BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernah diteliti. Tetapi penelitian yang relevan sudah pernah ada, yakni sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan rumus-rumus perhitungan tingkat kekerabatan serta usia bahasa

KLASIFIKASI LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU DELI, DAN BAHASA DAIRI PAKPAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MUNA, BAHASA CIA-CIA DAN BAHASA WOLIO DI SULAWESI TENGGARA

LEKSIKOSTATISTIK BAHASA ACEH, BAHASA ALAS, DAN BAHASA GAYO: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam waktu tersebut (Keraf

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7).

GLOTOKRONOLOGI BAHASA MASSENREMPULU DAN BAHASA MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN TERDAHULU. Konsep berkaitan dengan definisi-definisi atau pengertian-pengertian yang

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian dalam bidang struktur atau kaidah bahasa-bahasa di Indonesia

Rendi Rismanto* ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Adapun yang dimaksud dengan

RELASI KEKERABATAN BAHASA-BAHASA DI KABUPATEN POSO. Gitit I.P. Wacana*

PEMANFAATAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATAIF DALAM PEMETAAN BAHASA-BAHASA NUSANTARA

BAB II KERANGKA TEORETIS. Studi komparatif pertama yang meliputi seluruh rumpun bahasa Austronesia adalah

BAB III METODE PENELITIAN. masih hidup dan dipakai masyarakat penuturnya untuk pembuktian hubungan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

K A N D A I. Volume 11 No. 1, Mei 2015 Halaman 1 14

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau

WAKTU PISAH DAN POHON KEKERABATAN BAHASA SUWAWA GORONTALO TOLAKI WOLIO. Oleh: Anindiah Suwastikaningrum NIM

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi dan kedudukan bahasa daerah sangat penting karena tidak dapat

KEKERABATAN BAHASA AKIT DAN DUANU: KAJIAN LEKSIKOSTATISTIK. Zainal Abidin

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan kekerabatan tersebut selanjutnya diabstraksikan dalam bentuk silsilah.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Melayik, termasuk Kerinci dan Iban. Selain bahasa-bahasa tersebut, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

KEKERABATAN BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA BATAK SIMALUNGUN KAJIAN : LEKSIKOSTATISTIK SKRIPSI DISUSUN OLEH: RETTA SILITONGA

PERBANDINGAN LEKSIKON BAHASA JAWA DAN BAHASA MADURA. SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra. oleh: NIM : FAKULTAS BAHASA DAN SENI

KEKERABATAN KOSAKATA BAHASA JAWA DENGAN BAHASA MADURA

BAB I PEDAHULUAN. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek

BAB I PENDAHULUAN. (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf

BAB I PENDAHULUAN. Kearbitreran bahasa menyebabkan banyak sekali bahasa-bahasa di dunia. Kearbitreran bahasa

T. H GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA

BAB IX TEMUAN BARU. 9.1 Kekerabatan Bahasa Or lebih dekat dengan Ft daripada Mk

SILABUS. 1. Identitas Mata Kuliah. Nama mata kuliah : Linguistik Komparatif Kode Mata Kuliah : IN419

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab

JEJAK BAHASA MELAYU (INDONESIA) DALAIV- BAHASA BUGIS, MAKASSAR, MANDAR, DAN TORAJA (TINJAUAN LEKSIKOSTATISTIK)

II. GAMBARAN BUNYI YANG TERWARIS DALAM PROTO- AUSTRONESIA DAN BAHASA KARO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahwa di Wakatobi terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wangi-Wangi

BAB I PENDAHULUAN. amatlah perlu mengkaji keberadaan bahasa itu sendiri. Demikian pula bahasa yang

PERKEMBANGAN STUDI PERUBAHAN BAHASA DI MASA SEKARANG MASIH RELEVANKAH?

KEKERABATAN BAHASA BUGIS DAN BAHASA MUNA. SITTI ALIJAH A1D

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia Telepon: , Faksimile.

Klasifikasi Bahasa (Abdul Chaer) Klasifikasi Genetis Klasifikasi Tipologis Klasifikasi Areal Klasifikasi Sosiolinguistik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB II KERANGKA TEORETIS. bermigrasi dari Cina Selatan lebih kurang 8000 tahun yang lalu. Dari Taiwan penutur

RELASI KEKERABATAN GENETIS KUANTITATIF ISOLEK-ISOLEK SUMBA DI NTT: Sebuah Kajian Linguistik Historis Komparatif

BAB 1 PENDAHULUAN. Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat

dengan penjelasan pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945, bahasa-bahasa di Indonesia seperti bahasa Jawa, Bahasa Sunda, dan Bahasa Batak berkedudukan sebag

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. diapit oleh dua bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu Jawa dan Sunda, sedikit

BAB II KONSEP PENELITIAN DAN LANDASAN TEORI. isoglos, mutual intelligibility, sinkronis, dan diakronis, serta inovasi dan retensi.

Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen dan membaca. Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama

BAB X SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, simpulan hasil penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Alor-Pantar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)

KEKERABATAN BAHASA-BAHASA MINAHASA DI PROPINSI SULAWESI UTARA. Moch. Jalal Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Pantar merupakan sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Alor

KORESPONDENSI FONEMIS BAHASA SASAK, BAHASA OGAN, BAHASA MINANGKABAU, DAN BAHASA SUMBAWA

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan kompleks dari sistem-sistem yang saling berinteraksi, yang terbuka

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel

2 (Pasir) 1 di Provinsi Kalimantan Timur. Hal yang dilakukan adalah dengan melakukan penelitian terhadap bahasa Paser (selanjutnya disingkat PSR). Kal

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

Hakikat Linguistik Bandingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bahasa tidak terlepas dari pelafalan, kosakata, dan tata bahasa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

KEKERABATAN BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA BATAK MANDAILING

BAB I PENDAHULUAN. bahasa secara genetik di Indonesia masih sangat kurang. Dalam sejarah

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sepanjang pengetahuan peneliti permasalahan tentang Kajian Historis Komparatif pada Bahasa Banggai, Bahasa Saluan, dan Bahasa Balantak belum pernah diteliti. Tetapi penelitian yang relevan sudah pernah ada, yakni sebagai berikut ini. Efendi (2012) menulis skripsi yang berjudul : Perbandingan Bahasa Sasak dan Bahasa Bali Suatu Kajian Linguistik Historis Komparatif. Penelitian ini hanya terbatas mencari persamaan dan perbedaan antara bahasa Sasak dan bahasa Bali (hanya menyajikan bukti), tanpa menentukan tingkat kekerabatan untuk menentukan hubungan kekerabatannya. Penelitian ini juga tidak sampai menggambarkan proses penurunan bahasa melalui diagram pohon yang sangat penting untuk membuat rekonstruksi bahasa purba baik pada tingkat prabahasa maupun pada tingkat proto bahasa, karena hanya menggunakan dua bahasa untuk diperbandingkan. Skripsi ini difokuskan pada bahasa Sasak dan bahasa Bali. Kedua bahasa ini, jika dilihat dari segi fonologis dan leksikal, memiliki persamaan dan perbedaan yang menandakan bahwa kedua bahasa tersebut diturunkan dari nenek moyang yang sama (protobahasa). Secara umum, penelitian ini memberikan informasi mengenai kekerabatan bahasa Sasak dengan bahasa Bali dan menyajikan inovasi dan leksikal yang menguatkan kekerabatan antara kedua

bahasa tersebut. Penelitian ini merupakan analisis kualitatif Linguistik Historis Komparatif pada dua bahasa di NTB yaitu bahasa Sasak dengan bahasa Bali. Nolprianto (2011) melakukan penelitian yang mengkaji tentang frasa endosentris atribut bahasa Saluan. Rumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah, 1) Bagaimana frasa endosentris atribut jenis verba bahasa Saluan?, 2) Bagaimana frasa endosentris atribut jenis adjektiva bahasa Saluan?. Dari hasil penelitian diketahui bahwa frasa endosentris atribut bahasa saluan baik jenis verba maupun jenis adjektiva yang terdiri atas dua kata, ditemukan konstruksi AX dan XA. Frasa endosentris atribut bahasa saluan baik jenis verba maupun jenis adjektiva yang terdiri atas tiga kata, ditemukan konstruksi AXA, XAA, dan AAX. frasa endosentris atribut bahasa saluan baik jenis verba maupun jenis adjektiva yang terdiri atas empat kata, ditemukan konstruksi XAX dan AAAX. Frasa endosentris atribut bahasa Saluan jenis verba dengan konstruksi AX dan XA yang telah dikemukakan memiliki struktur berpindah tempat. Penelitian yang dilakukan Nolprianto itu dimaksudkan untuk mengetahui frasa endosentris atribut jenis verba dan adjektiva dalam bahasa Saluan karena bahasa tersebut adalah bahasanya sendiri. Selain itu penelitian tersebut merupakan upaya pendokumentasian sekaligus sebagai inventarisasi bahasa daerah. Berdasarkan hasil penelitian yang relevan di atas, maka dapat dikatakan walaupun masih dalam konteks penelitian tentang bahasa daerah, penelitian ini antara satu dan yang lainnya memiliki perbedaan, baik judul maupun perbedaan hasil penelitian. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan objek penelitian dan penggunaan bahasa yang berbeda pula. Penelitian Zaepan Effendi, Penelitiannya

hanya terbatas mencari persamaan dan perbedaan antara bahasa Sasak dan bahasa Bali (hanya menyajikan bukti), tanpa menentukan tingkat kekerabatan untuk menentukan hubungan kekerabatannya. Penelitian ini juga tidak sampai menggambarkan proses penurunan bahasa melalui diagram pohon yang sangat penting untuk membuat rekonstruksi bahasa purba baik pada tingkat prabahasa maupun pada tingkat proto bahasa. Penelitian Nolprianto berbeda pada sasaran penelitiannya yakni frasa endosentris pada bahasa Saluan, sedangkan penelitian ini fokus pada historis komparatif bahasa Banggai, Bahasa Saluan, dan Bahasa Balantak. Dari hasil penelitian yang relevan tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang bahasa daerah tetapi dalam konteks objek penelitian yang berbeda dan dalam konteks hasil penelitian yang berbeda pula. Penulis cenderung untuk melakukan penelitian tentang Kekerabatan Pada Bahasa Banggai, Bahasa Saluan, dan Bahasa Balantak. Alasan lain dari penelitian ini adalah masih sedikitnya penelitian yang menjadikan bahasa Banggai dan bahasa Saluan sebagai objeknya, bahkan sampai saat ini peneliti belum menemukan penelitian serupa dengan objek bahasa Balantak. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang besar bagi penelitian selanjutnya.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Hakikat Kekerabatan Bahasa Kekerabatan bahasa merupakan cabang linguistik yang mempersoalkan bahasa-bahasa yang memiliki persamaan-persamaan baik dari segi fonologis maupun morfologis. Cabang linguistik ini membandingkan secara cermat bahasabahasa sekerabat dengan tujuan memperoleh kaidah-kaidah perubahan yang terjadi dalam bahasa yang diperbandingkan. Perbandingan antara dua bahasa atau lebih, dapat dikatakan sama usianya dengan timbulnya ilmu bahasa itu sendiri. Hal ini tidak dapat dihindari sebab perkenalan dengan suatu bahasa atau lebih, selalu menarik perhatian orang untuk mengetahui sejauh mana terdapat kesamaan antara bermacam-macam aspek dari bahasa-bahasa tersebut, hal ini sejalan dengan cabang linguistik historis komparatif. Kajian kekerabatan bertujuan melihat kekerabatan bahasa-bahasa dari bahasa yang diperbandingkan. Dari bahasa-bahasa yang diperbandingkan tersebut dilihat apakah memiliki kesamaan dan kemiripan dari segi bentuk dan makna kemudian melakukan perhitungan untuk mengetahui tingkat kekerabatan dan waktu pisah bahasa-bahasa yang berkerabat. 2.2.2 Tingkat Kekerabatan 1) Hakikat Tingkat Kekerabatan Tingkat kekerabatan menunjukkan adanya persamaan yang jelas antara katakata dari berbagai bahasa/dialek yang berbeda-beda melalui pengelompokan sesuai kategori tingkat kekerabatan, karena pada hakekatnya bahasa-bahasa itu

berhubungan satu dengan yang lain. Tingkat kekerabatan merupakan ukuran kedekatan antara satu bahasa dengan bahasa yang lainnya. Adapun kategori tingkat kekerabatan seperti yang telah dikemukakan beberapa pakar, salah satunya oleh chaer seperti yang tampak pada tabel berikut : Tabel 1. Kategori Tingkat Kekerabatan Persentase Tingkat Bahasa kata kerabat 100 81 Bahasa 81 36 Keluarga 32 12 Rumpun 12 4 Mikrofilum 4 1 Mesofilum 1-1 Makrofilum Sumber : Chaer (2007: 107) 2) Indikator Kekerabatan Keraf (1990 : 128) mengemukakan empat indikator kekerabatan bahasa. Sepasang bahasa akan dikatakan berkerabat apabila memenuhi salah satu indikator kekerabatan tersebut. Empat indikator kekerabatan yang dikemukakan oleh Keraf adalah sebagai berikut, a) Identik Pasangan kata yang identik adalah pasangan kata yang semua fonemnya sama betul, misalnya: Gloss Sikka Lio api api api

abu awu awu bintang dala dala lima lima lima ulat ule ule b) Memiliki Korespondensi Fonemis Bila perubahan fonemis antara kedua bahasa itu terjadi secara timbal-balik dan teratur, serta tinggi frekuensinya, maka bentuk yang berimbang antara kedua bahasa tersebut dianggap berkerabat. Gloss Sikka Lio siapa hai sai satu ha esa tetek uhu susu empat hutu sutu c) Memiliki Kemiripan Secara Fonetis Bila tidak dapat dibuktikan bahwa sebuah pasangan kata dalam kedua bahasa itu mengandung korespondensi fonemis, tetapi pasangan kata itu ternyata mengandung kemiripan secara fonetis dalam posisi artikulatoris yang sama, maka pasangan itu dapat dianggap sebagai kata kerabat. Misalnya : Gloss Sikka Lio gigi niu ni i kaki wai ha i

d) Satu Fonem Berbeda Bila dalam satu pasangan kata terdapat perbedaan satu fonem, tetapi dapat dijelaskan bahwa perbedaan itu terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya, sedangkan dalam bahasa lain pengaruh lingkungan itu tidak mengubah fonemnya, maka pasangan itu dapat ditetapkan sebagai kata kerabat, asal segmennya cukup panjang. Misalnya dalam pasangan kata Sikka dan Lio terdapat kata : mendorong jeka joka 3) Penghitungan Persentase Tingkat Kekerabatan Persentase tingkat kekerabatan dapat dilakukan dengan menghitung jumlah kata dasar yang dapat diperbandingkan, dan jumlah kata berkerabat. Jumlah kata berkerabat itu dibagi dengan jumlah kata dasar yang diperbandingkan, lalu dikali seratus persen, sehingga diperoleh persentase jumlah kata berkerabat. Penghitungan persentase tingkat kekerabatan dapat dituliskan dalam rumus, seperti di bawah ini: Jumlah kata yang berkerabat x 100 Jumlah kata yang diperbandingkan

2.2.3 Usia (waktu pisah) Bahasa 1) Pengertian Usia Bahasa Keraf (1990: 133) menyebutkan istilah usia bahasa, adapula Parera (1991:8) yang menyebut waktu pisah, namun pada dasarnya istilah ini memiliki pengertian yang tidak berbeda. Usia bahasa atau waktu pisah bahasa adalah waktu terjadinya perpisahan sepasang atau beberapa bahasa dari bahasa induknya, dengan kata lain waktu awal munculnya bahasa baru, sehingga akan merujuk pada usia bahasa. Mengingat perpisahan bahasa memerlukan proses yang cukup panjang, maka waktu pisah atau usia pisah bahasa mustahil dituliskan dalam satu tahun tertentu, tetapi akan dituliskan dalam bentuk satuan ribuan tahun. 2) Penghitungan Usia Bahasa Keraf (1990 : 130) menuliskan rumus penghitungan waktu pisah antara dua bahasa kerabat yang telah diketahui persentase kata kerabatnya, dapat dihitung dengan mempergunakan rumus berikut : log C W = 2 log r Keterangan : W C r = lama waktu pisah dalam satuan ribuan tahun = persentase kata-kata yang sekerabat dari dua bahasa = retensi, yaitu persentase konstan dalam 1000 tahun. Khusus dalam penelitian ini digunakan indeks retensi 81 %, sebab menggunakan kosakata Moris Swadesh yang berjumlah 200 kosa kata.

log = logaritma dari. Karena mustahil bahwa perpisahan antara dua bahasa terjadi dalam suatu tahun tertentu, tetapi harus terjadi berangsur-angsur, maka harus ditetapkan suatu jangka waktu perpisahan itu terjadi. Untuk maksud tersebut harus diadakan perhitungan tertentu untuk menghindarkan kesalahan semacam itu, sebab itu diperlukan teknik statistik untuk menghitung jangka kesalahan sebagai berikut : ( ) s = Keterangan : s C n = kesalahan standard dalam persentase kerabat = persentase kata-kata sekerabat dari dua bahasa = jumlah kata yang dibandingkan Setelah menghitung jangka kesalahan dengan menggunakan rumus di atas maka perlu dilakukan penghitungan kembali waktu pisah dengan rumus berikut : W1 = ( ) ( ) Keterangan : W 1 = lama waktu pisah dalam satuan ribuan tahun (setelah dihitung jangka kesalahan).

Waktu yang diperoleh setelah menghitung jangka kesalahan, dikurangi dengan jumlah waktu yang pertama (sebelum menghitung jangka kesalahan) dengan rumus : w w 1 2.2.4 Pendekatan Leksikostatistik Salah satu pendekatan kajian linguistik historis komparatif adalah leksikostatistik. Leksikostatistik awal kehadirannya sekitar tahun 1950 oleh Morris Swadesh dan dibantu oleh Robert Less, yang dipergunakan untuk menetapkan kekerabatan bahasa-bahasa, membuat pengelompokan bahasa-bahasa sekerabat (subgrouping), dan yang terakhir untuk menetapkan waktu memencarnya bahasa-bahasa sekerabat dari bahasa purbanya dengan dasar kajian ilmu statistik terhadap kosa kata dasar (basic vocabulary) (Ibrahim, 1984 : 63). Menurut Keraf (1991: 121) leksikostatistik adalah pengelompokan bahasa yang cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistika untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbendaan suatu bahasa dengan bahasa lain. Adapun pengertian leksikostatistik menurut Fernandes (1993 : 47) adalah teknik yang mampu menentukan peringkat kekerabatan antara dua bahasa atau lebih dengan membandingkan kosakata dan menentukan peringkat kemiripan yang ada : suatu teknik untuk melakukan pengelompokan bahasa sekerabat. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti dapat menarik simpulan bahwa leksikostatistik adalah suatu pendekatan untuk melakukan pengelompokan

bahasa dan mengetahui persentase kekerabatan dan usia bahasa dari tingkat kemiripan dan kesamaan bahasa-bahasa yang diteliti. 2.2.5 Asumsi Dasar Leksikostatistik Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terhadap berbagai bahasa, akhirnya diperoleh empat macam asumsi dasar (andalan dasar, basic assumption) yang dapat dipergunakan sebagai titik tolak dalam usaha mencari jawaban mengenai usia bahasa. Keraf (1990: 123) menyebutkan empat asumsi dasar leksikostatistik tersebut adalah : 1) Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan dengan bagian lainnya. 2) Retensi (ketahanan) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa. 3) Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama. 4) Bila presentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut. 2.2.6 Teknik Leksikostatistik Dalam Keraf (126 :1990) dijelaskan bahwa untuk menerapkan keempat asumsi dasar leksikostatistik, maka perlu diambil langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tersebut sekaligus merupakan teknik-teknik metode leksikostatistik. Di antara langkah-langkah yang sangat diperlukan adalah :

1) Mengumpulkan kosa kata dasar bahasa berkerabat. 2) Menetapkan pasangan-pasangan mana dari kedua bahasa tadi adalah kata kerabat. Untuk menetapkan kata-kata kerabat (cognates) dari bahasa-bahasa yang diselidiki, maka hendaknya diikuti prosedur-prosedur berikut : Mengeluarkan glos yang tidak akan diperhitungkan (kata-kata kosong). Pengisolasian morfem terikat Penetapan kata kerabat. Sebuah pasangan kata akan dinyatakan berkerabat bila memenuhi salah satu ketentuan sebagai berikut : (a) pasangan itu identik, (b) pasangan itu memiliki korespondensi fonemis, (c) kemiripan secara fonetis, (d) satu fonem berbeda. 3) Menghitung persentase kekerabatan berdasarkan kata-kata kerabat yang sudah ditetapkan, untuk menentukan tingkat kekerabatan bahasa. 4) Menghitung usia atau waktu pisah kedua bahasa. 5) Menghitung jangka kesalahan untuk menetapkan kemungkinan waktu pisah yang lebih tepat.