BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi awal pada salah satu SMP swasta di Bandung,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pokok Bahasan Getaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya daya serap peserta didik terhadap materi ajar masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Ihsanudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

I. PENDAHULUAN. rendah hingga makhluk hidup tingkat tinggi. Biologi tidak hanya terdiri atas

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Materi Ekologi merupakan materi yang mempelajari hubungan timbal balik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan alam sekitar beserta permasalahan di dalamnya. Mempelajari IPA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

siswa yang memilih menyukai pelajaran fisika, sedangkan 21 siswa lagi lebih memilih pelajaran lain seperti bahasa Indonesia dan olahraga, hal ini

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan penulis,

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Mathla ul Anwar Bandar

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 1 di

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. sudah dapat kita rasakan. Menurut pandangan ini, bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan syarat mutlak untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala

DAFTAR ISI BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED, PENGUASAAN KONSEP KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN, DAN SIKAP ILMIAH SISWA...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan teknologi informasi. Pendidikan merupakan sarana penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2 siswa, diketahui kegiatan belajar mengajar fisika yang berlangsung dikelas hanya mencatat dan mengerjakan soal-soal, hal ini menyebabkan siswa kuran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

O X O Pretest Perlakuan Posttest

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

BAB III RENCANA PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Fahmiati SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemui kendala dalam mencapai tujuan pembelajaran. IPA diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi awal pada salah satu SMP swasta di Bandung, diperoleh data rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA TERPADU untuk kelas VIII adalah 48,83 dalam skala 1-100. Diketahui nilai Standar Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) yang telah ditetapkan pihak sekolah adalah 60. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa jumlah siswa yang nilainya sudah mencapai SKBM tidak lebih dari 12 persen. Menurut hasil wawancara dengan guru bidang studi, rendahnya nilai hasil belajar ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya masih banyak siswa yang belum memahami materi yang diajarkan. Padahal soal-soal yang diberikan pada Ujian Akhir Sekolah adalah soal-soal dari ulangan harian dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sebelumnya sudah dibahas. Guru menginformasikan juga bahwa metode mengajar yang selama ini digunakan olehnya masih didominasi dengan ceramah, dan sesekali digunakan metode yang lainnya yaitu diskusi dan pemberian tugas. Dari angket yang disebarkan kepada siswa, diperoleh data sebagai berikut: Jumlah siswa yang menyenangi pelajaran IPA sebanyak 28,6 persen. Sementara yang tidak menyenangi pelajaran IPA sebanyak 71,4 persen. Alasan tidak menyenangi IPA lebih disebabkan karena faktor guru dalam membawakan pelajaran IPA, jumlahnya mencapai 52 persen. Sementara yang tidak menyenangi

2 IPA lebih disebabkan materinya yang sulit dan membosankan sekitar 48 persen. Untuk pertanyaan mengenai metode yang sering digunakan oleh guru dalam membawakan pembelajaran IPA, 80 persen siswa menyatakan bahwa guru sering membawakan materi dengan metode ceramah, yang lainnya dengan diskusi sebanyak 17 persen dan 3 persen menyatakan demonstrasi. Untuk pertanyaan seberapa sering siswa diajak untuk praktikum, 97 persen siswa menyatakan jarang dibawa praktikum. Sementara itu, jumlah praktikum yang dilakukan oleh siswa pada semester lalu, 40 persen mengatakan tidak pernah praktikum, 37,1 persen mengatakan satu kali dan sisanya 22,9 persen menyatakan pernah 2 kali praktikum. Untuk pertanyaan mengenai pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan oleh guru, 28,6 persen menyatakan memahami apa yang diajarkan oleh guru. Sementara sisanya 71, 4 persen menyatakan tidak memahami apa yang diajarkan oleh guru. Ketidakpahaman siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa diakibatkan kurangnya pengalaman belajar siswa. Untuk mendapatkan pengalaman belajar yang optimum diperlukan interaksi dan peran serta siswa dalam proses pembelajaran. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh, semakin banyak pula pengetahuan dan pemahaman yang diingat siswa. Menurut hasil penelitian Dr. Vernon Magnesen (Colin Rose, 1999), persentase seseorang dalam mengingat suatu hal akan lebih banyak jika hal tersebut ia alami dengan melibatkan seluruh indra. Hasil penelitian beliau tentang persentase hasil daya ingat dari jenis kegiatan belajar yang dilakukan disajikan dalam tabel 1.1.

3 Tabel 1.1 Persentase hasil daya ingat dari proses belajar Persentase Hasil Kegiatan Belajar Daya Ingat (%) 20 Membaca 30 Mendengar 40 Melihat 50 Mengucapkan 60 Melakukan 90 Melihat, mengucapkan, mendengar dan melakukan Berikut ini disajikan pula beberapa hasil pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. a. Siswa tidak mampu mengerjakan soal yang berbeda dengan contoh soal yang diberikan oleh guru padahal tipe dan kesulitannya setara b. Hanya sedikit siswa yang mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru padahal materi itu belum lama berlalu. c. Kebanyakan siswa tidak paham jika diberikan soal yang berhubungan dengan diagram maupun data grafik. Kalau kita merujuk pada taxonomi Bloom pada aspek kognitif, fenomena yang terungkap dari hasil pengamatan tadi menunjukkan masih rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Padahal, pemahaman akan konsep dasar merupakan prasyarat mutlak untuk memahami materi selanjutnya. Lebih penting lagi, IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang antara konsep satu dan lainnya saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Kalau satu konsep IPA tidak dipahami maka konsep yang lainnya, besar kemungkinan tidak bisa

4 dipahami. Kemampuan memahami konsep yang telah dipelajari merupakan modal awal bagi siswa untuk memahami materi yang akan dipelajari kemudian. Salah satu penyebab kurangnya kemampuan siswa dalam memahami konsep IPA disebabkan karena pengalaman belajar siswa tidak maksimal. Padahal, jika kita memperhatikan kurikulum yang digariskan oleh DEPDIKNAS, kita dapat melihat bahwa selain memperhatikan produk, IPA adalah mata pelajaran yang mementingkan proses. Dan proses pembelajaran yang berlangsung semestinya bisa diorkestrasi untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa sehingga mereka bisa belajar dengan aktif, mandiri dan mampu menuangkan gagasan-gagasannya. Pendek kata, pembelajaran berpusat di siswa (student centered). Olivia (2005) melaporkan bahwa kenyataaan di lapangan ternyata banyak guru yang masih cenderung mendominasi pengajaran. Padahal sejalan dengan perubahan paradigama pendidikan, pelajaran IPA diharapkan tidak terfokus pada guru saja (teacher centered) tapi bergeser pada siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered). Salah satu alternatif pembelajaran yang berpusat pada siswa dan bisa menumbuhkan pemahaman konsep adalah Pembelajaran Berbasis Masalah. Pembelajaran tersebut akan lebih menarik bagi siswa karena proses pembelajarannya akan lebih terasa dan kontekstual dengan kehidupan sehari-hari. Siswa dituntut mengalami secara penuh apa yang ia pelajari. Melalui pembelajaran berbasis masalah diharapkan siswa dapat memahami konsep yang disajikan dalam permasalahan. Alhasil, dengan memahami konsepnya, ketika

5 siswa dihadapkan pada masalah lain, ia mampu menyelesaikan dengan pengalaman yang telah ia miliki. Pembelajaran berbasis masalah memungkinkan siswa untuk memanfaatkan kemampuan awalnya dan menerapkan kemampuan akademik serta keterampilan yang ia peroleh dari sekolah dalam kehidupan sehari-harinya di masyarakat (Abdullah, 2007). Hasil penelitian sebelumnya, yakni Runi (2005) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Demikian pula penelitian Mulkayatiyah (2005) dan Abdullah (2007) menunjukkan bahwa dengan pembelajaran berbasis masalah siswa dapat memiliki penguasan konsep IPA lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Dengan melihat uraian karakterstik konsep pada pokok bahasan Getaran, penulis berpendapat kalau pembelajaran akan lebih tepat kalau dibawakan dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Untuk mengetahui apakah Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan seberapa besar peningkatan pemahaman konsep IPA setelah diterapkan Pembelajaran Berbasis Masalah, mendorong keinginan penulis untuk menelitinya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa? Supaya lebih terarah, masalah penelitian di atas diurai dalam pertanyaanpertanyaan penelitian berikut ini.

6 1. Apakah penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada pokok bahasan Getaran dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa? 2. Bagaimana efektivitas pembelajaran setelah diterapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah? 3. Bagaimana profil pencapaian pemahaman siswa pada aspek translasi, interpretasi dan ekstrapolasi? 4. Bagaimana profil siswa yang mencapai nilai SKBM (Standar Ketuntasan Belajar Minimum Siswa) setelah diterapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah? 1.3 Batasan Masalah Supaya masalah penelitian lebih mengerucut dan tidak melebar, maka perlu dibuat batasan masalah. Yang dimaksud meningkatkan pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah peningkatan gain pretes-postes pada setiap seri pembelajaran dan peningkatan gain dari seri pertama ke seri selanjutnya. 1.4 Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel 1. Variabel bebas, yaitu penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah 2. Variabel terikat, yaitu pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan Getaran 1.5 Definisi Operasional Untuk memperjelas maksud dari judul penelitian ini, dipandang perlu untuk membuat definisi operasional.

7 1. Yang dimaksud Pembelajaran Berbasis Masalah pada penelitian ini adalah lima langkah dari model pembelajaran yang dikemukakan oleh Ibrahim dan Nur (2000) yang meliputi: orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah diukur melalui format observasi berbentuk rating scale yang memuat kolom ya dan tidak yang diisi oleh observer. Observer hanya memberikan tanda cek cek ( ) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang diobservasi. 2. Yang dimaksud pemahaman konsep pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada aspek kognitif tipe pemahaman (C2) pada taksonomi Bloom yang meliputi kemampuan mentranslasi (menerjemahkan/mengkomunikasikan dengan bahasa lain), menginterpretasi (menafsirkan) dan mengekstrapolasi (memperkirakan kecendrungan data). Untuk mengukur pemahaman konsep siswa dipergunakan instrumen tes berupa tes pemahaman konsep yang diberikan sebelum pembelajaran (pretes) dan sesudah pembelajaran (postes).

8 1.6 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.6.1 Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan Getaran dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Jika diperinci, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada setiap seri dan peningkatan gain dari seri pembelajaran satu ke seri pembelajaran selanjutnya. 2. Mengetahui efektifitas pembelajaran setelah diterapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah. 3. Mengetahui profil pencapaian pemahaman siswa pada aspek translasi, interpretasi dan ekstrapolasi. 4. Mengetahui profil siswa yang mencapai nilai SKBM (Standar Ketuntasan Belajar Minimum) setelah diterapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah. 1.6.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan diantaranya: a. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas yang pada akhirnya bisa meningkatkan pemahaman konsep siswa.

9 b. Bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi untuk meneliti lebih jauh mengenai pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa. c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini bisa dijadikan masukan dan bahan pertimbangan sekaligus tambahan wawasan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 1.7 Hipotesis Penelitian Untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah di atas yang diajukan dalam penelitian ini, maka diperlukan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis nol H 0 : Tidak terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah, pada taraf signifikansi α = 0,05. (H 0 : µ 1= µ ); α = 0,05. 2 Hipotesis alternatif H 1 : Terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah, pada taraf signifikansi α = 0,05. (H 1 : µ 1 µ 2 ); α = 0,05.

10