BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan olahraga

2015 PERBAND INGAN PERILAKU SOSIAL ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER CABANG OLAHRAGA IND IVIDU D AN BEREGU D I SMA PASUND AN 2 BAND UNG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAYU ASMARA YUDHA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMA NEGERI 26 GARUT

BAB I PENDAHULIAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan, maka kebugaran jasmani sangat perlu dipelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikhis. Melalui pendidikan jasmani, siswa diperkenalkan dengan

2015 D AMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT TAD JIMALELA TERHAD AP KEBUGARAN JASMANI D AN PERILAKU SOSIAL SISWA SMP NEGERI 1 CILEUNYI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya dunia akibat kemajuan teknologi dan di bidang

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

STUDI TENTANG PERAN DAN MANFAAT KURIKULUM NON AKADEMIK DALAM PEMBENTUKAN SIKAP DI MI MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. olahraga permainan dan banyak dikenal oleh semua orang. Salah satu sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

DAMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA TERHADAP PERILAKU SOSIAL. Mia Kusumawati*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri (Self

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan Jumlah Wakatu Aktif Belajar Saat Proses Belajar Mengajar Permainan Bola

2016 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

BAB II KONSEP TENTANG KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DAN HASIL BELAJAR. sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Singgih Pratomo, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran, terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2008:61)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan manusia bisa menyikapi keadaan perkembangan zaman

BAB I PENDAHULUAN. lain atau disebut manusia sebagai makhuk sosial. Semua itu didapatkan melalui

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia, sehingga dapat mengimbangi terhadap gejala perubahan

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB XI LAYANAN KEGIATAN EKSTRA KURIKULER

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan yang berlangsung seumur

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

ANDRI HERMAWAN YUSUF,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) meliputi permainan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. S.E Iso-Ahola, 2006: 18) mendefinisikan sportivitas sebagai perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sepakbola ini adalah olahraga yang penuh teka-teki, misalnya dari

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya. hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bolavoli merupakan salah satu cabang olahraga permainan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taufik Akbar Firdaus, 2013

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani ditandai dengan proses mempelajari gerak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Manusia tidak bisa dilepaskan dari aktivitas sehari-hari yang secara rutin

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu menjadi suatu paradigma yang sangat kental bagi setiap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan zaman sebagai efek dari globalisasi yang diakibatkan dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. spiritual serta mengembangkan segi fisik (kebugaran jasmani) agar terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Siti Nur Kholifah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB I PENDAHULUAN. menuansakan pada pengalaman dan kebiasaan berolahraga siswa. Namun

I. PENDAHULUAN. nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap masyarakat dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan. Perubahanperubahan yang terjadi dalam masyarakat, pada intinya merupakan suatu proses yang terjadi terus menerus, ini artinya bahwa masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain tidaklah sama. Salah satu dari perubahan tersebut dapat dilihat dari segi sosial. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan. Dengan perubahan budaya yang begitu cepat dan instan. Dengan perubahan budaya yang instan menyebabkan manusia lupa dengan proses yang dilakukan dalam kehidupan sehari-harinya dan berpengaruh juga pada perubahan perilaku anak sekarang yang lebih mengarah kepada perilaku negatif seperti kurang menghargai orang lain, egois, kurangnya kerjasama dan lain-lain. Kemudian dengan berkembangnya dunia akibat kemajuan teknologi dan di bidang apapun, menyebabkan banyak perubahan, tidak terkecuali gaya hidup manusia zaman sekarang, mulai dari orang tua, anak remaja dan dewasa, maupun anak kecil baik secara sadar maupun tidak mereka telah mengikuti perubahan zaman itu. Kemajuan ini di sebabkan dunia pendidikan yang mengalami kemajuan dan berkembang pesat. Namun dengan kemajuan ini pula anak zaman sekarang banyak yang mengalami penyakit hipokinetik (kurang gerak), kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis dan lain - lainnya.

2 Anak zaman sekarang lebih senang dengan permainan modern dan alat -alat teknologi terbaru seperti menonton televisi atau bermain video game, play satation dan lain-lainnya. Kurangnya aktivitas gerak anak menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu dan anak tidak matang pada usianya. Sehingga secara tidak langsung mengakibatkan keterampilan fisik dan perilaku anak cenderung berubah kearah negatif. Hal ini disebabkan kurangnya aktivitas fisik anak dan anak kurang bergaul dan lebih banyak berada didepan layar televisi maupun komputer sehingga masa ataupun waktu untuk bermain dan bergaul dengan teman sabayanya pun berkurang. Hal ini mengakibatkan anak zaman sekarang lebih cenderung indiviualis dan manja. Sejalan dengan itu seperti yang diungkapkan Bambang (2007) bahwa : oleh Bahaya dari kecanduan bermain video game bagi sang anak adalah perkembangan motorik dan kebugaran jasmani sang anak akan terganggu terjadi perubahan perilaku yang negative. Anda bisa membayangkan bagaimana ia hanya duduk di depan kotak televisi selama berjam-jam, bahkan sampai harus lupa makan dan minum dan melakukan keperluannya yang lain. Kemungkinan besar saat ia beranjak remaja hingga dewasa, kemampua fisik anak akan lemah karena anak tidak melakukan aktivitas fisik yang berat dan anak menjadi tidak trampil dalam gerak motoriknya, bahkan cenderung ia akan bersikap malas dalam aktifitasnya sehari-hari serta anak menjadi kurang bergaul dan keterampilan sosial anak menjadi tidak bagus. Mengacu pada kondisi tersebut dan dikaitkan dengan tujuan pendidikan jasmani yaitu membentuk manusia yang berkualitas baik secara kognitif, psikomotorik maupun afektif, maka nampak ada sesuatu yang perlu diperhatikan dan ditanggapi oleh para pendidik berkenaan dengan perilaku sosial siswa tersebut, karena jika kurang diperhatikan akan menyebabkan siswa tidak memiliki keterampilan sosial yang baik. Penjelasan di atas menggambarkan bahwa masa anak-anak merupakan masa yang paling menentukan perilaku individu di masa mendatang. Perilaku yang dominan ditunjukkan oleh siswa dalam kesehariannya di sekolah adalah ketergantungan pada kelompok sebaya, keinginan menyendiri dan keinginan bebas dari dominasi orang tua. Hal ini berarti pada umumnya siswa lebih

3 mementingkan keberadaannya dalam kelompok dan sebaliknya tidak sedikit pula yang mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekolah secara baik, sehingga kecenderungan yang muncul adalah keinginan untuk menyendiri atau hanya bergaul dengan beberapa orang saja yang dia sukai. Hal ini berarti bahwa melalui pendidikan, siswa diharapkan memiliki nilainilai yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Pendidikan juga merupakan peristiwa dalam kehidupan melalui bentuk interaksi atau hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Berbagai nilai yang dapat diraih melalui pendidikan adalah kecerdasan, moral, pengetahuan, keterampilan, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian, kemandirian, serta tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan lainya. Dengan adanya pendidikan jasmani disekolah-sekolah dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa pendidikan jasmani, proses pendidikan disekolah akan tidak seimbang. Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara fisik, pikiran (mental) harus dibelajarkan dan dikembangkan,dan selain itu perlu pula berdampak pada perkembangan sosial, seperti belajar bekerjasama, dengan siswa lain. Sejalan dengan pendapat Agus (2009:10), tujuan pendidikan jasmani secara sederhana yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk: a. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. b. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan utuk menguasai keterampilan gerak dasar yang mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani c. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali d. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan e. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan social yang memungkinkan siswaberfunsi secara efektif dalam hubungan antar oranng

4 f. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga. Dalam proses pendidikan ada yang disebut pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilakukan di sekolah dan pendidikan non formal adalah pendidikan yang diadakan di luar sekolah atau masyarakat. Pendidikan yang dilakukan di sekolah ada yang dikatakan intrakurikuler dan ekstrakulikuler. Pendidikan intrakurikuler adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah yang jatah waktunya telah ditetapkan dan terstruktur. Sedangkan pendidikan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan diluar jam pelajaran sekolah. Untuk memantapkan pendidikan siswa di sekolah diselenggarakan kegiatan ekstrakulikuler yang dalam penyelenggaraannya dapat dilakukan didalam sekolah dan di luar jam pelajaran. Sehubungan dengan kegiatan ekstrakulikuler dijelaskan oleh Rusli Lutan (1986:12) bahwa : Program ekstrakurikuler merupakan bagian integral dari proses belajar yang menekankanpada pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara kegiatan intra dan ekstra kedua-duanya tak dapat dipisahkan. Bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan, pelengkap atau penguat kegiatan intrauntuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi didik hingga mencapai taraf maksimum. Peranan pembinaan dalam kegiatan ekstrakurikuler mempunyai dampak yang besar terhadap tujuan dan kegiatan ekstra tersebut. Pembinaan dalam kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang sangat penting, selain berdampak pada prestasi yang diraih, namun juga terdapat sikap dan karakter siswa yang didalamnya termasuk perilaku sosial. Kegiatan ekstrakulikuler yang diselenggarakan di luar jam pelajaran, selain membantu siswa dalam pengembangan minatnya, juga membantu siswa agar mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar serta menanamkan tanggung jawabnya sebagai warga negara yang mandiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Miller Mayeer yang dikutip oleh Tim Dosen IKIP Malang (1988 ; 124) yang mengatakan bahwa :

5 Keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler akan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa untuk mengembangkan minat-minat baru, menanamkan tanggung jawab sebagai warga negara, melalui pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerja sama, dan terbiasa dengan kegiatan-kegiatan mandiri. Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang diminati siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai mata pelajaran yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan pengalaman - pengalaman yang bersifat nyata yang dapat membawa siswa pada kesadaran atas pribadi, sesama, lingkungan dan Tuhan-nya, dengan kata lain bahwa kegiatan ektrakurikuler dapat meningkatkan Emotional Qoutient (EQ) siswa yang di dalamnya terdapat aspek kecerdasan sosial/kompetensi sosial. Pengembangan EQ dewasa ini menjadi lebih mengedepan. Dari hasil penelitian Daniel Goleman dikatakan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat sebagian besar ditentukan oleh 80 % kecerdasan emosi (EQ) dan hanya 20% ditentukan oleh factor kecerdasan kognitip (IQ). Ratna Megawangi, 2004 : 47 dalam (ruhtaf12.blogspot.com diakses 28 mei 2013) Berdasar hasil penelitian Goleman ini penulis menganggap bahwa penanaman nilai baik nilai moral maupun nilai sosial perlu dikembangkan di dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler yang pelaksanaan kegiatannya lebih mengarah pada pemberian pengalaman - pengalaman hidup dan pembentukan ketrampilan penulis pandang lebih cocok sebagai media penanaman nilai - nilai kehidupan pada peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri Kab. Cirebon Barat merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap minggunya, dalam kegiatan ekstrakurikuler waktu yang tersedia lebih banyak dan lebih lama daripada waktu intrakurikuler, sehingga siswa akan lebih banyak melakukan gerakan-gerakan yang dipelajari, yang akhirnya akan lebih menguasai gerakan tersebut dibandingkan pada waktu pelajaran intrakurikuler. Ditulis dalam buku Depdikbud (1984:9) menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut :

6 Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan jam pelajaran sekolah yang biasa dilakukan di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan berkala atau hanya dalam waktuwaktu tertentu dan ikut dinilai. Hasil survay penulis sementara kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di SMA Kabupaten Cirebon Barat (Kab. Cirebon Barat) adalah bentuk kegiatan organisasi yang meliputi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Pasukan Kibar Bendera (Paskibra), Pendidikan Kesehatan Sekolah (PKS), Praja Muka Karana (Pramuka) dan Palang Merah Remaja (PMR), dan Olahraga. Bentuk program kegiatan ektrakulikuler olahraga diantaranya; bolavoli, bolabasket, dan sepakbola. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut berlaku bagi para siswa di lingkungan sekolah. Ekstrakulikuler non olahraga kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran baik dilakukan di sekolah maupun diluar sekolah. Ekstrakurikuler non olahraga memiliki tujuan tertentu diantaranya adalah untuk merubah perilaku sosial siswa, selain itu juga agar siswa mempunyai rasa tanggung jawab atas dirinya sendiri, siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler non olahraga akan memiliki karakter atau kepribadian yang baik seperti menurut Hermanto (2000:35). Pengembangan kepribadian peserta didik merupakan inti dari pengembangan kegiatan ekstrakurikuler. Karena itu, profil kepribadian yang matang merupakan tujuan utama kegiatan ekstrakurikuler. Pengembangan kepribadian yang matang dalam konteks pengembangan kegiatan ekstrakurikuler tentunya dalam tahap-tahap kemampuan peserta didik. Selain itu ekstrakurikuler non olahraga contohnya seperti PMR didalamnya mengajarkan mengenai berbagai macam pertolongan terhadap bencana ataupun kecelakaan akan tetapi sebelum praktek langsung terhadap korban siswa diberikan pengarahan terlebih dahulu oleh pembina mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan kegiatan, pada saat kegiatan pembina masih memberikan instruksi kepada siswa. Sedangkan ekstrakurikuler olahraga adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran baik dilaksanakan di sekolah maupun diluar sekolah.

7 Ekstrakurikuler olahraga berkaitan dengan aktivitas fisik siswa, sebelum melakukan ekstrakurikuler olahraga biasanya pelatih atau pembina memberikan pengarahan mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti, fair play, empati, bekerjasama, toleransi, sikap, dan lain sebagainya seperti menurut Suseno (1989:53) dalam diakses 28 mei 2013 mengatakan bahwa: www.crayonpedia.org Moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Maka dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga nilai-nilai yang terkandung didalamnya secara tidak langsung akan masuk kedalam karakteristik siswa melalui permainan atau pertandingan, berbeda dengan kegiatan ekstrakulikuler non olahraga yang harus diberi penjelasan mengenai nilai-nilai yang terkandung saat siswa melakukan kegiatanya. Dalam penelitian ini penulis memilih aktivitas ekstrakurikuler olahraga dan non olahraga sebagai variabel penelitian. Didalam olahraga beregu akan membentuk sebuah situasi sosial yang dapat memberikan kesempatan kepada individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Seperti yang disebutkan dalam Wikipedia Free Encyclopedia (2008:th) bahwa, olahraga tim mengacu pada olahraga yang dilatih atau dipraktekkan, dimana pemain saling berhubungan secara langsung dan secara simultan di antara keduanya untuk mencapai satu tujuan. Hal itu menunjukkan bahwa olahraga beregu memberikan ruang pada individu untuk berinteraksi secara langsung dan berkelanjutan, baik dengan rekan maupun lawan. Interaksi sosial yang terjadi dalam olahraga beregu tersebut dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial individu yang terlibat. Kegiatan ektrakurikuler olahraga selain bermanfaat bagi siswa dalam mengisi waktu luang olahraga itu sendiri juga ditujukan untuk pembentukan perilaku sosial seperti kerjasama, kemurahan hati, persaingan, empati, sikap tidak mementingkan diri sendiri, sikap ramah, memimpin dan mempertahankan diri.

8 Pembentukan perilaku sosial terbentuk seirama dengan proses pertumbuhan dan perkembangannya. Seorang individu atau siswa membutuhkan kemampuan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan itu adalah keterampilan sosial (social skills). Keterampilan sosial merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan kemampuan memecahkan masalah, dengan keterampilan yang siswa miliki suatu lingkungan sosial yang harmonis dapat dicapai (Cartledge & Milburn, 1992:8). Keterampilan sosial sangat berhubungan erat dengan interaksi sosial, seperti yang diungkapkan oleh Anderson (2004, 451) Social skills are developed and manifest in social interaction. Hal ini berarti bahwa interaksi sosial yang terjadi dalam suatu situasi sosial dapat mendeskripsikan keterampilan sosial seseorang. Lebih lanjut Andersone mengungkapkan bahwa setiap individu membutuhkan keterampilan untuk berinteraksi sosial. Keterampilan sosial memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting bagi individu agar dapat hidup bermasyarakat di kemudian hari. Perilaku sosial ini menjadi sangat penting keberadaannya di tengah-tengah berbagai masalah sosial yang kerap terjadi dalam lingkungan sosial. Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaban manusia (Ibrahim, 2001). Perilaku sosial yang ditunjukkan siswa, khususnya siswa SMA dalam aktivitasnya di sekolah relatif beragam. Ada siswa yang mudah berinteraksi dengan siswa dan guru, ada pula yang tertutup. Ada siswa yang aktif mengikuti berbagai kegiatan di sekolah dan ada pula siswa yang kurang berpartisipasi aktif dengan kegiatan yang ada di sekolah. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa melalui kegiatan ekstrakurikuler perilaku sosial siswa dapat dibentuk ke arah yang positif dan lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan ekstrakulikuler selain dapat mengembangkan kemampuan fisik juga dapat mengembangkan prilaku sosial. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang

9 mengikuti ekstrakurikuler PMR pada siswa SMA Negeri Kabupaten Cirebon Barat B. Rumusan Masalah Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabanya melalui pengumpulan data, dan analisis data tersebut, sehingga pada akhrirnya akan menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari suatu penelitian. Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Adakah perbedaan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR pada siswa SMA Negeri Kabupaten Cirebon Barat? C. Pembatasan Penelitian Pembatasan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar masalah yang diteliti lebih terarah. Mengenai pembatasan masalah penelitian dijelaskan oleh Surakhmad (1998:36) sebagai berikut: Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga untuk dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya: tenaga, kecekatan, waktu, biaya, dan lain sebagainya yang timbul dari rencana tersebut. Karena keterbatasan waktu dan dana, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasi akan diteliti. Untuk itu peneliti akan memberi batasan, dimana akan dilakukan penelitian dan variable apa saja yang akan diteliti. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah sebagi berikut: 1. Populasi atau Objek dalam penelitian ini adalah Siswa-siswi yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dan ekstrakurikuler PMR SMA Negeri Kab. Cirebon Barat 2. Sampel dalam penelitian ini adalah populasi sebagai sampel dan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler minimal 1 tahun 3. Ekstrakurikuler olahraga dalam penelitian ini adalah olahraga beregu seperti bolabasket

10 4. SMA Negeri Kabupaten (Kab.) Cirebon Barat dalam penelitian ini adalah 5 sekolahan yaitu SMAN 1 Susukan, SMAN 1 Arjawinangun, SMAN 1 Gegesik, SMAN 1 Jamblang dan SMAN 1 Palimanan 5. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku sosial siswa. 6. Instrumen penelitian ini adalah angket mengenai perilaku sosial siswa. D. Tujuan Penelitian Dalam segala bentuk kegiatan, tujuan merupakan dasar pemikiran yang paling utama, tanpa adanya tujuan suatu kegiatan tidak akan berjalan lancar. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR pada siswa SMA Negeri Kabupaten Cirebon Barat E. Manfaat Penelitian Penulis berharap hasil penelitian bermanfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis dapat digunakan sebagai masukan (bahan pemikiran) keilmuan dan informasi bagi lembaga pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah maupun bagi perorangan, seperti guru pendidikan jasmani, mahasiswa, para pembaca dan pemerhati olahraga mengenai Perbandingan Perilaku Sosial Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Dengan Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler PMR 2. Secara praktis dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi guru pendidikan jasmani dalam upaya mengembangkan perilaku sosial siswa melalui ekstrakurikuler olahraga F. Penjelasan Istilah Untuk menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran khususnya istilahistilah yang ada dalam penelitian ini, maka penulis akan menguraikan beberapa istilah tersebut, antara lain sebagai berikut : 1. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey dalam Rusli Ibrahim (2001) perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang

11 dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain 2. Dalam buku Depdikbud (1984:9) bahwa : Ekstrakurikuler adalah kegiatan jam pelajaran sekolah yang biasa dilakukan di diluar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan berkala atau hanya dalam waktu-waktu tertentu dan ikut dinilai. 3. Giriwijoyo (1995:7) menjelaskan bahwa, Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan fungsional raga agar menjadi sesuai dengan persyaratan atau tujuan tertentu yang dikehendakinya.