BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok sangat melekat dalam keseharian banyak orang, muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi yang juga tidak sama, antara perokok yang satu dengan perokok yang lainnya. Mereka yang dikatakan perokok sangat berat adalah jika mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang perhari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi. Sebagian besar penduduk di sejumlah negara mengurangi konsumsi merokok, tetapi orang Indonesia justru malah sebaliknya. Menkes mengatakan bahwa, berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) warga Indonesia usia dewasa mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 31,6%. Dilihat dari besarnya jumlah dan tingginya prosetase penduduk yang mempunyai kebiasaan merokok, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima di dunia. Jumlah rokok yang dikonsumsi pada tahun 2002 sebanyak 182 milyar batang rokok setiap tahunnya. Fakta ini menempatkan Indonesia pada urutan kelima, setelah Republik Rakyat China (1.697.291 milyar), Amerika Serikat (463.504 1
milyar), Rusia (375.00 milyar) dan Jepang (299.085 milyar). Sedangkan menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) itu didasarkan pada profil negara-negara di lima negara dalam Aliansi Pengawas Rokok Asia Tenggara. Lembaga Statistik Nasional Kamboja, menunjukkan, 54% dari orang-orang Kamboja merokok. Disusul Indonesia, 53%; Vietnam, 50%; Malaysia 49%; dan Thailand, 39% (Basyir, 2005). Fenomena merokok di Indonesia memang sudah sangat memprihatinkan dan kini sudah merambah ke anak-anak sekolah. Di sejumlah tempat seperti warung makan, rumah, tempat umum, terminal atau tempat-tempat berkumpul lainnya, sering dijumpai sekumpulan siswa berseragam putih biru (SLTP) atau putih abu-abu (SLTA) bercanda sambil berlomba "mengepulkan asap". Untuk tahap pertama, mereka mungkin saja merokok karena pemberian teman. Namun setelah kecanduan, kebutuhan merokok pun meningkat dan bisa saja akibat desakan kebutuhan terhadap rokok malah mendorong sebagian siswa mengambil langkah salah, seperti membohongi atau menipu orang tua. Bahkan sangat mungkin karena demi rokok, ada di antaranya terjerumus pada tindakan kriminal seperti mencuri atau memeras (Caldwell, 2001). Kegiatan merokok di kalangan remaja (usia 10-24 tahun, menurut definisi UNFPA) saat inipun sudah begitu memprihatinkan dan terus meningkat. Berdasarkan survey yang dilakukan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia pada tahun 2006 yang dilakukan terhadap remaja berusia 13-15 tahun, sebanyak 24,5% remaja laki-laki dan 2,3 % remaja perempuan 2
merupakan perokok, 3,2 % diantaranya sudah kecanduan. Bahkan, yang lebih mengkhawatirkan, 3 dari 10 pelajar mencoba merokok sejak mereka di bawah usia 10 tahun (Al-Mukaffi, 2009). Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas adalah suatu masa usia anak yang sangat berbeda dengan usia dewasa. Di dalam periode ini, siswa SMA yang berada dalam masa remaja yang merasa dirinya harus lebih banyak menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok sebaya dari pada normanorma orang dewasa. Dalam hal ini remaja menganggap merokok dapat menjadi sebuah cara agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya yang merokok. Istirahat dan kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin tahu, stres, kebosanan, ingin kelihatan gagah, dan sifat suka menentang, merupakan hal-hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok. Sedangkan faktor risiko lainnya adalah rasa rendah diri, hubungan antar-perorangan yang jelek, kurang mampu mengatasi stres, sosial ekonomi yang rendah, tingkat pendidikan orang tua yang rendah (Soetjiningsih, 2004). Merokok sering dihubungkan dengan remaja yang memiliki nilai jelek di sekolah, aspirasi yang rendah, penggunaan alkohol serta obat-obatan lainnya, absen sekolah, rendah diri, suka melawan, dan pengetahuan tentang bahaya merokok yang rendah (Muhammad, 2009). Kota Kebumen merupakan kota kecil yang masyarakatnya juga terdiri dari remaja yang sebagian sedang menuntut ilmu terdapat dibeberapa Sekolah 3
Menengah Atas salah satunya adalah sekolah SMK Ma arif 1 Kebumen yang berada di lokasi strategis yakni dekat dengan pusat perbelanjaan, di samping Sekolah tersebut juga banyak warung makan yang biasa digunakan sebagai tempat berkumpul bagi siswa laki-laki yang sangat beresiko tinggi mendorong meningkatnya kejadian seperti merokok. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMK Ma arif 1 Kebumen dengan metode wawancara terhadap 10 siswa diketahui 7 siswa merokok dan 3 siswa tidak merokok kemudian dari hasil wawancara tentang bahaya rokok bagi kesehatan dengan sikap terhadap merokok, siswa yang merokok dan tidak merokok mengatakan kurang paham tentang bahaya rokok bagi kesehatan dan tidak peduli jika teman mereka merokok di sekitar sekolah. Fenomena tersebut memberikan inspirasi bagi peneliti untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok Bagi Kesehatan Dengan Sikap Remaja Terhadap Merokok di SMK Ma arif 1 Kebumen. B. Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan tentang bahaya rokok bagi kesehatan dengan sikap remaja terhadap merokok di SMK Ma arif 1 Kebumen?. 4
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pengetahuan tentang bahaya rokok bagi kesehatan dengan sikap remaja terhadap merokok di SMK Ma arif 1 Kebumen. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini untuk: a. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya rokok bagi kesehatan di SMK Ma arif 1 kebumen. b. Mengetahui sikap remaja terhadap merokok di SMK Ma arif 1 kebumen. D. Manfaat penelitian 1. Bagi SMK Sebagai bahan masukan bagi guru SMK Ma arif 1 Kebumen untuk mengadakan penyuluhan atau memberikan informasi tentang bahaya rokok bagi siswa maupun siswi SMK Ma arif 1 Kebumen, memberikan informasi dan gambaran tentang bahaya merokok serta sikap remaja terhadap merokok. 2. Bagi institusi pendidikan Menambah literatur atau bacaan bagi mahasiswa mengenai aspek tingkat pengetahuan tentang bahaya rokok bagi kesehatan dan sikap remaja terhadap merokok. 5
3. Bagi penulis Menambah wawasan dan sebagai latihan dalam meningkatkan kemampuan melaksanakan penelitian keperawatan dan sebagai data untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan sikap. E. Keaslian penelitian 1. Bibit Priyatin (2008), Pengaruh Fungsi Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Remaja Di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen. Metode yang digunakan yaitu penelitian dengan desain survey analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh fungsi keluarga yang terbagi menjadi lima fungsi keluarga yaitu fungsi afektif, fungsi sosial, fungsi ekonomi, fungsi reproduksi, dan fungsi perawatan kesehatan dengan perilaku merokok remaja di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 83 remaja dengan kriteria usia 13 sampai 20 tahun yang merokok dan tinggal bersama keluarganya. Penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Analisis data yang dilakukan meliputi univariat dan bivariat (uji chi square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi keluarga yang berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja adalah fungsi sosial (p value=0,020), fungsi ekonomi (p value=0,000), dan fungsi perawatan kesehatan (p value=0,031). 6
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah metode penelitian, responden, lokasi dan tujuan penelitian. Persamaannya adalah cara menentukan sampel dan sama-sama menggunakan instrumen kuisioner. 2. Sutriyanto (2008), Persepsi Remaja Merokok sebagai awal Penggunaan Narkoba di SMK Ma arif 2 Gombong. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui persepsi remaja terhadap merokok awal dari penggunaan narkoba di SMK Ma arif 2 Gombong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMK Ma arif 2 Gombong. Instrumen dalam penelitian ini dibuat sendiri dan telah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) persentase perokok bukan perokok di SMK Ma arif 2 Gombong adalah 56% perokok dan 44% bukan perokok. Hasil tersebut diperoleh dari 320 responden di SMK Ma arif 2 Gombong. (b) persepsi remaja bukan perokok sebagian besar masuk dalam kategori cukup 63%, 19% masuk kategori baik, sedangkan sisanya 18% masuk kategori kurang, (c) persepsi remaja bukan perokok sebagian besar masuk dalam kategori cukup 65%, 34% masuk kategori baik, sedangkan sisanya 1% masuk kategori kurang. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terletak pada tujuan penelitian, lokasi penelitian, variabel penelitian. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan instrumen kuisioner. 7