BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS DAN KASUS POSISI. pekerja diikat oleh suatu perjanjian yang disebut perjanjian kerja.

dokumen-dokumen yang mirip
SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Nomor :...

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

Pemutusan Hubungan Kerja

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum tentang Hukum Ketenagakerjaan. Menurut Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) Tentang

Perjanjian Kerja PK 000/SDP DIR/III/2008

Tata Tertib setiap pekerja ISH yang berada di layanan mengacu kepada Standard Operationg Procedure (SOP) yang dibuat oleh Div. Operation & ER ISH.

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

BAB II PROSEDUR PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. A. Alasan Terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. 1) Setiap bentuk usaha milik swasta yang memperkerjakan pekerjaan dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak.

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

Bab XII : Pemalsuan Surat

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PHK BOY BUCHORI ALKHOMENI HASIBUAN DITINJAU MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PEMBERHENTIAN PEGAWAI

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA MENGENAI BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang sangat

BAB II KETENTUAN HUKUM MENGENAI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Istilah majikan dapat disebut juga sebagai

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. HOKLOKSIU SANJOYO (AJBS GROUP) DENGAN PT. SUKSESINDO Nomer: 638 / I / HRD.DX /L SS / IX / 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR,

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab XXV : Perbuatan Curang

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2. PENGEPAKAN, KEMASAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA [LN 1997/67, TLN 3698]

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

1. Pembeli wajib bertransaksi melalui prosedur transaksi yang telah ditetapkan oleh IDEWIDY. Pembeli melakukan pembayaran dengan menggunakan metode

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(KepMen ini pada 25 Maret 2003 telah dinyatakan tidak berlaku per UU No. 13/2003. Pencantumn dalam pustronik ini untuk maksud studi)

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 56 TAHUN 2003 SERI E.5

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG

BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN

MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PEMBERHENTIAN PEGAWAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab XXVIII : Kejahatan Jabatan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

c. bahwa unluk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI PERPAJAKAN DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661]

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262]

SURAT PERJANJIAN KERJA

ANGGARAN DASAR. PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk Pasal

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;

P U T U S A N Nomor 165/PID.B/2015/PT.PBR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS


II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

Transkripsi:

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS DAN KASUS POSISI A. Latar Belakang Pemilihan Kasus Pada dasarnya pekerja dan perusahaan merupakan dua faktor yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Setiap perusahaan sangat membutuhkan pekerja demikian sebaliknya. Untuk itu perusahaan dengan pekerja diikat oleh suatu perjanjian yang disebut perjanjian kerja. Perjanjian kerja berfungsi untuk menjamin hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha dalam hal ketenagakerjaan. Suatu perjanjian adalah semata-mata untuk suatu persetujuan kedua belah pihak yang diakui oleh hukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok di dalam dunia usaha dan menjadi dasar bagi kebanyakan transaksi dagang seperti jual beli barang, tanah, pemberian kredit, asuransi, pengangkutan barang, pembentukan organisasi usaha dan termasuk juga menyangkut pekerja. 1 Perjanjian atau verbintenis mengandung pengertian suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua atau lebih pihak yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk memberi prestasi. 2 Dari pengertian singkat 1 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Bandung: Citra Aditya Abadi, 1992, hlm. 93. 2 M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1996, hlm. 6. 1

2 tersebut dijumpai beberapa unsur yang memberi wujud pengertian perjanjian, antara lain: hubungan hukum (rechsbetrekking) yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang (persoon) atau lebih yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi. Pada dasarnya suatu perjanjian kerjasama ini berawal dari suatu perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan diantara para pihak yang bersangkutan. Perumusan hubungan perjanjian senantiasa diawali dengan proses negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negosiasi tersebut para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk adanya kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan) melalui proses tawar menawar tersebut. 3 Latar belakang dibuatnya suatu perjanjian karena adanya perbedaan kepentingan para pihak akan dicoba dipertemukan melalui adanya kesepakatan para pihak yang dikenal dengan istilah perjanjian kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Adapun yang menjadi kewajiban para pekerja dan pengusaha adalah wajib melaksanakan ketentuan yang ada di dalam perjanjian 3 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Yogyakarta: Laksbang Mediatama, 2008. hlm 1.

3 kerja bersama, wajib memberitahukan isi perjanjian kerja bersama atau perubahannya kepada seluruh pekerja. Oleh karena itu melalui hubungan perjanjian, perbedaan tersebut dapat dipersatukan dengan sebuah perangkat hukum yang mengikat para pihak. Mengenai sisi kepastian hukum dan keadilan, justru akan tercapai apabila perbedaan yang ada diantara para pihak dapat terakomodir melalui sebuah mekanisme hubungan perikatan yang bekerja secara seimbang dan terarah. 4 Seringkali salah satu pihak tidak mematuhi perjanjian kerja, salah satunya dilakukan oleh pekerja dengan melakukan pelanggaran berat. Adapun hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pekerja yang termasuk dalam kategori pelanggaran berat adalah menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakaerjaan adalah: 1. Pekerja telah melakukan penipuan, pencurian, penggelapan barang dan atau uang milik perusahan. 2. Pekerja memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahan. 3. Pekerja mabuk, minum - minuman keras, memakai atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat aktif lainnya, dilingkungan kerja. 4. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja. 5. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi, teman sekerja atau perusahaan dilingkungan kerja. 6. Membujuk teman sekerja atau perusahaan untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Undang-undang. 7. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. 8. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau perusahaan dalam keadaan bahaya ditempat kerja. 9. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara. 4 Ibid.

4 Dalam praktik kehidupan masyarakat pada umumnya, norma-norma yang berlaku dan larangan sering sekali dilanggar.pelanggaran yang terjadi dikemudian hari dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perekonomian yang sangat lemah maupun karakter manusia yang mempunyai itikad buruk. Pelanggaran tersebut dapat berupa perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seorang pekerja atau buruh terhadap perusahaan. Jika seorang pekerja melakukan perbuatan melawan hukum terhadap perusahaan tempat dia bekerja maka adalah wajar jika perusahaan menghukum pekerja tersebut untuk membayar ganti rugi atas segala kerugian yang timbul akibat perbuatan pekerja tersebut. Menurut Pasal 1365 KUHPerdata Indonesia, maka yang dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang, yang karena kesalahannya itu telah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Pasal 1365 KUHPerdata menyebutkan: Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Jadi inti dari Pasal 1365 KUHPerdata adalah jika ada seseorang yang melakukan kesalahan dan menimbulkan kerugian bagi orang lain, ia dikatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum dan ia wajib mengganti kerugian tersebut. Adapun contoh kasus yang penulis ambil dalam hubungan dengan ketenagakerjaan adalah kasus perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh

5 Ny. Y sebagai tergugat terhadap PT. RKMA yang berdomisili di Bandung sebagai penggugat berdasarkan Putusan Pengadilan Perkara Perdata Nomor: 19/Pdt.G/2014/PN.BB di Pengadilan Negeri Bale Bandung. Contoh kasusnya secara singkat adalah sebagai berikut: Ny Y bekerja sebagai seorang sales pada PT RKMA yang bergerak dalam bidang distribusi penjualan minuman beralkohol. Ny Y dinilai orang yang tekun dalam bekerja serta memiliki integritas yang tinggi. Kemudian Tn E selaku direktur PT. RKMA mendapatkan laporan dari karyawan mengenai adanya beberapa account konsumen yang telah melakukan pemesanan dan telah dikeluarkan barang sesuai dengan pesanan namun belum menyelesaikan pembayaran para konsumen menolak dikarenakan mereka merasa tidak pernah melakukan pemesanan sehingga tidak memiliki kewajiban untuk membayar. Kemudian timbul kecurigaan yang mengarah kepada Ny Y. Ny.Y dipanggil untuk dimintai keterangan dan pada akhirnya Ny Y mengakui perbuatannya yang telah melakukan transaksi fiktif dengan menggunakan account-account konsumen milik perusahaan. Ny Y melakukan transaksi fiktif dengan cara membuat purchase order atas nama konsumen tanpa sepengetahuan konsumen lalu membuat lembar penagihan (invoice) dari perusahaan tanpa sepengetahuan perusahaan. (uraian lebih jelasnya terdapat pada kasus posisi). Kasus ini secara pidana sudah diputus dengan dasar penggelapan dalam jabatan (Ny Y divonis dengan hukuman 1 (satu) tahun 8 (delapan) bulan). Selain secara pidana, Ny Y digugat secara perdata karena diduga telah

6 merugikan perusahaan. Majelis hakim dalam Putusan Pengadilan atas Perkara Perdata Nomor: 19/Pdt.G/2014/PN.BB tentang kasus perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Ny. Y adalah majelis hakim tidak menerima gugatan (niet ontvankelijke verklaard) yang diajukan oleh penggugat dengan alasan bukti yang diajukan tidak disertai dengan bukti asli. Di sisi lain, dalam perkara pidana dengan Putusan Nomor. 371/Pid.B/2014/PN.BDG memvonis Ny. Y dengan hukuman 1 tahun 8 bulan (satu tahun delapan bulan) karena terbukti melakukan penyalahgunaan jabatan. Putusan perdata sebagaimana dimaksud tidak didukung oleh putusan pidana yang telah berkekuatan hukum tetap. B. Kasus Posisi Pada tanggal 1 Februari 2013, Tn E selaku direktur PT RKMA melalui bagian Human Resource Departement (HRD) menerima Ny Y untuk menjadi karyawan sebagaimana surat Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu yang mana masa kesepakatan kerja telah ditetapkan selama 12 (dua belas) bulan terhitung mulai tanggal 1 Februari 2013 dan berakhir pada tanggal 1 Februari 2014. Tn E menerima Ny Y untuk menjadi karyawan dikarenakan Ny Y adalah orang yang dianggap sangat dekat oleh Tn E dan Ny Y dinilai orang yang tekun dalam bekerja serta memiliki integritas yang tinggi. Selama beberapa bulan menjadi karyawan, Ny Y menjalani pekerjaan dengan baik bahkan dinilai sebagai salah satu karyawan yang berprestasi dapat memberikan pemasukan

7 yang baik bagi perusahaan. Pada tanggal 19 November 2013, Tn E mendapatkan laporan dari karyawan mengenai adanya beberapa account konsumen yang telah melakukan pemesanan dan telah dikeluarkan barang sesuai dengan pesanan namun belum menyelesaikan pembayaran. Pada tanggal 20 November 2013, Tn E melakukan konfirmasi kepada setiap konsumen terkait pemesanan tersebut sekaligus mengirimkan penagihan pembayaran atas pesanan yang dimaksud, namun para konsumen menolak dikarenakan mereka merasa tidak pernah melakukan pemesanan sehingga tidak memiliki kewajiban untuk membayar. Kemudian Tn E dibantu oleh beberapa karyawan melakukan penelurusan yang berkaitan dengan hal tersebut, hingga timbul kecurigaan yang mengarah kepada Ny Y. Tn E memanggil Ny Y untuk dimintai keterangan terkait kecurigaan Tn E dan pada akhirnya Ny Y mengakui perbuatannya yang telah melakukan transaksi fiktif dengan menggunakan account-account konsumen milik perusahaan. Ny Y melakukan transaksi fiktif dengan cara membuat Purchase Order atas nama konsumen tanpa sepengetahuan konsumen, lalu membuat lembar penagihan (invoice) dari perusahaan tanpa sepengetahuan perusahaan. Total kerugian Tn E berdasarkan perhitungan adalah Rp. 1.029.446.396 (satu miliar dua puluh sembilan juta empat ratus empat puluh enam ribu tiga ratus sembilan puluh enam rupiah). Karena perbuatan Ny. Y, Tn E telah mengalami banyak kerugian maka Ny Y dihukum untuk membayar ganti rugi atas segala kerugian yang timbul akibat perbuatannya.

8 Dari kasus posisi di atas terdapat permasalahan hukum mengenai perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Ny Y terhadap perusahaan. Ny Y membuat invoice palsu terkait pemesanan minuman beralkohol yang mengatasnamakan tempat-tempat karaoke. Ny Y melakukan transaksi fiktif dengan menggunakan account-account konsumen milik perusahaan. Ny Y melakukan transaksi fiktif dengan cara membuat Purchase Order atas nama konsumen tanpa sepengetahuan konsumen, lalu membuat lembar penagihan (invoice) dari perusahaan tanpa sepengetahuan perusahaan. Pada tanggal 22 November 2013 Ny Y dilaporkan kepada pihak kepolisian dan dimintai keterangan seputar adanya pengaduan karyawan lain yang menyatakan bahwa ada pemesanan produk yang belum diselesaikan dan beberapa konsumen yang dihubungi mengaku tidak pernah memesan produk yang dimaksud dan akhirnya Ny Y mengakui perbuatannya yang telah melakukan transaksi fiktif dengan menggunakan account-account konsumen milik perusahaan. Ny Y telah ditahan oleh Kepolisian Sektor Sukasari dan segera akan dimasukkan ke dalam persidangan pidana di Pengadilan Negeri Bandung pada tanggal 20 Maret 2014. Ny Y dipanggil untuk hadir dalam persidangan perkara perdata pada tanggal 18 Februari 2014 dengan dasar perbuatan yang dilakukan oleh tergugat adalah perbuatan melawan hukum dan diputus pada tanggal 16 Juni 2014.