Ummu Rifa atin Mahmudah_ Jurusan Psikologi-Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun perempuan (Knoers dkk, 2001: 261). Begitu pula dalam hubungan interaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah dengan memaafkan. Memaafkan adalah salah satu cara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan. maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. korelasional. Penelitian ini dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. tidaknya sebaran skor variable serta linier atau tidaknya hubungan. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya.

HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihargai, serta kebutuhan untuk hidup bersama. Dan dalam bersosial tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luar keluarga seperti teman-teman atau sahabat. Santrock (2007) yang tinggi atas perbuatan yang mereka lakukan.

BAB I ABSTRAK. Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Keputusan Presiden No. 50 tanggal 21 Juni Terletak di Jalan Gajayana

PENGANTAR. kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing

: Rifdaturahmi NPM : Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog

PERBEDAAN PEMAAFAN DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

BAB V PENUTUP. maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai yang bisa di dapat dalam budaya Shalawat Albanjari yang

FORGIVENESS PADA DEWASA AWAL PUTRI YANG MENGALAMI KEKERASAN PADA MASA KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif 1. Dalam penelitian ini, peneliti

BAB I PENDAHULUAN. dan suami, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN MEMAAFKAN (FORGIVENESS) PADA PASANGAN YANG MELAKUKAN PERSELINGKUHAN. (Studi pada Suatu Hubungan Pacaran) SKRIPSI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak disampaikan menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERILAKU MEMAAFKAN. semakin menurun motivasi untuk membalas dendam terhadap pelaku

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhuk sosial. Berkaitan dengan itu, manusia tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Mercu Buana, Universitas memberikan banyak wadah kegiatan untuk melengkapi

BAB III METODE PENELITIAN. terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah ertentu dengan maksud

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PROSES DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEMAAFKAN PADA REMAJA BROKEN HOME

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. antara satu dengan yang lainnya. Manusia bertinteraksi sosial untuk dapat saling

PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB VI PENUTUP. 1. Tingkat Culture Shock pada Mahasantri (Jawa) Ma had Sunan Ampel Al-

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB I PENDAHULUAN. diberi muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. solusi yang membuat anak merasa aman, namun pada kenyataannya ada keluarga

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN MEMAAFKAN PADA REMAJA AKHIR

NASKAH PUBLIKASI Gambaran Forgiveness Pada Orang Bercerai Di Kecamantan Kunir Kabupaten Lumajang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk

Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin. Rini Suparti Dr Aski Marissa, M.

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

Perbedaan Forgiveness pada Lansia yang Tinggal di Panti Wredha dan di Rumah

PENGARUH HARAPAN TERHADAP KECENDERUNGAN RESIDIVIS PADA NARAPIDANA DI LAPAS KLAS I MALANG

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN FORGIVENESS PADA INDIVIDU YANG TIDAK MELAKUKAN PRAKTIK AGAMA OLEH NOVLYN ELISABETH PRASYLIA TUGAS AKHIR

EMPATI DAN PEMAAFAN DALAM HUBUNGAN PERTEMANAN SISWA REGULAR KEPADA SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH INKLUSIF

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

JIPP. Peran Memaafkan dan Sabar dalam Menciptakan Kepuasan Perkawinan

FORGIVENESS PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK HAMIL PRANIKAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani,

HUBUNGAN ANTARA MEMAAFKAN DENGAN KEMATANGAN DIRI PADA REMAJA AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Di Kabupaten Malang, Jawa Timur, angka perceraian telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan hidup, individu memiliki harapan untuk dapat terus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Berdirinya SMPN 3 Kepanjen

Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. 1 Mahasiswa

FORGIVENESS PADA WANITA YANG MEMPUNYAI ANAK DILUAR NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan Pada Remaja Akhir. konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kuantitatif adalah pendekatan kuantitatif yang data-datanya

BAB I PENDAHULUAN. anggota keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPERCAYAAN INTERPERSONAL DENGAN PEMAAFAN DALAM HUBUNGAN PERSAHABATAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DAN KETERBUKAAN DIRI TERHADAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU MEMAAFKAN PADA REMAJA YANG MENGALAMI KELUARGA BROKEN HOME

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

PERBEDAAN FORGIVENESS DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PADA BUDAYA JAWA SKRIPSI. Oleh : TAHMIDIYAH GHUZAIROH NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

SHAKINA DEARASSATI PA07

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FORGIVENESS PADA ANAK YANG MENGALAMI KDRT OLEH AYAH TIRINYA. Nama : Noveria Yamita Eka Putri Npm :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. viii Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

PERBEDAAN TINGKAT MEMAAFKAN (FORGIVENESS) ANTARA SANTRI YANG HAFAL AL-QUR AN DENGAN SANTRI YANG TIDAK HAFAL AL-QUR AN DI MA HAD SUNAN AMPEL AL- ALY MALANG Ummu Rifa atin Mahmudah_11410009 Jurusan Psikologi-Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana setiap anak ingin untuk mempunyai banyak teman dan relasi dalam hidupnya. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebaya laki-laki maupun perempuan (Knoers, 2001: 261). Begitu pula dalam hubungan interaksi sosialnya pun anak di usia remaja akan mencari teman dan menjalin sebuah persahabatan. Dalam kehidupan sosial saat ini masih banyak sekali konflik yang terjadi terutama didunia remaja, tentunya mulai dari konflik yang ringan hingga konflik yang berat baik konflik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Tidak mungkin dalam kehidupan kita akan hidup sendiri tidak pernah berbuat kesalahan terhadap orang lain. Salah satu kehidupan sosial tersebut yaitu kehidupan di lingkungan pesantren. Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang memiliki ciri khas tersendiri dibanding dengan lembaga pendidikan lain. Dalam pesantren seorang remaja atau santri hidup jauh dengan orang tua, mereka harus hidup dengan orang lain, mereka juga dituntut harus mampu untuk beradaptasi dan juga berinteraksi dengan yang lain. Sehingga dari kehidupan di sekeliling santri memungkinkan banyak hal yang menjadikan santri tidak

luput dari suatu kesalahan, baik secara individu maupun kelompok. Dari hal tersebut akhirnya menjadikan sebuah konflik dan menimbulkan sebuah permasalahan. Hal ini terjadi pula pada santri tahfidzul qur an dan juga santri non tahfidzil qur an. Dalam kehidupan mereka tentunya banyak permasalahan yang menimbulkan konflik dalam diri mereka. Konflik yang mereka alami mengakibatkan munculnya rasa sakit hati, bahkan hingga dendam yang mengakibatkan mereka tidak mampu memaafkan satu sama lain. Konflik pada santri tersebut banyak terjadi dalam hal hubungan pertemanan dan persahabatan antar santri, baik perbuatan maupun perkataan, konflik ini terjadi akibat perbedaan pendapat, persaingan dan permusuhan. Berdasarkan masalah-masalah yang terjadi pada kehidupan santri tahfidzil qur an dan santri non tahfidzil qur an mengakibatkan munculnya dampak pada lingkungan santri diantaranya yaitu munculnya sakit hati, terjadinya pertengkaran, hilangnya kepercayaan antar individu, membalas dendam, saling mendiamkan, dan menjaga jarak dengan orang yang menyakiti. Menurut fakta-fakta yang terjadi menunjukkan bahwa kurang adanya sikap forgiveness dalam diri seorang santri baik yang tahfidzil qur an maupun non tahfidzil qur an. Untuk mengatasi masalah masalah yang terjadi dengan orang sekeliling kita dan dapat menjalin hubungan seperti yang sebelumnya maka di perlukan perilaku memaafkan. Memaafkan perubahan hal yang dirasakan oleh seseorang dari pelanggaran yang telah dilakukan oleh pelanggar, dari hal yang negatif menjadi lebih positif. Perubahan tersebut meliputi perubahan kognisi, emosi dan juga perilaku. Selain itu individu yang tidak bisa memaafkan bisa bersumber dari tiga hal diantaranya yaitu, berasal dari sendiri, orang lain maupun situasi yang tidak dapat dikontrol. Forgiveness ini dinamakan dengan pengampunan disposisional (Snyder dan Thompson, 2002 dalam Lopez dan Snyder, 2004: 289).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mc Cullough dan Worthingthon (1995) di lingkungan masyarakat modern, banyak terjadi konflik, banyaknya tingkat stress, perselisihan, kekerasan, kemarahan, namun hal ini bisa dicegah dengan memaafkan. Dari penelitian ini dibuktikan bahwa memaafkan dapat mencegah terjadinya masalah dan meningkatkan kesejahteraan. (dalam Paramitasari dan Alfian, 2012: 3). Oleh sebab itu memaafkan sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Berdasarkan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan santri tersenut membuat peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul penelitian Perbedaan Tingkat Memaafkan (Forgiveness) antara Santri yang Hafal Al-Qur an dengan Santri yang tidak Hafal Al-Qur an di Ma had Sunan Ampel Al- Aly Malang 2. Rumusan Masalah 1) Bagaimana Tingkat Memaafkan Santri yang hafal Al-Qur an di Ma had Sunan Ampel Al- Aly Malang? 2) Bagaimana Tingkat Memaafkan Santri yang tidak hafal Al-Qur an di Ma had Sunan Ampel Al- Aly Malang? 3) Adakah Perbedaan Tingkat Memaafkan antara Santri yang hafal Al-Qur an dengan Santri yang tidak Hafal Al-Qur an di Ma had Sunan Ampel Al- Aly Malang? 3. Tujuan 1) Untuk Mengetahui Tingkat Memaafkan Santri yang hafal Al-Qur an di Ma had Sunan Ampel Al- Aly Malang. 2) Untuk Mengetahui Tingkat Memaafkan Santri yang tidak hafal Al-Qur an di Ma had Sunan Ampel Al- Aly Malang. 3) Untuk Mengetahui Perbedaan Tingkat Memaafkan antara Santri yang hafal Al-Qur an dengan Santri yang tidak hafal Al-Qur an di Ma had Sunan Ampel Al- Aly Malang.

4. Tujuan 1) Manfaat Teoritis Dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas terhadap kajian ilmu psikologi dan islam dalam penerapan kehidupan sehari-hari, dan juga mampu memberikan kontribusi pada pengetahuan tentang teori psikologi. 2) Manfaat Praktis Mampu dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran selama di pesantren terhadap tingkah laku santri dalam kehidupan sehari-hari dengan pembelajaran yang telah dilakukan dan juga internalisasi nilai-nilai yang telah didapatkan selama memahami dan menghafalkan alqur an serta kehidupan dalam lingkungan pesantren. B. KAJIAN PUSTAKA 1. Memaafkan (Forgiveness) Memaafkan atau forgiveness merupakan hal yang bagi sebagian orang adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Adapun ada beberapa ahli mengemukakan tentang definisi forgiveness. Menurut Enright (2001 dalam Philip, [n.d]: 1) menyatakan bahwa pada dasarnya memaafkan merupakan sikap yang diberikan oleh orang yang tersakiti untuk tidak melakukan balas dendam dan melampiaskan kemarahan yang dirasakan kepada orang yang menyakiti, namun lebih memberikan kemurahan hati, kasih sayang, cinta dan berperilaku baik kepada orang tersebut. Sedangkan Snyder dan Yamhure Thompson mendefinisikan bahwa memaafkan merupakan perubahan hal yang negatif menjadi netral atau positif yang dirasakan oleh seseorang kepada pelanggar, pelanggaran maupun gejala-gejala sisa dari pelanggaran

yang pernah dirasakan oleh seseorang. Perubahan negatif menjadi positif ini mencakup perubahan secara kognisi, emosi dan perilaku (Lopez dan Snyder, 2004: 302) Tidak berbeda dengan yang lain McCullough (1997) menyampaikan bahwa memaafkan dapat dijadikan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang menjadi tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk menjauhi atau menjaga jarak, serta meningkatkan dorongan untuk berdamai dan berperilaku baik terhadap orang yang bersalah (Mc Cullough, Worthington, Rachal, 1997: 321). Dari kedua tokoh ini dapat disimpulkan bahwa memaafkan dapat dijadikan sebuah cara untuk memperbaiki hubungan dengan orang lain, dan lebih mengarah untuk berbuat baik terhadap orang yang bersalah. Aspek-aspek yang mendasari forgiveness ini yang di ambil dari definisi yang dikemukakan oleh Mc Cullough dkk (1998) bahwa forgiveness merupakan proses perubahan tiga dorongan dalam diri individu terhadap transgrensor. Tiga dorongan tersebut adalah avoidance motivations, revenge motivations, benevolence motivation. (Mc Cullough dkk, 1998: 1587). Sedangkan menurut Menurut Snyder dan Thompson, ketika seseorang dapat memaafkan akan terbebas dari dua hal yang menjadi aspek dari memaafkan yaitu : a) Perubahan valensi keterikatan yang ada dalam diri individu dengan individu lain,berubah dari negatif menjadi netral atau positif. Pada dimensi ini perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut meliputi perubahan kognisi, perubahan emosi dan perubahan perilaku. b) Sebuah kombinasi perubahan serta melemahnya valensi yang ada dalam diri individu. Melemahnya valensi dalam diri individu ini diartikan bahwa seseorang tidak lagi merasakan keterikatan yang sangat kuat dengan pelanggar seperti yang terjadi

pada saat kejadian. Hal ini dapat diartikan bahwa berkurangnya rasa sakit hati yang dialami oleh seseorang terhadap pelanggar berdasarkan dengan waktu yang telah berlalu. Hal ini tidak berarti melupakan apa yang terjadi namun tidak lagi merasakan hubungan negatif yang kuat kepada seseorang maupun kejadian ( Lopez dan Snyder, 2004: 302). Menurut Robert Enright dan Fitzgibbons s (2000) fase yang harus dilewati dalam proses memaafkan diantaranya yaitu (dalam Philip, [n.d]: 2-4): Fase pembukaan (Uncovering Phase), Fase pengambilan keputusan (Decision phase), (3) Fase tindakan (Work Phase), Fase pendalaman (Deepening phase). Dari fase-fase yang dilalui oleh korban ini akan menjadikan individu mampu untuk memaafkan setelah mengalami empat tahap dalam proses memaafkan ini. Dengan proses memaafkan yang terjadi dalam individu dapat merubah kembali hubungan yang kurang membaik menjadi baik, dapat meningkatkan emosi positif dalam diri individu. Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi forgiveness adalah Empati dan Perspektif taking, Perenungan (rumination) dan penekanan (Suppression), Tingkat kedekatan, komitmen dan kepuasan dalam sebuah hubungan, Permintaan maaf. (Mc Cullough : 2000: 48). C. METODE PENELITIAN 1. Variabel Penelitian Variabel bebas Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Santri yang hafal Alqur an dan santri yang tidak hafal al-qur an di Ma had Sunan Ampel Al- aly.variabel dependen (terikat dalam penelitian ini adalah forgiveness.

2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasantri yang tinggal di Ma had Sunan Ampel Al- Aly Malang yang terdiri dari mahasantri regular dan mahasantri yang mengikuti program tahfidzil qur an di Hai ah Tahfidzil Qur an dengan total jumlah keseluruhan populasi adalah 1570 orang. Sedangkan Sampelnya adalah mengambil sampel 15% dari jumlah populasi mahasantri yang hafal al-qur an yaitu 42 subjek. Dan 42 subjek dari mahasantri yang tidak hafal Al-qur an karena menyamakan dengan jumlah subjek santri penghafal al-qur an. Dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui tingkat memaafkan seseorang menggunakan adaptasi skala Heartland Forgiveness Scale (HFS) yang dikemukakan oleh Yamhure Thompson. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian adalah dengan menggunakan analisis Uji-t. Analisis data ini digunakan untuk mengetahui perbandingan rata-rata antara sampel yang pertama dengan sampel kedua. Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti menggunakan bantuan program IBM SPSS 20.00 for windows. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Berdasarkan analisis data yang digunakan untuk mengetahui perbedaan tingkat memaafkan antara santri yang hafal al-qur an dengan santri yang tidak hafal al-qur an

didapatkan mean 111 untuk santri yang hafal al-qur an dan mean untuk santri yang tidak hafal al-qur an adalah 104.98 dengan mean difference 6.024. Dan setelah dilakukan uji t di peroleh nilai F = 2.419 dan sig (p) 0.030 hal ini dapat diketahui bahwa nilai p kurang dari 0.05, t = 2.209 maka hal ini menyatakan bahwa H 0 ditolak dan H a diterima. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat memaafkan antara santri yang hafal al-qur an dengan santri yang tidak hafal Al-qur an, di Ma had Sunan Ampel Al- Aly. 2. Pembahasan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat memaafkan santri diketahui terdapat perbedaan anatara santri yang hafal al-qur an dengan santri yang tidak hafal al-qur an. Hal ini ditunjukkan dengan nilai df sebesar 82, dan nilai signifikansi (p) adalah 0.030 < 0.05 dan mean yang di dapatkan 104.98 untuk santri yang hafal al-qur an sedangkan mean untuk santri yang tidak hafal al-qur an adalah 111 dengan perbedaan rata-rata atau mean difference 6.024. dari data ini dapat dikatakan bahwa H 0 di terima. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan tingkat memaafkan antara santri yang hafal alqur an dengan santri yang tidak hafal al-qur an di Ma had Sunan Ampel Al- Aly. Perbedaan ini bisa terjadi karena santri yang hafal al-qur an lebih pemaaf karena sudah terinternalisasi nilai-nilai alqur an dalam diri dan juga bagaimana cara berinteraksi pada yang lain dan pada santri yang tidak hafal al-qur an dipengaruhi oleh faktor faktor yang terdapat dalam diri santri termasuk empati dan juga kepribadian yang dimiliki oleh santri. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Chairani dan Subandi (2003) pada dasarnya dalam diri seorang santri penghafal al-qur an terdapat karakteristik-karakteristik kepribadian yang positif yang tertanam dalam dirinya pada saat proses penghafalan alqur an. Adapun karakteristik pribadi positif yang terdapat dalam diri seorang penghafal alqur an yaitu ikhlas, opttimis, berpikir positif, sabar, bersungguh-sungguh dan tekun, tidak

mudah putus asa, tidak sombong serta tawakkal. Dari karakter-karakter positif yang terdapat dalam diri ini dapat menentukan perilaku sehari-hari santri dalam bersosialisasi dan juga menghadapi masalah yang terjadi, dengan orang lain dengan cara yang positif pula. Selain itu menurut Mc Cullough (2000) banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi tingkat memaafkan seseorang diantaranya yaitu empati, perspektif taking, perenungan dan penekanan, kepribadian, permohonan maaf dari orang yang menyakiti, tingkat kelekatan, komitmen dan kepuasan dalam persahabatan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Mc Cullough dkk (2001) (dalam Wardhati dan Fathurrahman, [n.d]: 7) yang menyatakan bahwa kepribadian yang dimiliki oleh seorang dapat mempengaruhi proses pemaafan seseorang. Jika individu memiliki kepribadian yang baik dengan menunjukkan ciri kepribadian ekstrovert seperti sikap jujur, empatik, bersifat sosial maka akan mempermudah individu dalam memaafkan seseorang dan bersosialisasi dengan yang lain. Begitu pula sebaliknya jika individu yang memiliki ciri kepribadian seperti pendendam, menyendiri, pemalu, maka akan mempersulit diri pula dalam hubungan interaksi dengan orang lain. E. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis uji t tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat memaafkan santri yang hafal al-qur an lebih tinggi dari pada tingkat memaafkan santri yang tidak hafal al-qur an. Hal ini di tunjukkan dengan perhitungan yang didapatkan mean 111 untuk santri yang hafal al-qur an dan mean untuk santri yang tidak hafal al-qur an adalah 104.98 dengan mean difference 6.024. Dan setelah dilakukan uji t di peroleh nilai F = 2.419 dan sig (p) 0.030 hal ini dapat diketahui bahwa nilai p kurangdari 0.05, t = 2.209 maka hal ini menyatakan bahwa H 0 ditolak dan H a diterima. Dari data tersebut dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan tingkat memaafkan antara santri yang hafal al-qur an dengan santri yang tidak hafal Al-qur an, di Ma had Sunan Ampel Al- Aly. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan santri baik yang hafal al-qur an maupun yang tidak hafal al-qur an perlu untuk mempertahankan sifat memaafkan yang ada pada diri, namun harus lebih meningkatkan memaafkan agar mampu memaafkan secara keseluruhan tidak hanya memaafkan secara verbal, akan tetapi ditunjukkan dengan perilaku. Dan untuk Ma had diharapkan dapat dijadikan sebuah ladang kebaikan menumbuhkan dan meningkatkan memaafkan pada diri santri dan memfasilitasi dengan memperjelas keterangan dalam kajian-kajian pada saat ta lim afkar agar lebih tertanam nilai-nilai memaafkan pada diri santri. DAFTAR PUSTAKA Chairani, Lisya dan Subandi. (2010). Psikologi Santri Penghafal Al-qur an; Peranan Regulasi Diri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wardhati, Latifah Tri dan Fathurrachman. (n. d). Psikologi Pemaafan. Yogyakarta : UGM Mc Cullough, Michael E. (2000). Forgiveness as human strength; theory, measurement, and links to well being. Journal of Social and Children Psychology, Vol 19, No.1 pp.43-55 Lopez, Shane. J. & C.R. Snyder. (2004) Positive Psychological Asessment A Handbooks of Models and Measures. Washington: American Psychological Association. Mc Cullough, M.E Worthington E. L Rachal, K.C. (1997). Interpersonal forgiving in close relationship. Journal of personality and social psychology,73, (2) 321-336. Sutton, Philip M. (n.d). The Enright Process Model of Psychological Forgiveness.Summary