digilib.uns.ac.id BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta 1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Pemerintah kota Surakarta mempunyai suatu badan yang bergerak dalam bidang keuangan yaitu Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berstatus sebagai Kantor Dinas Luar Tingkat I (KDL Tk.I) Surakarta berada di bawah wewenang wilayah kerja dari Inspeksi Keuangan Yogyakarta. Organisasi Direktorat Jenderal Pajak merupakan perpaduan dari berbagai unit organisasi yaitu: a. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan perundang-undangan dan melakukan tugas pemeriksaan kas Bendaharawan Pemerintah, b. Jawatan Lelang yaitu bertugas untuk melakukan pelelangan terhadap barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak Negara, c. Jawatan Akuntan Pajak yang berfungsi membantu Jawatan Pajak untuk melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan Wajib Pajak Badan, d. Jawatan Pajak Hasil Bumi ( Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada dirjen Moneter ) yang berfungsi melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 dirubah menjadi Direktorat Jenderal pajak Hasil Bumi dan kemudian diubah kembali 26
digilib.uns.ac.id 27 pada tahun 1965 menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah ( IPEDA ). Dengan keputusan Presiden RI No. 12 tahun 1976 pada tanggal 27 Maret 1976, Direktorat IPEDA diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak, Kemudian pada tanggal 27 Desember 1985 melalui Undang-undang RI No. 12 tahun 1985 Direktorat IPEDA berganti nama menjadi Direktorat Jenderal Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ). Demikian pula dengan unit kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi IPEDA diganti menjadi Inspeksi Pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas Luar IPEDA diganti menjadi Kantor Dinas Luar PBB. Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di daerah, maka dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak ( ItDa) yaitu di Daerah Jakarta, juga terdapat di Daerah Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur. Inspektorat daerah ini kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak Kantor Wilayah seperti yang ada. Pada tahun 1966 dikarenakan semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak dan jumlah penerimaan pajak, KDL Tk.I Surakarta ditingkatkan menjadi Kantor Inspeksi Keuangan ( KIK ) Surakarta yang membawahi KDL Tk.I Klaten. Kemudian pada akhir 1966 semua istilah Kantor Inspeksi Pajak Surakarta A berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1944 tentang Organisasi dan Tata Kerja DJP dengan wilayah kerja meliputi Kotamadya Surakarta,
digilib.uns.ac.id 28 Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen serta Kantor Penyuluhan Pajak atau KAPENPA Sragen yang berkedudukan di Sragen. Sehubungan dengan Re-Organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, kantor Pelayanan Pajak Surakarta telah berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta atau KPP Pratama Surakarta. KPP Pratama Surakarta tersebut dibentuk berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Kep-141/Pj./2007 tanggal 03 Oktober 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan saat mulai beroperasinya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II serta Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa Yogyakarta. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta mulai beroperasi pada tanggal 30 Oktober 2007. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. KEP-315/KMK.01/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang bertanggung jawab dan berada di bawah Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa tengah II. Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan bagian dari program reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah berjalan sejak tahun 2002 yang ditandai dengan terbentuknya Kantor
digilib.uns.ac.id 29 Wilayah (KanWil) dan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Kemudian Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama lanjutan dilandasi dengan terbitnya SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang persiapan penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada kantor Pelayanan Pajak Pratama di seluruh Indonesia tahun 2007-2008. Perubahan yang dilakukan meliputi struktur organisasi, proses bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, sarana dan prasarana, serta manajemen sumber daya penerapan Kode Etik Pegawai yang diawasi oleh komite Kode Etik Pegawai dan sistem penggajian yang lebih baik. Berikut ini penjelasan mengenai Visi, Misi dan Nilai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dalam melayani ketertiban pemungutan pajak: 1. Visi Direktorat Jenderal Pajak Menjadi Institusi Pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi modern yang efektif, efisien, dan dapat dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi, 2. Misi Direktorat Jenderal Pajak Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui administrasi perpajakan yang efektif dan efisien,
digilib.uns.ac.id 30 3. Nilai Direktorat Jenderal Pajak a. Integritas Menjalankan tugas dengan memegang kode etik dan prinsip-prinsip perpajakan, yang diterjemahkan dengan berperilaku jujur, konsisten dan dapat menepati janji, b. Profesionalisme Memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas sesuai dengan kompetensi, kewenangan serta norma-norma dan sosial, c. Sinergi d. Pelayanan e. Kesempurnaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta berlokasi di Jl. Kyai Haji Agus Salim No.I Surakarta 57147 dengan nomor telepon (0271) 718246 dan Fax. (0271) 728436, kemudian dapat dilihat pada Homepage : www.pajak.co.id. KPP Pratama Surakarta merupakan penggabungan dari tiga jenis unit kantor yang berbeda, yaitu gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, serta Kantor Pemeriksaan dan Penyelidikan Pajak dengan masing-masing seksi ke dalam seksi-seksi yang baru, seperti: 1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi ( Waskon )
digilib.uns.ac.id 31 Pada seksi ini membawahi 4 Kecamatan di Kota madya Surakarta, Yaitu : a. Waskon I : untuk wilayah Kecamatan Laweyan, b. Waskon II : untuk wilayah Kecamatan Jebres, c. Waskon III : untuk wilayah Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon, d. Waskon IV : utnuk wilayah Kecamatan Banjarsari, Tugas dan fungsi seksi Waskon diantaranya: a. Memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak berupa penyuluhan atau bimbingan, b. Melaksanakan putusan gugatan atau banding, ekualisasi, penelitian dan analisis kepatuhan material Wajib Pajak, c. Meyelesaikan permohonan pengalihan saldo bea materai baik dari mesin teraan ke teknologi percetakan, dari teknologi percetakan ke mesin teraan, dari teknologi percetakan ke sistem komputerisasi, dari sistem komputerisasi ke mesin teraan, maupun dari sistem komputerisasi ke teknologi percetakan, d. Menyelesaikan permohonan penambahan deposito baik dengan mesin teraan materai, teknologi percetakan, maupun dengan sistem komputerisasi, e. Melayani permintaan perubahan tahun buku pertama, pemusatan PPN, permohonan Surat Keterangan Fiskal WP Non Bursa,
digilib.uns.ac.id 32 f. Melakukan tugas pengawasan berupa peraturan pembayaran dan pelaporan, serta g. Melakukan penggalian potensi berdasarkan pengawasan dan bimbingan. 2. Kelompok Fungsional Pemeriksaan Kelompok ini memiliki tugas diantaranya: a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak (SPPP) kepada Wajib Pajak, dan b. Menyelesaikan pemeriksaan SPPP dengan diterbitkan laporan Pemeriksaan Pajak. 3. Seksi Pemeriksaan Pada seksi ini mempunyai beberapa tugas, diantaranya: a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, b. Melakukan pengawasan pemeriksaan, c. Melakukan aturan pemeriksaan, d. Menerbitkan dan menyalurkan Surat Perintah Pelaksana Pajak ( SP3), e. Melakukan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. 4. Seksi Pelayanan Pada seksi ini dilakukan berbagai macam kegiatan, dan termasuk juga kedalam seksi yang terpenting dan utama di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Kegiatan tersebut adalah:
digilib.uns.ac.id 33 a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan, b. Penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) dan penerimaan surat lainnya, c. Mengadministrasi dokumen dan berkas perpajakan, d. Penyuluhan perpajakan, e. Menyelesaikan pemindahan WP dan PKP ke KPP baru, f. Meminjamkan atau mengirimkan berkas, g. Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk perwakilan negara asing dan badan-badan Internasional serta pejabat atau tenaga ahlinya, h. Pelaksana regristrasi Wajib Pajak, dan i. Melakukan kerjasama perpajakan. 5. Seksi Penagihan Mempunyai Tugas yaitu: a. Menyimpan Dokumen-dokumen penagihan, b. Melakukan usulan penghapusan piutang pajak, c. Melakukan penagihan secara aktif, d. Melakukan angsuran tunggakan pajak, e. Melakukan penundaan tunggakan pajak, f. Membuat usulan pencegahan dan penyanderaan terhadap wajib pajak tertentu, g. Menghapus piutang pajak,
digilib.uns.ac.id 34 h. Melaksanakan lelang dan menyelesaikan permohonan pembatalan lelang, i. Menyelesaikan permohonan mengangsur pembayaran pajak, j. Melakukan urusan peñatausahaan piutang pajak, 6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan Bertugas untuk menindaklanjuti data-data yang belum memiliki NPWP dihimbau agar segera memiliki NPWP. Seksi Ekstensifikasi merupakan peralihan dari pendataan dan penilaian pada KPPBB. Kemudian Menyelesaikan permohonan penundaan pengembaliaan SPOP, permohonan surat keterangan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP), dan mutasi sebagian ataupun seluruh obyek dan subyek PBB. 7. Seksi Pusat Data dan Informasi ( PDI ) Pada seksi ini juga terdapat tugas yang harus dijalankan, antara lain: a. Melakukan pencarian data, b. Melakukan pengumpulan data, c. Melakukan pengolahan data, d. Melakukan pengamatan potensi perpajakan, e. Melakukan penyajian informasi perpajakan, f. Pelayanan dukungan teknis computer, g. Melakukan perekaman dokumen perpajakan, h. Melakukan pemantauan e-spt dan e-filling, i. Melakukan penyiapan laporan kerja.
digilib.uns.ac.id 35 8. Seksi Sub Bagian Umum Pada bagian ini memiliki kegiatan antara lain: a. Melaksanakan Urusan Tata Usaha, b. Mengurusi Urusan keuangan, c. Permintaan dan pembayaran lembur pegawai, d. Laporan perkawinan pertama pegawai, pengajuan usul permohonan pensiun janda/ duda, pengajuan usul permohonan berhenti bekerja sebai PNS atas permintaan sendiri, dan pengajuan usul pengangkatan bendahara, e. Melaksanakan Urusan Keuangan, dan f. Mengurusi urusan tentang kepegawaian. Pada setiap lembaga pemerintah tentu terdapat struktur organisasi yang tetap. Di Kantor Pelayanan Pajak ini juga terdapat struktur organisasi yaitu terdiri dari Kepala Kantor, Seksi Pengawasan dan Konsultasi, Seksi Fungsional Pemeriksaan, Seksi Pemeriksaan, Seksi Penagihan, Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, Seksi Pelayanan, Sub Bagian Umum, dan Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI). 2. Fungsi, Tugas Pokok dan Peran Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta a. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta a) Penyuluhan dan konsultasi Pajak, b) Pengurangan sanksi,
digilib.uns.ac.id 36 c) Pembetulan Surat Ketetapan Pajak, d) Penerbitan Surat Ketetapan Pajak, e) Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan, f) Penatausahaan piutang pajak termasuk penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan, penatausahaan banding, penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Langsung lainnya. g) Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, h) Penelitian dan penatausahaan Surat Pemberitahuan Tahunan/Masa serta berkas Wajib Pajak, i) Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan, dan ekstensifikasi Wajib Pajak, j) Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. b. Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yaitu: a) Pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak dalam bidang pajak penghasilan, b) Melaksanakan pelayanan, pengawasan dan administrasi,
digilib.uns.ac.id 37 c) Memberikan informasi mengenai Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak tidak langsung lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang sedang berlaku. c. Peran Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta a) Ikut serta dalam pembangunan industri dan dunia usaha di dalam negeri dengan tujuan memberikan kemudahan dalam pengolahan bahan baku impor kemudian meproduksi barang ekspor dan pencegahan penyelundupan. b) Mengamankan dan meningkatkan pendapatan dari sektor perpajakan dan non perpajakan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. B. Pembahasan Masalah Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah pengurangan terhadap penghasilan bruto orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri dalam menghitung penghasilan kena pajak yang menjadi objek pajak penghasilan yang harus dibayar wajib pajak di Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 dan Ketentuan mengenai Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) baru tahun 2013 diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 tanggal 22 Oktober 2012.
digilib.uns.ac.id 38 Untuk mengetahui penerimaan PPh pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta pada tahun 2012 dan 2013, berikut disajikan Tabel 3.1 mengenai Target dan RealisasiPenerimaan Pajak Penghasilan secara menyeluruh dan Tabel 3.2 mengenai Penerimaan PPh pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta: Tabel 3.1 Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Tahun 2011 2013 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Presentase (%) 2011 1.199.883.938.910 656.908.493.656 55% 2012 1.199.883.938.910 853.718.338.834 71% 2013 1.199.883.938.910 875.026.134.384 98% Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa Jumlah Penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta tahun 2011 sebesar 55% mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 71%. Di tahun 2013 kembali mengalami kenaikan sebesar 98% dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini terjadi dikarenakan adanya penambahan Wajib Pajak Pusat Perbelanjaan di Surakarta yang sadar akan pentingnya membayar dan melaporkan pajaknya sehingga dapat menambah Jumlah wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.
digilib.uns.ac.id 39 Tabel 3.2 Penerimaan PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Tahun 2011 2013 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Preesentase(%) 2011 317.477.496.332 199.863.290.908 63% 2012 317.477.496.332 216.842.681.167 68% 2013 317.477.496.332 176.390.627.906 56% Dari Tabel diatas, Untuk Penerimaan PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta pada tahun 2011 meningkat 63%, tahun 2012 menjadi 68% dan pada tahun 2013 penerimaan menurun menjadi 56%, penghitungan presentase dilakukan dengan cara jumlah realisasi yang ada dibagi dengan target penerimaan PPh pasal 21 per tahunnya kemudian dikalikan seratus persen dan hasilnya dapat dijadikan presentase perubahan Penerimaan PPh pasal 21. Penurunan jumlah penerimaan ini terjadi dikarenakan pada tahun 2011 dan 2012 menggunakan perhitungan PTKP sebesar Rp. 15.840.000 kemudian tahun 2013 besarnya PTKP meningkat menjadi Rp. 24.300.000. Dari kedua tabel diatas, penelitian dilaksanakan dengan melakukan analisis-analisis terhadap penerimaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dan jumlah Wajib Pajak. Data-data tersebut dianalisis dengan cara membentuk presentase perubahan yang dianalisis. Perhitungan presentase dihitung oleh peneliti berdasakan perhitungan matematis,
digilib.uns.ac.id 40 berikut disajikan rumus untuk menghitung besarnya presentase perubahan dari tahun 2011-2013 adalah sebagai berikut: Besar kenaikan yang terjadi per tahun X 100% Target Penerimaan Penurunan besarnya Penerimaan PPh pasal 21 ini tidak berpengaruh pada banyaknya jumlah wajib pajak PPh Pasal 21 yang tetap meningkat dari tahun 2011 sampai 2013, banyaknya jumlah wajib pajak tersebut dapat disajikan dalam Tabel seperti berikut: Tabel 3.3 Jumlah Wajib Pajak PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Tahun 2011-2013 Tahun Jumlah WajibPajak(Rp) 2011 647.390 2012 647.402 2013 649.701 Dilihat dari Tabel diatas, diketahui bahwa jumlah wajib pajak dari tahun 2011 sampai dengan 2013 terus mengalami kenaikan dikarenakan jumlah wajib pajak PPh pasal 21 yang masih memiliki NPWP tetapi sudah tidak membayar pajak mereka masing-masing masih terdaftar sebagai wajib pajak PPh pasal 21, artinya dengan adanya perubahan Tarif PTKP
digilib.uns.ac.id 41 sebesar Rp. 24.300.000 tidak mempengaruhi besarnya jumlah wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Dari Tabel Penerimaan, PPh Pasal 21 dan Wajib Pajak diatas dapat diketahui adanya perbedaan yang sangat jelas terhadap tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Tahun 2012 yaitu dengan tarif yang lama Rp 15.840.000 dengan tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak yang baru yaitu sebesar Rp 24.300.000. Dengan adanya kenaikan PTKP tersebut, terdapat beberapa dampak sangat jelas yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta, yaitu: a. Bagi PPh Pasal 21: Terjadinya pengurangan terhadap penerimaan Negara dari segi pajak penghasilan, dikarenakan sebelum tahun 2013 penghasilan setahunnya yang diatas Rp 15.840.000 terkena pajak tetapi pada tahun 2013 ini yang terkena pajak adalah yang penghasilan setahunnya diatas Rp 24.300.000, bagi wajib pajak karyawan jumlah PPh pasal 21 yang dipotong akan berkurang, otomatis apabila di identifikasi lebih mendalam akan ada banyak wajib pajak yang akan mengalami pajak Nihil, tetapi apabila karyawan yang PPh Pasal 21nya ditanggung oleh perusahaan maka tidak akan merasakan perubahan itu yaitu berkurangnya jumlah PPh yang dipotong.dasar hukum yang digunakan untuk menghitung Pajak Penghasilan PPh pasal 21 apabila pajak penghasilan pasal 21 tersebut sebagaian atau seluruhnya ditanggung
digilib.uns.ac.id 42 oleh pemberi kerja adalah Peraturan Menteri Keuangan PMK- 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi. Berikut disajikan contoh simulasinya: Ibnu adalah pegawai dari PT Maju Jaya dengan status menikah dan mempunyai 3 orang anak. Dia menerima gaji Rp. 5.000.000 sebulan dan PPh ditanggung oleh pemberi kerja. Tiap bulan ia membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp. 150.000. Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Juli 20xx dalam hal Ibnu hanya menerima pembayaran gaji saja, maka PPh 21 untuk Ibnu dihitung seperti perhitungan berikut: Gaji sebulan Rp 5.000.000 Pengurang Biaya Jabatan 5% x Rp5.000.000 Rp 250.000 luran pensiun Rp 150.000 (+) Rp 400.000 (-) Penghasilan neto sebulan Rp 4.600.000
digilib.uns.ac.id 43 Penghasilan neto setahun 12 x Rp4.600.000 Rp 55.200.000 PTKP -untuk WP Sendiri Rp 24.300.000 -tambahan karena menikah Rp 2.025.000 -tambahan 3 anak Rp 6.075.000 (+) Rp 32.400.000 (-) Penghasilan Kena Pajak Rp 22.800.000 PPh Pasal 21 setahun adalah 5% x Rp22.800.000= Rp 1.140.000 PPh Pasal 21 bulan Juli adalah Rp 1.140.000 : 12 = Rp 95.000 Dengan simulasi penghitungan diatas, Berikut disajikan Tabel 3.4 Perbandingan dengan menggunakan Tarif PTKP lama:
digilib.uns.ac.id 44 Tabel 3.4 Simulasi Tarif PTKP lama dengan Tarif PTKP Baru 2013 2012 Gaji sebulan 5.000.000 5.000.000 Pengurang Biaya Jabatan 5%x 5.000.000 250.000 250.000 luran pensiun 150.000 150.000 Penghasilan 400.000 400.000 neto sebulan 4.600.000 4.600.000 Penghasilan neto setahun 12 x Rp4.600.000 55.200.000 55.200.000 PTKP -untuk WP Sendiri 24.300.000 15.840.000 -tambahan karena menikah 2.025.000 1.032.000 -tambahan 3 anak 6.075.000 3.096.000
digilib.uns.ac.id 45 Penghasilan 32.400.000 19.968.000 Kena Pajak 22.800.000 35.232.000 PPh Pasal 21 setahun adalah 5% x Rp 22.800.000 = Rp 1.140.000 PPh Pasal 21 bulan Juli: Rp 1.140.000 : 12 = Rp 95.000 PPh21 setahun 5% x Rp 35.232.000 = Rp 1.761.600 PPh21 bulan Juli: Rp 1.761.600 : 12 = Rp 146.800 Dari simulasi penghitungan dan tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah pengurangan terhadap penerimaan Negara dari segi pajak penghasilan dengan contoh Ibnu tersebut adalah Rp. 51.800 dengan perbedaan besarnya tarif PTKP. b. Efek Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak selanjutnya adalah Bagi Wajib Pajak (WP) turunnya pajak penghasilan yang dipotong dari penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, itu berarti penghasilan yang dibawa pulang ke rumah mengalami kenaikan, tentu saja kenaikan tersebut akan meningkatkan kemampuan belanja rumah tangga bagi masyarakat. Contoh simulasi penghitungannya adalah
digilib.uns.ac.id 46 Ibnu Sabil adalah seorang karyawan yang bekerja pada perusahaan PT Gend dengan memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 6.000.000 dengan membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000. Ibnu Sabil berstatus telah menikah tetapi belum mempunyai anak dan Ibnu Sabil juga telah mempunyai NPWP. Penghitungannya adalah Gaji Sebulan Rp 6.000.000 Pengurangan Biaya Jabatan 5%x Rp 6.000.000 Rp 300.000 Iuran Pensiun Rp 100.000 (-) Rp 400.000 (-) Penghasilan netto sebulan Rp 5.650.000 Penghasilan netto setahun Rp 5.650.000 x 12 Rp67.800.000 PTKP Setahun Untuk WP Sendiri Rp24.300.000 Tambahan WP Kawin Rp 2.025.000 (+) PKP Setahun Rp26.325.000 (-) Rp41.475.000 PPh Pasal 21 Terutang: 5% x Rp 41.475.000 Rp 2.073.750
digilib.uns.ac.id 47 PPh Pasal 21 Sebulan: Rp 2.073.750 x 12 Rp 172.813 Simulasi penghitungan diatas kemudian dibandingkan dan dihitung dengan menggunakan tarif PTKP lama seperti Tabel 3.5 berikut: Tabel 3.5 Perbandingan Simulasi Tarif PTKP lama dengan Tarif PTKP baru 2013 2012 Gaji Sebulan 6.000.000 6.000.000 Pengurangan Biaya Jabatan 5%x 6.000.000 300.000 300.000 Iuran Pensiun 100.000 100.000 400.000 400.000 Penghasilan netto sebulan 5.600.000 5.600.000 Penghasilan netto setahun 5.600.000 x 12 67.200.000 67.200.000 PTKP Setahun Untuk WP Sendiri 24.300.000 15.840.000 Tambahan WP Kawin2.025.000 1.032.000 26.325.000 16.872.000
digilib.uns.ac.id 48 PKP Setahun 41.475.000 50.328.000 PPh Pasal 21 Terutang : 5% x Rp 41.475.000 = Rp 2.073.750 PPh Pasal 21 Sebulan : Rp 2.073.750 : 12 = Rp 172.813 PPh Pasal 21 Terutang: 5% x Rp 50.328.000 = Rp 2.516.400 PPh Pasal 21 Sebulan : Rp 2.516.400 : 12 = Rp 209.700 Dari Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Dengan adanya perubahan besarnya tarif PTKP maka juga mempengaruhi besarnya jumlah pendapatan yang dibawa pulang untuk pribadi, sehingga dapat meningkatkan kemampuan belanja rumah tangga sebesar Rp. 36.887. c. Bagi Wajib Pajak Badan adalah Dapat meningkatkan Penghasilan Kena Pajak Badan, karena bagi Perusahaan yang memberikan Tunjangan PPh pasal 21 bagi karyawannya, maka biaya yang dapat dibebankan menjadi berkurang karena PPh 21 atas penghasilan karyawan akan berkurang. Ini menyebabkan penghasilan kena pajak perusahaan naik, dan PPh terutang perusahaan pun juga akan ikut naik. Contoh simulasinya sebagai berikut: Misalkan, Arif berstatus belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan bekerja pada PT Septe dengan memperoleh gaji sebesar Rp. 3.500.000 sebulan. Kepada Arif diberikan tunjangan pajak sebesar Rp. 35.000. luran pensiun yang dibayar oleh Arif adalah sebesar Rp. 25.000 sebulan. Berapa besarnya PPh pasal 21 untuk Arif, misalkan untuk
digilib.uns.ac.id 49 bulan September? PPh Pasal 21 bulan September 20xx dalam hal Arif tidak menerima penghasilan dari PT Septe selain gaji adalah dihitung dengan perhitungan sebagaimana ditunjukkan dalam penghitungan berikut ini: Gaji sebulan Rp 3.500.000 Tunjangan pajak Rp 35.000 Penghasilan Bruto sebulan Rp 3.535.000 Pengurang : Biaya Jabatan 5% x Rp 3.535.000 Rp 176.750 luran pensiun Rp 25.000 (+) Rp 201.750 (-) Penghasilan Neto sebulan Rp 3.333.250 Penghasilan neto setahun 12 x Rp 3.333.250 Rp 39.999.000 PTKP Untuk WP Sendiri Rp 24.300.000 (-) Penghasilan Kena Pajak Rp 15.699.000 PPh Pasal 21 setahun adalah 5% x Rp 15.699.000 = Rp 784.950 PPh Pasal 21 bulan September adalah Rp 784.950 :
digilib.uns.ac.id 50 12 = Rp 65.395 Penghitungan diatas dapat dibuat tabel sebagai berikut : Tabel 3.6 Penghitungan Perbandingan Simulasi Tarif PTKP lama dengan Tarif PTKP baru 2013 2012 Gaji sebulan 3.500.000 3.500.000 Tunjangan pajak 35.000 35.000 Penghasilan Bruto sebulan 3.535.000 3.535.000 Pengurang : Biaya Jabatan 5% x 3.535.000 176.750 176.750 luran pensiun 25.000 25.000 201.750 201.750 Penghasilan Neto sebulan 3.333.250 3.333.250 Penghasilan neto setahun 12 x 3.333.250 39.999.000 39.999.000 PTKP Untuk WP Sendiri 24.300.000 15.840.000 Penghasilan 15.699.000 24.159.000
digilib.uns.ac.id 51 Kena Pajak PPh Pasal 21setahun adalah PPh Pasal 21 setahun adalah 5% x 15.699.000 = Rp 784.950 5% x 24.159.000 PPh Pasal 21 bulan September adalah Rp 784.950 : 12 = Rp65.395 = Rp1.207.950 PPh Pasal 21 bulan September adalah Rp 1.207.950 : 12 = Rp100.662 Dengan adanya simulasi penghitungan dan tabel perbandingan tersebut maka apabila besanya tunjangan PPh Pasal 21 yang diberikan kepada karyawan turun, berarti dapat menyebabkan meningkatnya jumlah penghasilan Kena Pajak Badan.Sedangkan Dampak Kenaikan PTKP untuk pihak lain adalah: 1. Akan meningkatkan Tabungan atau Saving Uang yang sebelumnya untuk membayar PPh atas dampak kenaikan PTKP tersebut dapat digunakan dan dapat disimpan sebagai tabungan apabila tidak dikonsumsi oleh masyarakat. 2. Penjualan Properti Meningkat Kenaikan batas PTKP tersebut dapat meningkatkan besarnya cicilan masyarakat berpenghasilan rendah yang mereka bayar kepada pengusaha
digilib.uns.ac.id 52 properti sehingga dapat meningkatkan jumlah penjualan properti untuk kalangan menengah kebawah. C. Temuan Dari penelitian dan pembahasan atas dampak kenaikan PTKP terhadap PPh Pasal 21, penulis mengidentifikasi adanya Kelebihan dan Kekurangan yang dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Kelebihan a. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dapat meningkatkan dan menjaring Wajib Pajak untuk sadar akan membayar dan melaporkan pajaknya sesuai dengan peraturan Pemerintah, b. Dengan adanya kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak sebesar Rp. 24.300.000 akan mempengaruhi menurunnya jumlah penerimaan secara menyeluruh, walaupun dalam kenyataannya presentase jumlah penerimaan masih mengalami kenaikan. c. Untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak akan terbebani dengan pembayaran pajak mereka. 2. Kelemahan Kelemahan kelemahan yang ditemukan dalam pembahasan dampak kenaikan PTKP terhadap PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut : a. Dengan adanya kenaikan PTKP, akan terjadinya pengurangan terhadap penerimaan Negara dari segi pajak penghasilan,
digilib.uns.ac.id 53 b. Menurunnya jumlah penerimaan PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta disebabkan adanya kenaikan tarif PTKP sebesar Rp. 24.300.000 tetapi tidak mempengaruhi banyaknya jumlah wajib pajak. c. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang belum paham akan dampak kenaikan PTKP, maka mereka akan ragu untuk membayarkan pajaknya, maka diperlukan adanya sosialisasi agar target penerimaan akan terpenuhi dan sumber daya manusia juga tambah berkualitas.