PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pranata pembangunan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam. pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu tindakan (action) yang diambil oleh suatu

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered), diharapkan mampu mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dan mandiri dalam aktivitas belajarnya atau siswa diharapkan mampu mengakses segala sumber pengetahuan yang ada. Metode Student Centered Learning (SCL) ini hadir sebagai antitesis atas metode konvensional (teacher centered) yang kental dengan suasana instruksional dan dirasa kurang sesuai dengan dinamika perkembangan iptek yang demikian pesat.dalam konteks ini, metode SCL masih mengalami penyesuaian ataupun transisi dalam penerapannya di masing masing sekolah. Dampaknya muncul problem, mengapa SCL yang berjalan saat ini belum sesuai yang diharapkan? Bahkan muncul asumsi dari sejumlah siswa, bahwa prestasi akademik mereka terpengaruh salah satunya adalah diadakannya sistem tsb. Di sekolah sekolah sebagian besar metode dan suasana pembelajaran yang digunakan oleh guru tampaknya lebih banyak menghambat dari pada memotivasi potensi otak. Sebagai contoh seorang siswa hanya disiapkan sebagai seorang anak yang harus mau mendengarkan, mau menerima seluruh informasi 1

2 dan mentaati segala perlakuan gurunya. Siswa mempelajari materi pembelajaran yang tidak interaktif dengan kehidupan sehari hari. Keberhasilan Penyelenggaraan pendidikan formal secara umum dapat diindikasikan apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran dengan menggunakan tes dan non tes. Proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan terencana dengan baik suapaya dapat diterima untuk memenuhi:(a) kebutuhan masyarakat setempat dan masyarakat global, (b) mempersiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan dunia global, dan (c) sebagai proses untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. (Trianto, 2010:5). Dengan demikian, pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peseta didik, agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali potensi dan kebenaran secara ilmiah. Dalam kerangka inilah perlunya perubahan paradigma (pola pikir) guru, agar mereka mampu menjadi fasilitator dan mitra belajar bagi siswanya. Dalam konteks pendidikan ada tiga hal utama yang perlu disoroti, yaitu perbaikan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektivitas metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan dan mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan dan secara khusus harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi harus dilatih menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (Fasilitate Of Learning) kepada seluruh siswa, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan

3 berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Rasa gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal dasar bagi siswa untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia biasa yang siap beradaptasi menghadapi bergagai kemungkinan dalam memasuki era globalisasi yang penuh dengan berbagai tantangan. ( Supardi, 2009). Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasarr Negera Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta beratanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Keberhasilan Penyelenggaraan pendidikan formal secara umum dapat diindikasikan apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran dengan menggunakan tes dan non tes. Proses pembelajarn akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan terencana dengan baik suapaya dapat diterima untuk memenuhi:(a) kebutuhan masyarakat setempat dan masyarakat global, (b) mempersiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan dunia global, dan (c) sebagai proses untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. (Trianto, 2010:5). Dalam pendidikan ada tiga hal utama yang perlu disoroti, yaitu perbaikan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektivitas metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan

4 responsif terhadap dinamika sosial, relevan dan mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan dan secara khusus harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa. Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa siswa akan mudah memahami konsep konsep yang sulit apabila disertai dengan contoh contoh yang kongkrit, contoh contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mempraktikkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda yang benar benar nyata. Menurut Asrori (2007:184) ada sejumlah indikator untuk mengetahui siswa yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah : (1) memiliki gairah yang tinggi, (2) penuh semangat, (3) memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi, (4) mampu jalan sendiri ketika guru meminta siswa mengerjakan sesuatu, (5) memiliki rasa percaya diri, (6) memiliki daya konsentrasi yang tinggi, (7) kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus di atasi, dan (8) memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi. Fondasi utama pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah konstruktivisme. Bertitik tolak pada preposisipreposisi konstruktivisme sebagai model pembelajaran dikembangkan, yakni

5 model pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran berbasis masalah. (Suprijono, 2010:78). Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsusr unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif (Lie, 2010:29). Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar pembelajaran kooperatif adalah agar siswa dapat belajar secara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan mereka secara berkelompok. (Isjoni, 2010:33). Dalam hal ini peneliti menerapkan model pembelajaran Investigasi Kelompok dalam pembelajaran fisika karena mata pelajaran fisika adalah pelajaran yang membutuhkan pemahaman tentang konsep konsep yang mendasar dimana dalam Investigasi Kelompok ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok. Siswa yang tidak tertarik atau benci terhadap fisika, biasanya kurang berminat untuk belajar fisika dan kurang memperhatikan penjelasan guru mengenai pengertian fisika yang baru. Mereka bahkan tidak mau mendengarkan gurunya menjelaskan fisika. Mereka juga tidak mau mempelajari sendiri bahan bahan fisika dari buku dengan sungguh

6 sungguh. Akibatnya, mereka akan lebih mudah salah menangkap dan membentuk miskonsepsi.seorang siswa yang tidak berminat, bila salah menangkap suatu bahan, sering kali juga tidak berminat untuk mencari mana yang benar dan mengubah konsep yang salah.akibatnya, ia akan semakin menumpuk kesalahan untuk bahan bahan yang dibangun berdasarkan miskonsepsi ini. ( Suparno, 2005:41 42). Menurut Isjoni (2010:87) dalam pembelajaran cooperative learning model Group Investigation ini, interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang baru. Dalam pembelajaran inilah kooperatif memainkan peranannya dalam memberi kebebasan kepada pembelajar untuk berfikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif. Pola pengajaran ini akan menciptakan pembelajaran yang diinginkan, karena siswa sebagai objek pembelajar ikut terlibat penentuan pembelajaran. Karakter kelas X SMA Negeri 3 Klaten sendiri pada umumnya dalam pembelajaran fisika siswa kurang berminat sehingga hasil belajar yang dicapai belum optimal. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyak siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran dan siswa kurang konsentrasi dalam menerima materi pelajaran. Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran fisika kelas X SMA Negeri 3 Klaten dengan menggunakan model kooperatif tipe Investigasi. Dalam kegiatan belajar mengajar guru tidak hanya menyampaikan konsep dan teori saja tetapi juga menekankan pada bagaimana caranya agar siswa dapat memperoleh konsep dan teori tersebut. Penggunaan metode kooperatif tipe Investigasi dapat memudahkan siswa memperoleh konsep dan

7 teori. Karena dengan penggunaan metode kooperatif tipe Investigasi siswa dilatih untuk mengamati, mengelompokkan, menaksirkan, meneliti, dan kemudian mengkomunikasikan. Metoda Kooperatif tipe Investigasi tidak akan dapat di implementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas. Komunikasi dan interaksi kooperatif di antara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, dimana pertukaran di antara teman sekelas dan sikap sikap kooperatif bisa terus bertahan. Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran intelektualnya,dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumbersumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar. (Slavin, 2009:215). Menurut Jarolimek dan Parker (1993) mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran Group Investigation adalah : (1) saling ketergantungan yang positif, (2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, (3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, (4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, (5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan (6) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. (Isjoni, 2010 : 36).

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Investigasi dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran fisika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Klaten tahun 2011? 2. Apakah dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Investigasi dapat meningkatkan kualitas output belajar fisika pada siswa kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Klaten tahun 2011? C. Tujuan Penelitian Menurut Grundy dan Kemmis (1982) tujuan Penelitian Tindakan Kelas meliputi 3 hal, yaitu peningkatan praktik, pengembangan profesional dan peningkatan situasi tempat praktik berlangsung ( Sanjaya, 2009:30 31). Penelitian tentang peningkatan kualitas pembelajaran fisika melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Bagi Siswa Kelas X Semester 2 SMA Negeri 3 Klaten Tahun 2011 bertujuan : 1. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran fisika siswa kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Klaten tahun 2011. 2. Untuk meningkatkan kualitas outputl belajar siswa kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Klaten tahun 2011.

9 D. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, manfaat yang diharapkan adalah: 1. Bagi guru, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam menyusun dan mengembangkan pengajaran fisika yang berorientasi pada pendekatan kooper f. 2. Bagi siswa, sebagai upaya untuk dapat meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan pemahaman serta peran aktif siswaa dalam kelas. 3. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya untuk perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran. E. Daftar Istilah Penegasan istilah dalam tesis ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul tesis dan memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Pembelajaran Kooperatif Kualitas Proses Pembelajaran Investigasi Kelompok : suatu pembelajaran teman sebaya dimana siswa bekerja dalam kelompok yang mempunyai tanggung jawab individual maupun kelompok terhadap ketuntasan tugas-tugas : Interaksi komponen-komponen belajar mengajar dalam lingkungan belajar yang baik atau bermutu sehingga tercapai nilai tambah berbagai kompetensi, keterampilan, sikap serta pemahaman terhadap informasi dan pengalaman yang baik atau bermutu. : Investigasi kelompok merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil, yaitu siswa bekerja menggunakan inkuiri kooperatif, perencanaan kooperatif, dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas.