ISBN 978 602 9019 74 2 Analisis Pemakaian Abu Vulkanik Gunung Merapi untuk Mengurangi Pemakaian Semen pada Campuran Beton Mutu Kelas II Agus Muldiyanto, dan Purwanto Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang Abstrak Material yang dimuntahkan dari letusan gunung berapi salah satunya abu vulkanik dari Gunung Merapi, dapat digunakan dalam dunia konstruksi seperti dalam pembuatan beton. Abu vulkanik Merapi ini dicoba digunakan untuk mengurangi jumlah pemakaian semen dalam adonan beton untuk beton setara dengan mutu beton strukturil kelas II atau mutu beton K-175. Dengan membuat Trial Mix Design mutu K-175 maka campuran dari Mix Design K-175 nantinya digunakan sebagai patokan untuk mengurangi pemakaian jumlah semen dari 5% hingga 25%. Hasil dari percobaan untuk masing-masing percobaan untuk umur beton 28 hari rata-ratanya, yaitu untuk pengurangan penggunaan semen 5% sebesar 201,74 kg/cm 2, 10% sebesar 199,47 kg/cm 2, 20% sebesar 210,80 dan 25% sebesar 136,60 kg/cm 2 dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengurangan pemakaian semen dengan mengganti abu vulkanik untuk beton mutu K-175 maksimal dengan pemakaian abu vulkanik sebesar 20%. Perlunya diadakan penelitian lebih lanjut tentang kandungan sifat fisis maupun kimiwai dari abu vulkanik. Kata kunci: abu vulkanik, trial mix design, mix design Pendahuluan Latar Belakang Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang termasuk kategori aktif didunia. Akhir-akhir ini aktivitas vulkanik dari beberapa gunung berapi di Indonesia mulai naik. Kenaikan aktivitas vulkanik ditandai dengan beberapa kejadian sebelum terjadi letusan, awan panas yang diikuti hujan abu sering terjadi. Setelah terjadi letusan banyak material alam yang dimuntahkan oleh gunung berapi tersebut. Material yang terdapat dialam tersebut dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung. Dalam dunia konstruksi sebagian besar material mempergunakan material yang tersedia dialam, sebut saja dalam pembuatan beton. Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen portland dan air (PBI 1971:hal 20). Menurut SK SNI T 15 1990 03, beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk masa padat. Mulyono (2006), mengungkapkan Mulyono dan Nugroho (2011) adalah Abu vulkanik (volcanic fly ash) sebagai bahan campuran beton dengan komposisi 0%, 10 %, 20%. Abu vulkanik berfungsi sebagai addiktif/ bahan tambahan dengan masih menggunakan agregat halus berupa pasir muntilan bahwa beton merupakan fungsi dari 157
bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah. Selama ini bahan muntahan dari kegiatan vulkanik gunung berapi yang banyak dimanfaatkan dalam dunia konstruksi adalah pasir dan batuan yang diolah lagi untuk mendapatkan campuran beton. Padahal akibat aktivitas vulkanik tersebut juga mengahasilkan material yang dalam jumlah relatif banyak yaitu abu vulkanik. Dengan demikian material abu vulkanik ini akan dikaji pemanfaatannya sebagai campuran semen (hidraulik) agar penggunaan semen menjadi lebih sedikit tentunya dengan mutu beton yang relatif sama kondisi apabila semen tidak dicampur dengan abu vulkanik. Permasalahan Letusan gunung Merapi yang banyak mengeluarkan abu vulkanik selaian material yang lain, maka kami akan mencoba memanfaatkan abu vulkanik tersebut digunakan sebagai bahan hidraulik (semen) beton. Penelitian ini menitik beratkan pada pemakaian abu vulkanik untuk mengurangi jumlah berat semen sebesar 5%, 10%, hingga 25% menggantinya dengan abu vulkanik. Dengan mengurangi pemakaian semen yang digantikan oleh abu vulkanik apakah campuran beton yang terdiri dari agregat halus berupa pasir muntilan, agregat kasar berupa batu split pecah, semen Portland (semen) itu masih dapat dikategorikan yang mempunyai kuat tekan sesuai mutu beton strukturil Kelas II. Maksud dan Tujuan Penelitian ini merupakan kajian material alam berupa abu vulkanik dalam campuran beton maksudnya adalah untuk mengetahui kelayakan abu vulkanik sebagai campuran beton ditinjau dari kuat tekan beton yang direncanakan yaitu beton strukturil Kelas II. Sehingga diharapkan material abu vulkanik dapat dimanfaatkan sebagai campuran beton, untuk berbagai konstruksi sesuai standard mutu beton Kelas II. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuat tekan beton dengan menggunakan material abu vulkanik dengan mengurangi jumlah berat semen sebesar 5%, 10%, 20%, dengan menggantinya dengan abu vulkanik. Manfaat 1. Bagi peneliti adalah mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam perkuliahan 2. Bagi dunia konstruksi merupakan penelitian awal yang nantinya dapat dijadikan penelitian lanjutan 3. Memberikan sumbangan informasi kepada khalayak umum mengenai abu vulkanik Studi Pustaka Pengertian beton Beton terdiri atas agregat, semen dan air yang dicampur bersama-sama dalam keadaan plastis dan mudah untuk dikerjakan. Karena sifat ini menyebabkan beton mudah untuk dibentuk sesuai dengan keinginan pengguna. Sesaat setelah pencampuran, pada adukan terjadi reaksi kimia yang pada umumnya bersifat hidrasi dan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan. Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen portland dan air (PBI 1971:hal 20). Menurut SK SNI T 15 1990 03, beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat 158
halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk masa padat. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alatalat pemecah batu. Beton terdiri atas agregat, semen dan air yang dicampur bersamasama dalam keadaan plastis dan mudah untuk dikerjakan. Karena sifat ini menyebabkan beton mudah untuk dibentuk sesuai dengan keinginan pengguna. Sesaat setelah pencampuran, pada adukan terjadi reaksi kimia yang pada umumnya bersifat hidrasi dan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan. Mulyono (2006), mengungkapkan bahwa beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah. Sedangkan Sagel dkk. (1994), menguraikan bahwa beton adalah suatu komposit dari bahan batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Sifat beton dipengaruhi oleh bahan pembentuknya serta cara pengerjaannya. Semen mempengaruhi kecepatan pengerasan beton. Selanjutnya kadar lumpur, kebersihan, dan gradasi agregat mempengaruhi kekuatan pengerjaan yang mencakup cara penuangan, pemadatan, dan perawatan, yang pada akhirnya mempengaruhi kekuatan beton. Sifat-sifat beton pada umumnya dipengaruhi oleh kualitas bahan, cara penger-jaan, dan cara perawatannya. Karakteristik semen mempengaruhi kualitas beton dan kecepatan pengerasannya. Gradasi agregat halus mempengaruhi pengerjaannya, sedang gradasi agregat kasar mempengaruhi kekuatan beton. Kualitas dan kuantitas air mempengaruhi pengerasan dan kekuatan (Murdock dan Brook, 2003). Pada saat keras, beton diharapkan mampu memikul beban sehingga sifat utama yang harus dimiliki oleh beton adalah kekuatannya. Kekuatan beton terutama dipengaruhi oleh banyaknya air dan semen yang digunakan atau tergantung pada faktor air semen dan derajat kekompakannya. Kuat tekan beton Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan.(sni 03-1974-1990) Kuat tekan beton = P kg/ cm² A keterangan : P = beban maksimum (kg) A = luas penampang benda uji (cm²) Selanjutnya Mulyono (2006), mengemukakan bahwa kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu sebuah struktur di mana semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, maka semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Kekuatan tekan karakteristik σ'bk dihitung σ'bk = σ'bm - 1,64 dengan taraf signifikan 5%. Adapun factor lain yang dapat mempengaruhi mutu kekuatan beton seperti yang dikemukakan oleh Mulyono (2006), yaitu: (1) proporsi bahan penyusun, (2) metode pencampuran, (3) perawatan, dan (4) keadaan pada saat pengecoran. Dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I. - 2 (1971) dijelaskan kelas dan mutu beton yang disajikan pada Tabel.1. 159
Beton Kelas I adalah beton untuk pekerjaan nonstruktural. Untuk pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu beton Kelas I dinyatakan dengan Bo. Beton Kelas II adalah beton untuk pekerjaan strukturil secara umum. Pelaksanaanya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga ahli. Beton Kelas II dibagi dalam mutu standar: Bl, K125, K175, dan K225. Pada mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan sedang terhadap mutu bahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu K125, K175, dan K225, pengawasan mutu terdiri dari pengawasan yang ketat terhadap mutu bahan dengan mengharuskan pemeriksaan kuat tekan beton secara kontinyu. Beton Kelas III adalah beton untuk pekerjaanstrukturil di mana dipakai mutu beton dengan kekuatan tekan karakteristik yang lebih tinggi dari 225 kg/cm 2. Pelaksanaanya memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga ahli. Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap yang dilayani oleh tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinyu. Mutu beton kelas III dinyatakan dengan huruf K dengan angka di belakangnya yang menyatakan kekuatan karakteristik beton yang bersangkutan. Tabel 1 Kelas dan mutu beton Kelas Mutu σ'bk σ 'bk Tujuan Pengawasan terhadap (kg/cm²) dgn s=46 Mutu Agregat KekuatanTekan (kg/cm²) I Bo - - Non-strukturil Ringan Tanpa II B1 - - strukturil Sedang Tanpa K125 125 200 strukturil Ketat Kontinyu K175 175 250 strukturil Ketat Kontinyu III K225 225 300 strukturil Ketat Kontinyu K>225 >225 >300 Struktur Ketat Kontinyu Benda Uji Benda Uji Silinder Benda uji silinder digunakan untuk berbagai macam pengujian seperti kuat tekan, modulus elastisitas, kuat tarik belah dan lain-lain, terdiri dari berbagai variasi ukuran dengan minimum berdiameter 50 mm dan panjang 100 mm. Bila diperlukan hubungan atau perbandingan dengan silinder yang digunakan di lapangan, ukuran silinder harus berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Benda Uji Berbentuk Prisma Benda uji berbentuk prisma seperti balok untuk kuat lentur, kubus untuk kuat tekan, kuat rekat, dan lain-lain harus dicetak dengan sumbu memanjang terletak horisontal dan harus sesuai dengan ukuran yang ditentukan untuk pengujian tertentu. Ukuran benda uji yang biasa digunakan dapat dilihat pada Tabel 2. 160
Tabel 2 Ukuran Benda Uji Berbentuk Prisma Jenis Benda Uji Ukuran (mm) Kubus 150 x 150 x 150 200 x 200 x 200 Balok 500 x 100 x 100 600 x 150 x 150 Sumber: Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I. - 2 (1971) Tabel 3 Daftar Konversi Kuat tekan Berbagai Benda Uji Bentuk benda uji Kubus : 15 cm x 15 cm x 15 cm : 20 cm x 20 cm x 20 cm Silinder : 15 cm x 30 cm *) 15 cm = diameter silinder ; 30 cm = tinggi silinder Perbandingan 1,0 0,95 0,83 Metode Penelitian Bagan Alir Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mengikuti diagram alir sebagai berikut: MULAI Persiapan/Proposal Mix design K-175 Trial Mix 5%;10%;20% Normal Abu vulkanik Pembuatan benda uji Beton K-175 normal Perawatan benda uji Pembuatan benda uji kubus 15x15x15 Perawatan benda uji Uji kuat tekan UJI Kuat Tekan TIDAK K-175 OK Analisis Data YA Kesimpulan SELESAI Gambar 1 Bagan alir penelitian 161
Metode yang digunakan pada penelitian urutannya sesuai bagan alir tersebut diatas dengan pembuatan benda uji dan pengujiannya di laboratorium. Adapun bahan yang akan digunakan untuk uji beton sesuai yang akan diteliti yang meliputi antara lain : Semen tipe I (semen Gresik), agregat halus (pasir Muntilan), agregat kasar, batu split/kricak Semarang, Abu vulkanik gunung Merapidan air sumur. Acuan penelitian berdasarkan: 1) SK SNI T -15 1990-03, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal 2) SNI 03 2493 1991, Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium 3) SNI 03 2458 1991, Metode Pengujian Pengambilan contoh untuk Sampel Beton Segar 4) SNI 03 1972 1990, Metode Pengujian Slump Beton 5) SNI 03 1974 1990, Metode Pengujian kuat Tekan Beton Dalam perencanaan campuran beton harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Perhitungan perencanaan campuran beton harus didasarkan pada data sifat-sifat bahan yang akan dipergunakan dalam produksi beton; 2) Susunan campuran beton yang diperoleh dari perencanaan ini harus dibuktikan melalui campuran coba yang menunjukkan bahwa proporsi tersebut dapat memenuhi kekuatan beton yang disyaratkan. Analisis dan Pembahasan 1. Mix Design Beton K-175 Perencanaan beton (mix design) dihitung terlebih dahulu dengan memperhatikan daftar isian (formulir) perencanaan campuran beton dan hasilnya adalah sebagai berikut: Proporsi Semen ( kg) Air Agreg.halus Agreg.kasar Campuran (kg atau lt) (kg) (kg) - tiap m³ 308 185 661,13 1283,37 Dari proporsi berat campuran mix design, diperoleh perbandingan campuran Semen : Pasir : Split/kricak adalah 1 : 2,15 : 4,17 2. Trial Mix Design Penelitian ini menitikberatkan pada Mix design beton dengan menggunakan agregat halus berupa pasir muntilan, agregat kasar berupa batu split pecah (ex. Weleri), semen Portland dengan merek Semen Gresik untuk mendapatkan kelas mutu beton strukturil K-175, dengan mengurangi jumlah berat semen 5%, 10%, 20% dan 25 % menggantinya dengan abu vulkanik, untuk memudahkan analisis selanjutnya menggunakan penamaan sebagai berikut: 1. Variabel 1, yaitu proporsi campuran benda uji beton normal K-175, abu vulkanik 0%. 2. Variabel 2, yaitu proporsi campuran benda uji beton dengan mengurangi proporsi semen sebesar 5% dan menambah abu vulkanik 5% berat proporsi campuran semen 3. Variabel 3, yaitu proporsi campuran benda uji beton dengan mengurangi proporsi semen sebesar 10% dan menambah abu vulkanik 10% berat proporsi campuran semen 4. Variabel 4, yaitu proporsi campuran benda uji beton dengan mengurangi proporsi semen sebesar 20% dan menambah abu vulkanik 20% berat proporsi campuran 5. Variabel 5, yaitu proporsi campuran benda uji beton dengan mengurangi proporsi semen sebesar 25% dan menambah abu vulkanik 25% berat proporsi campuran 162
Setelah dihitung dan hasilnya seperti tercantum dalam Tabel 4. Tabel 4 Proporsi campuran trial mix design beton VARIABE L 1 2 3 4 5 PROPORSI 0% 5% 10% 20% 25% SEMEN PASIR SPLIT AIR (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) atau lt 0 10.5 22.5 43.6 6.29 0.5 9.95 22.5 43.6 6.29 1.05 9.42 22.5 43.6 6.29 2.1 8.38 22.5 43.6 6.29 2,65 7,85 22.5 43.6 6.29 Sumber : Hasil hitungan Dari tabel diatas diketahui seberapa besar kebutuhan abu vulkanik yang akan digunakan sebagai bahan pengurangan pemakaian semen dalam pembuatan beton, sehingga kebutuhan pemakaian abu vulkanik dalam prosentase sebagai benda uji yang telah ditetapkan dapat diketahui, yaitu untuk 5% sebanyak 0,5 kg, 10% sebanyak 1,05 kg, 20% sebanyak 2,1 kg dan 25% sebanyak 2,65 kg. 3. Hasil Uji Tekan Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan.(sni 03-1974-1990) Kuat tekan beton = P kg/ cm² A keterangan : P = beban maksimum (kg) A = luas penampang benda uji (cm²) Pengujian kuat tekan yang dilakukan adalah pada umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari. Hasil dari uji tekan disajikan dalam Tabel 5. Pada Tabel 5 hasil uji tekan rata-rata benda uji kubus pada umur 28 hari didapatkan: 1. Benda uji dengan komposisi abu vulkanik 0% didapat kuat tekan beton 249,33 kg/cm² 2. Benda uji dengan komposisi abu vulkanik 5% didapat kuat tekan beton 201,74 kg/cm² 3. Benda uji dengan komposisi abu vulkanik 10% didapat kuat tekan beton 199,47 kg/cm² 4. Benda uji dengan komposisi abu vulkanik 20% didapat kuat tekan beton 210,80 kg/cm² 5. Benda uji dengan komposisi abu vulkanik 25% didapat kuat tekan beton 132,60 kg/cm² 163
TABEL 5. HASIL UJI KUAT TEKAN BETON BERBAGAI VARIABEL BENDA UJI KOKOH KOKOH KOKOH VARIABEL HARI BETON BETON BETON BENDA UJI A BENDA UJI B RATA-RATA ( Kg/Cm² ) ( Kg/Cm² ) ( Kg/Cm² ) BETON K-175 3 145,07 136,00 140,53 7 158,67 163,20 160,93 14 172,27 185,87 179,07 21 190,40 194,93 192,67 28 253,87 244,80 249,33 BETON K-175 3 113,33 117,87 115,60 7 179,07 154,13 166,60 5% 14 163,20 181,33 172,27 21 204,00 201,73 202,87 28 217,60 185,87 201,74 BETON K-175 3 92,93 97,47 95,20 7 126,93 126,93 126,93 10% 14 172,27 163,20 167,73 21 167,73 145,07 156,40 28 194,93 204,00 199,47 BETON K-175 3 126,93 113,33 120,13 7 145,07 136,00 140,53 20% 14 167,73 176,80 172,27 21 172,27 158,67 165,47 28 204,00 217,60 210,80 BETON K-175 3 75,71 77,07 76,39 7 95,20 90,67 92,94 25% 14 104,27 120,13 112,20 21 124,67 120,13 122,40 28 129,20 136,00 132,60 Sedangkan hasil uji tekan rata-rata berbagai variabel benda uji pada berbagai umur, yaitu benda uji dengan umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari yang ditampilkan dalam bentuk grafik, dapat dilihat pada grafik berikut ini: 164
GRAFIK HASIL UJI TEKAN BERBAGAI VARIABEL BENDA UJI 300,00 250,00 200,00 BETON K-175 0% KUAT TEKAN (Kg/cm²) 150,00 BETON K-175 5% BETON K-175 10% BETON K-175 20% BETON K-175 25 % 100,00 50,00 0,00 0 5 10 15 20 25 30 HARI Gambar 2 Grafik hasil uji tekan berbagai variabel benda uji Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa penggunaan abu vulaknik yang memenuhi standar mutu beton K-175 adalah pemakaian abu vulkanik sebagai bahan pengurang pemakaian semen yang memenuhi syarat adalah 5% s/d 20%, dimana hasilnya uji kuat tekannya lebih dari K=175 kg/cm 2, sedangkan untuk pemakaian abu culkanik yang sebesar 25% hasil sangat jauh dari mutu beton yang diharapkan yaitu hanya sebesar K=132,60 kg/cm 2 atau lebih kecil dari K = 175 kg/cm 2 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari data penelitian analisis dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut : 1. Mix design K-175 dengan menggunakan semen tipe I (semen portland Gresik) agregat halus berupa pasir muntilan, agregat kasar berupa split (ex. Weleri), 165
didapat proporsi campuran untuk tiap m³ adalah dengan perbandingan 1 : 2,15 : 4,17 dengan faktor air semen 0,6 2. Trial mix menggunakan abu vulkanik untuk mengurangi semen pada proporsi campuran mix design beton kelas II yaitu K-175 dengan variasi 0%, 10%, 20% dan 25 % dari berat semen, ternyata menghasilkan kuat tekan beton dibawah kuat tekan beton mix design K-175 normal ( 0% abu vulkanik ), tetapi masih masuk kedalam mutu beton kelas II ( K-175) 3. Kuat tekan pada umur 28 hari pada benda uji kubus beton adalah sebagai berikut: a. K-175 normal ( 0% abu vulkanik ) didapat rata-rata 249,33 Kg/cm³ b. K-175 ( 5% abu vulkanik ) didapat rata-rata 201,74 Kg/cm³ c. K-175 ( 10% abu vulkanik ) didapat rata-rata 199,47 Kg/cm³ d. K-175 ( 20% abu vulkanik ) didapat rata-rata 210,80 Kg/cm³ e. K-175 ( 25% abu vulkanik ) didapat rata-rata 132,60 Kg/cm³ Campuran abu beton sebagai pengganti semen dianjurkan maksimal 20 % 4. Selama percobaan di laboratorium terdapat faktor yang mempengaruhi mutu beton yaitu antara lain campuran beton dan pengalaman dalam pencampuran beton, perlu kontrol terhadap faktor air. Saran Dalam analisis pemakaian abu vulkanik untuk mengurangi pemakaian semen pada mix design beton mutu kelas II yaitu K-175 penyusun memberikan saran 1. Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai karakteristik fisik dan kimiawi dari abu vulkanik tersendiri kaitannya dengan mix design beton, 2. Dalam pengerjaan sebuah campuran beton sebaiknya memperhatikan dengan seksama keadaan material campuran beton, agar diperoleh mutu sesuai dengan target mix design untuk mutu beton kelas II (K-175). Daftar Pustaka Anonim. tt. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal SK SNI T- 1990-03, Bandung: Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan LPMB. Anonim. tt. Metoda Pembuatan san Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium, SNI 03-2493- 1991, Pustran-Balitbang PU. Anonim. tt. Metoda Pengujian Pengambilan Contoh Untuk Sampel Beton Segar, SNI 03-2458- 1991, Pustran-Balitbang PU. Anonim. tt. Metoda Pengujian Slump Beton, SNI 03-1972- 1990, Pustran-Balitbang PU. Anonim. tt. Metoda Pengujian Kuat Tekan Beton, SNI 03-1974- 1990, Pustran-Balitbang PU. Mulyono, T., 2006, Teknologi Beton, Yogyakarta:Penerbit Andi. Murdock, L.J. dan Brook, K.M., 2003, Bahan dan Praktek Beton, Jakarta: Cetakan Ketiga, Erlangga. PBI, 1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I.-2, Cetakan ke-7, Bandung: Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. Sagel, R., Kole, P. dan Kusuma. G., 1994, Pedoman Pengerjaan Beton Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03, Jakarta: Cetakan Keempat, Erlangga. 166