PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. American Heart Association, 2014; Stroke forum, 2015). Secara global, 15 juta

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penyakit kardiovaskuler pada tahun 1998 di Amerika Serikat. (data dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

Diabetes Mellitus Type II

BAB.I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

Perbedaan Angka Kejadian Hipertensi antara Pria dan Wanita Penderita Diabetes Mellitus Berusia 45 Tahun

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Penelitian. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Definisi Diabetes Melitus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menjadi 7.7 % pada tahun 2030 ( Deshpande et al., 2008 ; Ramachandran et

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

menyerupai fenomena gunung es. Penelitian ini dilakukan pada subjek wanita karena beberapa penelitian menyebutkan bahwa wanita memiliki risiko lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) berdasarkan American Diabetes

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Prevalensi penyakit diabetes mellitus terus meningkat tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

Transkripsi:

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Diajukan Oleh: Pramaswida Mahastry Adhita J 5000 600 17 Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Berdasarkan laporan Centers for Disease Control and Prevention pada tahun 2007, diabetes melitus (DM) adalah kelompok penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang diakibatkan oleh defek pada produksi hormon insulin, kerja hormon insulin, atau keduanya. Hormon insulin berfungsi untuk mengatur keseimbangan kadar gula dalam darah. Sebagai akibat dari gangguan produksi atau fungsi hormon insulin, akan terjadi kenaikan kadar gula darah diatas batas normal (Yunir, 2007). Hiperglikemia atau peningkatan kadar gula dalam darah merupakan efek yang biasa terjadi pada DM tidak terkontrol dan apabila hal ini bertahan dalam waktu yang lama, akan memicu terjadinya kerusakan serius beberapa sistem organ, khususnya saraf dan pembuluh darah (WHO, 2008). Menurut Permana pada tahun 2007, kadar gula darah yang tinggi dan terus menerus dapat menyebabkan suatu keadaan gangguan pada berbagai organ tubuh. Akibat keracunan yang menetap ini, timbul perubahan-perubahan pada organ-organ tubuh sehingga timbul berbagai komplikasi. Jadi komplikasi umumnya timbul pada semua penderita baik dalam derajat ringan atau berat setelah penyakit berjalan 10-15 tahun. DM sendiri merupakan penyakit kronis yang akan diderita seumur hidup sehingga progresifitas penyakit akan terus berjalan, pada suatu saat dapat menimbulkan komplikasi. Diabetes biasanya berjalan lambat dengan gejala-gejala yang ringan sampai berat, bahkan dapat menyebabkan kematian akibat baik komplikasi akut maupun kronis. Kalau ditinjau lebih dalam lagi, ternyata hiperglikemia ini merupakan awal bencana bagi penderita DM, hal ini terbukti dan terjadi juga pada penderita dengan gangguan toleransi glukosa yang sudah terjadi kelainan komplikasi vaskuler, walaupun belum terjadi DM. Resistensi insulin, hiperinsulinemia, toleransi glukosa yang lemah meningkatkan kadar trigliserid plasma dan menurunkan kadar kolesterol berdensitas tinggi yang dihubungkan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner. Atas dasar pertimbangan ini, hal tersebut meningkatkan kemungkinan bahwa resistensi insulin dan hiperinsulinemia

terlibat dalam etiologi dan jalur klinis dari tiga penyakit besar yang berhubungan, yaitu DM tipe 2, hipertensi, dan penyakit jantung koroner (Asdie, 1993). Telah terbukti bahwa komplikasi kronis pada DM umumnya terjadi akibat gangguan pembuluh darah (angiopati) dan kelainan pada saraf (neuropati) (Mosjab et a, 2008). Hiperglikemia juga dihubungkan dengan kelainan disfungsi endotel, sebagai cikal bakal terjadinya mikro maupu makroangiopati. (Permana, 2007). Menurut Rindiastuti pada tahun 2009, hipertensi merupakan suatu tanda telah adanya komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler pada DM. Frekuensi hipertensi pada orang dengan DM dua kali dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes (Sowers et al, 2001). Pasien-pasien DM tipe II sering mempunyai tekanan darah lebih tinggi atau sama dengan 150/90 mmhg. Beberapa penelitian klinik menunjukkan hubungan erat tekanan darah dengan kejadian serta mortalitas kardiovaskuler, progresifitas nefropati, dan retinopati (Rindiastuti, 2009). Sampai saat ini penyebab kematian dan komplikasi penyakit DM terbanyak di Indonesia adalah penyakit kardiovaskuler (Mosjab, et al. 2008). Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian yang utama pada seseorang dengan diabetes, dan yang disertai oleh beberapa faktor termasuk hipertensi yang mempunyai peran pada tingginya prevalensi penyakit kardiovaskuler (Sowers et al, 2001). Diabetes bekaitan erat dengan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler yang lebih besar pada wanita dibandingkan pria (Sowers et al, 2001). The 1971-2000 National Health and Nutrition Examination Surveys (NHES) dan data statistik vital memaparkan bahwa selama periode ini, angka kematian pria dengan diabetes mengalami penurunan. Sedangkan angka kejadian kematian pada wanita tidak mengalami perubahaan. Diantara tahun 1971 sampai 1986 dan tahun 1988 sampai 2000, dari semua kematian akibat penyakit kardiovaskuler, pria dengan DM mengalami penurunan angka kematian sebesar 43%, dari 42,6 menjadi 24,4 per 1000 orang tiap tahun. Sedangkan pada wanita dengan Diabetes, kematian akibat penyakit kardiovaskuler mengalami sedikit penurunan angka kematian dari 10,5 menjadi 9,4 per 1000 orang tiap tahunnya (Gregg, 2007). Pada tahun 2001, Koh et al menyebutkan bahwa terdapat data epidemiologi yang memaparkan bahwa wanita dengan diabetes mempunyai resiko penyakit

kardiovaskuler yang tinggi dibandingkan dengan pria penderita DM. Dalam penelitian yang melibatkan 658 pasien Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) ditemukan hipertensi pada 26,3% pada pria dan 32,6% pada wanita (Kumar, 1996). Pada tahun 1993, Lehler, Rabin, Kalir, dan Schachter menyatakan bahwa prevalensi hipertensi pada pria dan wanita berbeda dan tergantung umur. Pada subyek dengan umur 25 54 tahun, hipertensi lebih sering terjadi pada pria. Tetapi pada subyek dengan umur lebih dari 54 tahun, hipertensi lebih sering terjadi pada wanita (Monroe, 2007). Menurut Anggraini et al (2009), hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun. Menurut Yusnidar (2007), batasan umur 45 merupakan batas usia perimenopause/menopause pada wanita. Perempuan yang sudah mati haid lebih berisiko terhadap penyakit kardiovaskuler karena tingkat estrogennya menurun (Monroe, 2007). Menurut Koh, et al (2001), pada diabetes, hiperglikemia mengurangi kemampuan estrogen untuk menstimulasi produksi nitrit oksida (NO) sel endotel pembuluh darah. Setiabudy et al (2005) menyatakan bahwa disfungsi endotel pada hipertensi disebabkan oleh penurunan availabilitas NO. Disfungsi endotel mungkin mempunyai peran dalam perkembangan dan manifestasi klinis aterosklerosis. Aterosklerosis, atau dapat diartikan sebagai timbunan karang dan hilangnya kelenturan pembuluh darah. Aterosklerosis koroner berdampak pada pembuluh darah yang membawa darah menuju jantung, dan dapat memicu serangan jantung, sementara aterosklerosis karotid koroner berdampak pada pembuluh darah yang membawa darah ke otak dan dapat memicu stroke (Mangili et al, 2007).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas serta mengingat buruknya risiko hipertensi yang dapat ditimbulkan pada penderita DM dalam kaitannya dengan jenis kelamin sebagai salah satu faktor yang berpengaruh, maka perlu diteliti lebih lanjut perbedaan angka kejadian hipertensi antara pria dan wanita pada penderita diabetes melitus 45 tahun. A. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan angka kejadian hipertensi antara pria dan wanita pada penderita DM berusia 45 tahun? B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan angka kejadian hipertensi antara pria dan wanita pada penderita DM 45 tahun. C. MANFAAT PENELITAN Manfaat teoritis, yaitu sebagai referensi bagi peneliti lain tentang perbedaan angka kejadian hipertensi pada diabetes melitus. Manfaat praktis penelitaan ini adalah: 1. Manfaat bagi peneliti a. Mengenali lebih jauh dan menaksir besarnya pengaruh jenis kelamin penderita DM dengan hipertensi khususnya pada usia 45 tahun atau lebih. b. Peneliti mampu meningkatkan pengetahuan tentang metodologi penelitian dan aplikasinya di lapangan. 2. Manfaat bagi pemerintah dan instansi terkait Dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam menentukan langkah kebijaksanaan dalam pelayanan kesehatan. Sehingga didapatkan: a. Pencegahan tehadap terjadinya hipertensi dan penanggulangan akan terjadinya penyakit lanjutan pada penderita hipertensi. b. Penanganan yang tepat terhadap DM dan komplikasinya pada usia 45 tahun atau lebih sebagai faktor resiko DM.

3. Manfaat bagi masyarakat a. Menambah pengertian tentang komplikasi kronik, bahaya dan faktor pemburuk DM sehingga dapat menghindari terjadinya hipertensi terutama dalam kaitannya dengan DM. b. Masyarakat menjadi sadar akan bahaya hipertensi terutama dalam keterkaitannya dengan DM serta prognosisnya pada pria dan wanita khususnya bagi usia 45 tahun atau lebih.