Corresponding Abstract. Keywords: high school chemistry lab module, problem based learning, science process skill

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas dasar pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam

ARTIKEL ILMIAH OLEH: FITRIA DWITA A1C411031

THE DEVELOPMENT MODULE OF PRACTICAL CHEMISTRY BASED PROBLEM BASED LEARNING (PBL) ON THE SUBJECT OF ACID BASES FOR CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL LEVELS

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencari jawaban atas apa, mengapa dan bagaimana (Zakiah, 2015). ilmu

Pengembangan Bahan Ajar Multimedia Interaktif pada Praktikum Titrasi Asam Basa

Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Berbasis Karakter Pada Mata Pelajaran Kimia SMA

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2014, Volume 6, Nomor 2

Abstrak. : Desi Hartinah, Dr. Insih Wilujeng, dan Purwanti Widhy H, M. Pd, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES LITERASI SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS XI MIA SMA/MA

Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kreatif pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Materi Atom, Ion, dan Molekul SMP Islam Al Falah

PENGEMBANGAN KIT PRAKTIKUM DAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) MATERI LAJU REAKSI UNTUK SISWA SMA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POLA BILANGAN

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 BINAMU KAB. JENEPONTO

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERORIENTASI SOFT SKILLS PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT KELAS X DI MAN MOJOKERTO

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MASALAH PADA MATERI SEGI EMPAT KELAS VII MTs PONDOK PESANTREN DR M NATSIR ALAHAN PANJANG Oleh

PENGEMBANGAN PANDUAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 BERBASIS GUIDED INQUIRY

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta 2)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS ANDROID PADA MATERI PLANTAE UNTUK SISWA SMA MENGGUNAKAN ECLIPSE GALILEO

PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP

KELAYAKAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK SISWA SMPN 1 KAYEN KIDUL

PENGEMBANGAN CHEMISTRY ELECTRONIC MODULE MATERI LARUTAN ASAM BASA KELAS XI SMA/MA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS WEBSITE MENGGUNAKAN NOTEPAD++ PADA MATERI PROTOZOA UNTUK KELAS X SMA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBANTUAN MODUL DALAM MATERI LARUTAN PENYANGGA

Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut, maka desain dari penelitian ini adalah penelitian pengembangan

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO TUTORIAL PADA MATA PELAJARAN SISTEM OPERASI KELAS X MULTIMEDIA SMK NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Modul Remedial Biologi Materi Keanekaragaman Hayati. Remedial Module Biodiversity Biological Materials

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

E-journal Prodi Edisi 1

Pengembangan Modul Fisika Berbasis Visual untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

Pengembangan Instrumen Penilaian Kinerja pada Praktikum Struktur dan Fungsi Sel Di SMA Negeri 1 Kota Jambi

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASSESSMENT KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS.

PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN KIMIA ASAM BASA UNTUK PESERTA DIDIK SMA/MA KELAS XI BERDASARKAN KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN LKS IPA TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SISTEM PERNAFASAN KELAS VIII SMP N 6 TAMBUSAI

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK SISWA KELAS VIII SMP

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK KELAS VIII SMP PADA MATERI LINGKARAN

Mahardika Intan Rahmawati

PENERAPAN MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD

Artikel Ilmiah PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR BERORIENTASI PADA VOCATIONAL SKILL PRAKTIKUM BIOLOGI SMA

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN KELAS XI SMA.

ARTIKEL ILMIAH OLEH NIRMA SUFITRA NIM RSA1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JANUARI 2018

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN SOFTWARE PREZI UNTUK MATERI SISTEM KOLOID KELAS XI SMAN 11KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Research&Development (R&D)

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan ( research and

UNESA Journal of Chemical Education Vol.6, No.3 pp , September 2017

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODUL SIFAT LARUTAN BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN LINGKUNGAN DI SMP

KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Arwinda Probowati 1, Amy Tenzer 2, dan Siti Imroatul Maslikah 3 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM IPA PADA MATERI SISTEM ORGANISASI KEHIDUPAN UNTUK SMP E-JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Pengembangan Media Pembelajaran Termoelektrik Generator sebagai Sumber Energi

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERPENDAKATAN SCIENTIFIC PADA MATERI SISTEM EKSKRESI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Pengembangan Media Praktikum Laboratorium Virtual untuk Pembelajaran Optika Kelas VIII SMP Negeri 1 Tungkal Ulu

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis 3D Pageflip Professional

PERWUJUDAN KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENGEMBANGKAN KNOWLEDGE, SKILL, DAN ATTITUDE PESERTA DIDIK SMA

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

PENGEMBANGAN MODUL KOMPUTER AKUNTANSI MYOB BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA KOMPETENSI DASAR PENCATATAN TRANSAKSI PERUSHAAN DAGANG

PENGEMBANGAN MODUL AUDIO VISUAL UNTUK PELATIHAN PEMBIAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF ABSTRACT PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LINGKARAN UNTUK SISWA SMP KELAS VIII JURNAL

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BERORIENTASI GAMBAR PADA MATERI JARINGAN UNTUK KELAS VII SMP ARTIKEL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DIPADUKAN BUDAYA LOKAL PAPUA

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

Pengembangan Instrumen Penilaian Autentik Berbasis PBL Pada Materi Dampak Pencemaran Bagi Kehidupan Di Sekolah Menengah Pertama

PENGEMBANGAN LKS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN SAINS

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA MODUL PADA MATA DIKLAT GAMBAR TEKNIK DI SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA SMA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ASAM BASA

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MATERI HIMPUNAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN I LEMBAH GUMANTI.

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS STUDENT CENTERED

Yuni Permata Sari*, Rini**, Rasmiwetti*** No. Hp:

STUDENT ACADEMIC SKILLS THROUGH PROJECT BASED LEARNING IN CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL BABUSSALAM

THE DEVELOPMENT OF THE STUDENT ACTIVITIES WORKSHEETS BASED ON CONSTRUCTIVISM ON THE SOLUBILITY AND CONSTANT SOLUBILITY PRODUCT

Hari : Tanggal : Persetujuan Pembimbing. Pembimbing I, Pembimbing II, NIP NIP

PENGEMBANGAN RUBRIK PENILAIAN PSIKOMOTORIK PADA PRAKTIKUM SUBMATERI KOEFISIEN DISTRIBUSI MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA MATERI UJI ZAT MAKANAN UNTUK SISWA KELAS XI SMA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK YANG APLIKATIF-INTEGRATIF BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI LAJU REAKSI

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MATA PELAJARAN TEKNIK ANIMASI 2D KELAS XI MM DI SMKN 1 BANTUL

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bilingual dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Sistem Reproduksi Manusia

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP

2 Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Pasir Pengaraian

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA MATERI KAIDAH PENCACAHAN UNTUK SISWA KELAS XI IS SMAN 3 LENGAYANG

Transkripsi:

Pengembangan Modul Praktikum Kimia SMA Berbasis PBL(Problem Based Learning) Development of High School Chemistry Lab Module Based PBL(Problem Based Learning) Desy Rosmalinda 1*), Muhammad Rusdi 2), dan Bambang Hariyadi 2) 1 Program Magister Pendidikan IPA Universitas Jambi, 2 Staf Pengajar di Program Magister Pendidikan IPA Universitas Jambi Corresponding author:desy_23desember@yahoo.co.id Abstract The research was intended to develop a simple practical guide and pieces of science process skills and scientific attitude of students assessment. Development model used was ADDIE, which stands for Analysis, Design, Development, Implementation and Evaluation. The model used in the lab module was problem based learning, which students were given problems before practicum began. Subjects of trials in this study consisted of six students were grouped into three categories of cognitive abilities, smart students, middle students and weak students. Results of product trials indicated that all students responded positively to the lab module. Modules can be applied to students with diverse cognitive abilities, the weak cognitive students could need teacher guidance, especially in the matter of analysis to understand. Keywords: high school chemistry lab module, problem based learning, science process skill Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan panduan praktikum sederhana serta lembar penilaian keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa. Model pengembangan yang digunakan yaitu ADDIE, yang merupakan singkatan dari Analysis (analisis), Design (desain), Development (pengembangan), Implementation (penerapan) dan Evaluation (evaluasi). Model yang digunakan di dalam modul praktikum yaitu Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah), dimana siswa diberi permasalahan sebelum kegiatan praktikum dimulai. Subjek uji coba pada penelitian ini terdiri atas enam orang siswa yang dikelompokkan kedalam tiga kategori, dua orang dengan kemampuan sangat baik, dua orang dengan kemampuan sedang dan dua orang lagi dengan kemampuan yang rendah. Hasil dari uji coba produk menunjukkan bahwa semua siswa memberikan respon positif terhadap modul praktikum yang dikembangkan. Modul dapat diterapkan pada siswa dengan kemampuan kognitif yang beragam, hanya saja siswa dengan kemampuan kognitif yang rendah memerlukan bimbingan guru terutama dalam memahami soal analisis. Kata kunci: modul praktikum kimia SMA, pembelajaran berbasis masalah, keterampilan proses sains 1

Rosmalinda dkk., Pengembangan Modul PENDAHULUAN Pembelajaran bermakna tidak hanya dapat terbentuk dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, tapi juga melalui kegiatan praktikum. Setelah siswa mempelajari suatu konsep, mereka dapat membuktikan kebenaran konsep tersebut dengan melakukan praktikum. Model yang tepat digunakan untuk menghasilkan pembelajaran bermakna dalam praktikum yaitu pembelajaran berbasis masalah(problem based learning) (P BL). Arends (2008:41) mengatakan bahwa esensi PBL ialah menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan.artinya pembelajaran berbasis masalah mengajarkansiswauntuk memulai kegiatan pembelajaran dengan suatu permasalahan yang harus dipecahkan, sehingga menghasilkan pengetahuan yang baru. Selama proses pemecahan masalah dalam praktikum, siswa melakukan serangkaian kegiatan ilmiah yang dikenal dengan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains terdiri dari keterampilan dasar dan keterampilan terpadu (Rezba dkk. 2007). Enam langkah keterampilan proses sains dasar yaitu keterampilan mengamati, mengkomunikasikan, mengklasifikasikan, mengukur, menarik kesimpulan, dan memprediksi. Keterampilan proses sains terpadu terdiri dari sepuluh keterampilan, yaitu mengidentifikasi variabel, membuat tabel data, membuat grafik, mendeskripsikan hubungan antar variabel, memperoleh dan memproses data, menganalisis pengamatan, membuat hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang eksperimen dan melakukan eksperimen. Selain keterampilan proses sains, hal lain yang harus dimiliki oleh seorang siswa yaitu sikap ilmiah. Sikap ilmiah merupakan sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwansaat mereka melakukan kegiatan ilmiah. Pitafi dan Farooq (2012:383) menuliskan beberapa komponen sikap ilmiah, antara lain memiliki rasa ingin tahu, rasionalitas, bersedia menunda keputusan, berpikiran terbuka, berpikir kritis, objektif, intelektual yang jujur, dan rendah hati. Keterampilan proses sains dan sikap ilmiah yang dimiliki akan membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan langkahlangkah ilmiah yang sistematis seperti layaknya seorang ilmuwan. Keinginan menciptakan kegiatanbelajar mengajar di kelas secara ideal serta tuntutan banyaknya materi yang harus dikuasai siswa, terkadang membuat para gurukesulitan memfokuskan perhatian terhadap kualitas praktikum yang dilakukan siswa. Banyak kendala yang dialami guru dalam memaksimalkan kegiatan praktikum siswa. Hal ini juga dialami oleh guru kimia di SMA Adhyaksa I Jambi. Berdasarkan penuturan guru kimia di sekolah tersebut, kegiatan praktikum belum bisa dilaksanakan secara maksimal karena belum tersedianya modul praktikum kimia yang dapat membantu mengarahkan siswa ketika praktikum. Guru juga belum memiliki panduan dalam menilai keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa saat praktikum. Kendala yang tak kalah pentingnya adalah terbatasnya persediaan alat dan bahan kimia, karena harganya yang mahal dan juga beberapa bahan kimia yang saat ini tidak dijual secara bebas. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti melakukan pengembangan penuntun praktikum kimia SMA dalam bentuk sebuah modul yang menyajikan praktikum sederhana yang menggunakan alat dan bahan sederhana dan mudah diperoleh. Modul tersebut juga menyediakan lembar penilaian keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa agar guru dapat memantau aktifitas ilmiah yang dilakukan siswa. Model yang digunakan dalam modul praktikum ini yaitu problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah, dimana siswa akan diberikan permasalahan di awal praktikum. Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian

yang berjudul Pengembangan Modul Praktikum Kimia SMA Berbasis PBL METODE PENGEMBANGAN Penelitian pengembangan ini menggunakan model ADDIE, yang diadaptasi dari Lee & Owens (2004). Model ini terdiri atas beberapa tahap pengembangan, yaitu Analysis (analisis), Design (desain), Development (pengembangan), Implementation (implementasi) dan Evaluation (evaluasi). Analisis; pada tahap ini dilakukan penilaian kebutuhan dan analisis awal-akhir. Penilaian kebutuhan terdiri atas mengidentifikasi kebutuhan lapangan, menentukan pekerjaan yang dibutuhkan, mengurutkan tujuan pengembangan, dan mengidentifikasi perbedaan antara kinerja yang diharapkan dan kondisi nyata yang dihadapi. Pada analisis awal-akhir, peneliti menganalisis siswa, tugas, insiden penting (menentukan keahlian yang ditargetkan), situasi, tujuan, data yang ada dan menganalisis biaya dan manfaat. Desain; bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendokumenkan hal penting untuk mencapai tujuan produk. Pada tahap ini dilakukan penentuan jadwal pengembangan, tim kerja yang terlibat, spesifikasi desain, dan pembuatan struktur isi modul. Modul menyajikan empat praktikum, yaitu laju reaksi, investigasi larutan asam dan basa menggunakan indikator alam, menentukan tingkat keasaman larutan, dan sistem dispersi. Pengembangan dan Implementasi; pada tahap ini semua bahan dikumpulkan, disiapkan, dan diujikan. Produk yang telah didesain sebelumnya selanjutnya dibuat, setelah itu divalidasi oleh tim ahli. Validasi yang dilakukan yaitu validasi komponen desain pembelajaran, struktur urutan dan isi materi, dan desain/media. Setelah produk divalidasi, dilanjutkan dengan uji coba kelompok kecil. Subjek uji coba terdiri atas 6 orang siswa yang dibagi dalam 3 kelompok, 3 yaitu kelompok dengan tingkat kemampuan kognitif baik, sedang, dan rendah. Tujuan pengelompokan ini agar peneliti dapat melihat pada kelompok mana modul dapat diterima dengan baik. Kemudian dilanjutkan dengan validasi kedua, yang bertujuan agar saran dan komentar yang diperoleh lebih banyak dan produk yang dihasilkan lebih baik lagi. ; tahap yang tak kalah penting dalam pengembangan ini yaitu tahap evaluasi. Ada dua jenis evaluasi yang dilakukan disini, yaitu evaluasi parsial yang dilakukan di setiap tahap pengembangan, dan evaluasi secara keseluruhan yang dilakukan pada akhir kegiatan pengembangan. Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari saran dan komentar yang diberikan validator dan guru kimia, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari angket respon siswa terhadap kemudahan dan kemenarikan penggunaan modul praktikum kimia. Instrumen pengumpulan data berupa lembar validasi serta angket respon guru dan siswa. Data kualitatif yang diperoleh dari lembar validasi dan angket respon guru dihimpun dan disarikan untuk perbaikan modul praktikum, sedangkan data kuantitatif yang diperoleh dari angket respon siswa dianalisis dengan menghitung persentase jawaban menggunakan persamaan berikut (Riduwan, 2010:87) Keterangan % nilai: 81% - 100% = Sangat Baik 61% - 80% = Baik 41% - 60% = Cukup 21% - 40% = Kurang 0% - 20% = Sangat kurang Rancangan pengembangan modul praktikum kimia yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Rosmalinda dkk., Pengembangan Modul Analisis Penilaian kebutuhan Analisis awal akhir Desain - Menentukan jadwal - Menentukan tim kerja - Spesifikasi desain - Pembuatan Stuktur isi modul Draft 1 Pengembangan No dan Implementasi No Penerapan desain Validasi ok Revisi Draft 2 Uji coba kelompok kecil Draft 3 Revisi Validasi kedua Revisi Produk pengembangan Gambar 1. Rancangan Pengembangan Modul Praktikum Kimia HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dimulai dengan melakukan analisis untuk mengetahui bagaimana kriteria produk yang akan dikembangkan serta hal-hal yang mendukung proses pengembangan produk. Kesediaan pihak sekolah terutama guru, dalam memberikan informasi kepada peneliti membantu kesuksesan pengembangan modul praktikum. Penentuan tim pengembangan yang tepat serta lamanya waktu pengembangan yang cukup juga sangat membantu untuk menghasilkan modul dengan kualitas yang baik. Revisi yang dilakukan terhadap produk yang dikembangkan dilakukan sebanyak tiga kali. Revisi dilakukan berdasarkan saran dan komentar para validator serta guru sebagai praktisi. Hasil penyebaran angket respon siswa dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hasil Respon Siswa terhadap Modul Praktikum Kimia No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Komponen yang dinilai Gambar yang digunakan pada cover sudah sesuai. Gambar yang digunakan pada isi modul sudah sesuai. Warna yang dipilih untuk cover modul sudah pas dan menarik. Warna yang dipilih untuk isi modul sudah pas dan menarik. Tugas dan praktikum yang diberikan dapat menarik minat siswa. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami. Tujuan praktikum disajikan dengan jelas. Materi disajikan secara ringkas sehingga mudah dipahami. Konsep pada modul sesuai dengan tingkat pendidikan siswa. Alat dan bahan yang digunakan tertulis secara jelas. Prosedur praktikum mudah diikuti. Prosedur praktikum ditulis secara jelas dan rinci. Latihan dan tugas yang disajikan mudah diikuti. Siswa Jumlah % 1 2 3 4 5 6 4 4 5 4 4 4 25 83,33 4 4 5 4 4 4 25 83,33 5 5 5 4 5 4 28 93,33 5 5 5 5 5 4 29 96,67 5 4 4 5 5 4 27 90,00 4 5 4 5 4 3 25 83,33 5 5 5 4 4 4 27 90,00 5 5 5 4 4 4 27 90,00 5 4 4 4 4 5 26 86,67 Nilai yang diberikan minimum 1 dan maksimum 5, artinya setiap item pernyataan memiliki jumlah skor terendah 6 (skor minimum x jumlah siswa) dan skor tertinggi 30 (skor maksimum x jumlah siswa). Penentuan klasifikasi sikap siswa terhadap komponen modul ditentukan menggunakan persamaan berikut: Jarak interval = 5 = = 4,8 Dilihat dari jarak interval tersebut, sikap/respon siswa terhadap modul dapat dikelompokkan sebagai berikut: Tabel 2. Klasifikasi Sikap/Respon Siswa terhadap Modul Praktikum Kimia Jumlah skor Klasifikasi sikap 25,3 30 Sangat Setuju 20,5 25,2 Setuju

Rosmalinda dkk., Pengembangan Modul 15,7 20,4 Ragu-ragu / cukup 10,9 15,6 Tidak Setuju 6 10,8 Sangat Tidak Setuju Berdasarkan jumlah skor dan persentase penilaian yang diperoleh dari angket respon siswa dapat dilihat bahwa subjek uji coba memberikan respon positif terhadap modul praktikum kimia yang dikembangkan. Artinya modul dapat diterima siswa dengan kemampuan kognitif yang beragam. Peneliti juga melakukan pengamatan selama uji coba berlangsung. Berdasarkan pengamatan peneliti selama uji coba, setiap siswa tampak serius dalam melakukan praktikum. Mereka berusaha mengikuti arahan yang disajikan di dalam modul dengan baik serta melakukan praktikum dengan tertib. Siswa-siswa kelompok A (tingkat kemampuan baik) mampu bekerja sendiri tanpa banyak bertanya dengan teman, guru maupun peneliti. Mereka tampak tidak mengalami kesulitan selama melakukan praktikum. Dalam hal memahami soal-soal analisis siswa-siswa kelompok A terlihat bisa memahami pertanyaan dengan baik, jawaban yang diberikan cukup sesuai dengan yang diharapkan hanya saja mereka belum terlatih untuk memberikan jawaban secara rinci. Pada praktikum pertama, siswa-siswa pada kelompok B (kemampuan se dang) terlihat masih sedikit ragu-ragu ketika mengikuti langkah kerja yang disajikan pada modul praktikum. Hal ini ditunjukkan dengan seringnya siswa bertanya sebelum bertindak guna meyakinkan bahwa prosedur yang mereka pahami sudah benar. Kelompok B juga kurang teliti dalam melakukan praktikum. Namun pada praktikum selanjutnya, mereka sudah lebih percaya diri dan tangkas dalam praktikum sehingga mampu menyelesaikan praktikum lebih dulu dibandingkan kelompok lainnya. Siswa-siswa kelompok B cukup mampu memahami soalsoal analisis, hanya saja mereka kurang teliti dalam menjawab soal dan belum terlatih untuk menjelaskan jawaban secara rinci. Sama halnya dengan siswa-siswa di kelompok B, awalnya siswa-siswa kelompok C (kemampuan kognitif rendah) juga sedikit ragu dalam memahami langkah kerja yang disajikan pada modul praktikum dan sering bertanya pada guru dan peneliti. Kelompok C juga ceroboh ketika melakukan praktikum. Pada praktikum selanjutnya, mereka sudah mengalami peningkatan dalam memahami langkah kerja praktikum. Kelompok C memang terkesan lambat dalam melakukan percobaan, tapi hasil yang mereka peroleh tak kalah bagusnya dengan kelompok lain. Pada percobaan pertama bagian D (pengaruh katalis terhadap laju reaksi), kelompok C mampu mendapatkan hasil yang lebih baik dari kelompok lainnya. Kelemahan siswa kelompok C terjadi pada saat memahami soal analisis. Kelompok C membutuhkan panduan khusus dari guru untuk memahami soal analisis, hal ini disebabkan karena banyak jawaban yang mereka berikan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Setiap selesai praktikum, siswa diminta mengisi lembar penilaian sikap ilmiah yang telah tersaji pada modul. Lembar penilaian ini bertujuan untuk melatih kejujuran siswa dalam menilai diri mereka sendiri selama melakukan praktikum. Selain itu guru dapat melihat apakah ada perubahan positif pada sikap ilmiah siswa setiap melakukan praktikum. Peneliti melihat pelaksanaan praktikum lebih terarah karena siswa dapat bekerja secara sistematis sesuai panduan yang ada di dalam modul. Walaupun kegiatan praktikum dilakukan secara berkelompok, namun pemberian tugas dan penilaian yang dilakukan tetap bersifat individual sehingga setiap siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran. KESIMPULAN Kegiatan analisis sebelum melakukan pengembangan sangat berpengaruh pada penentuan karakteristik produk yang akan dibuat. Penentuan tim kerja yang tepat dan

waktu pengembangan yang cukup pun menentukan kualitas modul yang dibuat. Berdasarkan hasil uji coba, diketahui bahwa siswa memberikan respon positif terhadap modul praktikum kimia SMA yang dikembangkan. Modul dapat diterapkan pada siswa dengan kemampuan kognitif yang berbeda, hanya saja siswa dengan kemampuan kognitif yang rendah membutukan bimbingan guru dalam memahami soal analisis yang dibuat. DAFTAR PUSTAKA Arends, R.I., 2008. Learning to Teach Edisi ke Tujuh, Terjemahan Helly Prajitno dan Sri Mulyantini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pitafi, A.I dan Farooq, Muhammad, 2012. Measurement of Scientific Attitude of Secondary School Student in Pakistan. Academic Research International., 2(2): 379-392.http://www.savap.org.pk/journals/A RInt./Vol.2(2)/2012 (2.2-43).pdf. Diakses pada 30 Oktober 2012. Rezba dkk., 2007. Science Process Skills. United States: Kendall/Hunt PublishingCompany. Riduwan, 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: ALFABETA. Lee, W. W dan Owens, D. L., 2004. Multimedia Based Instructional design second edition. San Francisco: Pfeiffer. 7