BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari kecerdasan spiritual. Saat ini manusia hidup di tengah-tengah kegalauan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I. mengandung nilai-nilai rahmatan lil alamin, artinya ajarannya bersifat universal,

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Pada umumnya kebanyakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, bahwa pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. demikian pesatnya. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang cerdas dan berkarakter. Demikian pula dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang dimiliki. Francis Fukuyama dalam bukunya trust

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia seutuhnya menjadikan pembangunan bidang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. mengorganisasi seluruh potensi sekolah yang ada. Tujuan suatu organisasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI. Skripsi

TANTANGAN DAN HARAPAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa merupakan bagian dari civitas akademika yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lesi Oktiwanti, 2014 Pembinaan Kesadaran Beragama Berbasis Pendidikan Orang Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesejahteraan dan keadilan bisa diterapkan ketika perilaku damai berada pada tiap

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak dahulu manusia sudah diberi nama julukan Zoon Politicon

HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP PAWYATAN DAHA 2 KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. insan yang memiliki berbagai dimensi yaitu sebagai bagian dari civitas akademika

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya sebagai bangsa yang disegani oleh bangsa-bangsa lain. Keinginan. yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-2, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan, kini semakin dikenal oleh masyarakat. Sebab, fenomena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. mengaktualisasikan atau menggali segenap potensi yang dibawanya sejak lahir. Abu Ahmadi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan saat ini masih dipercaya sebagai media yang ampuh dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan tidaklah mudah melainkan membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. terbukti banyak kasus yang menimpa para oknum, atau ORMAS, atau

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. sendirinya akibat ulah para penduduknya. Kejahatan, penipuan, dan korupsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi semakin menyuguhkan dinamika perubahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Allah. Manusia. Bagan 1.1 Allāh sebagai sumber ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kegiatan alam yang lainnya. Namun menurut Giri (2009), mengungkapkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dalam konteks pendidikan formal. Mahasiswa dalam peraturan

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di lahirkan sebagai suatu mahluk yang utuh dan mandiri, namun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.

2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI ORGANISASI MAHA SISWA GUNA MENINGKATKAN KESADARAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk spiritual, karena itu tentu saja tidak bisa terlepas dari kecerdasan spiritual. Saat ini manusia hidup di tengah-tengah kegalauan peradaban modern dalam menemukan bentuk terbaiknya. Peradaban modern ini dikatakan tidak dapat membuat sebagian besar orang berkembang dengan baik secara psikologis dan sehat secara ruhani dan agamis. Setidaknya apa yang terjadi di Indonesia belakangan ini bisa dijadikan ukuran, diantaranya adalah ketika terjadi krisis ekonomi, krisis kepercayaan, dan politik yang membuat terjadinya konflik sosial bermunculan di berbagai daerah, seperti konflik antar warga masyarakat, tawuran antar pelajar, perjudian, kasus narkoba, perampokan, dan lain-lain. Ketika kecerdasan spiritual kosong dalam diri seseorang, maka perannya digantikan oleh emosi dan kesombongan yang mengakibatkan kehancuran bagi semua (Sukidi : 2004). Sukidi (dalam Slamet:2012) mengatakan bahwa kehidupan modern saat ini membawa dampak yang luar biasa terhadap masyarakat. Selain membawa kemanfaatan bagi manusia, zaman modern juga berdampak buruk bagi manusia. Beberapa sisi positif dari zaman modern adalah semakin mudahnya seseorang mendapatkan akses pengetahuan maupun akses untuk pergi ke belahan dunia maupun karena banyaknya alat transportasi saat ini. Selain itu semakin dimudahkannya seseorang untuk menjalankan tugas sehari-hari karena banyaknya 1

2 fasilitas yang menunjang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Disisi lain, kehidupan masyarakat modern saat ini telah kehilangan apa yang disebut dengan hidup benar dan penuh kepastian. Lebih lanjut, Sukidi menjelaskan bahawa manusia cenderung mengikuti hawa nafsu tanpa memikirkan terlebih dahulu konsekuensi dari perbuatannya. Perilaku individualis yang telah merasuki kehidupan masyarakat modern, terutama yang tinggal di area perkotaan telah merenggut nilai-nilai empati antara satu sama lainnya. Dalam berbagai kasus, konflik merupakan suatu permasalhan yang sering terjadi di nusantara, seperti konflik antar mahasiswa yang terjadi di kampus Universitas Negeri Makasar (UNM) Parangtambung, Makasar, Sulawesi Selatan pada hari Kamis 11 Oktober 2012 silam. Tawuran antar mahasiswa di sejumlah kampus di Makassar merupakan konflik dan bencana sosial, konflik tersebut berawal dari masalah pribadi, namun terpancing ego, hingga meluas menjadi konflik komunitas dengan melibatkan suku, daerah asal, dan golongan (detik.com) Di berbagai tempat, tidak jarang ditemui perilaku individu yang jauh dari perilaku moral, misalnya kasus korupsi di Indonesia dari tahun ketahun sangat memprihatinkan, bahkan dalam dua tahun terakhir, 2013-2014 kasus korupsi di Indonesia meningkat dari dua tahun sebelumnya. Kondisi tersebut menunjukkan kurang efektifnya pemberantasan korupsi. Berdasar data yang dirilis Indonesia Corruption Watch (ICW), jumlah kasus korupsi selama 2010-2012 menurun, sementara kasus korupsi pada tahun 2013-2014 meningkat menjadi 1.271 kasus. Pada 2010, jumlah kasus yang diselidiki KPK, kejaksaan, dan kepolisian mencapai 448 kasus (Tribun.com).

3 Sukidi (dalam Slamet, 2012) mengatakan Kehendak hidup bermakna sekarang menjadi visi hidup alternatif di tengah meluasnya problem-problem spiritual yang menjangkiti manusia modern dewasa ini. Kegelisahan yang tidak dapat dipahami dan diselesaikan, kegelisahan ini adalah masalah spiritual dan orang tersebut sedang mengalami krisis spiritual yang merupakan krisis yang khas menimpa banyak orang saat ini. Menurut Marsha Sinetar (dalam Tirantoro, 2007:15) kecerdasan spiritual adalah pemikiran yang terilhami oleh dorongan dan efektivitas keberadaan atau hidup ilahiyah yang mempersatukan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Kecerdasan spiritual ini melibatkan kemampuan untuk menghidupkan kebenaran yang paling dalam, mewujudkan hal terbaik, utuh dan paling manusiawi dalam batin. Dalam dunia pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa adalah bagian dari pembangunan suatu bangsa, karena mereka dituntut untuk menjadi agent of change atau perubahan tatanan masarakat yang sebelumnya kurang baik menjadi lebih baik lagi. Namun sebelum mereka terjun ke masyarakat, mereka harus memiliki kecerdasan spiritual. Mahasiswa sebagai kalangan intelektual yang dibesarkan melalui institusi akademik diharapkan memiliki kecerdasan spiritual yang baik, agar tidak hanya menjadi sumber daya manusia yang berkompetensi secara akademis namun juga berkualitas untuk menghadapi tantangan zaman (bloggustian.blogspot.com). Mahasiswa aktivis kerohanian islam Lembaga Dakwah Kampus UIN SUSKA Riau calon pemimpin bangsa dimasa yang akan datang yang bernuansa

4 islami, perlu mempunyai kecerdasan spiritual yang baik. Lembaga Dakwah Kampus UIN Suska Riau adalah sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berada di salah satu perguruan tinggi islam di Riau dengan tujuan menghimpun, membina dan mengarahkan segenap mahasiswa UIN Suska Riau dalam suatu wadah kerja sama yang bernafaskan Ukhuwah Islamiah dengan visi keimanan untuk meningkatkan mutu kemahasiswaan dalam masyarakat kampus dan lingkungan sekitarnya. Adapun usaha yang dilakukan Lembaga Dakwah Kampus UIN Suska Riau adalah membina keimanan ketakwaan dan akhlak mahasiswa sesuai dengan tuntutan Al-Qur an dan sunnah serta mengembangakan kultur ilmiah (Sumber: Papan Struktur Organisasi Lembaga Dakwah Kampus UIN Suska Riau). Dengan demikian aktivitas kerohanian keislaman yang lebih bernuansakan nilai-nilai spiritual, setidaknya akan memberikan dampak yang bermanfaat agar mahasiswa yang bergabung menjadi aktivis kerohanian islam Lembaga Dakwah Kampus UIN SUSKA Riau menjadi pribadi yang soleh dan soleha. Fenomena yang terjadi di lapangan, masih ada sebagian mahasiswa yang bergabung ke dalam lembaga dakwah kampus yang melanggar peraturan lembaga dakwah kampus UIN SUSKA Riau, misalnya, ada juga mahasiswa yang bergabung ke dalam lembaga dakwah kampus yang tidak mengikuti pengajian-pengajian dan halaqoh. Perbuatan tersebut juga mengindikasikan kurangnya kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh sebagian aktivis lembaga dakwah kampus UIN SUSKA Riau, karena salah satu ciri orang yang mempunyai kecerdasan spiritual adalah kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai. Subjek cenderung melakukan yang ia

5 inginkan tanpa melihat resiko, melanggar aturan-aturan yang ada dalam organisasi lembaga dakwah kampus UIN SUSKA Riau. Dalam agama islam, kecerdasan spiritual seseorang dinilai dari caranya dalam memahami hidup melalui perenungan dan dzikir kepada Allah SWT. Jika dihubungkan dengan kecerdasan spiritual (SQ), dzikir menjadi aktivitas yang tepat dalam mendapatkan kecerdasan spiritual seseorang. Kecerdasan spiritual (SQ) seorang muslim tergantung pada pemahaman dan pengamalan dzikir itu sendiri. Apalagi dalam konteks dzikir lebih luas, sangat berhubungan dengan kecerdasan spiritual seseorang dalam berbagai tindakan, sikap, dan perbuatan di berbagai aspek kehidupan (blogspot.com). Dari paparan di atas maka peneliti berkeinginan untuk meneliti lebih lanjut hal tersebut. Dengan judul penelitian Hubungan Dzikir Terhadap Kecerdasan Spiritual (Studi Pada Mahasiswa Aktivis Kerohanian Islam Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN Suska Riau). B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara Dzikir dengan Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Aktivis Kerohanian Islam Lembaga Dakwah Kampus UIN Suska Riau?

6 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara ilmiah hubungan antara dzikir dengan kecerdasan spiritual mahasiswa aktivis Kerohanian Islam Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN Suska Riau. D. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang masih orisinil. Dengan demikian untuk mempertimbangkan keasliannya, perlu dilihat dan ditelaah beberapa penelitian yang memiliki sedikit kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Salah satu penelitian yang membahas topik seperti yang peneliti lakukan adalah penelitian yang dilakukan Slamet Rofiah (2012) yang berjudul Dzikir dan Kecerdasan Spiritual Pada Warga Dusun Karangasem, Patalan, Jetis, Bantul, Yogyakarta. Kesamaan penelitian ini terletak pada variabel dzikir sebagai variabel bebas dan variabel kecerdasan spiritual sebagai variabel terikat. Pada penelitian Slamet Rofiah, subjeknya adalah warga masyarakat biasa yang tinggal di dusun. Selain itu, karakteristik subjeknya juga berbeda, lokasi penelitian, dan waktu penelitian. Penelitian lain juga dilakukan oleh Paisal (2010) yang berjudul Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan Pada LBPP Lia Palembang. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel Kecerdasan Spiritual sebagai variabel terikat. Perbedaan lainnya terletak pada subek dan tempat, Paisal meneliti pada karyawan LBPP di Palembang sedangkan peneliti melakukan pada mahasiswa yang bergabung ke dalam lembaga dakwah kampus UIN SUSKA Riau.

7 Berdasarkan uraian dari beberapa hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa meskipun memiliki persamaan dengan salah satu variabel penelitian namun menunjukan perbedaan dari segi kasus penelitian krakteristik subjek penelitian, tempat penelitian vareabel bebas maupun terikat yang digunakan. Oleh karena itu penulis yakin belum penah dilakukan penelitian sebelumnya tentang hubungans antara dzikir dengan kecerdasan spiritual. 1. Manfaat Teoritis E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan informasi pada ilmu psikologi terutama dibidang Psikologi Agama, dalam membahas hubungan antara dzikir dengan kecerdasan spiritual. Dimana hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi yang memberikan informasi, khususnya bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian hal yang sama dikaitkan dengan variabel yang berbeda. 2. Manfaat Praktis Memberi wawasan pada masyarakat sebagai pembaca khususnya mahasiswa, tenaga pengajar, mubaligh serta praktisi psikologi mengenai peran dzikir terhadap kecerdasan spiritual pada mahasiswa.