BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Kemampuan Guru Secara Etimologi dan Terminologi

dokumen-dokumen yang mirip
TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN

KOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN

Perencanaan : Pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PELATIHAN. Deni Hardianto

BAB II KAJIAN TEORI. pembelajaran tim pendengar. Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti

KESIAPAN DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. mengaktualisasikan atau menggali segenap potensi yang dibawanya sejak lahir. Abu Ahmadi

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pengertian Hasil Belajar Pada Sifat-Sifat cahaya

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Pengertian Belajar. Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Sekolah Dasar (SD)/Madrasyah Ibtidaiyah (MI),

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

BAB II KAJIAN TEORI. dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara afektif dan efesien. Senada dengan

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

BAB II KAJIAN TEORI. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/ 1435 H

BAB II KAJIAN TEORI. diinginkan untuk siswa dapat diraih dengan baik dan optimal.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. adanya mekanisme suatu sistem. Kata lainnya yang mendekati pengertian tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lancar dan maksimal. Dan dalam proses pembelajaran tersebut seorang

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berupaya mempengaruhi mengarahkan dan mengembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. aspek organism atau pribadi. 1. interaksi dengan lingkungan. 2. interaksi dengan lingkungan. 3

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I TERMINOLOGI PEMBELAJARAN DAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh

BAB II KAJIAN TEORI. sebut tariqah artinya jalan, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. baru serta teori baru kedalam kurikulum sekolah. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yang berprofesi. Salah satunya adalah menjadi guru.

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Secara ideal seorang guru semestinya memiliki kemampuan dalam

TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB II TINJAUAN TEORITIS. 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Group to Group Exchange. a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa di SMA Negeri 10 Sarolangun masih belum memenuhi standar yang telah 1 XI IPA 1 65,24

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, diharapkan siswa akan mendapatkan hasil yang maksimal

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

FAKROR YANG MENYEBABKAN TURUNNYA PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO ARTIKEL. Oleh DESI RAHMAWATY LOKO NIM.

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

a. Pengertian Metode Pembelajaran Unit

BAB I PENDAHULUAN. 1996, hlm Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. XII,

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 36

Mufarizuddin,M.Pd. 1 ABSTRAK. Keyword : Hasil belajar Matematika, Strategi Mathematical Investigation

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN TEORI. berikut adalah pendapat para ahli tentang istilah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menarik kesimpulan sebagai berikut: 2. Tingkat prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Bantul Manunggal tahun

BAB IV PENUTUP. jumlah skor rata-rata berada pada klasifikasi sedang, yakni antara

BAB II KAJIAN TEORI. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjatuhkan tim. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman Tahun Ajaran 2011/2012, dengan r x1y

BAB I PENDAHULUAN. setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Dalam hal ini guru bertanggung jawab memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008), hlm Winata Putra Udin S., dkk, Strategi Belajar Mengajar IPA, (Jakarta: Universitas. Terbuka, 2001), hlm.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

BAB II KAJIAN TEORI. yang dimaksud dengan teori adalah serangkaian konsep, defenisi dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

BAB II KAJIAN TEORI. dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan yang dapat

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya.

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. akan cepat dicapai bila mana didukung oleh sumber daya alam yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan sistem pendidikan. Menurut Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Dari proses belajar yang

APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd (Pembimbing I) Agil Bachsoan. S.Ag, M.Ag (Pembimbing II)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif.

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG TIDAK MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK DENGAN YANG MENGGUNAKAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Kemampuan Guru a. Pengertian Kemampuan Guru Secara Etimologi dan Terminologi Pengertian kemampuan secara etimologi berasal dari kata mampu yang artinya bisa melakukan sesuatu, kuasa atau sanggup melakukan sesuatu. Kata mampu kemudian mendapat awalan ke- dan akhiran an menjadi kemampuan, yang berarti kecakapan, kesanggupan dan kebolehan melakukan sesuatu. 1 Sedangkan secara terminologi kemampuan guru merupakan wewenang, kekuasaan seseorang yang sesuai dengan profesinya atau jabatannya untuk dapat dilaksanakan, menentukan dan mengarahkan sesuai kepada tujuan tertentu. b. Pengertian Kemampuan Guru Menurut Para Ahli Kartini Kartono dan Dali Dula dalam kamus Psikologi menjelaskan pula tentang pengertian kemampuan yaitu istilah umum yang dikaitkan dengan kemampuan atau potensi menguasai sesuatu keahlian ataupun pemikiran itu sendiri. 2 Broke dan Stone memberikan pengertian kemampuan guru ialah sebagai gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru atau tenaga pendidikan yang tampak sangat berarti. 3 Menurut W. Robert Houston kemampuan adalah sebagai suatu tugas yang memadai, atau pemilikan pengetahuan. Keterampilan dan kemampuan dituntut 9 1 JS. Badudu, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Sinar Baru, 1948,hal. 854. 2 Kartini Kartono dan Dali Dula, Kamus Psikologi Pendidikan, Bandung: CV. Pionerjaya, 1987, hal. 1. 3 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional, 1991, hal. 32.

oleh jabatan seseorang. 4 Dalam hal ini kemampuan lebih dititik beratkan pada kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi. Oemar Hamalik mengatakan bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan yang profesional, oleh karena itu diperlukan kemampuan dan kewenangannya, kemampuan dapat dilihat dari kecakapan, kesanggupan, dan kemampuan guru dalam mengajar dan menjalankan tugasnya sebagai pendidik, membimbing, pengajar, dan pembina. 5 Sementara itu, kemampuan menurut Kepmendiknas 045/U/2002 adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu. Perspektif Kebijakan Pendidikan Nasional, pemerintah telah merumuskan 4 jenis kemampuan guru sebagaimana tercantum dalam penjelasan peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: 1) Kompetensi pedagogig yaitu, merupakan kemampuan dalam mengelola peserta didik. 2) Kompetensi kepribadian yaitu, merupakan kemampuan kepribadian. 3) Kompetensi sosial yaitu, kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat. 4) Kemampuan professional yaitu, merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. 6 Team Dosen Pembina Ilmu Keguruan IKIP Jakarta, sekarang disebut dengan Universitas Negeri Jakarta, merumuskan kemampuan dasar guru salah satunya yaitu 4 Kunandar,Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Suk ses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010, hal. 52. 5 Oemar Hamalik,Proses Belajar Mengajar, Bandung: Tarsito, 1982, hal. 15. 6.Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Askara, 2008, hal, 31.

merumuskan tujuan pembelajaran atau intruksional. 7 Hal tersebut diharapkan guru memiliki penguasaan dalam mendeskripsikan mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. Penulis dapat menyimpulkan dari pengertian di atas bahwa kemampuan atau kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya dalam suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. 2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran a. Pengertian Tujuan Pembelajaran Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakanoleh B.F. Skinner (aliran psikologi behaviorisme). Kemudiandiikuti oleh Robert Mager yang dituangkan dalam bukunyayang berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak pada tahun 1970 hinggasekarang penerapannya semakin meluas hampir di seluruh lembagapendidikan di dunia, termasuk di Indonesia. 8 Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno berikut ini dikemukakanbeberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli: 1) Robert F. Magermengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yanghendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dantingkat kompetensi tertentu. 2) Kemp dan David E. Kapel menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifikyang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang Makasar 7. Soetjipto, dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta, 2007, hal 36. 8. http://www.bktm-makassar.org/assets/datas/announcement/samples.pdf, uni Panca Sari Harahap, S.Pd,

diwujudkan dalambentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. 3) HenryEllington bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yangdiharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. 9 4) Sementara itu, Oemar Hamalik menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatudeskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelahberlangsung pembelajaran. 10 Pengertian rumusan tujuan pembelajaran yang beragam menurut para ahli di atas, menunjukan esensi yang sama, bahwa : (1) tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi padasiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalambentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Namun yang menarik untukdigarisbawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwaperumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Halini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaranseyogyanya dibuat secara tertulis (written plan). 11 b. Langkah-Langkah Merumuskan Tujuan Pembelajaran Sistem pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan, maka segala sesuatu yangdilakukan pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran hendaknyadiarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan merupakanpengikat segala aktivitas pendidik dan peserta didik. 9. Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Askara, 2010, hal. 35. 10. Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Askara, 2010, hal. 109. 11. http://, Ibid

Rumusan tujuan pembelajaran dibuat guru untuk siswa karena guru diasumsikan tahu benar topik atau hal-hal apakah yang harus dikuasai siswa dalam mempelajari topik tersebut. Oleh sebab itu guru harus memperhatikan hal-hal yang menjadi ketentuan dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Guru harus memahami tiga hal pokok dalam merumuskan tujuan pembelajaran yaitu: 1) Guru harus mempelajari kurikulum sebab bahan yang harus diajarkan dan tujuan umum bahan tersebut ada dalam kurikulum khususnya GBPP. 2) Memahami tipe-tipe hasil belajar sebab tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa. 3) Cara merumuskan tujuan pembelajaran sehingga tujuan tersebut jelas isinya dan dapat dicapai oleh siswa setelah siswa menerima pembelajaran tersebut. 12 Hamzah B. Uno menekankan pentingnya penguasaan guru tentangtata bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapattergambarkan konsep dan proses berfikir guru yang bersangkutan dalammenuangkan idenya tentang pembelajaran. Kemudian mengemukakantentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD.A=Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai, dan D=Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima). Selanjutnya dalam menuangkan behavior yang akan diukur, perlu dihindari kata-kata kerja yang tidak operasional. 13 12. Nana Sudjana, Ibid, hal. 61. 13. Hamzah B. Uno, Ibid, hal. 40.

Marger dalam Oemar Hamalik berpendapat bahwa tujuan pembelajaran seharusnya mengandung tiga komponen utama, yaitu : 1) Tingkah laku (behavior): untuk menspesifikasikan apa yang akan kita amati dan akan diukur. 2) Standar (standard): yang memungkinkan kita untuk meyakinkan kita untuk menilai dampak dari belajar. 3) Kondisi luar (external conditions): untuk meyakinkan bahwa perilaku yang diperoleh benar-benar disebabkan oleh kegiatan belajar, bukan karena sebab-sebab lain. 14 Mudasir dalam bukunya juga menyatakan beberapa indikator yang harus diperhatikan oleh guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran yaitu sebagai berikut : 1) Didasari pada standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang terdapat di dalam kurikulum yang berlaku. 2) Rumusan tujuan pembelajaran yang harus berpusat pada siswa, mengacu kepada perubahan tingkah laku objek pembelajaran yaitu siswa sebagai peserta didik karena pada dasarnya yang melakukan pembelajaran adalah siswa. 3) Rumusan tujuan pembelajaran harus mencerminkan tingkah laku operasional yaitu tingkah laku yang dapat diamati dan diukur yang dirumuskan dengan menggunakan kata-kata operasional. 4) Rumusan tujuan pembelajaran harus berisikan dan berdasarkan makna dari pokok bahasan atau materi pokok yang akan di ajarkan pada saat kegiatan pembelajaran. 5) Satu tujuan satu tingkah laku dan tidak di benarkan menggunakan kata dan yang menyebabkan dua tingkah laku. 14. Oemar Hamalik, Log Cit, hal. 109

6) Harus jelas ukuran tingkah laku siswa yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran. 7) Mengandung unsur kognitif, afektif dan psikomotor yang berimbang dalam setiap proses pembelajaran. 8) Tujuan pembelajaran harus berwujud tingkah laku siswa dalam bentuk kognitif, afektif dan psikomotor. 15 c. Kata-Kata Operasional (Kata kerja yang dapat diukur/dinilai) psikomotor. Rumusan tujuan pembelajaran mengandung unsur kognitif, afektif, dan 1) Ranah Kognitif No. Kategori Jenis Perilaku Kata Kerja Operasional 1. Pengetahuan Mendefenisikan, menyatakan,mendeskripsikan,mengidentifikasikan, mendaftarkan,menjodohkan, menyebutkan, memproduksi. 2. Pemahaman Mempertahankan,membedakan,menduga, merluas, menerangkan, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberi contoh, menuliskan kembali, memperkirakan. 3. Aplikasi Mengubah, menentukan, menghitung, menyiapkan, mendemontrasikan, menemukan, memanipulasi, memodifikasikan, mengoperasikan, meramalkan,menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan. 4. Sintesis Merinci, menyusun diagram, memilih, membedakan, mengidentifikasikan, memisahkan, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukan, menghubungkan, membagi. 5. Analisis Mengkategorikan, mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, membuat desain, merevisi, menjelaskan, mengorganisasikan, menyusun, membuat rencana, mengatur kembali, merekonstruksikan,menuliskan, dan menceritakan. 6. Evaluasi Menilai, membandingkan, mengkritik,menyimpulkan, mempertentangkan,mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, membantu, menafsirkan, dan menghubungkan. 2) Ranah Afektif No. Kategori Jenis Kata Kerja Operasional Perilaku 1. Memperhatikan Menanyakan, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, 15. Mudasir, Desain Pembelajaran, Pekanbaru: STAI Nurul Falah Press, 2013, hal. 138.

memberikan, mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan, dan menjawab. 2. Merespon Menjawab, membantu, mendiskusikan, melakukan, membaca, memberi, menghafal, melaporkan, menceritakan, menulis, dan mempelajari. 3. Menghayati nilai Melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengusulkan, melaporkan, dan memilih. 4. Mengorganisasikan Mengubah, mengatur, menggabung, membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menerangkan, generalisasi, memodifikasikan, menyiapkan, mengorganisir, menghubungkan, dan mensintesakan. 5. Characterization Membedakan, menerapkan, mengusulkan, memperagakan, mempengaruhi,mendengarkan, memodifikasikan, mempertunjukkan, menanyakan, merevisi, melayani, memecahkan, dan menggunakan. 3) Ranah Psikomotor No. Kategori Jenis Perilaku 1. Muscular or Motor Skill 2. Manipulations of Material or Objects 3. Neorommuscular Coordination Kata Kerja Operasional Mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, dan menampilkan. Mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser atau memindahkan, dan membentuk. Mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik dan menggunakan. 16 Istilah-istilah di bawah ini adalah kata kerja yang kurang operasional: - Mengetahui - Memahami - Menghargai - Menikmati - Meyakini - Mempercayai - Mengerti - Mengerti sekali 16. Suharsimi Arikunto,Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Askara, 2007 hal. 137

- Sangat menghargai - Memperdalam - Memerangi dan lain-lain. 17 d. Kegunaan Merumuskan Tujuan Pembelajaran Perumusan tujuan pembelajaran mengandung kegunaan tertentu yaitu: 1) Untuk menilai pembelajaran, dalam arti bahwa pembelajaran dinilai berhasil apabila siswa telah mencapai tujuan yang telah ditentukan. 2) Untuk membimbing siswa belajar. Tujuan-tujuan yang telah dirumuskan memberikan arah, acuan, dan pedoman bagi siswa dalam melakukan kegiatankegiatan belajar. 3) Merupakan criteria untuk merancang pelajaran. Dengan tujuan-tujuan yang telah ditentukan, merupakan dasar dalam memilih dan menetapkan materi pelajaran, baik ruang lingkupnya maupun dalam urutannya, menentukan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan, memilih dan sumber, serta untuk merancang prosedur penilaian. 4) Menjadi semacam media untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan guru lainnya. 18 Hamzah B. Uno juga berpendapat sama bahwa ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui penuangan tujuan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: 1) Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat. 2) Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi pelajaran yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu sedikit. 17. Hamzah B. Uno, Op. Cit, hal. 40 18. Oemar Hamalik, Ibid, hal. 113

3) Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat atau sebaiknya disajikan dalam setiap jam pelajaran. 4) Guru dapat menetapkan urutan dan rangkaian materi pelajaran secara tepat. Artinya, peletakan masing-masing materi pelajaran akan memudahkan siswa dalam mempelajari isi pelajaran. 5) Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar yag paling cocok dan menarik. 6) Guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun bahan dalam keperluan belajar. 7) Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar. 8) Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar tanpa tujuan yang jelas. 19 19. Hamzah B. Uno, Ibid, hal. 34

3. Kemampuan Guru Merumuskan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan komponen utama yang terlebih dahulu dirumuskan guru dalam pembelajaran, karena merupakan sasaran dariproses pembelajaran. Itulah sebabnya mengapa tujuan pembelajaran seringjuga dinamakan sasaran belajar. Oleh sebab itu, perlunya kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran adalah kecakapan atau kesanggupan guru dalam mendeskripsikan tingkah laku atau kemampuan yang ingin dicapai siswa setelah ia menerima proses pembelajaran. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu: a. Rumusan tujuan pembelajaran harus berpusat pada perubahan tingkah laku sasaran didik atau siswa. Hal ini disebabkan tujuan pengajaran pada dasarnya untuk siswa bukan untuk guru. Teknik perumusannya didahului dengan kalimat Siswa dapat... atau dapat dilengkapi dengan kalimat sebagai berikut Pada akhir pelajaran diharapkan siswa dapat...dan seterusnya. b. Rumusan pembelajaran berisikan tingkah laku operasional. Tingkah laku operasional artinya dapat diukur pada saat itu juga, tingkah laku operasional untuk aspek kognitif antara lain membedakan, membandingkan, dan sebagainya, Kombinasi anatara ketentuan pertama dan kedua menghasilkan rumusan tujuan sebagai berikut Pada akhir pelajaran diharapkan siswa dapat membedakan dan seterusnya. c. Rumusan tujuan berisikan makna dari pokok bahasan yang akan diajarkan saat itu. 20 B. Penelitian Relevan Penelitian ini membahas tentang Kemampuan Guru Merumuskan Tujuan PembelajaranPada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Muhammadiyah Bangkinang Kabupaten Kampar. Penelitian terdahulu membahas tentang: 2011, hal, 64. 20. Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (edisi revisi). Bandung: Sinar Baru Algensindo,

1. Hubungan Tingkat Kehadiran Siswa Dengan Pencapaian Tujuan Pembelajaran Khusus Qur an Hadits di Kelas 1 Madrasah Tsanawiyah Hidayatullah Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak, oleh Wartono tahun 2007. Hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa tingkat kehadiran dalam proses pembelajaran dalam mencapai tujuan itu tidaklah cukup, maka harus ditunjang dengan faktor lainnya juga berpengaruh seperti; motivasi belajar siswa, guru memberikan soal-soal latihan, perhatian siswa ketika mengikuti pelajaran, motivasi dari guru kepada siswanya, metode mengajar yang digunakan guru, dan media yang digunakan guru. 2. Kemampuan Guru Menyusun Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di SMK Se Kecamatan Lirik, oleh Rohaniah tahun 2008. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru menyusun silabus mata pelajaran pendidikan Agama Islam di SMK se-kecamatan Lirik dikategorikan cukup mampu hal ini terlihat dari hasil yang diperoleh adalah sebesar 57,14% dan berada diantara 56-75%, berarti guru pendidikan Agama Islam di SMK se-kecamatan Lirik cukup mampu dalam menyusun silabus. Serta adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan guru pendidikan Agama Islam dalam menyusun silabus di SMK sekecamatan Lirik adalah kurangnya pengawasan dari kepala sekolah, sehingga guru-guru tidak tahu apakah silabus yang telah dibuat sudah benar atau belum. Penelitian-penelitian di atas sifatnya hanya merupakan penelitian relevan saja, tetapi penelitian yang penulis lakukan kali ini tetap berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaannya terletak pada lokasi dan objek penelitiannya, maka penelitian kali ini tentang kemampuan guru merumuskan tujuan pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi di SMA Muhammadiyah Bangkinang Kabupaten Kampar

C. Konsep Operasional Konsep operasional merupakan konsepyang digunakan untuk memberikan batasan terhadap kerangka teoritis agar tidak terjadi kesalah pahaman, sehingga tidak menyimpang dari kerangka teoritis yang telah ada karena ia merupakan operasional dari kerangka teoritis tersebut. Operasional dari kemampuan guru merumuskan tujuan pembelajaranpada mata pelajaran ekonomi adalah:

1. Kompetensi Dasar : Mengklasifikasi ketenagakerjaan Tujuan pembelajaran : RPP pertemuan ke 1 RPP pertemuan ke 2 RPP pertemuan ke 3 a. Siswa dapat menghubungkan angkatan kerja, tenaga kerja dan kesempatan kerja. b. Siswa dapat membedakan angkatan kerja, tenaga kerja dan kesempatan kerja. a. Siswa dapat mendeskripsikan upaya peningkatan kualitas kerja. b. Siswa dapat mengidentifikasikan sistem upah di Indonesia. c. Siswa dapat membedakan pengupahan di Jakarta dengan daerah lainnya. a. Siswa dapat mendeskripsikan pengangguran. b. Siswa dapat mengidentifikasi jenis pengangguran. c. Siswa dapat mengidentifikasi sebabsebab pengangguran. d. Siswa dapat mengidentifikasi dampak negatif pengangguran. e. Siswa dapat mendeskripsikan cara-cara mengatasi pengangguran. 2. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan tujuan pembangunan ekonomi Tujuan Pembelajaran : a. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian pembangunan ekonomi dan pertumbuhan RPP pertemuan ke 4 ekonomi. b. Siswa dapat membedakan pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi. c. Siswa dapat menghitung laju pertumbuhan ekonomi. RPP pertemuan ke 5 a. Siswa dapat mendeskripsikan unsur-unsur pembangunan ekonomi. b. Siswa dapat mengidentifikasikan faktor-faktor pembangunan ekonomi. RPP pertemuan ke 6 a. Siswa dapat mengidentifikasikanpembangunanekonomi di negara maju. b. Siswa dapat mengidentifikasikan pembangunan ekonomi di negara berkembang. c. Siswa dapat mengidentifikasikan tujuan pembangunan ekonomi.

RPP pertemuan ke 7 RPP pertemuan ke 8 a. Siswa dapat mengidentifikasikan permasalahan pembangunan ekonomi di Indonesia. b. Siswa dapat mengidentifikasikan dampak pembangunan ekonomi. a. Siswa dapat mengidentifikasikan keberhasilan dan kegagalan pembangunan ekonomi. b. Siswa dapat mengidentifikasikan pembangunan nasional tahun 1999. c. Siswa dapat mengidentifikasikan program pembangunan. d. Siswa dapat mengidentifikasikan prioritas pembangunan tahun 2006. 3. Kompetensi Dasar : Menjelaskan pengertian, tujuan dan fungsi APBN dan APBD Tujuan Pembelajaran : a. Siswa dapat mendeskripsikan pengetian RPP pertemuan ke 9 APBN dan APBD. b. Siswa dapat mendeskripsikan fungsi APBN dan APBD. c. Siswa dapat menguraikan tujuan APBN dan APBD. 4. Kompetensi Dasar : Mengidentifikasisumbersumberpenerimaanpemerintahpusatdanpemerintahdaerah Tujuan Pembelajaran : RPP pertemuan ke 10 a. Siswa dapat mengidentifikasi sumber-sumber pendapatan Negara dan daerah. b. Siswa dapat membedakan APBN model baru dan model lama. c. Siswa dapat mendeskripsikan cara penyusunan dan pengelolaan APBN. 5. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan kebijakan pemerintah di bidang fiskal Tujuan pembelajaran : a. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian RPP pertemuan ke 11 pajak dan fungsinya. b. Siswa dapat mendeskripsikan kebijakan fiskal. c. Siswa dapat menghitung pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan. 6. Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis-jenis pengeluaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah Tujuan Pembelajaran : a. Siswa dapat mendeskripsikan kebijakan RPP pertemuan ke 12 anggaran.

b. Siswa dapat membedakan pengeluaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 7. Kompetensi Dasar : Mengenal jenis produk dalam bursa efek Tujuan Pembelajaran : a. Siswa dapat mengklasifikasikan jenis produk RPP pertemuan ke 13 dalam bursa efek. b. Siswa dapat mendeskripsikan badan pembina pasar modal. c. Siswa dapat mendiskripsikan badan pelaksana pasar modal. RPP pertemuan ke 14 a. Siswa dapat membuat contoh peran pelaku pasar modal. b. Siswa dapat mendeskripsikan lembaga penunjang pasar modal. 8. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan mekanisme kerja bursa efek Tujuan pembelajaran : RPP pertemuan ke 15 a. Siswa dapat mengidentifikasikan konsep pasar perdana. b. Siswa dapat mendeskripsikan prosedur pasar perdana. c. Siswa dapat mengidentifikasikan konsep pasar sekunder. d. Siswa dapat mendeskripsikan mekanisme pasar sekunder. RPP pertemuan ke 16 a. Siswa dapat mendeskripsikan manfaat pasar modal. b. Siswa dapat mengidentifikasi kelebihankelebihan pasar modal. c. Siswa dapat mendeskripsikan kelemahankelemahan pasar modal.