JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

dokumen-dokumen yang mirip
I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat. beragam keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya.

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, karena. kesenian dan kekriyaan. Kesenian dan kebudayaan dapat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI. Inka Septiana. Sosiologi Antropologi

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan daerah harus dilestarikan dan dipertahankan. 1 Salah satu usaha dalam

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( )

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baik

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

BAB V KESIMPULAN DAN CATATAN KRITIS. Selain itu, telah dijelaskan pula faktor selera ( keinginan ) dan perinta orang tua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. terutama sekali terdiri dari pesta keupacaraan yang disebut slametan, kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk ungkapan kehidupan atau pernyataan diri masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

ANALISIS SOSIOLOGI BUDAYA DALAM KESENIAN TRADISIONAL JATHILAN TRI TUNGGAL MUDA BUDAYA DUSUN GEJIWAN DESA KRINJING KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ponorogo yang terletak di sisi tenggara Provinsi Jawa Timur yakni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Setiap suku bangsa memiliki adat dan tradisinya yang berbeda-beda sesuai

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

Transkripsi:

JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oktober 2013

MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) Desi Widyastuti Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau, di mana setiap pulau memiliki suku bangsa yang berbeda-beda. Hal ini membuat Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Keanekaragaman budaya ini salah satunya yaitu keanekaragaman seni tradisi. Secara umum, seni tradisi yang dimiliki kelompok etnik di Nusantara tidak dapat lepas dari konteks ritualitas dan sakralitas salah satunya yaitu seni tradisi Reog Ponorogo. Modernisasi adalah sebuah mesin waktu yang mampu mengubah pola perilaku manusia bahkan mampu memberikan efek perubahan dalam budaya lokal yang ada. Tetapi kehadiran modernisasi tidak mampu mengubah konteks ritualitas dan sakralitas dalam seni tradisi Reog Ponorogo. Masyarakat masih melestarikan dan melaksanakan ritual sakral di era modernisasi sekarang ini karena mereka memiliki makna dan alasan tertentu. Kata Kunci : ritual, makna, modernisasi, perubahan

Pendahuluan Latar Belakang Kebudayaan adalah suatu serangkaian kegiatan yang dilakukan manusia sebagai bentuk hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang berguna untuk mencapai pemenuhan kehidupan manusia. Baik untuk dirinya sendiri maupun bagi manusiamanusia pada umumnya yang berupa bahasa, ilmu pengetahuan, perilaku dan kebiasaan, adat-istiadat, norma-norma, kereligiusan, mata pencaharian, peralatanperalatan perkakas kebutuhan hidup manusia yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya untuk berkembang lebih maju. Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau, di mana setiap pulau memiliki suku bangsa yang berbeda-beda. Hal ini membuat Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Keanekaragaman budaya ini salah satunya yaitu keanekaragaman seni tradisi.secara umum, seni tradisi yang dimiliki kelompok etnik di Nusantara tidak dapat lepas dari konteks ritualitas dan sakralitas. Tradisi Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewariskannya kepada generasi selanjutnya dengan cara tertulis maupun lisan. Adanya arus modernisasi dapat menimbulkan berbagai dampak perubahan pada tradisi yang ada di negara Indonesia termasuk seni tradisi Reog Ponorogo. Tetapi, tidak keseluruhan dalam seni ini mengalami perubahan, seni ini tetap mempertahankan unsur-unsur keasliannya. Kesenian Reog ditempatkan menjadi bagian tak terpisahkan dalam sistem religi masyarakat pendukungnya. Mengikuti pendapat Clifford Geertz (1963) yang mengelompokkan masyarakat ke dalam tiga golongan besar berdasarkan varian budayanya yaitu abangan, santri, dan priyayi, maka dapat dikatakan bahwa pendukung Reog adalah golongan abangan. Secara kultural, kelompok ini masih mempertahankan unsur-unsur budaya pra-islam, animisme, dinamisme, dan dicampur dengan unsur-unsur kebudayaan Hindu / Budha. Masyarakat tetap ingin mempertahankan kesenian itu seperti yang diajarkan dan diwariskan oleh para pendahulunya. Mereka sulit menghilangkan unsur-unsur mistis seperti

mengadakan prosesi ritual sebelum pementasan Reog berlangsung, karena menganggap bahwa unsur mistis menjadi bagian tak terpisahkan dari seni Reog. Bila hal itu dihilangkan berarti akan menghilangkan keaslian Reog sebagai seni tradisi yang sudah tua usianya. Masyarakat yang masih mempertahankan unsur-unsur keaslian dalam seni Reog seperti pengadaan ritual sakral sebelum pementasan seni Reog Ponorogo tersebut salah satunya adalah masyarakat Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Ritual sakral yang masih dipertahankan dan dilestarikan di era modernisasi sekarang ini tentunya mengandung makna tersendiri bagi masyarakat Desa Wagir Lor. Berdasarkan kondisi di atas peneliti tertarik untuk berusaha mencari informasi lebih jauh tentang ritual dalam pementasan seni tradisi Reog. Apa alasan mereka masih mempertahankan ritual tersebut hingga era modernisasi seperti sekarang ini. Permasalahan 1. Apa makna ritual dalam pementasan seni tradisi Reog ponorogo? 2. Mengapa ritual sebelum pementasan Reog masih dilestarikan di era modernisasi sekarang ini? 3. Apa perubahan yang terjadi di seni tradisi Reog Ponorogo di era modernisasi sekarang ini? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam ritual. 2. Untuk mengetahui alasan mengapa ritual sebelum pementasan Reog masih dilestarikan di era modernisasi sekarang ini. 3. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi di seni tradisi Reog Ponorogo di era modernisasi sekarang ini. Kerangka Berpikir Adanya perkembangan zaman di era modernisasi saat ini mengakibatkan perubahan diberbagai bidang kehidupan, perubahan itu tidak hanya terjadi pada bidang sosialnya saja tetapi juga dalam bidang budaya. Karena budaya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat itu sendiri, maka perubahan yang ada dalam masyarakat secara otomatis juga akan merubah budaya masyarakat, arah

perubahan budaya tergantung pada arah perubahan dari masyarakat. Arah perubahan sosial dan budaya dapat mengarah kepada hal yang positif dan juga dapat mengarah kepada hal yang negatif. Perubahan yang mengarah kepada hal yang positif akan mengubah arah kehidupan manusia lebih baik, namun arah yang negatif dapat membuat manusia terjerumus ke dalan hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat yang ada. Adanya perubahan-perubahan akibat modernisasi yang terjadi dalam masyarakat tentunya juga akan merubah seni tradisi, seperti seni tradisi Reog Ponorogo walaupun perubahan yang terjadi hanya sebagian saja. Perubahan yang terjadi yaitu lebih pada peran tokoh seni Reog dahulu dan sekarang, tetapi eksisitensi ritual tetap dilaksanakan sebelum pementasan dan tidak pernah goyah oleh perubahan zaman. Dari zaman dulu hingga sekarang hal-hal yang berkaitan dengan prosesi ritual masih tetap sama tidak ditambah maupun dikurangi. Metode Penelitian Penelitian dengan judul makna ritual dalam pementasan seni tradisi Reog Ponorogo dilakukan di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif dan jenis penelitian studi kasus. Deskriptif kualitatif yaitu dimana peneliti menjabarkan mengenai apa yang diperoleh di lapangan dan menjabarkannya dalam sebuah tulisan yang berupa narasi. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan diperoleh melalui pencatatan langsung dari hal yang dikemukakan informan yakni kata-kata dan tindakan juga didukung melalui foto yang digunakan sebagai bukti wawancara, serta melihat fakta langsung yang ada dilapangan. Informan yang dipilih dalam penelitian ini yaitu sesepuh (orang yang memimpin ritual), pemain / peran tokoh, tokoh agama, dan masyarakat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi. Wawancara mendalam dilakukan dengan narasumber atau informan. Observasi langsung digunakan untuk mengetahui keadaan dan proses yang ada di lapangan sebagai objek penelitian. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas data dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan review informan.

Pembahasan Makna dari pelaksanaan ritual sebelum pementasan seni Reog tersebut adalah sebagai suatu usaha masyarakat untuk menghindari halangan-halangan yang bisa terjadi saat pementasan dengan memberikan sesaji sebagai rasa pengakuan (ngajeni ) terhadap keberadaan roh yang dipercaya masyarakat sebagai penunggu barongan. Sesaji-sesaji yang masyarakat persembahkan bukanlah untuk meminta ataupun memuja roh-roh tersebut melainkan untuk upah agar mereka tidak mengganggu manusia. Karena sudah digariskan bila jin dan setan itu diciptakan Tuhan untuk mengganggu manusia. Era modernisasi yang serba canggih seperti sekarang ini tidak membuat masyarakat Desa menjadi modern. Hal tersebut diakibatkan karena di Desa, masyarakatnya masih cenderung tradisional dan mempertahankan adat-adat serta budayalokalnya. Masyarakat Desa seperti masyarakat Desa Wagir Lor,Kecamatan Ngebel, Ponorogo merupakan salah satu bukti bahwa mereka masih mempertahankan budaya lokal mereka yaitu budaya lokal seni Reog Ponorogo yang sarat akan nuansa magis dan mistis seperti ritual sesaji sebelum pementasan seni Reog berlangsung. Hal tersebut sebagai wujud pembuktianbahwa mereka mampu dalam melawan arus modernisasi sekarang ini. Tentu ada alasan mengapa masyarakat Desa Wagir Lor tetap melaksanakan ritual sebelum pementasan di era modernisasi sekarang ini, alasannyayaitu karena mereka masih percaya kepada cerita atau mitos yang beredar. Kepercayaan mereka yaitu menganggap ada roh penunggu barongan yang harus di akui keberadaannya.karena manusia hidup di dunia ini disadari atau tidak mereka selalu berdampingan dengan alam gaib. Dan sudah digariskan oleh yang kuasa bahwa roh gaib jin dan setan itu ditakdirkan untuk mengganggu manusia di dunia. Mereka percaya bahwa dengan ritual memberikan sesaji sebelum pementasan Reog dapat menghindarkan mereka dari hal-hal yang tidak diinginkan saat pementasan yang berasal dari gangguangangguan makhluk halus.ada alasan lainnya yang menyebabkan masyarakat Desa Wagir Lor melaksanakan ritual tersebut yaitu karena mereka masih ingin mempertahankan adat istiadat yang sudah sejak dulu dilakukan oleh para leluhur

mereka sebagai bentuk budaya. Pola perilaku mereka juga bergerak sesuai dengan apa yang mereka yakini sebagai suatu kebenaran yang hakiki. Pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di era modernisasi sekarang ini, membuat kesenian daerah menjadi tidak murni dan mengalami perubahan. IPTEK juga sangat berpotensi untuk menggerus nilai-nilai sosial yang ada di kesenian tersebut. Sebagai contoh kesenian Reog yang hingga kini terus dilestarikan tidak menutup kemungkinan kesenian tersebut tidak mengalami perubahan. Nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat bukan tidak mungkin terkikis karena perubahan zaman dan pola fikir yang semakin positif di era teknologi modern saat ini. Perubahan tersebut bisa saja terjadi karena berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju dan tingkat pendidikan yang tinggi di era modernisasi sekarang ini. Perkembangan tersebut membuat masyarakat menjadi berpikir lebih maju dan kritis. Perubahan yang terjadi di seni Reog Ponorogo di era modernisasi sekarang ini yaitu perubahan peran tokoh dalam kesenian tersebut. Dalam tradisi Reog zaman dulu tokohwarok adalah seorang yang sakti mandraguna, kebal senjata tajam dan sangat disegani. Berbeda dengan warok di zaman sekarang yang hanya mengutamakan estetika bernari tanpa memiliki kekuatan dan kesaktian seperti di zaman dulu.laku warok yang harus anti dengan lawan jenis dirasa sangat berat di zaman sekarang. Perkembangan IPTEK yang serba canggih bisa jadi penyebab utama generasi sekarang tidak mau lagi meneruskan apa yang menjadi sejatinya seorang warok dan mereka merupakan generasi yang maju dan kritis dimana mereka lebih mengutamakan akal dan logika dalam hidup. Dulu warok merupakan orang yang sakti dan memiliki pantangan bergaul dengan lawan jenis, bila hal itu dilanggar akan menghilangkan kesaktian mereka. Oleh karena itu, warok zaman dulu memelihara seorang gemblak yaitu remaja laki-laki muda dan tampan yang berperan sebagai penari saat pementasan Reog berlangsung. Di zaman sekarang istilah gemblak tersebut sudah tidak ada karena dirasa telah menyalahi norma yang ada di masyarakat. Perkembangan pendidikan membuat masyarakat lebih berpikir rasional dan berusaha meninggalkan adat yang dirasa salah dan tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Peran gemblak sebagai penari

saat pementasan sekarang digantikan oleh remaja putri atau yang dikenal sebagai jathil sekarang ini memberikan nilai positif bagi perkembangan Reog. Gerakan tari-tarian yang dibawakan saat pementasan menjadi lebih beragam dan menarik. Hal ini tidak bisa lepas dari pengaruh modernisasi.dimana pengetahuan ilmu dan teknologi semakin berkembang dan modern. Sehingga agar budaya ini tidak monoton dan tradisionil, mereka berupaya mengubahnya untuk mengikuti arus perkembangan zaman. Kesimpulan Makna dari pelaksanaan ritual sebelum pementasan seni Reog tersebut adalah sebagai suatu usaha masyarakat untuk menghindari halangan-halangan yang bisa terjadi saat pementasan dengan memberikan sesaji sebagai rasa pengakuan (ngajeni ) terhadap keberadaan roh yang dipercaya masyarakat sebagai penunggu barongan. Alasan masyarakat masih melaksanakan ritual di era modernisasi seperti sekarang ini karena masyarakat masih percaya kepada cerita atau mitos yang beredar tentang kemistisan dan keangkeran Reog Desa Wagir Lor, masyarakat berharap mendapatkan sebuah keselamatan dan terhindar dari halangan-halangan yang tidak diinginkan saat pementasan seni Reog berlangsung, dan masyarakat masih ingin mempertahankan adat istiadat yang sudah sejak dulu dilakukan oleh para leluhur mereka sebagai bentuk khasanah kekayaan budaya bangsa. Arus modernisasi juga menimbulkan dampak perubahan di seni Reog Ponorogo yaitu perubahan dari segi peran tokoh warok. Dahulu tokoh warok sejatinya memiliki kesaktian sekarang tokoh warok adalah orang biasa yang mengutamakan estetika menari luwes dan indah, dan peran tokoh gemblak sebagai penari saat pementasan sekarang digantikan oleh remaja putri/jathil. Daftar Pustaka Geertz, Clifford. (1989). Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. (terj.). Jakarta. PT Dunia Pustaka Jaya. Koentjaraningrat.(2000). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Lexy J. Moloeng.2005.Metodologi Penelitia Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Moelyadi.1986. Ungkapan Sejarah Kerajaan Wengker dan Reyog Ponorogo. Ponorogo: Dewan Pimpinan Cabang Pemuda Panca Marga. Koentjaraningrat.(1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.