PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

dokumen-dokumen yang mirip
Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

Shinta Arwidya Pendidikan Sosiologi Antropologi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

Oleh Saryana PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

Alit Verfitasari Aryaningrum Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO.

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 14 PADANG.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA TEMA INDAHNYA NEGERIKU MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFC DI SDN 07 SUNGAI AUR PASAMAN BARAT ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II KAJIAN PUSTAKA

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBERIAN REWARD PENGARUHNYA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH FISIKA DASAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMASANGAN ANTENA PARABOLA PESERTA DIDIK KELAS XI TAV SMKN 1 SUMARORONG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II STRATEGU GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

Peningkatan Keaktifan Metrik Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Aktif Tipe Modeling The Way pada Kelas XI MOA SMK Purnama 2 Gombong

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. sama lain. Dalam uraian ini dapat berkenalan dengan beberapa perumusan

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar SUSANTI A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII MTsN SUBANG ANAK KABUPATEN TANAH DATAR

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya vivien_patrikha@yahoo.com Abstrak Pendidikan Pendidikan tinggi merupakan pembelajaran untuk manusia dewasa (andragogy) yang lebih menekankan pada keaktifan mahasiswa. Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan yang mampu merangsang mahasiswa untuk dapat aktif dan analitis dalam proses perkuliahan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rangsangan tersebut adalah dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran PBL dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Negeri Surabaya, Jurusan Pendidikan Ekonomi, program studi Pendidikan Tata Niaga Angkatan 2013 yang mengikuti perkuliahan Manajemen Pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor aktivitas mahasiswa pada siklus I adalah 64,2 persen dan mengalami peningkatan rerata pada siklus II menjadi 69,6 persen, sedangkan untuk hasil belajar mahasiswa pada siklus I memiliki rerata sebesar 78,6 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 87,9. Kata kunci: PBL, hasil belajar, aktivitas belajar PENDAHULUAN Model pembelajaran merupakan salah satu metodologi yang diciptakan dunia pendidikan dalam rangka menuju ke tercapainya suatu perubahan. Pelaksanaan model pembelajaran tentunya melibatkan pembelajar dan peserta didik, artinya seorang dosen itu harus berinovasi dan selalu menciptakan perubahan dalam kegiatan pembelajaran. Pendidikan tinggi seharusnya sudah menerapkan model pembelajaran yang diperuntukkan untuk manusia dewasa (andragogy) yang lebih menekankan pada keaktifan mahasiswa, dan menumbuhkan kesempatan bagi mahasiswa untuk bertumbuh dalam proses belajarnya. Itu sebabnya suatu program pembelajaran diperlukan, sebuah program yang tidak hanya meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran tetapi juga melatih kemampuan mahasiswa untuk bernalar dengan logikanya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Tujuan Program studi Tata Niaga secara umum mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003) Pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan Pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dalam penjelasan Pasal 15 UU No. 20 Tahun 2003 menyebutkan Program Keahlian Tata Niaga adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten untuk melakukan pemasaran barang dan jasa, Mampu memilih karier, mampu berkompetisi dan mampu [ 118 ] P a g e

Penerapan Model Pembelajaran (Finisica Dwijayati Patrikha) mengembangkan diri dalam lingkup keahlian Bisnis dan Manajemen, khususnya Penjualan. Materi tentang segmenting, targeting, dan positioning atau lebih dikenal dengan STP dalam matakuliah Manajemen Pemasaran. Secara khusus pembelajaran materi STP berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 bertujuan membekali mahasiswa program studi Pendidikan Tata Niaga dengan kemampuan yang salah satunya adalah melakukan pemasaran barang dan jasa. Pembelajaran STP sendiri membutuhkan analisis dari mahasiswa untuk dapat menemukan strategi yang sesuai dengan permasalahan pemasaran dari target pasar yang dipilih untuk dihadapinya. Selain itu pembelajaran materi STP menuntut mahasiswa untuk aktif dan berpikiran logis serta analitis dalam menelaah materi serta permasalahan yang dihadapi. Untuk itu diperlukan suatu kegiatan yang menstimulus mahasiswa untuk dapat aktif dan analitis, yaitu melalui kegiatan belajar menggunakan metode problem based learning. Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah penerapan metode Problem Based Learning pada matakuliah Manajemen Pemasaran dengan materi STP?; (2) Bagaimanakah aktivitas belajar mahasiswa Pendidikan Ekonomi Tata Niaga dalam mengikuti matakuliah Manajemen Pemasaran dengan materi STP menggunakan metode Problem Based Learning?; (3) Bagaimanakah hasil belajar mahasiswa Pendidikan Ekonomi Tata Niaga dalam mengikuti matakuliah Manajemen Pemasaran dengan materi STP menggunakan metode Problem Based Learning? Pembelajaran yang dikatakan aktif yaitu dengan menciptakan suatu kondisi di mana mahasiswa dapat berperan aktif, sedangkan dosen bertindak sebagai fasilitator. Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based Learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan suatu model pembelajaran yang dipilih untuk mengatasi masalah dihadapi peneliti untuk meningkatkan aktivitas mahasiswa. Menurut Tan dalam Rusman (2010: 229), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena pada model ini kemampuan berpikir siswa (peserta didik) betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan, yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar. Alipandie (1984: 18-19) mengemukakan pendapatnya bahwa ada dua aktivitas yang dinilai dalam pembelajaran yaitu aktivitas fisik (jasmaniah) dan aktivitas mental (rohaniah). Aktivitas fisik merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan mahasiswa seperti kesibukan melakukan penelitian, percobaan, membuat konstruksi model dan sebagainya, sedangkan aktivitas mental adalah berbagai kegiatan yang meliputi unsurunsur kejiwaan mahasiswa dalam pengajaran yang tampak jelas pada ketekunan mengikuti pelajaran, mengamati secara cermat, mengingat, berpikir untuk memecahkan persoalan dan mengambil kesimpulan. P a g e [ 119 ]

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu dosen memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada peserta didik, akan tetapi pembelajaran PBL dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri. Menurut Wijaya (1988: 189) menyebutkan bahwa hakikat aktivitas belajar adalah keterlibatan intelektual emosional (keterlibatan mental) siswa dalam kegiatan belajar dan bukannya kegiatan fisik saja. Aktivitas yang timbul dari mahasiswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi dan proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar serta tujuan pembelajaran tercapai. Karena aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara dosen dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, di mana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2000: 100) menyatakan bahwa macam-macam aktivitas adalah sebagai berikut: 1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, melihat gambargambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain; 2. Oral activities, seperti mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi; 3. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan musik dan mendengarkan pidato; 4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman, dan mengerjakan tes; 5. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram dan pola; 6. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model, mereparasi, bermain, berkebun dan beternak; 7. Mental activities, seperti merenungkan, menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan; 8. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Dengan demikian, aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran memiliki bentuk yang beraneka ragam, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati di antaranya adalah kegiatan dalam bentuk membaca, mendengarkan, menulis, memperagakan, dan mengukur yang telah disebutkan di atas. Benjamin S. Bloom dalam Dimyati (2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut: (1) Pengetahuan, (2) Pemahaman, (3) [ 120 ] P a g e

Penerapan Model Pembelajaran (Finisica Dwijayati Patrikha) Penerapan, (4) Analisis, (5) Sintesis, dan (6) Evaluasi. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes. Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Gambar 1. Siklus Penelitian (Skema PTK menurut Arikunto dkk, 2009:16) METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto menegaskan PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh dosen atau dengan arahan dari dosen yang dilakukan oleh mahasiswa. (Arikunto, dkk, 2009:3). Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan strategi dengan model siklus. Setiap siklus memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan P a g e [ 121 ]

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Tahap-tahap tersebut dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya secara berulang sampai permasalahan yang dihadapi dapat teratasi/terpecahkan. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi peneliti menentukan 2 (dua) siklus untuk mengatasinya. Jika digambarkan ke dalam sebuah grafik maka rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Subjek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas ekonomi Universitas Negeri Surabaya, Jurusan Pendidikan Ekonomi, program studi Pendidikan Tata Niaga Angkatan 2013 A. Kelas tersebut berjumlah 40 orang mahasiswa, yang beranggotakan 16 orang laki-laki dan 24 orang perempuan, di mana mahasiswa tersebut mengikuti perkuliahan Manajemen Pemasaran. Dalam menerapkan Model Pembelajaran PBL, peneliti menggunakan tahapan penerapan berdasarkan sintaks model pembelajaran PBL dari Rusman (2010) dan mengembangkan tingkah laku Dosen untuk disesuaikan dengan keadaan kelas. Sintaks model pembelajaran PBL dapat dilihat dalam Tabel 1. [ 122 ] P a g e Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Tahapan Tahap 1: Orientasi mahasiswa kepada masalah Tahap 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual dan kelompok Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Diolah Peneliti, 2014) Tingkah Laku Dosen - Dosen menjelaskan tentang tujuan pembelajaran - Memberikan pertanyaan apersepsi tentang STP - Memberikan penjelasan tentang STP - Membagi kelas kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5 mahasiswa - Memberikan suatu kasus untuk dianalisis dalam kelompok - Mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan kasus yang dihadapi - Membantu mahasiswa menyelesaikan kasus (masalah) yang dihadapi sesuai dengan analisis menggunakan materi STP - Membantu mahasiswa untuk merencanakan atau menyajikan hasil diskusi kelompoknya - Membantu mahasiswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan melalui rangkuman hasil diskusi Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran khususnya matakuliah manajemen pemasaran

Penerapan Model Pembelajaran (Finisica Dwijayati Patrikha) pada materi Segmenting, Targeting, dan Positioning (STP). Data diperoleh dari (1) Hasil observasi keaktifan mahasiswa selama proses perkuliahan; (2) Hasil evaluasi pre test pada awal siklus I dan post test di akhir siklus; (3) Dokumentasi penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam kegiatan pra tindakan mahasiswa diminta untuk mengerjakan soal pre-test yang berjumlah 15 (lima belas) butir soal, yang terdiri dari 5 soal tentang Segmenting, 5 soal tentang Targeting dan 5 soal tentang Positioning. Kriteria keberhasilan yang digunakan adalah penilaian acuan patokan yaitu jika 80 persen mahasiswa memperoleh nilai lebih besar dari 75, maka dikatakan bahwa mahasiswa tersebut berhasil atau tuntas dalam belajar. Berdasarkan hasil penilaian pre-test dapat diketahui bahwa rerata skor mahasiswa adalah 53,7 yang masih berada di bawah skor ketentuan tuntas belajar. Diketahui juga bahwa sebanyak 37 mahasiswa atau 93 persen dari total mahasiswa tidak dapat dinyatakan tuntas belajar, dikarenakan mereka belum mempelajari secara mandiri materi yang diberikan oleh Dosen dalam kelas. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa masih bergantung pada Dosen tentang materi yang akan dipelajari, data tersebut di atas juga menunjukkan bahwa mahasiswa kurang aktif untuk belajar secara mandiri di luar kelas. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pre-test ini digunakan sebagai dasar melaksanakan tindakan penerapan model pembelajaran PBL. Siklus I Tahap perencanaan tindakan, peneliti menyiapkan skenario pembelajaran, instrumen penelitian berupa rubrik penilaian aktivitas belajar mahasiswa, dan menyediakan topik untuk diskusi, dalam hal ini adalah contoh kasus yang hendak diamati dan dianalisis oleh kelompok. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan kedalam 5 (lima) tahapan sesuai dengan sintaks model pembelajaran PBL menurut Rusman (2010). Dosen membantu mahasiswa untuk menyajikan hasil diskusinya dengan teman satu kelompoknya di depan kelas, dengan memberikan susunan atau tata cara presentasi di depan kelas. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk membuat suatu rangkuman mengenai hasil dari diskusi yang dilakukan bersama, dan membahasnya untuk membantu mahasiswa merefleksikan atau mengevaluasi hasil analisis kasus yang telah mereka lakukan. Dosen perlu mengarahkan pembahasan agar diskusi yang dilakukan tidak terlalu melebar melainkan terfokus pada materi yang diberikan yaitu STP. Jika dirasa pembahasan tentang kasus 1 dianggap telah cukup maka diskusi dianggap telah selesai. Setelah kegiatan pada siklus I dianggap telah selesai maka mahasiswa diberikan soal post-test yang telah dipersiapkan dosen di akhir siklus I ini. Soal berjumlah 15 butir dan dikerjakan selama 15 menit. Berdasarkan hasil post-test diketahui bahwa sebanyak 13 atau 67 persen orang mahasiswa dikatakan tuntas belajar namun belum mencukupi P a g e [ 123 ]

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 target keberhasilan yang diberikan oleh peneliti yaitu 80 persen. Oleh sebab itu siklus kedua perlu dilakukan. Siklus II Dalam siklus ini dosen mengambil hasil tindakan pada siklus I sebagai dasar perbaikan pada pelaksanaan siklus II. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I diketahui bahwa penilaian aktivitas mahasiswa akan menjadi lebih mudah jika dilakukan dengan memberikan nomor kepada mahasiswa yang hendak bertanya sesuai dengan nomor absennya, untuk itu pada siklus II pemberian nomor absen kepada mahasiswa dilakukan untuk mempermudah observer dan peneliti menilai aktivitas mahasiswa. Dosen perlu mengarahkan pembahasan agar diskusi yang dilakukan tidak terlalu melebar melainkan terfokus pada materi yang diberikan yaitu STP. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk membuat suatu rangkuman mengenai hasil dari diskusi yang dilakukan bersama, dan membahasnya untuk membantu mahasiswa merefleksikan atau mengevaluasi hasil analisis kasus yang telah mereka lakukan. Jika dirasa pembahasan tentang kasus 2 dianggap telah cukup maka diskusi dianggap telah selesai. Setelah kegiatan pada siklus II dianggap telah selesai maka mahasiswa diberikan soal post-test 2 yang telah dipersiapkan dosen di akhir siklus II ini. Soal berjumlah 15 butir dan dikerjakan selama 15 menit. Berdasarkan hasil post-test diketahui bahwa sebanyak 38 atau 95 persen orang mahasiswa dikatakan tuntas belajar, hasil belajar mahasiswa pada siklus II ini telah mencukupi tingkat ketuntasan 80 persen yang telah ditentukan sebelumnya. Tabel 2. Aktivitas Belajar Mahasiswa dengan Model PBL Pada Siklus I dan II Skor (%) No Aspek yang Diamati Siklus I Siklus II 1 Visual activities 69,6 74,2 2 Oral activities 58,8 67,1 3 Listening activities 70,8 72,9 4 Writing activities 50,0 65,0 5 Drawing activities 65,8 67,1 6 Motor activities 65,8 69,2 7 Mental activities 66,7 75,0 8 Emotional activities 65,8 66,3 Rerata 64,2 69,6 Aktivitas Belajar Mahasiswa dengan Model PBL Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan, aktivitas belajar Mahasiswa mengalami peningkatan dari siklus I dan II dengan kriteria baik dengan skor 3, cukup [ 124 ] P a g e

Penerapan Model Pembelajaran (Finisica Dwijayati Patrikha) dengan skor 2, dan kurang dengan skor 1. Skor aktivitas pada siklus I dan II dalam disajikan seperti dalam Tabel 2. Berdasarkan hasil penilaian yang digunakan untuk menilai aktivitas mahasiswa, maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar mahasiswa. Meskipun peningkatan yang terjadi tidak dapat dikatakan besar, namun dapat diketahui bahwa peningkatan paling tinggi pada siklus II berada pada aspek writing activities yaitu meningkat sebanyak 15,0 persen dari Siklus I. Dengan demikian penerapan pembelajaran model PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa terutama writing activities. Tujuan penelitian tindakan penerapan pembelajaran model PBL untuk meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa dapat dikatakan terpenuhi. Hasil Belajar Mahasiswa dengan Model PBL Hasil belajar mahasiswa dalam pembahasan materi STP dengan penerapan model pembelajaran PBL mengalami peningkatan. Rerata kelas pada siklus I yaitu 78,6 meningkat menjadi 87,9 pada siklus II. Meskipun pada siklus I rerata nilai kelas yang diperoleh telah melampaui ketentuan tuntas belajar yaitu 75, namun peneliti merasa perlu untuk melakukan siklus ke II dikarenakan mahasiswa yang dapat dinyatakan tuntas belajar belum mencapai 80 persen, sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tabel 3. Hasil Belajar Mahasiswa Model PBL Pada Siklus I dan II No Kegiatan Rerata 1 Siklus I 78,6 2 Siklus II 87,9 Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui pula bahwa pada siklus I mahasiswa yang dapat dikatakan tuntas belajar adalah 27 orang mahasiswa sedangkan 13 orang lainnya dianggap masih belum tuntas belajar. Pada siklus II jumlah mahasiswa yang dapat dikatakan tuntas belajar mengalami peningkatan menjadi 38 orang mahasiswa, atau 95 persen dari kelas telah tuntas belajar. Data ketuntasan belajar mahasiswa dalam penerapan model PBL dapat disajikan dalam Tabel 4.. Tabel 4. Ketuntasan Belajar Mahasiswa Model PBL Pada Siklus I dan II Siklus I Siklus II No Kriteria Jumlah % Jumlah % 1 Tuntas 27 67,5 38 95 2 Tidak Tuntas 13 32,5 2 5 Jumlah mahasiswa yang dapat dianggap tuntas belajar pada siklus II yaitu 38 orang atau 95 persen, jumlah ini telah melampaui kriteria keberhasilan penelitian tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 80 persen. Untuk itu penelitian P a g e [ 125 ]

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 tindakan ini dirasa cukup pada siklus II dan tidak diperlukan siklus berikutnya. Perbandingan hasil belajar mahasiswa dengan model pembelajaran PBL pada siklus I dan II dapat disajikan dalam Gambar 2. Gambar 2 Grafik hasil belajar mahasiswa Berdasarkan gambar grafik tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam matakuliah manajemen pemasaran terutama materi Segmenting, targeting dan positioning (STP) dan memahami materi STP dalam menganalisis kasus yang diberikan oleh Dosen sesuai dengan materi. SIMPULAN Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung serta membandingkannya pada setiap siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam matakuliah Manajemen Pemasaran materi Segmenting, Targeting, dan Positioning dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa terutama writing activities. Berdasarkan hasil pre-test, post-tes I dan post-test II yang dilakukan serta membandingkannya pada setiap siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam matakuliah Manajemen Pemasaran materi Segmenting, Targeting, dan Positioning dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor aktivitas mahasiswa pada siklus I adalah 64,2 persen dan mengalami peningkatan rerata pada siklus II menjadi 69,6 persen, sedangkan untuk hasil belajar mahasiswa pada siklus I memiliki rerata sebesar 78,6 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 87,9. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan untuk menerapkan model problem based learning (PBL) sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa. [ 126 ] P a g e

Penerapan Model Pembelajaran (Finisica Dwijayati Patrikha) DAFTAR PUSTAKA Alipandie, I. 1984. Buku Pegangan Guru Didaktik Metodik: Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional Arikunto, S., Suhardjono., Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Dosen. Jakarta: Rajawali Pers. Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003) www.kemenag.go.id/file/dokumen/uu2003.pdf (diakses 6 November 2014) Wijaya, C., Djaja, D., Tabarani, R. 1988. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remadja Karya P a g e [ 127 ]