 BIDANG PELAYANAN BPKB DAN STNK DIREKTORAT LANLU LINTAS POLDA MALUKU UTARA

Laporan Pengantar Tugas Akhir BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor (BB-Pascapanen) sebagai institusi yang

BAB I PENDAHULUAN. Para manajer memiliki peran strategis dalam suatu organisasi. Peran

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengadaan barang dan jasa pada suatu badan usaha dan perusahaan. Proses

ABSTRACT. Keywords: Parenting parenting, School Physical Environment, Emotional Intelligence And Learning Motivation PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat mengambil keputusan

PEDOMAN WAWANCARA PROFESIONALISME APARAT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat S1 Diajukan oleh : DIAH ARIYANINGSIH F 100 050 024 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian khususnya polisi lalu lintas, yang merupakan salah satu institusi penegak hukum yang bertugas melindungi dan mengayomi masyarakat bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat. Tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, serta pelayanan kepada masyarakat (Supriadi, 2008). Pelayanan kepada masyarakat di bidang lalu lintas juga dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dampak dari kemajuan di bidang lalu lintas itu sendiri juga memberikan kemudahan dalam mobilitas manusia dan barang, guna mendukung terwujudnya kesejahteraan manusia, namun sisi lain timbul masalah lalu lintas dari segi Kamtibcar Lantas (keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas). Permasalahan lalu lintas tampak dalam bentuk kesemrawutan, kemacetan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas yang pada gilirannya akan menimbulkan keresahan bagi masyarakat pemakai jalan (Gatta, 2008). Masalah atau gangguan yang sering terjadi dalam berlalu lintas menuntut polisi lalu lintas untuk mampu menyelesaikan masalah atau gangguan tersebut dengan menunjukan bahwa tindakan petugas kepolisian memang tulus, jujur, terbuka dan bertanggung jawab untuk memberikan keamanan, menjaga keselamatan, melayani, melindungi dan membimbing masyarakat. Tindakan para aparat polisi lalu 1

2 lintas yang tulus, jujur, terbuka dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah dapat mendorong polisi lalu lintas untuk menjalankan tugasnya sesuai prosedur, profesional, tidak responsif terhadap aduan masyarakat dan tidak melakukan kekerasan terhadap masyarakat. Pada kehidupan sehari-hari terdapat contoh fenomena yang menggambarkan tindakan polisi lalu lintas yang terjadi dalam masyarakat seperti adanya salam tempel pada polisi lalu lintas, dimana hal tersebut sering dilakukan oleh para pelanggar lalu lintas, supaya pelanggar tidak mendapatkan tilang dari aparat polisi lalu lintas. Pada proses pembuatan SIM (Surat Ijin Mengemudi) sering kali dilaksanakan secara tidak profesional seperti ujian SIM sebagai formalitas saja, selain itu sistemnya banyak peluang untuk diselewengkan, tidak sesuai prosedur yang ada yang mengakibatkan merebaknya praktek percaloan, kerjasama dibangun berdasarkan kepercayaan yang sifatnya personal dan tidak berdasar pada prestasi kerja. Pada contoh fenomena adanya salam tempel dan pembuatan SIM menggambarkan bahwa kinerja aparat polisi lalu lintas kurang profesional dalam menjalankan tugasnya. Profesionalisme kerja memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhi profesionalisme itu sendiri, menurut Maricar (1998) ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi profesionalisme kerja seperti, dukungan sosial (dukungan sosial mampu meningkatkan produktivitas hidup sebagai upaya pembentukan sikap kerja yang profesional), lingkungan (lingkungan kerja yang baik akan berdampak pada tercapainya kepuasan kerja yang akan menimbulkan kualitas kerja yang baik. Lingkungan kerja yang baik akan bermanfaat bagi kebutuhan individu dalam organisasi dapat menunjang terciptanya profesionalisme kerja), motivasi kerja

3 (motivasi besar pengaruhnya terhadap hasil yang akan dicapai dalam melaksanakan suatu pekerjaan). Tinggi rendahnya motivasi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan kerja dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang menimbulkan gairah dan semangat kerja. Manusia dalam menjalankan profesionalisme kerja memerlukan kecerdasan secara emosional yang berupa mengenal dan mampu mengatur perasaannya dengan baik, mampu memotivasi diri sendiri, bersikap empati ketika menghadapi gejolak emosi dalam diri maupun orang lain. Manusia harus dapat memecahkan masalah, fleksibel dalam situasi dan kondisi yang kerap berubah. Manusia juga harus mampu mengelola stres dengan baik dan dapat menghadapi kehidupan dengan optimis (Goleman. 1998). Pada kehidupan sehari-hari, kondisi emosional seseorang sering berubah-ubah menurut kondisi orang tersebut. Perasaan yang muncul pun kadang tidak bisa diprediksi. Adapun fenomena yang terjadi yaitu masih banyaknya aparat polisi lalu lintas yang belum bisa mengontrol emosinya baik dalam dunia kerja ataupun dalam kehidupan rumah tangganya, seperti adanya kasus penembakan Wakapolwil (wakil Kepala Kepolisian Wilayah) Semarang yang dilakukan oleh bawahannya, dikarenakan ketidakpuasan atas keputusan atasannya yang memindahtugaskan bawahannya tersebut ke wilayah Kendal. Kasus penembakan aparat polisi terhadap istrinya, dikarenakan rasa cemburu terhadap istrinya yang diduga memiliki pria lain. Fenomena tersebut menggambarkan bahwa aparat polisi lalu lintas pada kenyataannya belum bisa mengontrol kecerdasan emosionalnya. Kecerdasan emosional sangatlah penting dalam melaksanakan pekerjaan, bahwa orang yang cerdas dapat bekerja lebih baik dari pada pekerja lainnya.

4 Memiliki kecerdasan emosional pada taraf tinggi ternyata sangat berguna dalam lingkungan kerja (Patton, 1998). Seseorang dalam menjalankan suatu pekerjaan memerlukan emosi, karena emosi berperan besar terhadap suatu tindakan bahkan dalam pengambilan keputusan yang paling rasional. Manusia lebih sering bertindak sesuai dengan emosinya dari pada menggunakan pikiran, padahal emosi mempunyai peran penting dalam keberhasilan seseorang baik di tempat kerja, di rumah dan hubungan sesama maupun diri sendiri. Lebih lanjut Goleman (1996) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah sisi lain dari kecerdasan kognitif yang berperan dalam aktivitas manusia yang meliputi kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan dan motivasi diri serta empati dan kecakapan sosial. Dalam komponen-komponen kecerdasan emosional yang dikemukakan para ahli tersebut, tampak bahwa segala perilaku profesionalisme kerja seorang individu akan sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosionalnya. Kesadaran diri dan kendali dorongan hati berarti kemampuan mengenali perasaan, pikiran dan kondisi emosi. Ketekunan berarti perilaku individu dalam melakukan sesuatu yang sungguh-sungguh dan ulet. Semangat dan motivasi ini berarti mempunyai kemauan yang kuat dalam mengarahkan emosinya. Empati dan kecakapan sosial berarti kemampuan mengenali, memahami dan mengelola emosi orang lain dengan bijaksana dan mampu menempatkan diri sesuai kondisi dan etika. Kecerdasan emosional atau yang popular dikenal dengan Emotional Intelligence (EI) mencakup beberapa kemampuan untuk mengelola perasaan, diantaranya kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi masalah, mengendalikan dorongan primitif, tidak melebih-lebihkan kesenangan

5 maupun kesusahan dan menjaga agar bebas stres tidak melumpuhkan kemampuan untuk berfikir, serta berempati dan berdoa. Pentingnya kecerdasan emosional dalam kehidupan seseorang. Kecerdasan seseorang apabila tidak disertai dengan pengolahan emosi yang baik tidaklah akan menghasilkan seseorang yang sukses dalam hidupnya Goleman (1996). Mengacu pada uraian-uraian di atas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan profesionalisme kerja pada polisi lalu lintas?. Mengacu pada permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dengan mengadakan penelitian berjudul Hubungan antara kecerdasan emosi dengan profesionalisme kerja pada polisi lalu lintas. B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan profesionalisme kerja pada polisi lalu lintas 2. Mengetahui tingkat kecerdasan emosional pada polisi lalu lintas 3. Mengetahui tingkat profesionalisme kerja pada polisi lalu lintas 4. Mengetahui sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap profesionalisme kerja polisi lalu lintas. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan menfaat bagi: 1. Bagi Pimpinan Kepolisian Lalu Lintas Polres Karanganyar

6 Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi bagi pimpinan kepolisian lalu lintas Polres Karanganyar dalam meningkatkan kualitas pesonilnya terutama dalam kecerdasan emosional agar profesionalisme kerjanya terjaga. 2. Bagi Subyek Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi personil polisi lalu lintas Polres Karanganyar selaku subyek penelitian, untuk menjaga kecerdasan emosional agar profesionalisme kerjanya semakin berkembang. Maksudnya, agar subjek penelitian mampu mengontrol emosinya sebagai wujud kecerdasan emosional yang dimiliki sehingga subjek memiliki profesionalisme kerja. 3. Bagi Ilmuan Psikologi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi ilmu psikologi, khususnya dalam hubungan antara kecerdasan emosional dengan profesionalisme kerja. 4. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan keterkaitan antara kecerdasan emosi dengan profesionalisme kerja.