STUDI KINERJA BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN ALAMI LIMBAH CAIR VINASE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

3 Metodologi Penelitian

UJI KINERJA ADSORBEN KITOSAN-BENTONIT TERHADAP LOGAM BERAT DAN DIAZINON SECARA SIMULTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

4. Hasil dan Pembahasan

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

3. Metodologi Penelitian

PEMURNIAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN BENTONIT TERAKTIVASI ASAM NITRAT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

Bab IV Pembahasan. Pembuatan Asap cair

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

ABSTRAK. Kata Kunci: fotokatalis, fenol, limbah cair, rumah sakit, TiO 2 anatase. 1. Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN

ADSORPSI SIMULTAN KITOSAN-BENTONIT TERHADAP ION LOGAM DAN RESIDU PESTISIDA DALAM AIR MINUM DENGAN TEKNIK BATCH

BAB III METODE PENELITIAN

Uji Kinerja Adsorben Amino-Bentonit Terhadap Polutan Pestisida Dalam Air Minum ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PEMBUATAN GEL CINCAU HIJAU DAN PENGARUH PENAMBAHAN ADSORBEN TERHADAP WARNA GEL CINCAU HIJAU SKRIPSI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015

4. Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODE PENELITIAN

Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengadaan Alat dan Bahan a. Pengadaan alat b. Pengadaan tetes tebu

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

SKRIPSI KOMPOSIT BENTONIT-KITOSAN UNTUK PENYERAPAN LOGAM BERAT. Diajukan Oleh: Stephen Utomo NRP:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

Della, Anna Permanasari, Zackiyah Program Studi Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

Bab III Metodologi Penelitian

4024 Sintesis enantioselektif pada etil (1R,2S)-cishidroksisiklopentana

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

3 Metodologi Penelitian

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODA PENELITIAN

Transkripsi:

STUDI KINERJA BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN ALAMI LIMBAH CAIR VINASE Asep Supriatna dan Adi Pramono Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung Jl. Dr. Setiabudi 229 Bandung 40154 Tlp/Fax. 022-2000579 Email: aasupri@upi.edu Abstrak Penelitian tentang kinerja bentonit sebagai adsorben limbah cair vinase telah dilakukan. Pada penelitian ini difokuskan pada laju penyerapan bentonit terhadap limbah cair vinase, waktu pengadukan dan dosis bentonit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pengadukan optimum 2 jam, dosis bentonit optimum yang dihasilkan adalah 15 gram/50 ml vinase. Semakin banyak bentonit yang digunakan semakin besar penurunan warna vinase, tetapi penambahan bentonit akan mencapai titik dimana kinerja bentonit relatif konstan terhadap vinase. Penambahan dosis bentonit mengikuti persamaan %pengurangan warna = (76,92).(massa bentonit) 0,239. Hasil SEM menunjukkan adsorbat dalam vinase terserap pada permukaan bentonit. Nilai COD limbah cair vinase turun sebesar 84% dan intensitas warna vinase turun sebesar 93 %. Kata kunci: bentonit, vinase, adsorben, SEM, COD, GC-MS, XRD Pendahuluan Limbah cair vinase adalah residu hasil destilasi alkohol yang berbahan baku tetes tebu (molasses) yang difermentasi (Cortez, 1997). Limbah vinase, secara fisik memiliki warna coklat kemerahan dengan bau yang menyengat dengan ph 4,2 4,5. Vinase juga telah banyak diteliti untuk diaplikasikan sebagai pupuk, seperti dilakukan oleh Sayed dan Elazim yang telah melakukan penelitian pemanfaatan vinase sebagai pupuk untuk meningkatkan hasil panen tanaman gandum di Mesir, dan Rodríguez (2000) memanfaatkan vinase sebagai pupuk untuk meningkatkan hasil panen tanaman tebu di Venezuela. Vinase digunakan sebagai pupuk dikarenakan mengandung banyak materi organik, kalium, kalsium, nitrogen dan fosfor. Komposisi vinase bervariasi tergantung pada kualitas tetes tebu, bahan baku yang digunakan, pengolahan limbah cair awal pabrik pembuat alkohol, dan lain sebagainya. Komposisi kimia Limbah cair vinase dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Komposisi kimia limbah cair vinase (Susanti, 2003) KOMPONEN KANDUNGAN (%) Mineral Gula (reduksi) Protein Asam volatile Gum Campuran asam laktat Campuran asam organik lain Gleosal Lilin, fenol, logam, dsb. 29,0 11,0 9,0 1,5 21,0 4,5 1,5 5,5 17,0 K-51

Pada umumnya, proses destilasi alkohol, jika dihasilkan 1 liter alkohol maka vinase residunya tersebut dihasilkan sebanyak 13 liter atau rentang 10 sampai 15 liter tergantung pada kualitas tetes tebu (bahan baku) dan proses industrinya (Potter dkk., 1994). Bentonit alam mempunyai sifat menyerap dan menukarkan ion, berpotensi sebagai alternatif solusi permasalahan pengolahan limbah cair yang mudah dan murah. Tujuan kajian ini adalah mengetahui, menentukan kondisi optimum dari kinerja bentonit alam terhadap limbah cair vinase, dan mempelajari kinerja bentonit terhadap vinase. Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan menjadi tiga tahap, yaitu antara lain karakterisasi awal bentonit dan vinase, uji kinerja, dan karakterisasi akhir bentonit dan vinase. Preparasi sampel Limbah cair vinase Tetes tebu (PT. PGR II) ditimbang sebanyak 300-330 gram kemudian diencerkan dengan aquades hingga volumnya menjadi 1 liter dan diaduk agar homogen. Masukkan ragi roti (PT. PGR II) 5 gram, urea (Tani Bakti Kopo 364) sebanyak 10 gram, dan TSP (Tani Bakti Kopo 364) sebanyak 5 gram. Lalu diaduk agar homogen. Biarkan masa inkubasi selama ± 48 jam, kemudian didestilasi pada suhu 100 0 C. Residu yang terdapat pada labu dasar bulat adalah limbah cair vinase. Uji Kinerja Pengaruh Waktu Pengadukan Bentonit dengan massa 10 gram dimasukkan ke dalam enam gelas kimia yang telah berisi vinase 50 ml kemudian diaduk dengan waktu pengadukan divariasikan antara 15-180 menit, dengan kecepatan pengadukan 193 rpm. Biarkan mengendap. Kemudian supernatan dianalisis menggunakan spektrofotometer UV mini. Pengaruh Dosis Bentonit Vinase sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam enam gelas kimia lalu tambahkan bentonit dengan massa yang divariasikan antara 7-25 gram. Kemudian diaduk selama 2 jam dengan kecepatan pengadukan 193 rpm. Biarkan mengendap. Kemudian supernatan dianalisis menggunakan spektrofotometer UV mini. Uji Efektifitas Penggunaan Bentonit Prosedur ini untuk membandingkan antara penambahan bentonit sekaligus 15 gram dengan 5 gram sebanyak 3 kali (total pemakaian 15 gram). K-52

Analisis akhir Bentonit dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi vinase 50 ml kemudian diaduk selama 2 jam. Biarkan mengendap. Pisahkan endapan dan supernatan. Supernatan (vinase akhir) dan endapan (bentonit akhir) dianalisis. Karakterisasi Bentonit sebelum dan sesudah digunakan dianalisis spektra infra merah di Laboratorium Kimia Instrumen Universitas Pendidikan Indonesia. Bentonit sebelum dan sesudah digunakan dianalisis SEM di Puslitbang Geologi, Bandung. Vinase sebelum dan sesudah diolah dianalisis menggunakan GCMS di Laboratorium Kimia Instrumen Universitas Pendidikan Indonesia. COD vinase awal dan akhir dianalisis di Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung. Warna vinase awal dan akhir dianalisis di Laboratorium Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Hasil dan Diskusi Karakterisasi Spektra infra merah dianalisis untuk mengetahui spektra bentonit awal dan perubahannya setelah dikontakkan dengan vinase. 1.2 1 Abs 0.8 0.6 b c 0.4 0.2 a 0 3500 2500 cm -1 1500 500 Gambar 1. Spektra Infra merah: (a) Bentonit awal, (b) vinase, dan (c) bentonit akhir. Spektra infra merah vinase menunjukkan adanya gugus OH pada 3355,9 cm -1 ; vibrasi ulur O-C=O asam karboksilat muncul pada 1624 cm -1 ; bilangan gelombang 1415,7 cm -1 untuk vibrasi O-H tekuk asam karboksilat; 2935.5 cm -1 untuk vibrasi C-H pada CH 2 -O atau CH 3 -O; bilangan gelombang 1045,3 cm -1 menunjukkan vibrasi ulur C-O pada alkohol primer; vibrasi ulur C-O alkohol sekunder muncul pada bilangan gelombang 1080,1 cm -1 ; vibrasi ulur C-O asam karboksilat muncul pada 1203,5 cm -1. K-53

Kajian spektroskopi vibrasi pada bentonit sangat berguna untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik hidrasi, kation interlayer, dan kandungan uap air pada bentonit (Katti dan Katti). Bilangan gelombang pada spektra infra merah bentonit muncul pada 524,6 dan 470,6 cm -1 untuk vibrasi Si-O tetrahedral, 1041,5 cm -1 untuk Si-O ulur, 1643,2 cm -1 untuk H-O-H tekuk dari air teradsorpsi, 3448,5 untuk H-O-H ulur dari air teradsorpsi, dan 3625,9 cm -1 untuk OH ulur pada lapisan oktahedral. Spektra IR bentonit akhir yang sudah digunakan terlihat bahwa adanya vibrasi-vibrasi 1500-1700 cm -1 ; 2372,3 cm -1 dan 3000-4000 cm -1. Dari daerah spektra IR dapat diduga bahwa adsorbat vinase terserap oleh bentonit pada fasa interlayer. Adsorbat terserap pada bentonit tetapi tidak menyebabkan struktur monmorilonit berubah secara berarti ini terlihat dari spektra IR khas monmorilonit tidak terdeteksi perubahan vibrasi. Scanning Electron Microscope (SEM) dengan perbesaran 3000x memperlihatkan perbedaan antara mikrostruktur bentonit awal dan akhir (P3G). Gambar 2. memperlihatkan bahwa pada gambar (b) ada gumpalan yang hampir menyebar pada seluruh permukaan bentonit, kemungkinan gumpalan-gumpalan tersebut adalah adsorbat dalam vinase yang diserap pada permukaan bentonit. Gambar 2. Hasil SEM (a) bentonit awal dan (b) Bentonit setelah digunakan Hasil GCMS (dapat dilihat pada tabel 2), kromatogram menunjukkan bahwa vinase mengandung beberapa komponen senyawa. Pada vinase akhir ada puncak-puncak yang hilang dan muncul yang baru. Puncak yang hilang menunjukkan komponen-komponen senyawa vinase yang muncul dalam kromatogram pada rentang waktu retensi 21-26 menit dengan kadar yang berbeda-beda. Kemungkinan puncak-puncak yang hilang adalah adsorbat dari vinase yang diserap oleh bentonit. Sedangkan puncak baru yang muncul pada vinase akhir kemungkinan K-54

disebabkan oleh koagulan sisa yang digunakan dalam proses pengendapan dan atau karena terbentuknya senyawa lain. Tabel 2. Hasil analisis GCMS vinase No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Vinase awal Waktu Retensi Kadar (menit) (%) 21,068 1,14 21,878 19,20 22,357 31,09 22,579 7,22 22,747 6,99 25,068 0,96 25,150 14,76 25,200 4,96 25,317 1,40 25,450 3,48 25,592 2,25 26,783 1,79 Vinase Akhir Waktu Retensi Kadar (menit) (%) 2,598 9,63 2,705 3,96 9,089 1,49 15,020 15,76 19,432 2,73 19,905 39,67 28,117 2,59 29,658 8,58 30,473 8,88 30,473 3,19 31,775 2,09 31,917 1,43 Uji Kinerja Waktu Pengadukan Dari gambar 2, menunjukkan bahwa pengurangan intensitas warna terjadi secara cepat sampai pada menit ke 7, kemudian pengurangan intensitas warna menjadi lambat. 60 % pengurangan warna 50 40 30 20 10 0 0 50 100 150 200 waktu (menit) Gambar 2. Hubungan Waktu kontak dengan % Pengurangan warna Dosis Bentonit Gambar 3 berikut ini menunjukkan hubungan antara persen pengurangan warna vinase dengan penambahan bentonit. Persen pengurangan warna vinase semakin besar sejalan dengan semakin besarnya penambahan bentonit. Akan tetapi, penambahan bentonit setelah 10 gram kurang memberikan persen pengurangan warna yang signifikan. K-55

% pngurangan warna 70 60 50 40 30 20 10 0 0 5 10 15 20 25 30 Massa (g) Gambar 3. Hubungan % Pengurangan warna dengan Massa Bentonit Gambar 3 ini memenuhi persamaan eksponensial, %Abs = (2,72) 4,34.(m) 0,239 Dengan m adalah massa bentonit dan %Abs adalah % pengurangan warna vinase. Uji efektifitas penambahan bentonit Penambahan bentonit berulang lebih efektif dalam menurunkan nilai COD (Tabel 3). Hal ini disebabkan proses pertemuan dan penyerapan bentonit dengan vinase lebih sering yang terjadi pada penambahan bentonit berulang dibandingkan dengan penambahan bentonit yang sekaligus. Tabel 3. Perbandingan penambahan bentonit No. Massa (g) % penurunan COD 1 2 15 gram 5 gram (3 x pengulangan) 77 84 Hasil analisis Vinase awal dan Vinase setelah dikontakkan dengan bentonit ditunjukkan pada tabel 4. Penggunaan bentonit dalam penelitian ini mampu menurunkan COD sebesar 84% dan menurunkan intensitas warna sebesar 93%. Tabel 4. Hasil analisis vinase No Parameter Satuan Awal Akhir % Penurunan 1. COD Mg/L 224.400 36312 84 2. Warna PtCo 112500 7500 93 Gambar 2 berikut ini menunjukkan penurunan intensitas warna vinase sebelum dan setelah dikontakkan dengan bentonit. K-56

Kesimpulan Gambar 2: (a)vinase awal; (b) Stelah penambahan 15g/50 ml; (c) Setelah penambahan 3 x 5g /50 ml Bentonit dapat digunakan sebagai bahan pengolah limbah cair vinase, ini dapat dilihat dari kandungan COD limbah vinase yang berkurang sebesar 84 % dan warna berkurang sebesar 93 %. Mekanisme yang terjadi antara bentonit dengan vinase adalah adsorpsi, hal ini didukung oleh data hasil SEM dan FTIR. (a) (b) (c) Saran untuk Penelitian Lanjutan 1. Perlu dibandingkan dengan kinerja bentonit yang diaktivasi baik secara kimia atau pemanasan. 2. Massa bentonit yang digunakan masih dalam jumlah yang banyak oleh sebab itu perlu dilakukan modifikasi terhadap bentonit agar kinerjanya dapat lebih maksimal dalam menyerap senyawa-senyawa organik vinase dan massa bentonit yang digunakan sedikit. 3. Perlu dilakukan uji hayati terhadap vinase yang sudah diolah menggunakan bentonit sebelum dibuang ke lingkungan jika ingin diaplikasikan pada skala pabrik. 4. Penelitian ini menggunakan model batch oleh sebab itu untuk membandingkan efektifitas perlu dilakukan menggunakan model kontinu dan skala pilot. 5. Kajian pelepasan adsorbat yang diserap bentonit (desorpsi) perlu dilakukan agar bentonit yang sudah dipakai dapat digunakan kembali sehingga hemat dalam penggunaan bentonit. Tetapi proses desorpsi tersebut harus dengan cara yang mudah dan murah. K-57

Daftar Pustaka Sayed, Arafat dan Yassen Abd Elazim. Agronomic Evaluation of Fertilizing Efficency of Vinasse. Paper no. 1991. [online]: www.revfacagronluz.org.ve [12-10-2004] Rodríguez, J. Gómez y O. (2000). Effects of vinasse on sugarcane (Saccharum officinarum) productivity. Rev. Fac. Agron. (LUZ). 17:318-326. [online] www.ldd.go.th [12-10- 2004] Susanti, W. (2003). Pengolahan Limbah di PT. PG. R. II Cirebon. Laporan Praktik Lapangan. Bogor: Departemen Biologi IPB Potter, C., M. Soeparwadi, dan aulia Gani. (1994). Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia. Sumber, Pengendalian, dan Bahan baku. Project of The Ministry of State for The Environment, Republic of Indonesia and Dalhousie University, Canada. Indonesia: Environmental Management Development in Indonesia. Cortez, L.A.B. dan Pérez, L.E.B. (1997). Experiences on vinasse disposal part III: combustion of vinasse-# 6 fuel oil emulsions. Brazilian Journal of Chemical Engineering vol. 5. Tersedia: http://www.scielo.br/ [19 10-2004] Puslitbang Geologi (P3G) Prosedur Pemotretan Scanning Electron Microscope (SEM), JSM-35 C. Bandung. Tidak Diterbitkan. (in press) Katti, Kalpana dan Katti, Dinesh. (tanpa tahun). Effect Of Clay-Water Interactions On Swelling In Montmorillonite Clay. [online] http://www.ce.washington.edu/em03/proceedings/papers/812.pdf Ronalisa, Yeni. (2004). Studi Kinerja Bentonit pada Penjernihan Sirup Gula. Skripsi. Bandung: Program Kimia Jurusan Pedidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. K-58