PERATURANMENTERI KOMUNIKASIDAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DANINFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No c. bahwa untuk dapat mendorong persaingan industri telekomunikasi yang sehat, mengembangkan inovasi teknologi informasi dan membuka pel

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BERITA NEGARA. No.1013, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.3GHz. Layanan Wireless Broadband. Prosedur.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

2012, No BATASAN LEVEL EMISI SPEKTRUM (SPECTRUM EMISSION MASK) YANG WAJIB DIPENUHI OLEH PENYELENGGARA PCS1900

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

Pasal II. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2014 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C.

2014, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagamana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Inf

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.1236, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIAKSI DAN INFORMATIKA. Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz. Jaringan Bergerak Seluler. Seleksi. Tata Cara.

2017, No tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigras

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 18 /PER/M.KOMINFO/11/2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG TIM BINAAN WILAYAH BIDANG KESEHATAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 181/KEP/M.KOMINFO/12/ 2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambaha

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2 2. Undang- Kelautan dan Perikanan Nomor PER.20/MEN/2012; Memperhatikan: 1. Persetujuan Presiden atas Rekomendasi Sidang DPODdalam surat Menteri Dala

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01/PER/M.KOMINFO/1/2006 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Pelestarian Cagar Budaya. Organisasi. Tata Kerja.

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN PASCA OPTIMALISASI DAN PENGHENTIAN KEGIATAN DEKONSENTRASI URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERPANJANGAN IZIN PITA FREKUENSI RADIO

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.17/MENHUT-II/2013 TENTANG

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

Transkripsi:

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURANMENTERI KOMUNIKASIDAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISMEDAN TAHAPANPEMINDAHANALOKASIPITA FREKUENSI RADIO PADAPENATAANMENYELURUHPITA FREKUENSI RADIO 2,1 GHz DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHAESA MENTERI KOMUNIKASIDAN INFORMATIKAREPUBLIK INDONESIA, Menimbang. Mengingat II bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9A ayat (1) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/ M.KOMINFO/l/2006 tentang Penataan Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz untuk Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Se1uler IMT-2000, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 31 Tahun 2012, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang Mekanisme dan Tahapan Pemindahan Alokasi Pita Frekuensi Radio pada Penataan Menyeluruh Pita Frekuensi Radio 2,1 GHz;. 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Te1ekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3980); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 ten tang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Sate1it (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3981); 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pem ben tukan dan Organisasi Kemen terian Negara, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 ten tang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

-2-5. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/1/2006 tentang Penataan Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz untuk Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler IMT-2000, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 31 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/1/2006 tentang Penataan Pita Frekuensi Radio 2. 1 GHz un tuk Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler IMT-2000; 6. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 07 /PER/M.KOMINFO /1/2006 tentang Ketentuan Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz untuk Penye1enggaraan Jaringan Bergerak Seluler, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 32 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 07 /PER/M.KOMINFO /1/2006 tentang Ketentuan Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz untuk Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler; 7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 03/PER/M.KOMINFO/03/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Spektrum Frekuensi Radio, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 10/PER/M.KOMINFO/03/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 03/PER/M.KOMINFO/03/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Spektrum Frekuensi Radio; 8. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 30 Tahun 2012 tentang Prosedur Koordinasi antara Penyelenggara Telekomunikasi yang Menerapkan Personal Communication System 1900 dengan Penyelenggara Telekomunikasi yang Menerapkan Universal Mobile Telecommunication System; MEMUTUSKAN: j Menetapkan ~ PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TENTANG MEKANISME DAN TAHAPAN PEMINDAHAN ALOKASI PITA FREKUENSI RADIO PADA PENATAAN MENYELURUHPITA FREKUENSI RADIO 2,1 GHz.

-3 - BABI KETENTUANUMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika iru yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggara telekomunikasi yang menerapkan Universal Mobile Telecommunication System, yang selanjutnya disebut penyelenggara UMTS, adalah penyelenggara jaringan bergerak seluler yang menggunakan pita frekuensi radio 2,1 GHz moda FDD IMT-2000, dan mengaplikasikan sistem Universal Mobile Telecommunication System (UMTS). 2. Penyelenggara telekomunikasi yang menerapkan Personal Communication System 1900, yang selanjutnya disebut penyelenggara PCS1900, adalah penyelenggara jaringan bergerak seluler yang menggunakan pita frekuensi radio 1903,125-1910 MHz sebagai uplink-nya, berpasangan dengan 1983,125-1990 MHz sebagai downlink-nya, dan mengaplikasikan sistem Personal Communication System1900 (PCS1900). 3. Base Station adalah suatu set perangkat yang berfungsi untuk menyediakan konektivitas, manajemen, dan kontrol terhadap Subscriber Station. 4. Unit Pelaksana Teknis Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio, yang selanjutnya disebut UPT, adalah satuan kerja yang bersifat mandiri di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur J enderal. 5. Oirektur Jenderal adalah Direktur Jenderal Sumber Oaya dan Perangkat Pos dan Informatika. Pasal2 (1) Pita frekuensi radio 2,1 GHz untuk keperluan penyelenggaraan jaringan bergerak seluler moda FDD IMT-2000 ditentukan pada rentang frekuensi radio 1920-1980 MHz berpasangan dengan 2110-2170 MHz. (2) Pita frekuensi radio 2,1 GHz untuk keperluan penyelenggaraan jaringan bergerak seluler moda FDD IMT-2000 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 12 (dua belas) blok pita frekuensi radio, yaitu: a. Blok 1 rentang frekuensi radio 1920-1925 MHz berpasangan dengan 2110-2115 MHz;

-4 - b. Blok 2 rentang frekuensi radio 1925-1930 MHz berpasangan dengan 2115-2120 MHz; c. Blok 3 rentang frekuensi radio 1930-1935 MHz berpasangan dengan 2120-2125 MHz; d. Blok 4 rentang frekuensi radio 1935-1940 MHz berpasangan dengan 2125-2130 MHz; e. Blok 5 rentang frekuensi radio 1940-1945 MHz berpasangan dengan 2130-2135 MHz; f. Blok 6 rentang frekuensi radio 1945-1950 MHz berpasangan dengan 2135-2140 MHz; g. Blok 7 rentang frekuensi radio 1950-1955 MHz berpasangan dengan 2140-2145 MHz; h. Blok 8 rentang frekuensi radio 1955-1960 MHz berpasangan dengan 2145-2150 MHz; 1. Blok 9 rentang frekuensi radio 1960-1965 MHz berpasangan dengan 2150-2155 MHz; J. Blok 10 : rentang frekuensi radio 1965-1970 MHz berpasangan dengan 2155-2160 MHz; k. Blok 11 : rentang frekuensi radio 1970-1975 MHz berpasangan dengan 2160-2165 MHz; 1. Blok 12 : rentang frekuensi radio 1975-1980 MHz berpasangan dengan 2165-2170 MHz. Pasa13 Penataan menyeluruh pita frekuensi radio 2,1 GHz dilaksanakan dalam rangka mendapatkan alokasi pita frekuensi radio berdampingan (contiguous) bagi setiap penyelenggara jaringan bergerak seluler IMT-2000 pada pita frekuensi radio 2, 1 GHz. Pasa14 Penataan menyeluruh pita frekuensi radio 2,1 GHz dilaksanakan dengan mekanisme dan tahapan pemindahan alokasi pita frekuensi radio yang paling sedikit dan mempertimbangkan jumlah Base Station yang harus dilakukan pengaturan ulang (re-tuning) penggunaan blok pita frekuensi radionya. BAB II MEKANISMEPEMINDAHANALOKASIPITAFREKUENSI RADIO PADAPENATAANMENYELURUH PITAFREKUENSI RADIO 2,1 GHz Pasa15 (1) Mekanisme pemindahan alokasi pita frekuensi radio pada penataan menyeluruh pita frekuensi radio 2,1 GHz adalah sebagai berikut:

- 5 - a. Pemegang Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) pada Blok 2 dan Blok 3 sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini wajib melakukan pengaturan ulang (re-tuning) penggunaan blok pita frekuensi radionya ke blok pita frekuensi radio yang baru, yaitu Blok 11 dan Blok 12. b. Pemegang Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) pada Blok 6 sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini wajib melakukan pengaturan ulang (re-tuning) penggunaan blok pita frekuensi radionya ke blok pita frekuensi radio yang baru, yaitu Blok 2. c. Pemegang Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) pada Blok 8 sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini wajib melakukan pengaturan ulang (re-tuning) penggunaan blok pita frekuensi radionya ke blok pita frekuensi radio yang baru, yaitu Blok 6. d. Pemegang Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) pada Blok 11 sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini wajib melakukan pengaturan ulang (re-tuning) penggunaan blok pita frekuensi radionya ke blok pita frekuensi radio yang baru, yaitu Blok 3. e. Pemegang Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) pada Blok 12 sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini wajib melakukan pengaturan ulang (re-tuning) penggunaan blok pita frekuensi radionya ke blok pita frekuensi radio yang baru, yaitu Blok 8. (2) Pengaturan ulang (re-tuning) penggunaan blok pita frekuensi radio sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didahului oleh fase pra-retuning dan Zatau diakhiri dengan fase pasca-retuning. BABIII TAHAPANPEMINDAHANALOKASIPITAFREKUENSIRADIO PADA PENATAAN MENYELURUH PITA FREKUENSI RADIO 2,1 GHz Pasal6 (3) Mekanisme pemindahan alokasi pita frekuensi radio pada penataan menyeluruh pita frekuensi radio 2,1 GHz sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilaksanakan melalui tahapan pemindahan alokasi pita frekuensi radio berbasis provinsi. (4) Pemegang Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 wajib mematuhi jadwal tahapan pemindahan alokasi pita frekuensi radio sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

-6 - (5) Selama tahapan pemindahan alokasi pita frekuensi radio sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemegang Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) mempunyai hak untuk menggunakan blok pita frekuensi radio yang baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sejak dimulainya pemindahan alokasi pita frekuensi radio. Pasa17 Dalam hal pemegang Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 tidak melakukan pengaturan ulang (re-tuning) penggunaan blok pita frekuensi radio pada Base Station sesuai jadwal tahapan pemindahan alokasi pita frekuensi radio, Base Station tersebut dihentikan operasionalnya sampai dengan Base Station terse but dilakukan pengaturan ulang (re-tuning) ke blok pita frekuensi radio yang baru. BABIV PENANGGUNGJAWABOPERASIONALPEMINDAHAN ALOKASIPITAFREKUENSIRADIO Pasa18 (1) Pemegang Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 wajib menunjuk Penanggung Jawab Operasional Pemindahan Alokasi Pita Frekuensi Radio berdasarkan Surat Kuasa Khusus. (2) Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Direktur Utama atau yang diberikan kewenangan untuk menandatanganinya berdasarkan Anggaran Dasar perusahaan dan ketentuan peraturan perundang - undangan. (3) Penanggung Jawab Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab untuk: a. mengambil keputusan dan tindakan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan penataan menyeluruh pita frekuensi radio 2,1 GHz; dan b. mengkoordinasikan pelaksanaan pengaturan ulang (re-tuning) penggunaan blok pita frekuensi radio berbasis provinsi sesuai jadwal tahapan pemindahan alokasi pita frekuensi radio. Pasal9 (1) Penanggung Jawab Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) wajib menyampaikan laporan tertulis kepada Direktur Jenderal eq. Direktur Penataan Sumber Daya.

-7 - (2) Laporan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari laporan berkala dan laporan status. (3) Laporan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang kurangnya menyampaikan kemajuan pelaksanaan penataan menyeluruh pita frekuensi radio 2,1 GHz di setiap provinsi. (4) Laporan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan setiap hari Kamis selama jangka waktu pelaksanaan penataan menyeluruh pita frekuensi radio 2,1 GHz. (5) Laporan status sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang - kurangnya menyampaikan : a. status pada saat dimulainya pemindahan alokasi pita frekuensi radio ke blok pita frekuensi radio yang baru pada suatu provinsi oleh Pemegang Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5; dan / atau b. status pada saat selesai dilaksanakannya pemindahan alokasi pita frekuensi radio ke blok pita frekuensi radio yang baru pada suatu provinsi dan pernyataan bahwa blok pita frekuensi radio sebelum pemindahan telah siap digunakan oleh Pemegang Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) yang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. (6) Laporan status sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a disampaikan selambat - lambatnya 2 (dua) jam setelah dimulainya pemindahan alokasi pita frekuensi radio ke blok pita frekuensi radio yang baru pada suatu provinsi. (7) Laporan status sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b disampaikan selambat - lambatnya 2 (dua) jam setelah selesai dilaksanakannya pemindahan alokasi pita frekuensi radio ke blok pita frekuensi radio yang baru secara keseluruhan pada suatu provinsi. BABV PENGAWASANDANPENGENDALIAN Pasal 10 (1) Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pemindahan alokasi pita frekuensi radio pada penataan menyeluruh pita frekuensi radio 2,1 GHz dilakukan oleh Direktur J enderal. (2) Dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur Jenderal dapat memberikan mandat pelaksanaan tugas pengawasan dan pengendalian kepada Direktur Penataan Sumber Daya.

-8- (3) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memastikan terpenuhinya jadwal tahapan pemindahan alokasi pita frekuensi radio dan memastikan koordinasi diantara Pemegang Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR)berjalan dengan baik. (4) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi: a. menetapkan sistem pelaporan dan pengawasan yang efektif dan efisien; b. menerima dan mengevaluasi laporan tertulis yang disampaikan oleh Penanggung Jawab Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9; c. mengingatkan Penanggung Jawab Operasional dalam hal ditemukenali adanya potensi tidak terpenuhinya jadwal tahapan pemindahan alokasi pita frekuensi radio; d. menghen tikan operasional Base Station yang tidak melakukan pengaturan ulang (re-tuning) penggunaan blok pita frekuensi radionya sesuai jadwal tahapan pemindahan alokasi pita frekuensi radio. BABVI HASILPENATAANMENYELURUH PITAFREKUENSIRADIO2,1 GHz Pasal 11 Penetapan alokasi blok pita frekuensi radio yang baru sebagai hasil penataan menyeluruh pita frekuensi radio 2,1 GHz kepada pemegang Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ditetapkan dengan Keputusan Menteri. BABVII PENCEGAHANDANPENANGANAN GANGGUANYANGMERUGIKAN(HARMFUL INTERFERENCE) Pasal12 (1) Dalam hal suatu daerah ditemukenali terdapat perangkat pemancar penyelenggara PCS 1900 yang belum memenuhi batasan level emisi spektrum (spectrum emission mask) namun be1um terindentifikasi menimbulkan gangguan yang merugikan (harmful interference), UPT memberitahukan kepada penyelenggara PCS1900 untuk memenuhi batasan level emisi spektrum (spectrum emission mask).

-9 - (2) Dalam hal suatu daerah ditemukenali terdapat perangkat pemancar penyelenggara PCS1900 yang belum memenuhi batasan level emisi spektrum (spectrum emission mask) dan telah teridentifikasi menimbulkan gangguan yang merugikan (harmful interference) terhadap perangkat penerima di Base Station penyelenggara UMTS, UPT memberitahukan kepada penyelenggara PCS1900 dan penyelenggara UMTS untuk melaksanakan prosedur koordinasi. (3) Pemberitahuan untuk melaksanakan prosedur koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh UPT paling lambat 2 (dua) hari kerja sejak ditemukenalinya gangguan yang merugikan (harmful interference). (4) Dalam hal penyelenggara PCS1900 atau penyelenggara UMTS tidak melaksanakan prosedur koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan tahapan dan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, maka UPT langsung menghentikan operasional Base Station penyelenggara terkait, tanpa melalui peringatan tertulis. BABVIII BIAYA Pasal 13 Seluruh biaya dan resiko yang timbul akibat dari penataan menyeluruh pita frekuensi radio 2,1 GHz ditanggung oleh masing-masing pemegang Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR)sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. BABIX KETENTUAN PENUTUP Pasal14 Hal-hal yang memerlukan pengaturan pelaksanaan dari Peraturan Menteri ini ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.

- 10 - Pasal 15 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 Mei 2013 'T'~e::r=;;H:b..:rT NIKASI DAN INFORMATIKA _ ~~IK INDONESIA, - L SEMBIRING Diundangkan pada tanggal di Jakarta MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME DAN TAHAPAN PEMINDAHAN ALOKASI PITA FREKUENSI RADIO PADA PENATAAN MENYELURUH PITA FREKUENSI RADIO 2,1 GHz Jadwal Tahapan Pemindahan Alokasi Pita Frekuensi Radio Pada Penataan Menyeluruh Pita Frekuensi Radio 2,1 GHz MEI2013 wr : W2 JUNI2013 JUU 2013 I AGUSTUS 2013 I SEPTEMBER2013, OKTOBER2013 W3 I W4 I W5 I W6 W7 W8 I W9 I W10 I Wll I W12 I W13 I W14 I W15 I W16, W17 I W18 I W19 I W20 I W21, W22 I W23 I W24 3-1un I 10-Jun I 17-1un I 24-1un I 1-JuI I 8-M I ls-jul I 22-Jul I 29 Jul I 5.Ags I 12-Agsl 19-Agsl 26-Agsl 2-Sep I 9-Sep I 16-Sep, 23-Sep I 3O-Sep I 7-Okt I 14-0kt I 21-0kt I 28-0kt KETERANGAN Nangroe Aceh Uhat Catatan 2 Darussalam Uhat Catatan 3 Uhat catatan 5 sumatera Utara PRR I R PAR Uhat Catatan 1 Uhat Catatan 2. Uhat Catatan 3 sumatera Barat uhat catatan 5 Uhat Catatan 1 Uhat Catatan 2. Riau Uhat Catatan 1 Uhat catatan 2

-2 - MEI20U JUNI2013 JUU 2013 I AGUSTUS 2013 I SEPTEMBER 2013 I OKTOBER 2013 WI 1 W2 1 W3 W41 W5 W6 W7 W8 1 W9 1 W1D 1 Wl1 1 W12 1 W13 1 W14 1 W15 1 W16 I W17 I W18 1 W19 1 W20 1 W21 I W22 I W23 I W24 20-Mei 127-Mei 1 3-Jun 110-Jun 1 17-Jun I 24-Jun I 1-Jul I 8-Jul 1 ls-jul I 22-Jul 1 29-JuI 1 S-Ags!12-Ags!19-Ags!26-Ags! 2-Sep! 9-Sep!16-Sep I23-Sep 130-Sep I 7-0kt 114-0kt I21-0ktI28-0kt KETERANGAN Jambi lihat Catatan 4 lihat Catatan 2 lihat Catatan 3 lihat Catatan 5 sumatera Selatan lihat Catatan 1 lihat Catatan 2 lihat Catatan 4 lihat Catatan 3 lihat Catatan 5 Bengkulu lihat Catatan 4 lihat Catatan 2 lihat catatan 3 lihat catatan 5 lampung lihat Catatan 4 lihat Catatan 2 lihat Catatan 3 lihat Catatan 5 Kepulauan Riau lihat Catatan 1 lihat Catatan 2 lihat Catatan 4 lihat Catatan 3 lihat Catatan 5 Kepulauan Bangka Belitung lihat Catatan 4 lihat Catatan 5

- 3 - DKI Jakarta MEI20n JUN12013 JUU 2013 I AGUSTUS 2013 I SEPTEMBER 2013 I OKTOBER 2013 W1 I W2 I W3 W4 I W5 W6 I W7 I W8 I W9 I Wl0 I Wll I W12 I W13 I W14 I W15 I W16 I W17 I W18 I Wig I W20 I W21 I W22 I W23 I W24 3 Jun I l()'jun I 17-Jun I 24-Jun I l-jul I 8 JuI I 15 Jul I 22 Jul I 29-Jul I 5-Ags I 12 Ags I 19-Ags I 26-Ags I 2-Sep I 9-Sep 116-Sep 123-Sep 130-Sep I 7 0kt 114-0kt I 21 0kt I 28 0kt ~y'~;~i~~:: '.~l~~ Jeda PRR R KETERANGAN Lihat Catatan 1 Lihat Catalan 2 Lihat catatan 4 Lihat Catatan 3 Lihat Catalan 5 Jawa Barat Lihat Catatan 1 Lihat Catatan 4 Lihat Catatan 3 Lihat Catatan 5 JawaTengah Lihat Catatan 1 Lihat Catatan 4 Lihat Catatan 3 Lihat Catatan 5 DI Yogyakarta Jeda R PAR Lihat Catatan 1 Lihat Catatan 4 Lihat Catatan 3 Lihat Catatan 5 JawaTimur Lihat Catatan 1 Lihat Catata n 2 Lihat Catata n 4 Lihat Catata n 3 Lihat Catata n 5

-4- MEI2013 JUNI2013 JULI 2013 I AGUSTUS 2013 I SEPTEMBER2013 I OKTOBER 2013 Wl I W2 I W3 W4 I W5 W6 W7 W8 I W9 I Wl0 I Wll I W12 I W13 I W14 I W15 I W16 I W17 I W18 I W19 I W20 I W21 I W12 I W23 I W24 3-Jun 110-Jun I 17-Joo 114-Jun I I-Jut I 8-Jul I 15-Jul I 22-Jul I 29-Jul I 5-Ags I ll-ags I19-Ags I 26-Ags I 2-Sep I 9-Sep I 16-Sep I 23-Sep I 3O-SepI 7-Okt I 14-0kt I 21-Okt I 28-0kt KETERANGAN Banten Lihat Catatan 1 Lillat Catatan 4 Lihat Catata n 3 Lillat catatan 5 Kalimantan Barat PRR R Lillat Catatan 4 Lihat Catatan 3 Lihat Catatan 5 Kalimantan Tengah Lihat catatan 4 Lihat Catatan 5 Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Lihat Catatan 1 lihat Catatan 4 Lihat Catata n 3 Lihat Catatan 5 Lihat Catatan 4 Lihat Catatan 3 Lillat Catatan 5 Sulawesi Utara Lillat Catatan 4 lihat Catatan 5 Sulawesi Tengah Lihat Catatan 4 Lihat Catatan 5

-5 - MEI2D13 JUN12013 JUU 2013 I AGUSTUS 2013 I SEPTEMBER2013 I OKTOBER 2013 W1 I W2 I W3 W4 I W5 I W6 W7 I W8 I W9 I W1D I Wll I W12 I W13 I W14 I W15 I W16 I W17 I W18 I W19 I W20 I W21 I W22 I W23 I W24 3-Jun 110-Jun I 17-Jun I 24-Jun I 1-Jul I 8-Jul I 15-JuII 22-Jul I 29-Jull 5-Ags!12-Ags!19-Ags!26.Ags! 2-Sep! 9-Sep!16-Sep!23.Sep!30-Sepl 7-01ct I 14-01ct1 21-01ct128-Okt KETERANGAN Sulawesi Selatan Uhat catatan 2 Uhat Catatan 3 Sulawesi Tenggara Uhat catatan 4 Sulawesi Barat Gorontalo Bali Nusa Tenggara Barat Uhat Catatan 1 Uhat catatan 2 Uhat Catatan 3 Uhat Catatan 1 Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara

- 6 - Papua lihat Catatan4 lihat Catatan5 Keteran~an. Catatan 1 Taha,panpemindahan alokasi pita frekuensi radio untuk pemegang lzm Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR)pada Blok 2 den Blok 3 sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini ke blok pita frekuensi radio yang baru, yaitu Blok 11 dan Blok 12 Catatan 2 Tahapan pemindahan alokasl pitafrekuensi radio untuk pemegang Izin Pita spektrurn Frekuensi Radio (IPSFR)pada Blok 6 sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini ke blok pita frekuensi radio yang baru, yaitu BioI<2 Catatan 3 Tahapan pemindahan alokasi pita frekuensi radio untuk pemegang Izin Pita spaktrum Frekuensi Radio (lpsfr)pada Blok 8 sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini ke blok pita frekuensi radio yang baru, yaitu Blok 6 Catatan4 Tahapan pemindahanalokasi pita frekuensi radio untuk pemegang tztn Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR)pada Blok 11 sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini ke blok pita frekuensi radio yang baru, yaitu Blok 3 Cata.tan5 Tahapan pemindahanalokasi pita frekuensi radio untuk pemegang lzln Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR)pada Blok 12sebeium ditetapkannya Peraturan Menteri ini PRR R PAR ke blok pita frekuensi radio yang baru, y.aitu Blok 8 Pre-Retuning Retuning Pasca-Retuning»t~~NIKASI DAN INFORMATIKA ~ c.\ ~ INDONESIA,

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME DAN TAHAPAN PEMINDAHAN ALOKASI PITA FREKUENSI RADIO PADA PENATAAN MENYELURUH PITA FREKUENSI RADIO 2,1 GHz TAHAPAN DAN JANGKA WAKTU PROSEDUR KOORDINASI Mulai : Sejak diterimanya surat dari UPT Uji batasan level emisi spektrum di titik referensi pemancar PCS 1900 Tidak Penyelenggara PCS1900 Tahapan 1pertama menyesuaikan (7 hari kerja) spesifikasi filter tambahannya - _.-._._._._._._._._._._._._._._.- -.~~.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-._._.-.-._._._._._._._.-.-. Ukur mean power sepanjang pita frek 1980-1985 MHz di titik referensi penerima UMTS r Tahapan kedua Ya TidM 1 _.-.-._._._._._0_._._._.-.-._._._.- _'_'_'_'_'_'_'_._'_0_'_'_'_'_'_'_'_'_'_' '_0_'_'_'_'_'_'_'_'_'_'_'_'_'_'_' Maksimalkan isolasi antena di antara antena sistem PCS1900 dengan antena sistem UMTS r Tahapan ketiga 2 hari kerja Ya Tidak Penyelenggara UMTS memasang filter tambahan 1._._._._._._.-._._._.-.-._._._._._._.. l' Tahapan keempat (5 hari kerja) -'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'_._._._._.. ~ ~m~:tmikasi ~ INDONESIA,,., DAN INFORMATIKA