PENGARUH JENIS AIR PENCAMPUR DAN PERENDAMAN TERHADAP PERILAKU KEKUATAN TEKAN MORTAR CAMPURAN SEMEN-PASIR

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur

BAB III LANDASAN TEORI

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON YANG DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN ASAM SULFAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman

JURNAL TUGAS AKHIR. PENGARUH AIR LAUT DAN NaCl TERHADAP KUAT TARIK BELAH MORTAR ABDUL FAJAR ALAMSYAH D

PENGARUH SULFAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI BUBUK KACA SUBSTITUSI SEBAGIAN SEMEN DENGAN w/c 0,60 DAN 0,65

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU YANG DIOVEN PADA SUHU 400 O C UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN DINDING PANEL PAGAR ABSTRAK

PENAMBAHAN ABU SEKAM PADA BETON DALAM MENGANTISIPASI KERUSAKAN AKIBAT MAGNESIUM SULFAT PADA AIR LAUT. Dharma Putra 1

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

Scanned by CamScanner

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

Desember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( )

KETAHANAN DI LINGKUNGAN ASAM, KUAT TEKAN DAN PENYUSUTAN BETON DENGAN 100% FLY ASH PADA JANGKA PANJANG

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL PASIR LAUT DAN AIR LAUT.

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR PADANG PANJANG PENGGANTI SEMEN UNTUK BETON NORMAL

KONSISTENSI DAN KUAT TEKAN MORTAR YANG MENGGUNAKAN AIR LAUT SEBAGAI MIXING WATER (038M)

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

PERILAKU MEKANIK BETON BERONGGA MENGGUNAKAN AIR LAUT

Material Paving Block

BAB III LANDASAN TEORI A.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERSEMBAHAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

PENGARUH MOLARITAS AKTIFATOR ALKALIN TERHADAP KUAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER DENGAN TRAS SEBAGAI PENGISI

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME TERHADAP PENGURANGAN SUSUT BETON. Abstrak

III. METODE PENELITIAN

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR PANTAI YANG DIBERI PERLAKUAN DAN SUBSTITUSI CANGKANG BUAH SAWIT TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR

PERBANDINGAN CURING UDARA DAN CURING AIR LAUT PADA BETON YANG MENGGUNAKAN AIR LAUT, PASIR LAUT DAN SUPERPLASTICIZER

Penggunaan Pasir Samboja dan Kerikil Dari Palu Sebagai Bahan Pembuatan Beton Normal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

KUAT TARIK BELAH BETON YANG MENGANDUNG AIR LAUT DAN DIRAWAT (CURING) DENGAN LARUTAN SULFAT

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 3 No. 2, Oktober 2011, halaman: 45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERBEDAAN KARAKTERISTIK TYPE SEMEN ORDINARY PORTLAND CEMENT (OPC) dan PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

TUGAS AKHIR. KAJIAN EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN MORTAR YANG MENGANDUNG AIR LAUT DAN NaCl

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

KARAKTERISTIK TEKNIS BETON DAN MORTAR MENGGUNAKAN PASIR BONDO HITAM DAN BONDO MERAH

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

SIFAT - SIFAT MORTAR DARI PASIR MERAUKE DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA. Daud Andang Pasalli, ST., M.Eng

Scaffolding 3 (1) (2014) Scaffolding.

BAB I PENDAHULUAN. campuran tertentu. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton

ANALISA PERENCANAAN BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGTH CONCRETE) DENGAN SEMEN HOLCIM

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Heri Sujatmiko Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI

PENGARUH PENGGUNAAN BOTTOM ASH SEBAGAI PENGGANTI SEMEN TERHADAP NILAI KUAT TEKAN DAN KEMAMPUAN RESAPAN AIR STRUKTUR PAVING

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON NON AGREGAT KASAR SEMEN PCC DENGAN SIKAMENT LN

BAB I PENDAHULUAN. artinya jika dicampur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahanbahan

I. REFERENSI II. TUJUAN III. DASAR TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN AKSELERATOR MEGASET MERAH DI BAWAH DOSIS OPTIMAL TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN BERBAGAI VARIASI UMUR BETON

PENGARUH PENGGUNAAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KUAT TEKAN DAN DAYA SERAP AIR PADA PAVING BLOCK

BAB II STUDI PUSTAKA

PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN PADA BETON MUTU NORMAL

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN KUAT TEKAN MORTAR MENGGUNAKAN AIR SALURAN TARUM BARAT DAN AIR BERSIH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN BERBAGAI CAMPURAN PENYUSUN DAN UMUR

Transkripsi:

PENGARUH JENIS AIR PENCAMPUR DAN PERENDAMAN TERHADAP PERILAKU KEKUATAN TEKAN MORTAR CAMPURAN SEMEN-PASIR Gaharni Putri Utami 1, Sonny Wedhanto 2, dan Karyadi 3 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Program Studi S1 Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No 5 Malang. Email: anigaharni@gmail.com 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Email: s_wedhanto @yahoo.co.id 3) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kekuatan tekan mortar yang pembuatannya menggunakan air tawar; air laut; dan air garam sebagai air pencampurnya. Sampel dari kubus mortar ukuran 5x5x5 cm3, komposisi campuran 1 semen PPC merk Semen Gresik : 2,75 Pasir sungai (berdasarkan perbandingan barat) dengan FAS 0,485. Perlakuan dengan merendam sampel kedalam air tawar, air laut, dan air garam (dari campuran air mineral ditambah 3,6% garam NaCl) selama 3; 7; 14; 21; 28; dan 60 hari; tiap perlakuan menggunakan 30 buah benda uji. Pengujian kekuatan tekan menggunakan Compressive Strength of Hydraulic Cements Mortars. Hasil-hasil penelitian:(1) mortar dengan bahan yang dicampur menggunakan air biasa, lalu direnam di air tawar maupun air laut sampai lebih dari 28 hari, kekuatan tekannya,cenderung tidak bertambah; jika direndam air garam sampai lebih dari 28 hari kekuatannya cenderung turun; (2) mortar yang dicampur menggunakan air laut, lalu direndam air tawar, air laut, dan air garam sampai lebih dari 28 hari, kekuatan tekannya cenderung masih dapat bertambah; dan (3) mortar yang dicampur menggunakan air garam, jika direndam dalam air tawar dan air laut sampai lebih dari 28 hari, kekuatan tekannya cenderung turun, tetapi jika direndam dalam air garam sampai lebih dari 28hari, kekuatannya masih cenderung dapat meningkat. Kata kunci: air garam, air laut, air tawar, kekuatan, mortar. PENDAHULUAN Dalam pembuatan mortar, SNI 03-6882-2002 mensyaratkan untuk menggunakan air tawar yang bersih, namun pada kenyataannya sebagai negara kepulauan, dapat dipastikan bahwa di antara pulau-pulau di Indonesia ada yang terisolir air tawar. Akibatnya air tawar menjadi barang mahal, sebab harus didatangkan dari daerah lain yang membutuhkan biaya angkut; jika pembuatan mortar tetap disyaratkan harus menggunakan air yang sesuai dengan standar SNI, maka biaya pelaksanaan proyek menjadi mahal. Berdasarkan pengamatan lapangan oleh penulis makalah ini, dalam kenyataan didaerah-daerah yang tidak memiliki cadangan air tawar yang memadai ditemukan pembuatan mortar yang dilakukan menggunakan air apa saja yang dapat diperoleh di lokasi, termasuk air payau, air asin, maupun air laut. Berkaitan dengan penggunaan air laut sebagai bahan pembuat mortar, penelitian terdahulu menyimpulkan, bahwa air laut yang digunakan sebagai pencampur mortar dapat meningkatkan nilai kuat tekan mortar, sebab unsur garam NaCl yang terkandung didalamnya dapat mengikat senyawa Kalsium Hidroksida (CaOH), dan dengan berkurangnya senyawa CaOH dalam mortar akan meningkatkan kekuatan tekan mortar itu [Puspitasari, 2014]. Air laut mengandung sekitar 3,5% garam, dengan garam-garaman utama yang mengandung unsur: 55% clorida (Cl); 31% natrium (Na); 8% sulfat (SO4); 4% magnesium (Mg), 1% kalsium (Ca), dan kurang dari 1% sisanya mengandung zat-zat lain [Yunus, 2011]. Mengingat unsur garam yang paling dominan terkandung dalam air laut adalah Na dan Cl, diduga bahwa jenis garam yang 415 dari 430

terbentuk dari ke-dua unsur tersebut, yakni NaCl, adalah menjadi penyebab rusaknya mortar yang terendam dan atau terpengaruh air laut. Namun demikian dalam kenyataannya air laut juga mengandung garam dari berbagai unsur yang berbeda, kendati dalam persentase lebih kecil dari garam NaCl, dimungkinkan bahwa jenis garam-garam lain juga memberi kontribusi terhadap turunnya kekuatan mortar; dalam kehidupan sehari-hari NaCl dikenal sebagai garam dapur. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku mortar yang terkena pengaruh air laut dan garam NaCl. Sebagai simulasi digunakan air biasa yang diberi tambahan garam dapur sebesar kadar NaCl yang terkandung dalam air laut yang dipakai sebagai pembandingnya, yaitu sebesar 3,6%. Pada pembuatan mortar, campuran semen dan air berfungsi sebagai perekat material pembentuknya, sehingga reaksi antara semen dan air yang digunakan sangat menentukan kekuatan mortar yang dihasilkan. Menurut Wahyudi (2012), terdapat empat komponen yang menentukan mutu suatu semen seperti yang ditulis pada Tabel 1. Tabel 1. Komponen Karakteristik dari Semen Reaksi Kimia Campuran Singkatan Nama Campuran 3 CaOSiO 2 C 3 S Trikalsiumsilikat 2 CaOSiO 2 C 2 S Dikalsiumsilikat 3 CaO.Al 2 O 3 C 3 A Trikalsium Aluminat 4 CaO.Al 2 O 3.Fe 2 O 3 C 4 AF Tetrakalsium Aluminoferit (Sumber: Wahyudi, 2012) Reaksi hidrasi yang terjadi pada senyawa C 3 A adalah yang paling reaktif, kemudian disusul dengan senyawa C 3 S dan C 2 S, yang menghasilkan kalsium silikat hidrat (CSH) dan kalsium hidroksida Ca(OH) 2 [Iman, 2014]. Menurut Sanjaya (2014), senyawa Calsium Silicate Hydrate(CSH) hasil proses hidrasi semen, mempunyai sifat sebagai perekat, menghasilkan senyawa Ca(OH) 2 yang membentuk pasta semen bersifat basa (dengan ph=12,5), akan bereaksi dengan NaCl dan Na(OH) 2 ; kemudian dengan adanya pengaruh garam, semen akan mengalami proses senyawa hidrasi menurut reaksi: 2(3CaO.SiO 2 ) + 6H2O 3CaO.2SiO 2.3H 2 O + 3Ca(OH) 2 (hidrasi yang terjadi pada C 3 S) 2(2CaO.SiO 2 ) + 4H 2 O 3CaO.2SiO 2.2H 2 O + Ca(OH) 2 (hidrasi yang terjadi pada C 2 S) C 3 S (Trikalsium Silikat) dan C 2 S (Dikalsium Silikat) merupakan dua dari empat komposisi kimia semen. Dari reaksi kimia yang terjadi diatas, jika senyawa Ca(OH) 2 yang dihasilkan kemudian bereaksi dengan senyawa NaCl, maka akan menjadi: 2NaCl + Ca(OH) 2 CaCl 2 +2NaOH; selanjutnya Kalsium Klorida (CaCl 2 ) akan kembali bereaksi dengan salah satu komposisi kimia semen, yaitu Trikalsium Aluminat (C 3 A), yang akan menghasilkan garam friedel (CaO.Al 2 O 3.10H 2 O.CaCl 2 ) menurut reaksi kimia: 3Ca.O.Al 2 O 3.10H2O + CaCl 2 3CaO.Al 2 O 3.10H 2 O.CaCl 2 (Garam Friedel). Garam friedel adalah hasil pembentukan pengikatan clorida yang sifatnya mengisi pori-pori di dalam mortar [Irmawati, 2013]. Jika kondisi garam friedel ini berlebihan, maka dapat meningkatkan tegangan tekan didalam mortar itu akibat berkurangnya kalsium hidroksida. Akibatnya kekuatan mortar untuk menahan tekanan menjadi berkurang; dengan kata lain kekuatan tekan mortar akan turun. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan variabel bebasnya adalah, mortar yang dicampur dan curring (dengan merendam benda uji dalam air) menggunakan air laut, dan air garam (air tawar yang diberi larutan NaCl sebanyak kadar salinitas Natrium dan Klorida 416 dari 430

dalam air laut yang dipakai); sedangkan sebagai variabel terikat adalah kuat tekan yang dihasilkan oleh mortar itu. Variabel kontrol menggunakan mortar yang terbuat dari air tawar sebagai pencampur bahan dan curring yang juga menggunakan air tawar. Benda uji berbentuk kubus mortar ukuran standar (5x5x5 cm 3 ); dibuat dari campuran 1PC: 2,75 Pasir (berdasarkan perbandingan berat), dengan faktor air semen (FAS) 0,485 [ASTM C 109, 2002]; bahan material sampel dibeli dari toko-toko setempat di daerah Malang; menggunakan semen PPC merk Semen Gresik, pasir menggunakan pasir lumajang, dan air tawar menggunakan air mineral bermerek dagang. Untuk mencampur mortar maupun curring benda uji, digunakan tiga jenis air berbeda, yaitu: air tawar (menggunakan air mineral); air laut (diambil dari pantai Balaikambang, Malang Selatan); dan air garam yang dibuat dari air mineral ditambah 3,6% larutan garam dapur, sesuai hasil pengujian laboratorium pada kadar NaCl yang terkandung dalam air laut dari Pantai Balaikambang. Tiap perlakuan menggunakan 30 buah sampel kubus mortar yang masing-masing direndam dalam tiga jenis air berbeda (air tawar, air laut, dan air tawar diberi larutan 3,6% NaCl) dengan skenario perendaman seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Perendaman dilakukan selama 3; 7; 14; 21; 28; dan 60 hari, kemudian dilakukan pengujian tekan menggunakan mesin Compressive Strength of Hydraulic Cements Mortars merk MBT dengan kapasitas 100 kn, jumlah seluruh sampel untuk tiap perendaman terdapat pada Tabel 3. Tabel 2. Skenario Perlakuan Benda Uji Jenis Benda Uji Jenis Air Perendam dan Jumlah Sampel Air Tawar Air Laut Larutan Air Garam Total sampel (buah) MAT 30 30 30 90 MAG 30 30 30 90 MAL 30 30 30 90 Keterangan: MAT = mortar yang dicampur menggunakan air tawar MAG = mortar yang dicampur menggunakan larutan air garam MAL = mortar yang dicampur menggunakan air laut Tabel 3. Jumlah Sampel untuk Tiap Perendaman Jenis Lama Perendaman (hari) Jumlah Benda 3 7 14 21 28 60 sampel Uji (buah) MAT 90 90 90 90 90 90 540 MAG 90 90 90 90 90 90 540 MAL 90 90 90 90 90 90 540 Jumlah 270 270 270 270 270 270 1620 Hasil pengujian tekan berupa beban tekan (P) maksimum yang mampu ditahan oleh masingmasing sampel. Perhitungan untuk mengetahui tegangan tekan yang dapat ditahan oleh masingmasing sampel dihitung menggunakan rumus: fm= P/A; dimana: fm = tegangan tekan sampel yang diuji; P = gaya tekan maksimum yang dapat ditahan benda uji; A = luas dari permukaan benda uji [SNI 03-6825-2002]. Jika nilai tegangan tekan pada masing-masing benda uji diketahui, maka tegangan rerata sampel pada tiap-tiap perlakuan dapat dihitung dan dibuat grafik untuk dianalisis lebih lanjut. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil rerata kekuatan tekan mortar (fm) dari semua benda uji disajikan pada Tabel 4; berdasarkan tabel tersebut, kemudian dibuat grafik kecenderungan pengaruh perendaman sampai 60 hari pada masing masing benda uji; hasilnya seperti grafik pada Gambar 1. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa, secara umum ada kecenderungan pada tiga hari pertama perendaman 417 dari 430

benda uji, baik itu menggunakan air tawar; air laut; maupun air garam, benda uji memang mengalami kenaikan kekuatan tekan relatif tiggi,tetapi pada perendaman selama 7 sampai 14 hari berikutnya, semua benda uji cenderung mengalami penurunan kekuatan, dan kemudian setelah direndam selama 21 sampai 60 hari beriktunya, kecuali pada mortar yang dicampur menggunakan air tawar dan direndam air laut, serta mortar yang dicampur menggunakan air garam dan direndam dalam air laut, benda uji yang lain masih mengalami peningkatan kekuatan tekan tetapi tidak terlalu signifikan (relatif kecil). Pada mortar yang dicampur menggunakan air tawar kemudian direndam dalam air laut (kode AB), setelah direndam selama 14 sampai 21 hari mengalami kenaikan kekuatan yang signifikan, tetapi jika direndam selama 28 hari kekuatannya kembali turun secara signifikan, dan kemudian, pada perendaman selama 28 sampai 60 hari berikutnya cenderung tidak mengalami perubahan kekuatan. Perilaku serupa cenderung terjadi pada mortar yang dicampur air garam dan direndam dalam air laut (kode CB), pada saat direndam sampai 28 hari mengalami kenaikan kekuatan, tatapi jika direndam sampai 60 hari kekuatan tekannya justru mengalami penurunan. Tabel 4. Rerata Kuat Tekan Mortar Air Tawar, Air Laut dan Air Garam Umur Direndam Air Tawar Direndam Air Laut Direndam Air Garam (Hari) AA BA CA AB BB CB AC BC CC 3 17,33 15,31 13,11 15,91 18,60 14,99 16,88 18,92 16,63 7 17,79 14,39 16,41 16,40 15,56 14,92 17,69 17,73 15,36 14 16,37 18,05 13,85 11,19 17,80 15,59 13,44 15,61 14,03 21 25,79 16,56 16,69 20,81 18,21 16,52 15,41 22,21 15,77 28 22,91 25,21 25,35 26,99 21,40 25,35 22,24 24,11 17,52 60 23,00 26,35 22,77 22,76 21,91 22,77 22,56 27,80 19,27 Keterangan: AA = Mortar dicampur menggunakan air tawar yang direndam dalam air tawar. AB = Mortar dicampur menggunakan air tawar yang direndam dalam air laut. AC = Mortar dicampur menggunakan air tawar yang direndam dalam larutan air garam. BA = Mortar dicampur menggunakan air laut yang direndam dalam air tawar. BB = Mortar dicampur menggunakan air laut yang direndam dalam air laut. BC = Mortar dicampur menggunakan air laut yang direndam dalam larutan air garam. CA = Mortar dicampur menggunakan larutan air garam yang direndam dalam air tawar. CB = Mortar dicampur menggunakan larutan air garam yang direndam dalam laut. CC = Mortar dicampur menggunakan larutan air garam yang direndam dilarutan air garam. Dari Tabel 4 di atas, dapat diamati, bahwa mortar yang pencampurannya menggunakan air garam lalu direndam dalam air laut maupun air tawar, dan mortar yang pencampurannya menggunakan air tawar kemudian direndam dalam air laut, jika direndam selama 60 hari kekuatannya cenderung turun. Hal ini diperkirakan sebagai akibat bertambahnya Clorida (Cl) dari garam NaCl yang ditambahkan, akan menyebabkan terbentuknya garam friedel. Dengan bertambahnya Clorida, maka garam friedel yang terbentuk juga makin bertambah. Sifat garam friedel adalah: masuk, meresap, mengisi pori-pori mortar, dan makin lama makin mengembang. Akibatnya pada tubuh mortar terjadi tegangan dalam karena mengambangnya garam friedel pada pori-pori mortar. Garam ini makin lama semakin mengembang bertambah besar, sehingga kekuatan mortar makin lama terendam dalam air tawar maupun air laut juga semakin menurun, dan pada suatu saat dimungkinkan pecah dengan sendirinya sebagai akibat dari semakin mengembangnya garam friedel. Untuk melihat reaksi jenis air terhadap kekuatan mortar, dilakukan penjabaran grafik yang menggambarkan pengaruh dari masing-masing air yang digunakan sebagai perendaman perawatan mortar yang dibuat menggunakan berbagai macam air pencampur. Gambar 2 sampai Gambar 4 418 dari 430

merupakan grafik kekuatan tekan berbagai macam sampel yang direndam dalam air tawar; air garam; dan air laut selama 3 sampai 60 hari Gambar 1. Grafik Rerata Kekuatan Tekan Sampel Gambar 2. Rerata Kekuatan Tekan Benda Uji yang Direndam Air Tawar Gambar 2 merupakan grafik rata-rata kekuatan mortar yang dalam pencampurannya menggunakan air tawar, air laut, dan air garam. Pada mortar yang dicampur menggunakan air garam maupun air laut, keduanya memiliki pola kekuatan tekan yang mirip sampai perendaman dalam air tawar selama 28 hari, tetapi pada perendaman sampai 60 hari mortar yang dicampur menggunakan air garam kekuatannya cenderung turun. Ketiga jenis mortar tersebut dalam perendaman selama 60 hari menunjukkan perbedaan kekuatan tekan yang tidak terlalu besar; namun demikian dari gambar tersebut tampak bahwa mortar yang pencampurannya menggunakan air garam dalam jangka panjang ada kecenderungan semakin turun kekuatannya, sedangkan yang menggunakan air tawar maupun air laut, walaupun dalam besaran yang relatif kecil ada kecenderungan meningkat. Pada Gambar 3 terlihat bahwa, jangka waktu perendaman sampai 60 hari mortar yang dicampur menggunakan air laut, jika terendam air laut selama 60 hari kekuatannya cenderungan makin meningkat, sedangkan mortar yang dicampur menggunakan air tawar maupun air yang diberi garam, akan semakin turun. 419 dari 430

Gambar 3 Rerata Kekuatan Tekan Benda Uji yang Direndam Air Laut Gambar 4 Rerata Kekuatan Tekan Benda Uji yang Direndam Air Asin Menurut Gambar 4, jika mortar yang dicampur menggunakan air tawar, air laut maupun air garam, jika direndam dalam air garam selama 60 hari kekuatannya cenderung makin meningkat, tetapi pada mortar yang dicampur menggunakan air tawar, peningkatan kekuatannya cenderung kecil. Berdasarkan pengamatan gafik-grafik pada Gambar 2; Gambar 3; dan Gambar 4,naik turunnya kekuatan tekan mortar dapat diringkas seperti pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 dapat dievaluasi, bahwa pada perendaman awal (antara tiga sampai tujuh hari) menggunakan air tawar, mortar yang dicampur menggunakan air tawar maupun air garam mengalami kenaikan kekuatan, sedangkan mortar yang dicampur menggunakan air laut justru kekuatannya turun; tetapi pada perendaman hari ke-7 sampai ke-28 ketiga jenis mortar tersebut memiliki pola naik-turun kekuatan yang sama; dan pada perendaman jangka panjang (hari ke-28 sampai ke-60) mortar yang dicampur menggunakan air tawar cenderung tidak mengalami penambahan kekuatan, namun pada mortar yang dicampur menggunakan air garam NaCl maupun air laut (yang juga mengandung garam NaCl) justru bertambah kuat. Pada perendaman dalam air laut, saat awal perendaman sampai direndam 14 hari, mortar yang dicampur menggunakan air tawar dan air laut kekuatannya mengalami naik-turun, sedangkan yang dicampur menggunakan air garam tetap makin naik kekuatannya; namun pada perendaman hari ke-14 sampai ke-28 ke tiga jenis mortar tersebut semakin naik kekuatannya, dan pada perendaman jangka panjang (28 sampai 60 hari) mortar yang dicampur menggunakan air laut kekuatannya masih tetap naik, sedangkan yang dicampur menggunakan air tawar dan air garam mulai turun kekuatannya. 420 dari 430

Tabel 5. Sifat Kekuatan Mortar Sesuai dengan Jenis Air Perendaman yang Dipakai Jenis Air untuk Lama Jenis Air untuk Mencampur Mortar Merendam Perendaman Air Tawar Air Laut Air Garam Mortar (hari) 0 3 Naik Naik Naik 3 7 Naik Turun Naik 7 14 Turun Naik Turun Air Tawar 14 21 Naik Turun Naik 21 28 Turun Naik Turun 28 60 Tetap Naik Naik 0 3 Naik Naik Naik 3 7 Turun Turun Naik 7 14 Turun Turun Naik Air Laut 14 21 Naik Naik Naik 21 28 Naik Naik Naik 28 60 Turun Naik Turun 0 3 Naik Naik Naik 3 7 Turun Turun Turun 7 14 Turun Turun Turun Air Garam 14 21 Naik Naik Naik 21 28 Naik Naik Naik 28 60 Turun Naik Naik Mortar yang direndam dalam air garam, semenjak perendaman hari pertama sampai hari ke-28 memiliki pola naik-turun kekuatan yang sama, tetapi pada perendaman jangka panjang mortar yang dicampur menggunakan air biasa mulai turun kekuatannya, sedangkan yang dicampur menggunakan air laut dan air garam masih mengalami kenaikan kekuatan tekan. Pada Gambar 5 sampai Gambar 7 berikut ini ditunjukkan pengaruh masing-masing mortar yang dicampur menggunakan tiga jenis air berbeda kemudian direndam dalam air tawar, air laut, dan air garam. Gambar 5. Mortar Menggunakan Air Tawar yang Direndam dalam Berbagai Jenis Air Menurut Gambar 5, mortar yang dicampur menggunakan air tawar, secara umum berperilaku sama sampai umur perendaman mencapai 21 hari, yaitu pada perendaman sampai 7 hari mengalami kekuatan tekan, dan perendaman selama 14 hari kekuatannya akan turun, dan pada perendaman sampai 21 hari kekuatan tekannya akan naik lagi; tetapi pada perendaman 28 hari dalam air tawar akan menurunkan kekuatan tekan, dan perendaman selama 60 hari dalam air laut 421 dari 430

kekuatan tekan mortar akan turun, sedangkan mortar yang direndam pada air tawar dan air garam kekuatan tekannya cenderung tetap. Pada mortar yang dicampur menggunakan air laut (Gambar 6), dapat diidentifikasi, baik direndam dalam air tawar, air laut maupun air garam, memiliki perilaku yang sama.perendaman selama tiga hari kekuatan tekan mortar meningkat, dan pada perendaman selama tujuh hari kekuatan tekan mortar menurun, kemudian pada perendaman selama 14 sampai 60 hari dalam air yang berbeda kekuatan tekan mortar cenderung makin meningkat. Pada Gambar 7, (mortar yang dicampur menggunakan air garam) perilaku mortar yang direndam dalam air laut maupun air tawar memiliki perilaku yang nyaris sama; perendaman sampai 28 hari senantiasa meningkat, dan jika direndam selama 60 hari akan turun kekuatannya. Hal yang berbeda terjadi pada mortar yang dicampur mengunakan air garam lalu direndam dalam air garam pula, mulai perendaman selama 3; 7; 14; 21; 28; sampai 60 hari kekuatannya cendrung makin bertambah. Gambar 6. Mortar Menggunakan Air Laut yang Direndam dalam Berbagai Jenis Air Gambar 7. Mortar Menggunakan Air Garam yang Direndam dalam Berbagai Jenis Air 422 dari 430

Dari gambar-gambar 5 sampai 7 di atas, perilaku mortar yang dicampur menggunakan air tawar, air laut, dan air garam yang kemudian direndam dalam berbagai macam air, dapat diidentifikasi, hasilnya seperti terdapat dalam Tabel 5. Mortar yang dicampur menggunakan air tawar, kemudian direndam dalam air tawar, air laut maupun air garam selama 7 hari mengalami peningkatan kekuatan tekan; jika direndam sampai 14 hari kekuatan tekan akan turun, dan pada perendaman sampai 21 hari kekuatan tekannya kembali naik. Pada perendaman sampai 28 hari mortar yang direndam dalam air tawar akan mengalami penurunan kekuatan, tetapi yang direndam dalam air laut dan air garam justru bertambah kuat, dan pada perendaman selama 60 hari kekuatan tekan mortar yang direndam dalam air tawar dan air laut, cenderung tetap seperti kekuatan tekan mortar yang direndam selama 28 hari, sedangkan jika direndam dalam air garam kekuatannya menurun. Tabel 6. Sifat Kekuatan Tekan Mortar Sesuai dengan Jenis Air yang Digunakan pada Pembuatannya Jenis Air untuk Lama Jenis Air untuk Merendam Mortar Mencampur Mortar Perendaman (hari) Air Tawar Air Laut Air Garam Mortar dicampur menggunakan air tawar Mortar dicampur menggunakan air laut Mortar dicampur menggunakan air garam 0 3 Naik naik naik 3 7 Naik naik naik 7 14 Turun turun turun 14 21 Naik naik naik 21 28 Turun naik naik 28 60 Tetap tetap turun 0 3 Naik naik naik 3 7 Turun turun turun 7 14 Naik naik naik 14 21 Turun naik naik 21 28 Naik naik naik 28 60 Naik naik naik 0 3 Naik naik naik 3 7 Naik tetap turun 7 14 Naik naik naik 14 21 Naik naik naik 21 28 Naik naik naik 28 60 Turun turun naik Mortar yang dicampur menggunakan air laut, kemudian direndam dalam air tawar, air laut, dan air garam cenderung mempunyai perilaku sama. Perendaman sampai tiga hari akan menaikkan kekuatan tekan, kemudian jika direndam sampai tujuh hari kekuatannya menurun, kemudian pada perendaman selanjutnya sampai 60 hari (kecuali yang direndam air tawar selama 14 sampai 21 hari) masih tetap mengalami kenaikan kekuatan tekan. Mortar yang dicampur menggunakan air garam umumnya direndam sampai 28 hari masih tetap mengalami kenaikan kekuatan tekan, dan pada perendaman sampai 60 hari mortar yang direndam dalam air tawar dan air laut telah mengalami penurunan kekuatan tekan, sedangkan mortar yang direndam dalam air garam cenderung masih dapat mengalami kenaikan kekuatan tekan.. KESIMPULAN Berdasarkan anggapan, setelah umur 28 hari kekuatan semen telah berhenti mengikat butiran pasir/kerikil pada pembuatan mortar maupun beton yang dapat disimpulkan, bahwa jika 423 dari 430

mortar yang dicampur menggunakan air tawar kemudian direndam dalam air tawar maupun air laut sampai 60 hari kekuatan tekannya cenderung tetap seperti umur 28 hari; sedangkan jika direndam dalam air tawar yang mengandung garam NaCl sebanyak 3,6% sesuai kadar NaCl yang terkandung dalam air laut yang digunakan dalam penelitian ini, selama perendaman 28 sampai 60 hari, kekuatan mortar cenderung turun. Pada mortar yang dicampur menggunakan air laut, yang direndam dalam air tawar, air laut, dan air garam, jika didrendam sampai 60 hari kekuatan tekannya cenderung masih dapat bertambah; dan pada mortar yang dicampur menggunakan air garam, yang diremdam dalam air tawar dan air laut sampai lebih dari 28 hari, kekuatan tekannya ada kecenderungan turun; tetapi jika direndam dalam air garam selama 28 sampai 60 hari kekuatannya masih cenderung dapat meningkat. DAFTAR PUSTAKA ASTM Standards, (2002). ASTM C 109/C 109M - 07 Standard Test Method for Compressive Strength of Hydraulic Cement Mortars (Using2-in. or 50-mm Cube Specimens), ASTM International,West Conshohocken, PA. Iman. 2014. Hidrasi Pada Semen Portland, (Online), (http://www.iman.civilengineering.id), diakses 20 Februari 2016. Irmawati, Rita. & Tjaronge, M, Wihardi. 2013. Effect of Seawater as Mixing Water on the Mechanical Properties of Mortar and Concrete. Makassar: Fakultas Teknik Universitas Hasanudin. Puspitasari, Riska. 2014. Studi Kekuatan Mortar dengan Menggunakan Air Tawar dan Air Laut Sebagai Pencampur. Tugas Akhir. Makassar: Fakultas Teknik Universitas Hasanudin. Sanjaya, Irfan. 2014. Studi Eksperimental Kuat Tekan Beton Terhadap Variansi Penambahan Natrium Klorida (NaCl). Tugas Akhir. Makassar: Fakultas Teknik Universitas Hasanudin. Standar Nasional Indonesia 03-6825-2002 tentang Metode Pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland untuk pekerjaan sipil. Badan Standar Nasional. (Online), (http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/250), diakses 10 Mei 2015. Standar Nasional Indonesia 03-6882-2002 tentang Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan. Badan Standar Nasional. (Online), (http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/250), diakses 10 Mei 2015. Wahyudi, Yusuf. 2012. Perbandingan Mortar Berpasir Pantai dan Sungai. Media Teknik Sipil, (Online), 10 (1): 70-79, (https://atpw.files.wordpress.com/2013/03/e4-yusuf-w.pdf), diakses 29 Agustus 2015. Yunus, Zabar. 2011. Macam-Macam Senyawa Kimia Dalam Laut, (Online), (http://perikanantangkap.blogspot.co.id/2012/09/macam-macam-senyawa-kimia-dalam-laut.html), diakses 10 Mei 2015. 424 dari 430