BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

KEBUDAYAAN DALAM ILMU ANTROPOLOGI

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

KEBUDAYAAN. Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

Dampak Perubahan Sosial Budaya

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

KONSEP-KONSEP POKOK DALAM ANTROPOLIGI: KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

KEBUDAYAAN: PELURUSAN ATAS PEMAKNAAN Oleh Sumaryadi Staf Pengajar pada FBS UNY

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Merp proses yang berlangsung sepanjang hidup indv, dlm hal mengolah perasaan, hasrat, napsu, emosi shg terbentuk kepribadian

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BUDAYA KERJA UNTUK KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia Masyarakat : ( - مشاركة -(شارك kaum/komunitas Budaya : Pola pikir/tradisi/kebiasaan Kebudayaan : Wujud material

Dinamika Kebudayaan. surono

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

Kebudayaan (2) Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

BAB II URAIAN TEORITIS. Situs memiliki berbagai pengertian yang berbeda karena selain dibidang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193).

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. animisme dan dinamisme. Masyarakat tersebut masih mempercayai adanya rohroh

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007:150).

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

- alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) - organisasi kekuatan (politik)

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

Transkripsi:

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Tradisi dan Kebudayaan Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Suatu tradisi dalam masyarakat merupakan warisan kebudayaan yang sangat perlu dilestarikan oleh masyarakat setempat, karena budaya merupakan jati diri suatu bangsa. Jadi, bangsa yang kehilangan budayanya maka boleh dikatakan bangsa tersebut akan kehilangan jati dirinya. Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia Indonesia hingga dewasa ini secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai tumpukan pengalaman dan pembangunan budaya yang terdiri lapisan-lapisan budaya yang terbentuk sepanjang sejarahnya.( 1 Departemen Pendidikan Nasional. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. hlm. 959) Dalam Ilmu Antropologi telah menjadikan berbagai cara hidup manusia dengan berbagai macam sistem tindakan sebagai obyek penelitian dan analisa, aspek belajar itu merupakan aspek yang sangat penting. Itulah sebabnya dalam hal memberi pembatasan terhadap konsep kebudayaan atau culture itu, artinya dalam hal memberi definisi terhadap konsep kebudayaan, ilmu antropologi seringkali sangat berbeda dengan berbagai ilmu lain. Hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan karena

amat sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tak perlu dibiasakannya dengan belajar. Memang, definisi yang menganggap bahwa kebudayaan dan tindakan kebudayaan itu adalah segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar (learned behavior). Kata Kebudayaan dan Culture, kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudaya-an dapat diartikan: hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada sarjana lain mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan budaya dari kebudayaan. Demikianlah budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam istilah antropologi-budaya perbedaan itu ditiadakan. Kata budaya di sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari kebudayaan dengan arti yang sama. Seorang ahli antropolog A.L. Kroeber pernah menganjurkan untuk membedakan secara tajam wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide-ide dan konsep-konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola( Edy Sedyawati. 2006. Budaya Indonesia (Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hlm. 317.). Dalam buku Pengantar Ilmu Antropolgi oleh Koentjaraningrat, J.J. Honigmann yang dalam buku pelajaran antropologinya yang berjudul The World of Man, membedakan adanya tiga gejala kebudayaan, yaitu ideas,

activities, dan artifact, dia berpendirian bahwa kebudayaan itu ada tiga wujud kebudayaannya, yaitu: a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya. b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.( Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 179-181.) Menurut Rafael Raga Maran, dalam bukunya Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar, disebutkan bahwa ciriciri kebudayaan antara lain: a. Kebudayaan adalah produk manusia. Artinya, kebudayaan adalah ciptaan manusia. Bukan ciptaan Tuhan atau dewa. Manusia adalah pelaku sejarah dan kebudayaan. b. Kebudayaan selalu bersifat sosial. Artinya kebudayaan tidak pernah dihasilkan secara individual, melainkan oleh manusia secara bersama. Kebudayaan adalah suatu karya bersama, bukan karya perorangan. c. Kebudayaan diteruskan lewat proses belajar. Artinya, kebudayaan itu diwariskan dari generasi yang satu ke generasi lainnya melalui proses belajar. Kebudayaan berkembang dari waktu ke waktu karena kemampuan belajar manusia. Tampak di sini bahwa kebudayaan itu selalu bersifat historis, artinya proses yang selalu berkembang.( Ibid. hlm. 186-187.) d. Kebudayaan bersifat simbolik, sebab kebudayaan merupakan ekspresi, ungkapan kehadiran manusia. Sebagai ekspresi manusia, kebudayaan itu tidak sama dengan manusia. Kebudayaan disebut simbolik, sebab mengekspresikan manusia dan segala upayanya untuk mewujudkan dirinya. e. Kebudayaan adalah sistem pemenuhan pelbagai kebutuhan manusia. Tidak seperti hewan, manusia memenuhi segala kebutuhannya dengan

cara-cara yang beradab, atau dengan cara-cara manusiawi. Hewan misalnya tidak mampu mengolah makanan hingga terasa enak dan lezat untuk disantap. Hewan kalau lapar langsung saja memakan bahan-bahan mentah yang disediakan alam baginya. Sedangkan manusia harus mengolah terlebih dahulu bahan makanan dari ladang yang digarapnya dengan teknik-teknik tertentu, sehingga makanannya pantas untuk disantap. Meskipun sangat lapar, manusia ternyata bisa menahan diri seandainya makanan belum tersedia di meja makan. Intinya, cara manusia memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya berbeda dengan cara hewan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sebagai hasil pemikiran dan akal budinya.( Rafael Raga Maran. 1995. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 50.) Oleh karena itu, cakupannya sangat luas dan untuk memudahkan analisa konsep kebudayaan maka dipilihlah unsur-unsur kebudayaan, antara lain : a. Sistem religi dan upacara keagamaan, b. Sistem dan organisasi kemasyarakatan, c. Sistem pengetahuan, d. Bahasa, e. Kesenian, f. Sistem mata pencaharian, g. Sistem teknologi dan peralatan. (Badudu dan Sutan Muhammad Zain. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. hlm. 211.) Dikutip dalam buku Ilmu Budaya Dasar karangan Djoko Widagdo, Ralph Linton dalam bukunya The Cultural Background of Personality mengatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.( Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum. hlm. 9.)

Sistem religi dan upacara keagamaan merupakan bagian dari unsur kebudayaan karena setiap kebudayaan memiliki ekspresi-ekspresi artistik. Kebutuhan akan ekspresi estetis berkaitan dengan karakteristik dasar masing-masing masyarakat sangat variatif dan unik (tidak ada masyarakat atau suatu bangsa yang memiliki karateristik dasar yang sama), karena itu setiap bangsa memiliki ekspresi-ekspresi estetis yang khas.( Djoko Widagdo. 1993. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 18.) 2. Hakikat Upacara Adat Maras Taun Ide-ide dan gagasan-gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam satu masyarakat, dan memberi jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan-gagasan itu tidak saling terlepas, melainkan senantiasa berkaitan menjadi satu sistem. Para ahli antropologi dan sosiologi menyebutnya sistem budaya atau culture system. Dalam bahasa Indonesia ada satu istilah lain yang sangat tepat untuk menyebutnya wujud ideal dari kebudayaan itu, yaitu adat, atau bentuk jamaknya adalah adat istiadat. ( Rafael Raga Maran. Op. Cit. hlm. 15.) Upacara adalah peralatan (menurut adat istiadat) atau rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama.( Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Antropologi Sosial dan Budaya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka. hlm. 3.4.) Hakikat adat, menurut Koentjaraningrat mengartikan adat adalah wujud ide dari kebudayaan. Wujud itu kita sebut adat tata kelakuan

karena adat berfungsi sebagai pengatur tata kelakuan. Adat dapat dibagi lebih khusus dalam empat tingkat nilai budaya, tingkat norma-norma, tingkat hukum, dan tingkat aturan khusus. ( Departemen Pendidikan Nasional. Op. Cit. hlm. 1509.) Adat merupakan pedoman untuk kita di dalam kehidupan masyarakat juga sebagai pengontrol setiap perbuatan atau tingkah laku manusia yang terikat dari kesatuan hidup makhluk-makhluk. Hakikat Maras Taun, Maras dalam bahasa Belitung, berarti memotong dan Taun berarti tahun. Makna yang terkandung di dalamnya adalah semua penduduk meninggalkan tahun yang lampau dengan ucapan syukur dan permohonan atas semua yang baik untuk tahun selanjutnya. ( Koentjaraningrat. 1981. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. hlm. 11. ) Namun pada akhir-akhir ini maksud upacara ini selain melaksanakan ritual tahunan juga turut berperan serta melaksanakan program pemerintah di bidang pembinaan dan pengamalan kebudayaan daerah serta mensukseskan pengembangan pariwisata di daerah Belitung. ( Wawancara. Bapak Burhaini, Desa Sukamandi Belitung Timur.) 3. Hakikat Pelestarian Budaya Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelestarian berasal dari kata lestari yaitu tetap seperti keadaannya semula, tidak berubah, kekal. Sedangkan pelestarian adalah perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan, konservasi.

a. Fungsi Pelestarian Budaya Upaya pelestarian budaya ditekankan pada konservasi atas perkembangan teknologi pada zamannya, yang antara lain diperlihatkan dengan keberadaan bangunan berupa candi, gedung bersejarah, dan aneka adat istiadat. Pelestarian budaya ini berfungsi sebagai refleksi tonggak sejarah peradaban manusia, dan dewasa ini semakin dikaitkan pula dengan fungsi sosial ekonomi, yang antara lain untuk pengembangan kawasan wisata.( Departemen Pendidikan Nasional. Op. Cit. hlm. 588.) Pelestarian terhadap warisan budaya berarti melestarikan keberadaannya, dengan membuka segala peluang untuk perubahan dan perkembangannya. Terkait dengan pelestarian ini adalah upaya pemerintah dan masyarakat setempat terhadap khasanah budaya tradisi yang ada agar tidak musnah apalagi sampai diakui oleh bangsa lain. Untuk itu pemerintah dan masyarakat saling bekerjasama untuk menjaga dan senantiasa melestarikan warisan budaya bangsa. Tradisi upacara adat yang ada di suatu daerah merupakan kebudayaan yang bersifat turun temurun dan berkembang seiring masa serta selalu didukung oleh masyarakat tersebut, karena dimasa sekarang upacaraupacara adat atau seni tradisional merupakan seni budaya bangsa yang telah banyak menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata di Indonesia.

Warisan bangsa Indonesia, seperti halnya warisan budaya pada umumnya, dapat digolongkan atas tangible (benda yang dapat disentuh, contohnya: peralatan, bangunan, candi, arca, dll) dan intangible (tak dapat disentuh, contohnya: bahasa, seni, sistem pengetahuan, dll). Kita dapat menggolongkan semuanya itu antara lain: a. Yang merupakan warisan dari masa lalu, atau warisan dari sukusuku bangsa di Indonesia. b. Hasil karya masa kini mulai sejak adanya kesatuan nasional Indonesia, seperti misalnya diperlihatkan oleh karya-karya tulis, seni pertunjukkan, dan seni rupa modern.( Oka A Yoeti. 1985. Budaya Tradisional yang Nyaris Punah. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 2.) b. Dampak Pergeseran Budaya Tantangan dari pelestarian budaya tersebut adalah proses perubahan budaya yang terjadi. Masyarakat dan kebudayaan manusia, senantiasa berubah oleh berbagai kekuatan yang berasal dari dalam, maupun oleh pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing yang datang dari luar. Perubahan itu bisa berjalan lambat, tetapi juga bisa berjalan dengan cepat, sedangkan biasanya tidak berjalan serentak dan sama cepatnya untuk semua bagian, aspek, dan unsur dari masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan(.edi Sedyawati. 2007. Keindonesiaan Dalam Budaya. Jakarta : Wedatama Widya Sastra. hlm. 1.) Oleh karena itu, terjadilah proses akulturasi budaya. Suatu proses akulturasi tentu menyebabkan proses perubahan kebudayaan. Sebaliknya, tidak semua terjadi akibat proses akulturasi dari dalam ataupun akibat akulturasi yang disebabkan oleh kolonialisme. Dalam

buku Pengantar Ilmu Sosial dan Budaya oleh Koentjaraningrat, tokoh antropologi Amerika yaitu R. Linton juga banyak memperhatikan masalah akulturasi sebagai perubahan kebudayaan. Linton mempunyai pendirian yang khas mengenai masalah unsur-unsur kebudayaan yang mudah berubah, bila dihadapkan dengan pengaruh asing. Dalam kata pengantarnya, seperti halnya dalam bukunya mengenai pengantar antropologi berjudul The Study Of Man, ia mengemukakan konsep yang sekarang sudah dapat dianggap suatu hal yang biasa, tetapi yang dijamannya merupakan suatu hal yang baru, yaitu perbedaan antara bagian inti dari suatu kebudayaan (covert culture) dan bagian wujud lahirnya (overt culture). Bagian intinya misalnya: a. Sistem nilai-nilai budaya. b. Keyakinan-keyakinan keagamaan yang dianggap keramat. c. Beberapa adat yang sudah dipelajari sejak dini dalam proses sosialisasi individu warga masyarakat. d. Beberapa adat yang mempunyai fungsi yang terjaring luas dalam masyarakat. Sebaliknya, bagian lahir dari suatu kebudayaan adalah kebudayaan fisik, seperti alat-alat dan benda-benda yang berguna, tetapi juga ilmu pengetahuan, tata cara dan cara-cara hidup, serta rekreasi yang berguna dan memberi rasa nyaman. Adapun bagian dari suatu kebudayaan yang lambat berubah dan sulit diganti dengan unsurunsur asing adalah covert culture.( Koentjaraningrat. Op. Cit. hlm. 5.1.) Konsep Akulturasi, dalam ilmu antropologi sekarang ini konsep akulturasi memang sudah diperluas ruang lingkupnya. Makna dari konsep tersebut yaitu proses sosial yang timbul apabila suatu

kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu sedemikian rupa dipengaruhi oleh unsur-unsur dari suatu kebudayaan lain sehingga unsur-unsur lain itu diterima dan disesuaikan dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya identitas kebudayaan asli itu.( Ibid. hlm. 5.23 5.24.) Dalam buku Koentjaraningrat yang berjudul Pengantar Antropologi Sosial dan Budaya, G.M. Foster mengatakan bahwa pola proses akulturasi yang biasanya terjadi apabila suatu kebudayaan terkena oleh pengaruh kebudayaan asing. Ia mengatakan bahwa: a. Hampir semua proses akulturasi mulai dari golongan atas, yang biasanya tinggal dikota-kota, lagipula proses itu biasanya diawali dengan perubahan sosial-ekonomi. b. Perubahan dalam sektor ekonomi hampir selalu meyebabkan perubahan penting dalam asas-asas kehidupan kekerabatan. c. Penanaman tanaman ekspor dan perkembangan ekonomi uang merusak pola-pola gotong royong tradisional, maka berkembanglah sistem pengerahan tenaga kerja baru. d. Perkembangan sistem ekonomi uang juga membawa perubahan dalam kebiasaan makan dengan segala akibatnya dalam aspek gizi, ekonomi, maupun sosial. e. Proses akulturasi yang cepat mengakibatkan berbagai pergeseran sosial yang tidak seragam sehingga menyebabkan keretakan dalam masyarakat. f. Gerakan-gerakan nasionalisme dapat juga dianggap sebagai salah satu hasil tahap dalam proses akulturasi.( Ibid. hlm. 5.25.) Masalah perubahan kebudayaan dalam rangka pembangunan nasional bukan hanya merupakan masalah akulturasi dari sejumlah unsur kebudayaan asing ke dalam kebudayaan tradisional di Indonesia saja, tetapi juga sebaliknya merupakan masalah perubahan kebudayaan di mana bangsa Indonesia dapat mencapai suatu mentalitas yang dapat

memberikan kemampuan pada bangsa tersebut untuk berhasil melakukan upaya raksasa yang disebut pembangunan itu, dan suatu mentalitas yang memungkinkan bangsa Indonesia menanggulangi berbagai tekanan hidup di dalam dunia masa kini.( Ibid. hlm. 5.26-5.27.) Begitu pula dengan upacara adat Maras Taun yang mengalami pergeseran makna seiring makin modernnya masyarakat setempat, dari makna tradisional yaitu ucapan syukur atas limpahan rezeki dari hasil panen bagi para petani padi ladang menjadi makna modern yaitu tidak hanya sekedar ucapan syukur masyarakat tetapi juga untuk menjalin tali silahturrahmi dan rasa persaudaraan antara masyarakat. Menurut wawancara yang peneliti lakukan dengan Dukun Kampong yaitu bapak Burhaini, ia mengatakan bahwa upacara adat Maras Taun bergeser maknanya ketika penduduk desa sudah sangat jarang bermata pencaharian sebagai petani ladang. Tepatnya pada tahun 2000, dimana timah sudah diizinkan oleh pemerintah untuk diambil secara bebas. Maka masyarakat beralih profesi sebagai penambang timah, karena memang sangat menjanjikan dalam bidang ekonomi. Semenjak tahun 2000 itulah makna dari upacara adat Maras Taun bergeser.( Ibid. hlm. 5.29.) Dalam suatu masyarakat yang sedang mengalami proses perubahan kebudayaan dan berada dalam masa transformasi dari suatu kebudayaan tradisi ke kebudayaan masa kini, yang disertai dengan segala peristiwa ketegangan konflik serta kekacauan sosial, tentu

banyak individu atau golongan sosial tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan krisis seperti itu. Mereka itu adalah orang-orang yang tidak tahan dalam suasana ketegangan yang berkepanjangan seperti itu, atau tidak suka akan pembaharuan. Individu-individu atau golongan sosial itu disebut kolot. Jika golongan kolot dalam masyarakat mengalami transformasi itu cukup kuat, maka mereka mampu menyusun kekuatan yang dapat menentang unsur-unsur yang baru itu untuk menghentikan proses perubahan kebudayaan itu untuk sementara waktu. Sebaliknya, jika mereka bukan merupakan suatu golongan yang kuat, sedang proses perubahan kebudayaan itu telah berjalan sangat jauh dan keadaan masyarakat yang mereka anggap sudah kacau balau itu sudah mencapai tingkat krisis, tanpa mampu menentangnya, maka golongan ini seringkali berusaha untuk menghindarinya.( Wawancara. Bapak Burhaini, tanggal 3 Januari 2016: Desa Sukamandi Belitung Timur ) B. Fokus Penelitian Upacara adat Maras Taun pada masyarakat Belitung adalah suatu ritual yang dilakukan setiap satu tahu sekali. Pihak yang terlibat dalam upacara tersebut adalah dukun kampong dan juga masyarakat yang turut berpartisipasi atas terselenggaranya upacara adat Maras Taun tersebut. Dukun kampong dan masyarakat sebelumnya bermusyawarah untuk membentuk panitia pelaksana upacara Maras Taun. Masing-masing memiliki tugas yang berbeda. Adanya musyawarah dalam pelaksanaan upacara tersebut

menunjukkan eratnya hubungan dalam masyarakat Belitung khususnya di Desa Sukamandi. Walaupun terjadi sedikit perubahan antara Maras Taun yang dulu dengan yang sekarang tetapi itu tidak mengurangi kesakralan upacara tersebut. Kebersamaan menjadi tema sentral dalam ritual Maras Taun. Dengan semangat kebersamaan itu pula keteguhan dalam mempertahankan adat tersebut dapat dilihat dalam pelaksanaan upacara adat Maras Taun di desa Sukamandi dimana masyarakat saling memberikan kontribusi dalam proses pelaksanaan upacara adat Maras Taun tersebut. Itu pula yang ditunjukkan oleh masyarakat setempat serta pemerintah daerah dalam upaya pelestarian tradisi yang ada di Belitung khususnya tradisi upacara adat Maras Taun.( Koentjaraningrat. Op. Cit. hlm. 5.39.)