BAB II ESTETIKA DAN MOTIF BUNGA DALAM KAJIAN LITERATUR

dokumen-dokumen yang mirip
juga sangat mendukung sekali untuk terciptanya sebuah produk alas kaki yang indah dan menarik (wawancara dengan H. Otang Suherman, 10 Oktober 2012).

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Muhamad Irdan Rusyaman, 2013

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

BAB I PENDAHULUAN. Tasikmalaya merupakan kota yang terletak di selatan Jawa Barat. Sejarah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PAYUNG GEULIS KHAS TASIKMALAYA. 2.1 Sejarah Singkat Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul Taman dan Galeri Kota Tasikmalaya

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah industri kerajinan bordir. Persaingan di dunia perusahaan bordir di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Benda keramik sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari hari, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memacu pertumbuhan di berbagai sendi kehidupan seperti bidang ekonomi,

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang mewujud dalam bentuk keahlian tertentu

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki arti penting dalam bidang pertanian karena letaknya yang strategis.

BAB I PENDAHULUAN. tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

2015 TARIAN PAYUNG GEULIS DALAM SENI MARAWIS KELOMPOK CINTAPADA KEC.CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. PENUTUP. A. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

Kerajinan Fungsi Hias

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

BAB III METODE PENCIPTAAN

PELATIHAN MEMBUAT RAGAM HIAS KERAJINAN KERAMIK DI DESA SANDI KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Kecamatan Medan Marelan ada suatu Usaha Mikro Kecil dan

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan paparan pendahuluan yang menunjukkan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. seperti pakaian dan alat-alat rumah tangga. Namun seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kesenian dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II. Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB II. KONSEP PENCIPTAAN. kaki yang lainnya ( Dimana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

sebuah kursi, sikap berdiri ketika didepan lemari, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. pendukung karya ( Van De Ven, 1995:102 ) seperti figure manusia, tokoh

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR...

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 90 TAHUN 2012

PENDALAMAN MATERI SENI RUPA (wawasan seni dan budaya)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR NASIONAL STANDARISASI 2014 JAKARTA, 12 NOVEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

Transkripsi:

BAB II ESTETIKA DAN MOTIF BUNGA DALAM KAJIAN LITERATUR II.1 Estetika Estetika dalam pandangan Feldman merupakan ilmu pengetahuan pengamatan atau ilmu pengetahuan inderawi yang mengacu pada kesan-kesan inderawi, menyandingkan estetika dengan teori cita rasa yang mengacu pada tradisi empiris dan pandangan platonis dan neoplatonis (Feldman,1967). Estetika berhubungan dengan tradisi atau kebudayaan sehingga dalam berkesenian berisi tentang nilai-nilai, pedoman, gagasan-gagasan, dan kepercayaan atau keyakinan tentang berkesenian. hal tersebut menjadi dasar dalam berkesenian maka konsep tentang estetika dipengaruhi oleh keadaan, kebudayaan, dan peradaban yang berlaku di suatu tempat. II.1.1 Teori Estetika Edmund Burke Feldman Berdasarakan teori Estetik dari Edmund Feldman, ada empat langkah dalam proses analisa yaitu: 1. deskripsi 2. analisis formal 3. interpretasi 4. Hipotesa/penilaian Namun dalam kajian ini penulis hanya menggunakan 2 tahapan analisa karena penulis mengkaji motif bunga mawar pada kelom geulis tidak sampai ketahap pemaknaan. Hal ini dilakukan karena penulis mengikuti fenomena saat ini dimana perajin kelom geulis di Tasikmalaya dalam menggunakan ataupun menggambarkan motif bunga sudah terlepas dari penggunaan makna. Sehingga motif bunga yang digunakan tidak bermakna, hanya sebagai unsur estetis saja. 11

1. Deskripsi Pada tahap pertama ini, apresiasi dilakukan dengan memberi gambaran nyata tentang sesuatu yaitu berdasarkan apa yang dilihat. Gambaran berdasarkan apa yang dilihat termasuk elemen sensori seperti warna, garis, bentuk dan ruang atau dengan kata lain penekanan diberikan kepada unsur seni, ciri-ciri. Penekanan diberikan kepada asas seni reka Kritikus perlu mengidentifikasi karakteristik fisik karya seperti gambar dan bentuk pada karya seni tampak Elemen dasar seni reka dinilai dan dikupas Pengamatan tentang gambar benda, subjek penelitian dan penggunaan unsur-unsur seni dinilai dengan mendalam Kritik deskripsi dapat dijadikan panduan dan referensi serta membantu pengkarya. Melihat pada gaya karya, misalnya gaya realistic, suruelistik dan lain-lain. 2. Analisis Formal Adalah penelitian atau penguraian seperti masalah dan kondisi untuk mengetahui berbagai aspek komposisi yang digunakan secara rinci dan mendalam, ciri-ciri : Pengkrikitik perlu menganalisis komposisi yang digunakan dalam sebuah karya, Menganalisis secara rinci untuk mengetahui bagaimana prinsip-prinsip seni digunakan dan dihubungkan dengan proses dan teknik, gambar atau bentuk, isi dan makna serta bentuk dan ruang dan mencari hubungan persoalan ide dan perasaan mendalam sebuah karya. 12

Misalnya, fokus dan penegasan citra keseimbangan antara ruang dan warna Kesesuaian objek dalam objek Kontra dan gambar II.1.2 Hubungan Antara Estetika Dan Kebudayaan Feldman mengacu dari pendapat Hope M. Smith bahwa In essence, aesthetics is philosophy of the beautiful, the science of beauty and taste, keindahan tidak terlepas dari kebudayaan, karena kebudayaan merupakan penentu corak, typical, gaya hidup suatu kelompok masyarakat sebagai pendukung kebudayaan tersebut. Di sisi lain manusia sebagai makhluk multidimensi mempunyai peran untuk mencipta dan mengamati suatu karya seni sesuai dengan cita rasanya. Kebudayaan secara hakiki mempunyai pengertian sebagai keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-nilai yang isinya berupa sistem-sistem makna atau sistem-sistem simbol. Di dalam suatu kebudayaan mengandung unsur-unsur seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan (termasuk agama) dan nilai-nilai (etika dan estetika). Keberadaan kebudayan itu telah di dukung oleh manusia, maka dengan sendirinya manusia tidak dapat terlepas dari kebudayaan tersebut, karena budaya merupakan wujud/ ekspresi dari eksistensi manusia. II.2 Kelom Geulis Tasikmalaya Kota Tasikmalaya merupakan kota yang subur dan kaya akan kekayaan alamnya, banyak jenis tumbuhan yang tumbuh subur di kota Tasikmalaya. Tidak hanya pohon-pohon yang tinggi seperti halnya pohon Albasia dan mahoni, di Tasikmalaya juga tumbuh subur berbagai jenis bunga seperti halnya bunga mawar/ros yang tersebar hampir diseluruh daerah Tasikmalaya. Kekayaan alam yang berlimpah ini, banyak yang dimanfaatkan oleh masyarakat Tasikmalaya guna menunjang kehidupannya diantaranya sebagai pendukung dalam kegiatan industri. Tasikmalaya terkenal dengan industri kerajinan rakyat yang banyak memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam 13

diantaranya, tikar, anyaman bambu dan rotan, bordir, kelom geulis, dan payung geulis. Hasil kerajinan Tasikmalaya memiliki nilai seni yang menunjang perolehan pendapatan daerah, seperti tertuang dalam Rencana Strategi Tasikmalaya, bahwa jumlah kontribusi industri kerajinan terhadap Pendapatan Daerah Bruto (PDB) hanya 8,27 %, namun keberadaannya sangat strategis karena mampu menyerap tenaga kerja sebesar 208.626 orang (Rencana Strategis Tasikmalaya : 2012-2013) Kelom geulis Tasikmalaya merupakan industri rumahan yang pada awalnya hanya dikerjakan oleh anggota keluarga, karena mayoritas masyarakat kota Tasikmalaya adalah Petani, sehingga kegiatan industri dilakukan hanya untuk mengisi waktu sampai panen tiba. Pesatnya perkembangan kelom geulis di Tasikmalaya membuat Tasikmalaya banyak dikenal sampai ke luar daerah pulau Jawa. Bahkan banyak para perajin yang memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Sehingga banyak para petani yang beralih menjadi perajin, tidak hanya sebagai industri rumahan, akan tetapi sudah mampu menyerap banyak tenaga kerja. Perkembangan yang sangat pesat dari kerajinan Tasikmalaya ini, disebabkan oleh kemajuan berpikir masyarakat dalam menjawab semua tuntutan dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya terutama untuk kebutuhan sehari hari. Karya kerajinan dewasa ini tidak lagi dibuat sebagai kebutuhan praktis, akan tetapi lebih dari itu karya kerajinan dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai nilai dan mutu yang sangat tinggi, baik dari segi fungsi maupun estetiknya. Dalam penerapannya, diharapkan mampu memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga akan mensejahterakan pembuatnya. Dilihat dari segi fungsi, produk kerajinan dapat diklasifikasikan kerajinan hias atau pajangan dan kerajinan yang tidak hanya sebagai hiasan saja akan tetapi juga memiliki nilai fungsi. Salah satu daerah penghasil sekaligus sebagai pusat kerajinan alas kaki kelom geulis terbesar di Jawa Barat yaitu Kampung Gunung Kanyere kelurahan Mulyasari, Kecamatan Tamansari Gobras Kota Tasikmalaya. Telah dikenal sejak lama penduduk Kota Tasikmalaya pandai membuat barang-barang kerajinan yang unik dan menarik salah satunya kelom geulis. target pasarnya pun tidak sebatas wilayah kota atau dalam negeri, tetapi merambah hingga ke luar negeri. 14

Gobras di Tasikmalaya dikenal sebagai pengrajin alas kaki dari kayu, saat awal-awal kedatangan orang Belanda ke Indonesia pada waktu lampau pernah mampir ke daerah Gobras Kecamatan Tamansari Tasikmalaya, pada waktu itu ada seorang nyonya Belanda yang memesan alas kaki hak tinggi kepada pengrajin alas kaki dari kayu di daerah Gobras tersebut, setelah selesai nyonya belanda tersebut merasa puas dan karena begitu kagumnya dengan hasil pesanannya maka terucap Dat Is De Mooi Klompen yang artinya Ini Kelom yang Cantik, dalam bahasa Sunda cantik artinya Geulis maka sejak itulah istilah kelom geulis muncul ( Hery Wiwalda 3 maret 2013 ). Tasikmalaya yang sebagian besar masyarakatnya hidup dari sektor Industri kerajinan, mampu menunjang program pemerintah Tasikmalaya yang mempunyai visi sebagai kota terdepan di Jawa Barat dalam sektor Industri dan perdagangan. Sentra-sentra industri kerajinan menyebar di beberapa kecamatan yang berada diwilayah Tasikmalaya, demikian pula dengan sentra kerajinan kelom geulis menyebar diberbagai pelosok kecamatan Tamansari. Dari sekian banyak perusahaan yang ada, penulis teliti perusahaan kelom geulis Sheny dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini merupakan pelopor atau perintis produsi kelom geulis yang sampai sekarang merupakan perusahaan kelom geulis paling besar. Kelom geulis Tasikmalaya mempunyai ciri khas, yaitu alas kaki dari kayu yang dikhususkan untuk perempuan dimana hampir seluruh bagian tubuh alas kaki tersebut diberi hiasan dalam bentuk motif bunga. Penerapan warna dan penggunan motif dalam pencapaian sebuah produk kelom geulis yang indah dan menarik, merupakan salah satu proses yang benar-benar perlu diperhatikan. Penerapan warna dalam alas kaki kelom geulis sangat bepengaruh terhadap keindahan produk tersebut, karena penerapan warna yang serasi dan sesuai akan menghasilkan kelom geulis yang benar-benar indah dan menarik. Begitu pula dengan penggunaan motif mawar, dalam pencapaian sebuah produk kelom geulis yang berkualitas, pemilihan motif mawar yang disesuaikan dengan bentuk alas kaki yang akan dibuat, besar kecilnya motif mawar juga sangat mendukung sekali untuk terciptanya sebuah produk alas kaki yang indah dan menarik (H. Otang Suherman, 10 Oktober 2012). 15

II.3 Daerah Penyebaran Kelom Geulis Tasikmalaya Kota Tasikmalaya, setelah terpisah dari Kabupaten Tasikmalaya mempunyai sepuluh wilayah Kecamatan: Kecamatan Tamansari, Kecamatan Kawalu, Kecamatan Mangkubumi, Kecamatan Indihiang, Kecamatan Cibeureum, Kecamatan Purbaratu, Kecamatan Tawang, Kecamatan Cihideung, Kecamatan Cipedes, Kecamatan Buniseuri. Tasikmalaya merupakan daerah yang dikenal dengan Kota kerajinan sehingga menjadi bukti bahwa penyebarannya ke masingmasing kecamatan yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya begitu kelihatan, demikian juga dengan penyebaran kerajinan kelom geulis menyebar dibeberapa Kecamatan diantaranya, Kecamatan Cihideung, Kecamatan Kawalu, Kecamatan mangkubumi, dan Kecamatan Tamansari yang merupakan sentra / pusat kerajinan kelom geulis Tasikmalaya. II.4 Definisi Motif Bunga Mawar Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 ) menjelaskan bahwa : Motif, adalah pola, corak, bermotif mempunyai pola;bercorak : gaun yang dipakainya motif kembang-kembang besar ( h. 593 ), Modul Ornamen ( 2010 ), motif adalah jenis / macam bentuk yang dipakai sebagai titik tolak atau gagasan dalam proses penciptaan ornamen, didukung oleh imajinasi, emosi, intuisi, logika, intelektual, keterampilan ( kreatif ). ( h. 4 ). Pengetahuan Ornemen (1984 ), menjelaskan bahwa motif adalah bentuk ragam. ( h. 21 ) Motif yang diterapkan pada setiap benda karya seni, umumnya diwujudkan melalui penerapan berbagai unsur yang diambil dari bentuk-bentuk yang ada di alam sekitar diantaranya, motif tumbuhan, seluruh bagian dari tumbuhan dapat digunakan sebagai ide dalam penciptaan sebuah motif mulai dari bunga, daun, dahan, ranting, atau batang dan seratnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2001 ) menjelaskan bahwa : bunga jenis bunga, berbagai bunga, bunga melati, bunga mawar, gambar hiasan ( pada kain, pamor ukiran dan sebagainya ( h. 136 ).Kamus lengkap bahasa Indonesia ( 2001 ) bunga adalah bagian tumbuh-tumbuhan yang akan jadi buah, indah dan harum baunya. ( Dessy Anwar.h 94 ) menurut pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa; bunga adalah jenis-jenis bunga, seperti bunga melati, bunga mawar dan 16

sebagainya yang biasa digunakan sebagai gambar hias pada kain, pada ukiran dan sebagainya, atau jenis bunga yang mekar sebelum menjadi buah,yang sama-sama mengeluarkan aroma yang harum dan indah bentuknya. II.5 Jenis Motif Bunga Pada Kelom Geulis Tasikmalaya Jenis motif bunga pada kelom geulis, motif bunga yang sekarang dibuat dan dipakai sebagai hiasan pada kelom geulis belum pernah diidentifikasi dikarenakan para pengrajin tidak menyimpan data-data motif dan nama motif yang pernah dipakai, dan masih menganggap nama dari motif yang dipergunakan tidak penting untuk diketahui, yang jelas mereka membuat motif atas dasar contoh yang ada dan pernah dibuat secara turun temurun dalam bentuk patrun / contoh motif yang sudah jadi pada kelom geulis, pengrajin dan perusahaan lebih menitik beratkan pada penamaan kelom Geulis itu dilihat dari teknik membuatnya, contoh dari perusahaan Salsa menamai kelom geulis airbrash jepit, kelom geulis ukir jepit, kelom geulis love ukir jepit, kelom geulis extreme, kelom geulis bordir, dan lainlain. Motif bunga pada kelom geulis Tasikmalaya : Kembang campaka ligar / bunga cempaka mekar, Kembang anggrek / bunga anggrek, Bunga cengkeh dengan batangnya, Kembang samoja / bunga kemboja dengan batangnya, Kembang ros / bunga mawar, Kembang malati / bunga melati. 17

Gambar II.1 Motif Bunga Cempaka Mekar Gambar II.2 Motif Bunga Anggrek 18

Gambar II.3 Motif Bunga Cengkeh Gambar II.4 Motif Bunga Kemboja 19

Gambar II.5 Motif Bunga Mawar/Ros. Gambar II.6 Motif Bunga Melati 20