BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
Rizky Purwanti Akhmad Riduwan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN. dalam praktik akuntansi. Sebagaimana dikatakan Lasdi (2008), meskipun. melaporkan laporan keuangan secara konservatif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan (IAI,2009). Manajer

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan timbul permasalahan agensi, karena masing-masing dari kedua pihak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memilih metode maupun estimasi yang akan digunakan. Fleksibilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uncertainties and risk inherent in business situation are adequately. lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan.

BABl PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Perkembangan teori akuntansi positif tidak dapat dilepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Istilah modal sering digunakan pula sebagai padan kata equity walaupun

Judul : Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan Leverage pada Earnings Response Coefficient Nama : Desriyana Natalia NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan keuangan. tahunan yang diaudit oleh kantor akuntan publik.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga, Indonesia yang pendapatannya berasal dari pajak. Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi merupakan teori yang digunakan perusahaan dalam mendasari

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. Statement Of Financial Accounting Concept (SFCA) No.1 yang menyatakan

ISNI WIYATMI B

BAB I PENDAHULUAN. Dua komponen akrual yang utama yaitu discretionary accrual dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent).teori ini menjelaskan bahwa hubungan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai beberapa

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB II LANDASAN TEORI. diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi. Watts juga menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pengambilan keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan prinsip konservatisme dalam pelaporan keuangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB II. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian. Pendekatan teori keagenan erat terkaitannya dengan hubungan atau

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kemakmuran para investor atau pemegang saham.nilai perusahaan. kepada perusahaan yang tinggi pula (Anggraini,2011).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang kian meningkat menuntut setiap perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal

II. LANDASAN TEORI. Teori agensi menjelaskan adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Laporan keuangan yang menjadi sumber informasi yang

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian terdahulu. Berikut merupakan uraian dari beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Selain itu, laba juga. dilakukan adalah manajemen laba.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan arus informasi di era globalisasi ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya

PENGARUH KONFLIK BONDHOLDERS SHAREHOLDERS TERHADAP PENERAPAN KONSERVATISME AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURYANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan elemen yang menjadi pusat perhatian utama oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Kajian mengenai Corporate Governance meningkat dengan pesat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

Judul : Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Potensi Kesulitan Keuangan pada Konservatisme Akuntansi dengan Leverage

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam laporan tahunan harus disertai pengungkapan yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Fala (2007) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu hubungan antara prinsipal perusahaan dengan agen dalam pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Prinsipal adalah partisipan-partisipan yang berkontribusi pada modal, sedangkan agen adalah partisipan-partisipan yang berkontribusi dalam keahlian dan tenaga kerja. Jensen dan Meckling (1976) dalam Fala (2007) juga memperkenalkan ide mengenai kontrak antara investor dan manajer mengenai spesifikasi-spesifikasi apa saja yang akan dilakukan manajer di segala kemungkinan yang terjadi dan bagaimana laba perusahaan akan dialokasikan. Namun, ada faktor-faktor yang sulit untuk diramalkan sebelumnya sehingga kontrak yang lengkap sulit untuk diwujudkan. Oleh karena itu, investor memberikan hak pengendalian residual kepada manajer. Hak residual adalah hak untuk membuat keputusan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sebelumnya belum ada dikontrak. Hak pengendalian residual yang dimiliki manajer dimungkinkan untuk diselewengkan. Hal ini dapat menyebabkan kepercayaan investor terhadap perusahaan menurun. Berikut asumsi-asumsi yang melandasi teori keagenan adalah asumsi sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi Eisenhardt (1989) dalam Darmawati, Khomsiyah, dan Rahayu (2004). Asumsi sifat manusia menekankan

bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri, memiliki keterbatasan rasionalitas, dan tidak menyukai risiko. Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang dapat diperjualbelikan. Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi. Pertama yaitu masalah keagenan yang timbul saat pemilik perusahaan dan agen mempunyai kepentingan yang berbeda serta adanya kesulitan bagi pemilik perusahaan dalam memverifikasi tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh agen. Permasalahannya adalah pemilik tidak dapat memverifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu secara tepat. Kedua, adalah masalah pembagian risiko yang timbul saat prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko. Dengan demikian, prinsipal dan agen mungkin memiliki perbedaan tindakan karena adanya perbedaan preferensi terhadap risiko 2.1.2. Konservatisme Akuntansi Konservatisme akuntansi menurut glossary dalam FASB Statement of Concept No.2 adalah reaksi yang hati-hati terhadap ketidakpastian dengan mencoba meyakinkan bahwa ketidakpastian resiko yang ada pada kondisi bisnis cukup layak untuk di pertimbangkan. (Kieso dan Weygandt, 2004) menyatakan konservatisme didefinisikan sebagai solusi pilihan yang paling akhir pada saat aset dan laba overstated. Konservatisme menurut manajemen didefinisikan sebagai metode akuntansi berterima umum yang melaporkan aktiva dengan nilai terendah, kewajiban dengan nilai tertinggi, menunda pengakuan pendapatan, serta

mempercepat pengakuan biaya.(penmang dan Zhang, 2000) mendefinisikan konservatisme akuntansi tidak saja berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi, tetapi juga melibatkan nilai buku aktiva yang menjadi lebih rendah. Menurut Basu (1997) konservatisme adalah pengakuan laba bad news di awal, dan pengakuan laba good news di akhir. Selain itu dalam konservatisme akuntansi juga memliki anggapan bahwa pengakuan return saham saat ini menjadi efisisen apabila harapan nilai saham dalam aliran kas perusahaan di masa mendatang masih mengandung bad news dan good news. Konservatisme merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam akuntansi, sehingga disebut sebagai prinsip akuntansi yang dominan. Konvensi seperti konservatisme menjadi pertimbangan dalam akuntansi dan laporan keuangan karena aktivitas perusahaan dilingkupi oleh ketidakpastian. Masalah konservatisme merupakan masalah penting bagi investor. Investor dapat mengambil keputusan investasi dari laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang konservatif. Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak pasti manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan kejadian, atau hasil yang dianggap menguntungkan. Praktik konservatisme bisa terjadi karena standar akuntansi yang berlaku di Indonesia memperbolehkan perusahaan untuk memilih salah satu metode akuntansi dari kumpulan metode yang diperbolehkan metode akuntansi adalah terhadap angka-angka dalam laporan keuangan, baik laporan neraca maupun laba-rugi. Penerapan metode akuntansi yang berbeda akan menghasilkan angka yang berbeda dalam laporan keuangan.

2.1.2.1. Hal-Hal yang Mendorong Penggunaan Konservatisme Menurut Penman dan Zhang (2000) konservatisme justru menyebabkan kualitas lebih rendah, karena akuntansi konservatif akan langsung menyebabkan laba menjadi lebih rendah dan tercipta hidden reserve (cadangan tersembunyi). Bila pada tahun berikutnya perusahaan menurunkan biaya investasinya, maka akan terjadi likuidasi cadangan tersembunyi sehingga laba menjadi lebih tinggi. Eksistensi keberadaaan konservatisme lebih penting dalam laporan keuangan (Watts, 2003). Ia mengatakan bahwa ada empat masalah yang yang mendorong penggunaaan konservatisme : 1) Kontrak Didalam perjanjian kontrak manajer berkewajiban untuk menyajikan laporan keuangan kepada pihak-pihak ekternal yang berkepentingan dalam perusahaan seperti pemegang saham, kreditor, dan dewan komisaris. Pada saat penyajian laporan keuangan biasanya moral hazard (moral dalam penyampaian) akan timbul selama laporan tersebut berfungsi untuk memberi informasi kepada investor tentang kinerja manajer karena informasi tersebut akan mempengaruhi keputusan investor dalam investasi dan kesejahteraan manajer. Kesejahteraan manajer ini juga akan mempengaruhi motivasi manajer untuk memasukan bias and noise (kesalahan) ke dalam laporan keuangan. Dampak lainnya adalah adanya peningkatan nialia perusahaan karena konservatisme akian membatasi opportunistic payment (penerimaan bonus) terhadap menajer dan juga terhadap pihak shareholder (penerimaan deviden).

2) Tuntutan Hukum Tuntutan hukum mendorong perkembangan konservatisme karena tuntutan hukum selalu terjadi saat laba dan aktiva di catat terlalu tinggi, selain itu juga adanya potensi tuntutan hukum disebabkan pencatatan yang overstatement. Sehingga manajer dan auditor terdorong untuk melaporkan laba dan aktiva yang konservatif. 3) Perpajakan Penundaan terhadap pembayaran pajak juga mendorong penggunaan konservatisme. Dengan konservatisme, perusahaan dapat mengurangi present value pajak dengan jalan menunda pengakuan pendapatan. 4) Peraturan Peraturan yang di keluarkan oleh standar akuntansi memberikan insentif kepada perusahaan untuk menerapkan akuntansi yang konservatif. Bagi penyusun standar akuntansi, konservatisme akan menghindarkan mereka dari kritik akibat penyajian laporan keuangan yang overstate. 2.1.2.2. Pengukuran Konservatisme akuntansi Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat konservatisme di dalam berbagai penelitian yang ada, antara lain: a. Conservatism Index sebagai proksi konservatisme neraca yang di kembangkan oleh (Penman dan Zhang, 2002), di mana karakteristik dari konservatisme adalah net assets yang dilaporkan di laporan keuangan lebih rendah dibandingkan nilai pasarnya dalam jangka panjang. Konservatisme sebagai perbedaan yang persisten antara nilai pasar dan nilai buku dimana

perbedaan tersebut berbeda dengan perbedaan temporary akibat economic gains dan losses yang diakui dalam nilai buku secara bertahap sepanjang waktu. b. Net asset measure dengan menggunakan price to book ratios. Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi konservatisme (Fala, 2007), di mana nilai tersebut dikali dengan nilai negatif satu agar nilai positif mencerminkan tingkat konservatisme yang lebih tinggi. Hal ini karena apabila perusahaan menggunakan prinsip konservatisme, maka nilai buku perusahaan akan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nilai pasarnya sehingga price to book ratio akan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan prinsip konservatisme. c. Earning accrual measures pengukuran konservatisme ini dikembangkan oleh Dewi (2003), dimana menggunakan akrual sebelum depresiasi sebagai proksi akuntansi yang konservatif. Lebih lanjut, akrual dihitung dengan menjumlahkan total akrual dengan mengeluarkan depresiasi (net income sebelum ekstraordinary item ditambah dengan biaya depresiasi dikurangi dengan cash flow operasi) dibagi dengan asset dan kemudian dikalikan dengan -1, sehingga peningkatan jumlah akrual negatif, yang mencerminakan adanya konservatisma akuntansi (KONAKT). Semakin tinggi nilai KONAKT semakin konservatif. Dalam penelitian ini pengukuran konservatisme menggunakan model Net asset measure dengan menggunakan price to book ratios. Hal ini karena apabila perusahaan menggunakan prinsip konservatisme, maka nilai buku perusahaan

akan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nilai pasarnya sehingga rasio book-to-price akan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan prinsip konservatisme. 2.1.3. Corporate Governance Corporate governance didefinisikan sebagai suatu sistem yang di bangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata hubungan yang baik, adil dan transparan di antara berbagai pihak yang terkait yang memliki kepentingan dalam perusahaan Solomon dan Solomon (2004) dalam Maksum (2005). Di dalam corporate governance terdapat dua prinsip utama yang terkait yaitu stewardship theory dan agency theory (Chinn, 2000; Shaw, 2003 dalam Kaihatu, 2006). Stewardship theory dibangun atas asumsi filosofi mengenai manusia yaitu manusia pada hakikatnya dapat dipercaya, dan mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki intregritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Sedangkan agency theory memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agen bagi para pemegang saham yang akan bertindak dengan penuh kesadaran untuk kepentingan atau keuntungan sendiri Jensen dan Meckling (1976) dalam Fala (2007). Teori ini memandang manajer bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. 2.1.3.1. Prinsip Good Corporate Governance Terdapat beberapa versi yang menyangkut prinsip-prinsip corporate governance, namun pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan. Dalam pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia yang di keluarkan oleh

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKCG) pada tahun 2006, asas dalam GCG antara lain : 1. Transparasi Untuk menjaga obyektivitas dalam bisnis, perusahaan harus perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah di akses dan mudah di pahami oleh investor. Perusahaan harus berinisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang di tuliskan oleh peraturan perundangundangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditor, dan pemangku kepentingan. 2. Akuntanbilitas Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerja secara transparan dan wajar. Maka dari itu harus dikelola dengan benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perushaan dan kepentingan pemegang saham dan pamngku kepentingan. Dan satu-satunya syarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan adalah akuntanbilitas. 3. Kesetaraan dan Kewajaran Dalam melaksanakan kegiatannya perusahaan harus senantiasa memeprhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Terdapat lima prinsip corporate governance yaitu : a. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham b. Perlakuan yang adil terhadap para pemegang saham c. Peranan stakeholder dalam corporate governance

d. Pengungkapan dan transparasi e. tanggung jawab direksi dan komisaris 2.1.3.2. Mekanisme Good Corporate Governance Benhart dan Rosenstein (1998) dalam Siallagan dan Mas ud (2006) menyatakan bahwa di dalam mekanisme good corporate governance seperti mekanisme internal, seperti struktur dan dewan komsisaris, serta mekanisme eksternal seperti pasar untuk kontrol perusahaan diaharapkan dapat mengatasi masalah keagenan. Adanya konflik keagenan mengakibatkan rendahnya kualitas laba dan rendahnya kualitas laba biasanya dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan kepada pembuat keputusan sseperti investor, dan kreditor sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Indikator mekanisme corporate governance terdiri dari kepemilikan manajerial dan dewan komisaris independen. Mekanisme corporate governance yang dilakukan dengan baik dapat meningkatkan nilai ekuitas perusahaan (Fala, 2007). 1. Kepemilikan manajerial Pemahaman terhadap kepemilikan perusahaan sangat penting karena berkaitan dengan pengendalian perusahaan. Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat oleh motivasi manajer perusahaan. Pengaruh dari motivasi ini yakni dengan motivasi yang menghasilkan besaran manajemen laba berbeda, seperti manajer yang juga sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagi pemegang saham. Hal ini sesuai dengan system pengelolaan perusahaan dalam dua kriteria : (a) perusahan dipimpin oleh manajer dan pemilik, (b)

Perusahaan yang di pimpin oleh manajer non pemilik. Dua kriteria di atas akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepmilikan seorang manajer akan menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang akan diterapakan oleh perusahaan. Kepemilikan managerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh managerial. Kepemilikan managerial merupakan alat monitoring internal yang penting untuk memecahkan konflik agensi antara external stockholders dan manajemen Chen dan Steiner (1999) dalam Fala (2007), sehingga potensi munculnya konflik dalam hubungan agensi sangat besar, yaitu ketika manajemen perusahaan memiliki kurang dari 100% saham biasa milik perusahaan maka potensi konflik itupun muncul. Jensen dan Meckling (1976) dalam Fala (2007) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian mereka menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya. Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat (Shleifer dan Vishny, 1997). Warfield et al., (1995) dalam penelitiannya yang menguji kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual dan kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhubungan dengan negatif dengan discretionary accrual.

Demikian halnya penelitian oleh (Midiastuty dan Machfoedz, 2003) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat membatasi perilaku oprtunistik manajer dalam bentuk earnings management, walaupun (Wedari, 2004) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial juga memiliki motif lain. Dalam penelitian ini mengacu pada teori yang ada yang menyatakan kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme corporate governanace sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba. Dalam penelitian Jensen dan Meckling (1976) dalam Midiastuty dan Machfoedz (2003) menggunakan persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen untuk mengukur kepemilikan manajerial perusahaan. 2. Dewan Komisaris Independen Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris (NCCG, 2001). Selain mensupervisi dan memberi nasihat pada dewan direksi sesuai dengan UU No. 1 tahun 1995, fungsi dewan komisaris yang lain sesuai dengan yang dinyatakan dalam National Code for Good Corporate Governance (2001) adalah memastikan bahwa perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial dan

mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholder perusahaan sebaik memonitor efektifitas pelaksanaan good corporate governance. 2.1.4. Nilai Perusahaan Tujuan jangka panjang dari perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Peningkatan penilaian ekuitas perusahaan dapat menggambarkan kesejahteraan pemilik perusahaan, sehingga pemilik perusahaan akan mendorong manajer agar bekerja lebih keras dengan menggunakan berbagai intensif untuk memaksimalkan penilaian ekuitas perusahaan. Didalam penelitian ini pengukuran nilai perusahaan menggunakan price to book value untuk penilaian ekuitas karena sangat dipengaruhi oleh nilai pasar terhadap nilai buku perusahaan. Beaver dan Ryan (2000) dalam Watts (2003) menggunakan price to book ratio yang mencerminkan nilai pasar terhadap nilai buku perusahaan. Rasio nilai pasar terhadap nilai buku memberikan penilaian akhir dan mungkin yang paling menyeluruh atas status pasar saham perusahaan. Rasio ini mengikhtisarkan pandangan investor tentang perusahaan secara keseluruhan, manajemennya, labanya, likuiditasnya, dan prospek masa depan perusahaan. Oleh karenanya dengan melihat rasio ini dapat dilihat reaksi pasar atas sinyal positif dari perusahaan tentang adanya penerapan konservatisma akuntansi yang diberikan melalui laporan keuangan.

2.1.5. Pengembangan Hipotesis 2.1.5.1. Konservatisma Akuntansi Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan Para peneliti menyebutkan telah terjadi peningkatan konservatisma standar akuntansi secara global. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya tuntutan hukum, sehingga auditor dan manager cenderung melindungi dirinya dengan selalu melaporkan angka-angka yang konservatif dalam laporan keuangannya (Givoly dan Hayn, 2002). Secara empiris penelitian (Penman dan Zhang, 2002) menunjukkan bahwa earnings yang berkualitas diperoleh jika manajemen menerapkan akuntansi konservatif secara konsisten tanpa adanya perubahan metoda akuntansi atau perubahan estimasi. (Watts, 2003) menyatakan bahwa understatement aktiva bersih yang sistematik atau relatif permanen sebagai hallmark (informasi) mengenai konservatisme akuntansi telah membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Mayangsari dan Wilopo (2002) yang menggunakan C-Score sebagai proksi konservatisma membuktikan bahwa konservatisme memiliki value relevance, sehingga laporan keuangan perusahaan yang menerapkan prinsip konservatisma dapat mencerminkan nilai pasar perusahaan. Penelitian mereka menunjukkan bahwa total akrual (discretionary dan non discretionary accrual) berpengaruh positif signifikan pada nilai perusahaan Penerapan kebijakan akuntansi konservatif yang di tunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan akuntansi konservatif untuk menghasilkan

laba yang berkualitas. Dengan asumsi pasar telah efisien secara keputusan, investor diharapkan dapat menerima sinyal ini dan mengoreksi undervalue ekuitas perusahaan dengan menilai ekuitas perusahaan dengan harga yang lebih tinggi. 2.1.5.2. Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Terhadap Hubungan Antara Konservatisma Akuntansi Dengan Nilai Perusahaan Menurut Lins dan Warnock (2004) dalam Fala (2007), secara umum mekanisme yang dapat mengendalikan perilaku manajemen atau sering disebut mekanisme corporate governance dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok. Pertama adalah mekanisme internal spesifik perusahaan yang terdiri atas struktur kepemilikan dan struktur pengelolaan. Kedua adalah mekanisme eksternal spesifik negara yang terdiri atas aturan hukum dan pasar pengendalian korporat. Karena corporate governance merupakan suatu mekanisme yang dapat mengendalikan (mengatur) perilaku stakeholders dengan demikian corporate governance dapat mempengaruhi pilihan manajemen dalam menerapkan prinsip akuntansi yang terkait dengan prinsip konservatisma. Ball et al., (2000) dalam Fala (2007) menyatakan bahwa pilihan terhadap suatu metoda akuntansi yang terkait dengan prinsip konservatisma dipengaruhi juga oleh struktur kepemilikan manajerial sebagai salah satu mekanisme corporate governance, sehingga struktur kepemilikan manajerial mempengaruhi pemilihan strategi akuntansi konservatif perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Ross et al., (1999) dalam Fala (2007) bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan salah

satunya dengan menerapkan konservatisma akuntansi, di mana kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap reaksi pasar dan mampu memoderasi interaksi income smoothing (konservatisme akuntansi) dengan reaksi pasar. 2.1.5.3. Jumlah Komisaris Independen Berpengaruh Terhadap Hubungan Antara Konservatisma Akuntansi Dengan Nilai Perusahaan Diantara berbagai faktor yang dapat mendorong terciptanya pengelolaan perusahaan yang efektif, dewan komisaris (struktur pengelolaan) merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku manajer dalam pengelolaan perusahaan termasuk dalam penerapan kebijakan konservatisma akuntansi dalam meningkatkan nilai perusahaan. Semakin besar jumlah komisaris fungsi service dan kontrol akan semakin baik dalam kebijakan konservatisma akuntansi, sehingga nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan Fama dan Jensen (1983) dalam Kusumawati dan Riyanto (2005). Menurut Kusumawati dan Riyanto (2005), hubungan antara jumlah anggota dewan komisaris dengan nilai perusahaan didukung oleh konservatisme yang diberikan dewan komisaris. Konsultasi dan nasehat yang diberikan merupakan jasa yang berkualitas bagi manajemen yang tidak dapat diberikan oleh pasar. Penelitian mereka menemukan bahwa investor bersedia memberikan premium lebih terhadap perusahaan karena service dan kontrol yang dilakukan oleh komisaris. Midiastuty (2003) dalam Mudjiyanti (2005) yang menyimpulkan bahwa jumlah dewan mampu mengurangi konflik kepentingan antara stakeholders dan meningkatkan kepercayaan investor. Fungsi service dan kontrol dewan komisaris sebagai mekanisme corporate governance ini dapat dilihat sebagai

suatu sinyal kepada para investor bahwa perusahaan telah dikelola sebagaimana mestinya (sinyal positif). Dengan demikian, konservatisme akuntansi dengan penerapan good corporate governance berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di mata investor Labelle (2002) dalam Kusumawati dan Riyanto (2005). 2.1.6. Penelitian Terdahulu 1. Fala (2007) Tujuan dari penelitian Fala (2007) adalah mengetahui pengaruh pemilihan kebijakan konservatisma akuntansi terhadap nilai ekuitas perusahaan dengan asumsi bahwa pasar telah efisien secara keputusan sehingga akan menilai lebih perusahaan-perusahaan yang memilih kebijakan konservatisma untuk akuntansinya dan menilai kemampuan Good Corporate Governance (GCG) dalam menginteraksi pengaruh konservatisma akuntansi terhadap nilai perusahaan. Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2000-2005. Hasil penelitian ini adalah (1) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akuntansi konservatisma berpengaruh positif secara signifikan terhadap penilaian ekuitas perusahaan. Hal ini berarti bahwa investor/ pasar menerima sinyal tentang penerapan konservatisma akuntansi dalam perusahaan dan menilai lebih dengan memberikan premium tinggi bagi harga saham perusahaan tersebut. (2) Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa variabel jumlah dewan komisaris sebagai salah satu mekanisme corporate governance merupakan variabel pemoderasi yang dapat menginteraksi hubungan antara konservatisma akuntansi dengan nilai

perusahaan dan variabel ini memiliki pengaruh negatif. Sebaliknya kepemilikan manajerial bukan merupakan variabel pemoderasi yang dapat menginteraksi hubungan konservatisma akuntansi dan nilai perusahaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Fala (2007) ialah sama-sama menggunakan teknik purposive sample. Variabel independen yang digunakan ialah konservatisme akuntansi dan corporate governance. Variabel dependen yang digunakan penilaian ekuitas perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Fala (2007) terletak pada sampel penelitian dan periode penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian Fala (2007) ialah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2005, sedangkan dalam penelitian ini ialah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. 2. Suaryana (2008) Penelitian Suaryana (2008) adalah sebagai berikut : (1) sampel adalah perusahaan yang terdaftar di BEJ untuk periode 1999 sampai dengan 2004; (2) perusahaan yang dipilih adalah perusahaan manufaktur; (3) laporan keuangan disajikan dalam rupiah; dan (4) laporan keuangan tahunan dapat diperoleh secara lengkap dari tahun 1999. Variabel independen terdiri dari konservatisme, persistensi laba, pertumbuhan laba, struktur modal dan besaran perusahaan. Variabel dependen penelitian adalah cumulatif abnormal return, unexpected Earnings, dan daya prediksi laba. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah perusahaan yang menerapkan prinsip akuntansi konservatif memiliki daya prediksi laba dan ERC yang lebih rendah dari perusahaan yang tidak menerapkan

prinsip akuntansi konservatif. Hasil penelitian mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatif memiliki daya prediksi laba yang lebih buruk daripada perusahaan yang tidak menerapkan akuntansi konservatif. Hasil penelitian juga mendukung hipotesis bahwa ERC perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatif lebih rendah daripada perusahaan tidak menerapkan akuntansi konservatif. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Suaryana (2008) ialah samasama menggunakan variabel independen yang digunakan ialah konservatisme akuntansi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Suaryana (2008) terletak pada sampel penelitian dan periode penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian Suaryana (2008) ialah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 1999-2004, sedangkan dalam penelitian ini ialah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Kemudian variabel dependen penelitian Suaryana (2008) adalah koefisien respon laba, penelitian sekarang adalah nilai ekuitas perusahaan. 3. Wardani (2009) Penelitian Wardani (2009) dilakukan dengan kriteria objek penelitian yang meliputi : (i) terdaftar sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2003 hingga 2006; (ii) perusahaan yang bergerak pada industri manufaktur; (iii) memiliki nilai buku ekuitas positif; (iv) terdapat kelengkapan data yang dibutuhkan berturut-turut dari tahun 2003 hingga 2006. Variabel independen terdiri dari kepemilikan oleh dewan dan komite audit, sedangkan variabel dependen penelitian adalah konservatisme dan daya prediksi laba.

Tujuan dari penelitian ini yaitu: (i) mengetahui dan menganalisa pengaruh karakteristik board of directors yang terkait dengan independensi dari dewan komisaris terhadap praktek konservatisme di Indonesia; (ii) mengetahui dan menganalisa pengaruh karakteristik board of directors yang terkait dengan kepemilikan oleh dewan terhadap praktek konservatisme di Indonesia; (iii) mengetahui dan menganalisa pengaruh karakteristik board of directors yang terkait dengan keberadaan komite audit terhadap praktek konservatisme di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat konservatisme dengan menggunakan ukuran akrual. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan adanya komite audit dalam suatu perusahaan, maka proses pelaporan keuangan perusahaan akan termonitor dengan baik. Komite audit ini akan memastikan bahwa perusahaan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang akan menghasilkan informasi keuangan perusahaan yang akurat dan berkualitas melalui penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi dalam proses pelaporan keuangan perusahaan. Penelitian ini tidak dapat membuktikan pengaruh dari independensi komisaris dan kepemilikan manajerial terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan yang diukur dengan menggunakan ukuran akrual. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Wardani (2009) ialah samasama menggunakan variabel konservatisme akuntansi dan mekanismen corporate goverment. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Wardani (2009) terletak pada sampel penelitian dan periode penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian Wardani (2009) ialah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2006, sedangkan dalam penelitian ini ialah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Berikut ini Tabel perbandingan antara penelitian terdahulu dan sekarang. Tabel 1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang Pembanding Fala (2007) Suaryana (2008) Wardani (2009) Penelitian sekarang Variabel dependen Penilaian ekuitas Koefisien Konservatisme Nilai perusahaan perusahaan Respon Laba dan daya Variabel independen Konservatisme akuntansi dan corporate governance. Konservatisme Laba Teknik sampel Purposive sampling Purposive sampling Alat pengujian Regresi berganda Regresi hipotesis berganda Objek penelitian Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2005 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 1999-2004 prediksi laba Kepemilikan oleh dewan dan komite audit Purposive sampling Regresi berganda Perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2003 hingga 2006 Periode penelitian 2000-2005 1999-2004 2003 hingga 2006 Tujuan penelitian Pengaruh pemilihan kebijakan konservatisma akuntansi terhadap nilai ekuitas perusahaan Perusahaan yang menerapkan prinsip akuntansi konservatif memiliki daya prediksi laba dan ERC yang lebih rendah dari perusahaan yang tidak menerapkan prinsip akuntansi konservatif. Tingkat Konservatisme Akuntansi Di Indonesia Dan Hubungannya Dengan Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance Konservatisme akuntansi dan corporate governance. Purposive sampling Regresi linier berganda Perusahaan manufaktur di BEI 2009-2011 Pengaruh pemilihan kebijakan konservatisma akuntansi terhadap nilai perusahaan

2.1.7. Model Penelitian Konservatisme Nilai perusahaan Good Corporate Governance : - Kepemilikan Manajerial - Dewan komisaris independen Gambar 1 Model Penelitian 2.2. Hipotesis Hipotesis hipotesis yang akan dijawab dalam penelitian ini mengacu pada telaah pustaka yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Berdasarkan telaah pustaka, maka beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1: Konservatisma akuntansi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan H2 : Kepemilikan Manajerial memoderasi pengaruh antara konservatisma akuntansi pada nilai perusahaan. H3: Jumlah Komisaris Independen memoderasi pengaruh antara konservatisma akuntansi pada nilai perusahaan.