HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGETAHUAN, PENGALAMAN, PERSEPSI SUPERVISI, MOTIVASI DAN SIKAP DENGAN KINERJA BIDAN PUSKESMAS DI KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

dokumen-dokumen yang mirip
Harto P. Simanjuntak 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TENTANG PELAKSANAAN 10T PADA ASUHAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS SUKA MAKMUR KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMPAAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

EVALUASI PROSES PELAKSANAAAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN BANYUMAS

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK OLEH BIDAN DESA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEPARA TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BIDAN DI DESA DALAM PEMANFAATAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013

TESIS. Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

THE EFFECT OF INDIVIDUAL, PSYCHOLOGICAL AND ORGANIZATION VARIABLE TO THE PERFORMANCE OF MIDWIVES IN DELIVERING BABY-BIRTH AT RSKD FATIMAH IN 2013

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

DETERMINAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS JETIS I BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA TENAGA KESEHATAN DI DESA LOLU KECAMATAN BIROMARU KABUPATEN SIGI. Abd.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA TENAGA KESEHATAN DALAM PELAYANAN ANTENATAL CARE TERPADU

HUBUNGAN PERSEPSI KOMPENSASI TERHADAP KINERJA BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KELAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS KABUPATEN PURBALINGGA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

**) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl Nakula I N Semarang ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IMBALAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN TEMPAT BERSALIN PADA IBU HAMIL (Studi Kasus di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU)

Keywords:. Knowledge, Attitude, Action in the Utilization of PHC.

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

Kata Kunci : Pelatihan, Motivasi, Dukungan Keluarga dan Masyarakat, Keaktifan Kader Posyandu

ANALISIS KINERJA BIDAN DALAM DETEKSI DINI RISIKO BBLR PADA PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM KUNJUNGAN K4 PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SYAMTALIRA BAYU KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN

PERILAKU IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai

Motivasi Bidan dalam Pelaksanaan Antenatal Care Terpadu. Motivation Midwives in Antenatal Care Integrated Implementation

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

mikm-detail-tesis-perpustakaan-print-abstrak-312.html MIKM UNDIP Universitas Diponegoro Program Pascasarjana

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGISIAN PARTOGRAF SECARA LENGKAP OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG

SIKAP IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PERTAMA (K1) COMPLIANCE WITH THE ATTITUDE OF PREGNANT WOMEN PRENATAL CARE FIRST VISIT

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

ABSTRAK. Pengetahuan, Sikap dan Pendidika, PWS-KIA di Puskesmas. Volume 2 Nomor 2. Juli Desember JIDAN Jurnal Ilmiah Bidan ISSN :

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU HAMIL DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIDAN DESA PTT DALAM PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Persepsi, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas

Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Penanganan Ibu Hamil Risiko Tinggi di Kabupaten Pontianak Tahun 2012

* Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMANFAATAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS KAMPUNG DALAM PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Bambu Apus, Jakarta Timur

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil

BAB I PENDAHULUAN. tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. berkembang yaitu sebesar 99 persen (Wiknjosastro, 2002 hlm 23).

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

PENGARUH MUTU PELAYANAN KIA TERHADAP KEPUASAN IBU BERSALIN SECARA NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2016 TESIS.

FACTORS-FACTORS WITH ROLE RELATED MIDWIFE VILLAGE IN EFFORT DERIVE MATERNAL MORTALITY WORKING WOMEN HEALTH REGION LHOONG DISTRICT OF ACEH BESAR

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Kartika Dewi Ayusti

Sartika Zefanya Watugigir Esther Hutagaol Rina Kundre

KINERJA BIDAN PEMBINA WILAYAH PUSKESMAS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu atau AKI di Indonesia merupakan

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIDAN DALAM PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS KAGOK KOTA SEMARANG

Dian Azani Dosen Akbid 165 Pekanbaru, Indonesia ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PONED OLEH IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJAR 2 KOTA BANJAR

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

Kata Kunci : PHBS, Peran Guru, Peran Orang Tua, Pengetahuan, Sikap, Sarana Prasarana

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA BIDAN DESA TENTANG PELAYANAN ANTENATAL DI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2014 TESIS. Oleh HASRATI.

Hubungan Karakteristik Bidan Desa dengan Perilaku dalam Pelayanan Neonatus di Wilayah Puskesmas Kabupaten Klaten

Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat survey analitik dengan rancangan cross sectionel study (studi potong lintang).

BAB I PENDAHULUAN. system kesehatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan

Analisis Faktor-faktor Motivasional yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan Desa dalam Pembinaan Kader Posyandu di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC) K1 IBU HAMIL sdi KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

Medsains Vol. 1 No.01, Maret 2015 : 7-12


MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

ANALISIS PENGALAMAN KERJA TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara dengan sebaik-baiknya. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGETAHUAN, PENGALAMAN, PERSEPSI SUPERVISI, MOTIVASI DAN SIKAP DENGAN KINERJA BIDAN PUSKESMAS DI KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Wilhelmina F. Pasuhuk*, Grace D. Kandou**, John Wantania *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Upaya menurunkan AKI masih menjadi perioritas utama dalam pembangunan nasional bidang kesehatan dan diperlukan upaya keras mencapai target Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, yaitu sebesar 118/100.000 kelahiran hidup dan target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Data dari Dinas Kesehatan kabupaten Minahasa Tenggara Angka Kematian Ibu pada tahun 2012 ada 3 kasus, kematian bayi 29 kasus, kematian neonatal 21 kasus, dan kematian balita 35 kasus, jumlah K1 93%, K4 90%, tahun 2013 ada peningkatan kematian ibu sebanyak 6 kasus, kematian bayi 38 kasus, kematian neonatal 28 kasus dan kematian balita 43 kasus, jumlah K1 95%, K4 94%.Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan antara Faktor Pengetahuan, Pengalaman, Persepsi Supervisi, Motivasi, dan Sikap dengan Kinerja Bidan di Puskesmas Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penentuan sampel menggunakan seluruh populasi yang ada dengan teknik saturation sampling. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 63 responden. Pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder. Instrumen dalam penelitian ini yaitu kuesioner. Kusioner sebelum digunakan dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Uji statistic menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bidan yang berpengetahuan baik sebesar 65,1% dan kurang baik 34,9%; bidan yang memiliki pengalaman baik sebesar 61,9% dan kurang baik sebesar 38,1%; bidan yang mempunyai supervisi yang baik sebesar 57,1% dan kurang baik 42,9%; bidan yang memiliki motivasi baik sebesar 55,6% dan kurang baik 44,4%; bidan yang memiliki sikap baik sebesar 54% dan kurang baik 46%; bidan yang memiliki kinerja baik sebesar 42,9% dan kurang baik57,1%. Hubungan antara pengetahuan dan kinerja bidan mempunyai nilai p (p value) sebesar 0,97; hubungan antara pengalaman dan kinerja bidan mempunyai nilai p sebesar 0,047 dan OR sebesar 3,50; hubungan antara supervise dan kinerja bidan mempunyai nilai p sebesar 0,036 dan OR sebesar 3,57; hubungan antara motivasi dan kinerja bidan mempunyai nilai p sebesar 0,021 dan OR sebesar 4,0; hubungan antara sikap dan kinerja bidan mempunyai nilai p sebesar 0,045 dan OR sebesar 3,33; dan hasil analisis multivariate menunjukkan motivasi merupakan variabel paling dominan dengan nilai p sebesar 0,004 dengan OR sebesar 2,645. Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pengetahuan dan kinerja bidan tidak memiliki hubungan signifikan; hubungan antara pengalaman dan kinerja bidan mempunyai hubungan signifikan; hubungan antara supervise dan kinerja bidan mempunyai hubungan signifikan; hubungan antara motivasi dan kinerja bidan mempunyai hubungan signifikan; hubungan antara sikap dan kinerja bidan mempunyai hubungan signifikan. Saran yang dapat diberikan yaitu perlunya peningkatan pengetahuan, kinerja dan sikap professional dari para bidan; serta perlunya pelatihan, supervise rutin dan terjadwal dengan baik. ABSTRACT Efforts to reduce AKI (Maternal Mortality Rate) is still the main priorities in the field of health and national development effort needed to achieve the target Term Health Development Plan (RPJMN) 2010-2014, which amounted to 118 / 100,000 live births and the target achievement of the Millennium Development Goals (MDGs) by 2015 at 102 / 100,000 live births. Data from Southeast Minahasa district Health Department Maternal Mortality in 2012 there were 3 cases, 29 cases of infant mortality, neonatal mortality 21 cases, and 35 cases of infant mortality, the number of 93% K1, K4 90%, in 2013 there was an increase in maternal mortality by 6 cases, 38 cases of infant mortality, neonatal mortality 28 cases and 43 cases of infant mortality, the number of 95% K1, K4 94%. The purpose of this research is to know the relationship between factors of knowledge, experience, perceptionof supervision, motivation, attitude and midwives s performance at Puskesmas Kabupaten Minahasa Tenggara. This is a descriptive analytic study with cross-sectional approach. Determination of the sample using the entire population is at saturation sampling technique. The number of samples obtained were 63 respondents. Collecting data using primary and secondary data. Instruments in this study is a questionnaire. Questionnaire 19

before being used to test the validity and reliability. Analysis of data using univariate, bivariate and multivariate analyzes. Statistical test using chi-square test. The results showed that the midwives were knowledgeable good at 65.1% and 34.9% poor; midwife who has a good experience of 61.9% and 38.1% unfavorable; midwife who have good supervision of 57.1% and 42.9% poor; midwife who has a good motivation for 55.6% and 44.4% poor; midwife who has a good attitude by 54% and 46% unfavorable; midwife who has a good performance by 42.9% and 57.1% poor. The relationship between knowledge and performance of midwives has a value of p (p value) 0.97; the relationship between experience and performance midwife had ap value of 0.047 and OR of 3.50; the relationship between supervision and performance of the midwife had ap value of 0.036 and OR of 3.57; the relationship between motivation and performance of midwives has a p value of 0.021 and OR of 4.0; the relationship between attitudes and performance of midwives has ap value of 0.045 and OR of 3.33; and the results of multivariate analysis showed motivation is the most dominant variables with ap value of 0.004 with an OR of 2.645. Based on research, it can be concluded that the relationship between knowledge and performance of midwives do not have a significant relationship; the relationship between experience and performance midwives have a significant relationship; the relationship between supervision and performance of midwives have a significant relationship; the relationship between motivation and performance midwives have a significant relationship; the relationship between attitudes and performance midwives have a significant relationship. Advice can be given that the need to increase the knowledge, performance and professional attitude of midwives; as well as the need for training, regular supervision and properly scheduled. PENDAHULUAN Pembangunan Kesehatan sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-undang Kesehatan No.36 tahun 2009, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah tercapainya Millenium Development Goals 2015 (MDGs) yaitu menurunkan angka kematian ibu (AKI) dari 359/100.000 KH (Kelahiran Hidup) menjadi 102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi (AKB) dari 68 menjadi 23/1000 KH dan Angka Kematian Anak Balita (AKBA) dari 97 menjadi 32/1000 KH pada tahun 2015(Anonim, 2010a). Upaya menurunkan AKI masih menjadi perioritas utama dalam pembangunan nasional bidang kesehatan dan diperlukan upaya keras mencapai target Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, yaitu sebesar 118/100.000 kelahiran hidup dan target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 sebesar 102/100.000 kelahiran hidup, (Anonim, 2009). Pemerintah Indonesia dalam upaya menurunkan angka kesakitan, angka kematian ibu dan bayi baru lahir, telah melaksanakan program Making Pregnancy Safer (MPS). Program ini memiliki target proses untuk tahun 2010 yaitu meningkatkan kunjungan ibu hamil pertama kali pada petugas kesehatan (K 1 ) sebesar 95%, kunjungan ke empat ibu hamil (K 4 ) sebesar 95%, kunjungan neonatus (KNI, KN2, dan KN3 ) masing-masing 95% dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 95% (Rumengan, 2012). Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), terjadi peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2012. Bandingkan dengan Kamboja yang sudah mencapai 208 per 100.000 kelahiran hidup, Myanmar sebesar 130 per 100.000 kelahiran hidup, Nepal sebesar 193 per 100.000 kelahiran hidup, India sebesar 150 per 100.000 kelahiran hidup, Bangladesh sebesar 200 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan Indonesia sudah tertinggi dengan Timor Leste dalam mencapai AKI, dimana AKI Timor Leste mencapai 300 per 100.000 kelahiran hidup (Saputra,2013). Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, jumlah kasus kematian ibu selama tahun 2012-2013 mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2012 sebesar 49 kasus, tahun 2013 sebesar 77 kasus, penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi oleh karena komplikasi kehamilan dan persalinan, yaitu perdarahan (36%), eklamsia (29%), infeksi (4%), lain-lain (29%) (Anonim, 2012). Data dari Dinas Kesehatan kabupaten Minahasa Tenggara Angka Kematian Ibu pada tahun 2012 ada 3 kasus, kematian bayi 29 kasus, kematian neonatal 21 kasus, dan kematian balita 35 kasus, jumlah K1 93%, K4 90%, tahun 2013 ada peningkatan kematian ibu sebanyak 6 kasus, kematian bayi 38 kasus, kematian neonatal 28 kasus dan kematian 20

balita 43 kasus, jumlah K1 95%, K4 94%. Tahun 2014 jumlah cakupan pelayanan antenatal terjadi penurunan yaitu K1 87%, dan K4 78%, kematian ibu 3 kasus, kematian bayi 9 kasus, kematian neonatal 13 kasus dan kematian balita 5 kasus. Tenaga bidan yang bertugas di Kabupaten Minahasa Tenggara sebanyak 70 bidan yang tersebar di 12 kecamatan (Anonim, 2013b). Pelayanan Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya dan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan/spk. Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat, bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat oleh karena itu setiap ibu hamil harus mendapatkan pelayanan antenatal yang berkualitas oleh tenaga kesehatan yang berkompeten, di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta seperti rumah sakit, puskesmas dan jaringannya (Anonim, 2013a). Puskesmas merupakan unit pelayanan terdepan dan langsung dapat menjangkau masyarakat, memikul tanggung jawab dibidang kesehatan tidak saja dibidang kuratif dan rehabilitatif tetapi lebih difokuskan pada bidang promotif dan preventif. Kemampuan puskesmas dalam memberikan pelayanan secara profesional sangat tergantung pada bagaimana bidan dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) dengan maksimal. Tugas dan wewenang bidan dalam pengelolaan program KIA, khususnya pelayanan antenatal dapat dilihat pada indikator cakupan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS-KIA), yakni cakupan kunjungan ibu hamil yang pertama (K1) dan cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat (K4), (Anonim, 2009) Kinerja adalah penampilan hasil kerja personal maupun kelompok profesional, tidak terbatas kepada personal yang memangku jabatan struktural maupun fungsional tetapi juga pada keseluruhan jajaran personal dalam suatu organisasi baik kualitas maupun kuantitas. Kinerja seseorang dalam suatu organisasi atau institusi kerja dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam diri sendiri maupun faktor lingkungan atau organisasi kerja itu sendiri (Anonim, 2010b). Pengalaman sebagai bidan dapat meningkatkan kedewasaan dalam bekerja, bidan yang memiliki masa kerja yang tinggi akan berbeda dengan bidan yang memiliki masa kerja yang kurang karena semakin lama seorang bidan itu bekerja semakin banyak pengalaman dan semakin kecil kesalahan yang dibuatnya artinya semakin banyak memetik pelajaran berharga dari seluruh perjalanan kerja atau karir sehingga akan semakin berkurang jumlah kesalahan yang dibuatnya. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Surani (2008), mengatakan bahwa ada hubungan antara pengalaman dengan kinerja bidan, bidan dengan pengalaman yang baik mempunyai kinerja yang baik dimana masa kerja pada penelitian ini rata-rata bidan memiliki masa kerja > 13 tahun. Motivasi merupakan dorongan kekuatan dari diri bidan yang akan mewujudkan hasil kerjanya yang profesional, hal ini penting karena dengan motivasi diharapkan bidan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai sasaran atau target nasional dalam Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) yang merupakan kinerja bidan yang berkualitas. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kulas (2012), menemukan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan kinerja bidan dimana kinerja baik cenderung ditampilkan oleh responden yang memiliki motivasi tinggi, sedangkan kinerja kurang cenderung ditampilkan oleh responden yang memiliki motivasi rendah. Dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan bidan harus memiliki sikap bukan hanya memiliki sikap yang baik dengan masyarakat tetapi bagaimana bidan bersikap untuk mengimplementasikan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan kompetensi kebidanan dalam pelayanan kesehatan sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat berkualitas. Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Dungio (2011), mengatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kinerja bidan dalam pertolongan persalinan dimana semakin baik sikap bidan dalam menolong persalinan maka semakin baik pula hasil kinerjanya. Di Indonesia setiap tahunnya terjadi lebih dari 5 juta kehamilan dan sekitar 20.000 dari kehamilan tersebut berakhir dengan kematian ibu yang diakibatkan oleh komplikasi obstetri yaitu perdarahan, infeksi, eklamsia dan komplikasi aborsi. Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak utama untuk tercapainya keluarga yang sejahtera dan kematian seorang 21

ibu merupakan bencana bagi keluarganya. Sekitar 95% bayi yang ibunya meninggal sebelum berumur satu tahun dan anak-anak yang telah dilahirkan sebelumnya juga akan mengalami trauma dan stress yang sangat hebat yang akan berpengaruh pada kualitas kehidupan mereka selanjutnya (Fikawati,2003). Kinerja bidan digunakan indikator kinerja klinis sebagai langkah untuk mewujudkan komitmen agar dapat menilai tingkat kemampuan individu dalam tim kerja. Dengan demikian diharapkan kesadaran akan tumbuh, mau dan mampu mengidentifikasi kualitas kinerja masing-masing untuk monitor diperbaiki serta ditingkatkan secara terus menerus. Model sistem pengembangan dan manajemen kinerja klinis (SPMKK) bagi bidan, dimulai dari elemen terkecil dalam organisasi yaitu pada tingkat First Line Manager. Karena produktivitas (jasa) berada langsung ditangan individu-individu dalam kerja tim (Hilan,2003). METODE Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2015, di 12 (dua belas) wilayah kerja Puskesmas yang ada di Kabupaten Minahasa Tenggara yaitu Puskesmas Ratahan, Puskesmas Tombatu, Puskesmas Molompar, Puskesmas Silian, Puskesmas Touluaan, Puskesmas Tambelang, Puskesmas Towuntu, Puskesmas Molompar Belang, Puskesmas Belang, Puskesmas Basaan, Puskesmas Ratatotok, Puskesmas Pusomaen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang tercatat dan bertugas di Puskesmas Kabupaten Minahasa Tenggara berjumlah 70 bidan yang tersebar di 12 (dua belas) wilayah kerja Puskesmas. Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi. Pada penelitian ini, tidak dilakukan pengambilan sampel karena total populasi dijadikan sebagai sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang berjumlah 63 responden. Hasil Penelitian Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik. Karakteristik Jumlah % Umur 20-30 tahun 23 36,5 31-40 tahun 25 39,7 41-50 tahun > 50 tahun 14 1 22,2 1,6 Total 63 100 Pendidikan D I 1 1,6 DIII 60 95,2 D IV 3 3,2 Total 63 100 Kawin Belum 12 19,0 Kawin Kawin 51 81,0 Total 63 100 Masa Kerja < 5 tahun 22 34,9 5-10 12 19,1 > 10 29 46,0 Total 63 100 Berdasarkan Tabel 1 di atas diketahui bahwa paling banyak responden (39,7%) berada pada kelompok umur 31-40 tahun, disusul dengan responden (36,5%) pada kelompok umur 20-30 tahun, selanjutnya responden (22,2%) berada pada kelompok umur 41-50 tahun dan responden (1,6%) berada pada kelompok umur > 50 tahun. Latar belakang pendidikan responden sebagian besar (95,2%) berpendidikan DIII Kebidanan, disusul dengan responden (3,2%) DIV Kebidanan, selanjutnya responden (1,6%) DI Kebidanan. Status kawin responden sebagian besar (81,0%) sudah kawin, selanjutnya responden yang belum kawin (19,0%). Lama Kerja responden sebanyak (46,0%), memiliki lama kerja > 10 tahun, diikuti presentase responden (34,9%), memiliki lama kerja < 5 tahun dan responden dengan preswentase terkecil (19,1%), memiliki lama kerja 5-10. Tabel 2 Uji Regresi Logistik Tahap Pertama Variabel S. E Sig OR 95% C.I Low Upper Pengalaman 0,85 0,62 1,5 0,28 8,134 Supervisi 0,81 0,15 1,6 0,33 7,993 Motivasi 0,87 0,12 2,0 0,36 11,157 Sikap 0,89 0887 1,1 0,19 6,576 22

Hasil uji regresi logistik tahap pertama pada Tabel 20 menunjukan bahwa variabel sikap dikeluarkan dari pemodelan karena memiliki nilai p-value lebih besar dari variabel yang lain. Tabel 3 Model Akhir Regresi Logistik Variabel S.E Sig OR 95% C.I Lower Upper Motivasi 0,973 0,004 2,645 0,609 11,49 Supervisi 0,754 0,023 1,830 0,418 8,021 Berdasarkan Tabel 3 di atas, menunjukan bahwa dari semua variabel bebas yang diuji, ditemukan bahwa variabel motivasi lebih dominan daripada variabel lain. Pembahasan a. Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Kinerja Bidan di Kabupaten Minahasa Tenggara. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-square. menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kinerja bidan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kulas (2012), meneliti Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Bidan dalam Pelayanan Antenatal Terpadu di Puskesmas Kota Manado.Desa di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa variabel kemampuan secara statistik bermakna dengan kinerja. Penelitian ini didukung oleh teori menurut Tando (2013) yang menyatakan bahwa kinerja seorang bidan dalam suatu organisasi atau institusi dipengaruhi oleh banyak faktor salah satu yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2007), di Kabupaten Tasik Malaya bahwa faktor kemampuan mempunyai hubungan dengan kinerja bidan di desa. Apabila seorang tenaga bidan yang ditempatkan di desa mempunyai kemampuan yang baik maka akan dapat melaksanakan tugas dengan baik. Berdasarkan hasil yang didapat dimana kemampuan bidan yaitu baik, ini tentunya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden yang sebagian besar berpendidikan DIII Kebidanan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumampouw (2003), di kabupaten Minahasa dimana faktor kemampuan tidak berpengaruh pada kinerja karena sebagian besar responden berumur 35 tahun dan sudah cukup lama meninggalkan pendidikan formalnya dan kurang mengikuti pelatihan. Salah satu faktor yang berhubungan terhadap suatu kinerja adalah kemampuan. Bidan dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan standart profesi yaitu batasan kemampuan. Setiap Kompetensi dilengkapi dengan pengetahuan dan Ketrampilan dasar, Kertampilan tambahan yang wajib dimiliki dan dilaksanakan dalam melakukan kegiatan asuhan kebidanan. Maka dalam melaksanakan profesinya, bidan memiliki Standard Kompetensi Bidan Indonesia (Anonim, 2011). Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dunggio (2012), mendapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemampuan dengan kinerja bidan dalam pertolongan persalinan di Puskesmas Kotamobagu, artinya semakin baik kemampuan bidan maka semakin baik pula kinerja bidan, penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hafsah dan Darmawansyah (2013), secara signifikan ada hubungan antara kemampuan dengan kinerja bidan dalam pertolongan pesalinan di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Makasar. b. Hubungan Faktor Pengalaman dengan Kinerja Bidan di Kabupaten Minahasa Tenggara Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-square, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman dengan kinerja bidan. Apabila pengalaman yang dimiliki bidan terhadap suatu pekerjaan sangat minim, maka akan menghasikan tingkat kinerja yang rendah. Hasil penelitian ini dimana masa kerja bidan sebagian besar > 10 tahun (46,0%) artinya bidan di Kabupaten Minahasa Tenggara 23

sudah berpengalaman. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dungio (2012), meneliti Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Bidan dalam Pertolongan Persalinan di Puskesmas Kota Kotamobagu menunjukkan bahwa variabel pengalaman terdapat hubungan signifikan dengan kinerja bidan artinya semakin banyak pengalaman bidan maka semakin baik pula kinerja bidan. Makin banyak pengalaman yang dikerja makin terampil bidan tersebut dalam bertugas. Penelitian ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmawansyah (2013), secara signifikan ada hubungan antara pengalaman dengan kinerja bidan. Pengalaman berhubungan dengan peningkatan kinerja karena semakin banyak kasus yang ditangani oleh bidan terutama bidan yang bertugas di desa terpencil, maka semakin banyak pengalaman bidan tersebut untuk menangani masalah kesehatan yang ada di masyarakat serta cara penyelesaiannya dan semakin tinggi kepercayaan masyarakat kepadanya. Pada penelitian ini menunjukkan tingkat pengalaman responden di dalam pertolongan persalinan cukup baik. Bidan dengan masa kerja lebih dari 3 tahun telah memiliki daya penyesuaian yang tinggi serta telah mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2007) mendapatkan bahwa terdapat hubungan antara pengalaman dengan Kinerja bidan di Desa di Kabupaten Tasikmalaya. Artinya terdapat kecenderungan responden dengan pengalaman kurang baik menghasilkan kinerja yang kurang baik pula dalam pertolongan persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Surani (2008) mendapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengalaman dengan kinerja bidan pelaksana di Poliklinik Kesehatan desa di Kabupaten Kendal. c. Hubungan Faktor Supervisi dengan Kinerja Bidan di Kabupaten Minahasa Tenggara Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-square ditemukan ada hubungan bermakna antara supervisi dengan kinerja bidan. Supervisi merupakan suatu upaya pembinaan dan pengarahan untuk meningkatkan gairah serta prestasi kerja dan yang bertanggung jawab melaksanakan supervisi adalah atasan (supervisor) yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Atasan yang dimaksud mulai dari Bidan koordinator yang berperan untuk melakukan supervisi bagi bidan kenyataannya dilapangan bidan koordinator jarang melakukan supervisi pada bidan dalam melaksanakan tugasnya sehingga memberikan kesempatan kepada bidan untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapai bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan di masyarakat, Kepala Puskesmas berperan memberikan bimbingan atau arahan dalam supervisi tentang kegiatan pelayanan yang dilakukan bidan di desa pada kenyataannya kepala puskesmas jarang melakukan supervisi terhadap bidan terutama dalam hal monitoring dan evaluasi berdasarkan laporan kegiatan bidan, pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Minahasa Tenggara dilakukan tidak rutin. Supervisi yang baik dapat meningkatkan kinerja dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan supervisi baik (37,7%) menghasilkan kinerja yang baik pula. Supervisi adalah proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan bidan pelaksanan. Supervisi dibidang kesehatan merupakan suatu pembinaan, pembimbingan, dan pengawasan oleh pengelola program terhadap pelaksana ditingkat administrasi yang lebih rendah untuk memantapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan (Suarti, 2009). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kulas (2012) yang meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Bidan dalam Pelayanan Antenatal Terpadu di Puskesmas Kota Manado menunjukan bahwa variabel Supervisi ada hubungan signifikan dengan kinerja bidan, artinya ada kecenderungan responden yang kinerjanya kurang baik mempunyai hubungan dengan persepsi supervisi bidan yang kurang baik. Menurut Azwar (2010), supervise adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap 24

pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberi petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya. d. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Bidan di Kabupaten Minahasa Tenggara Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kinerja bidan. Apabila motivasi yang dimiliki bidan terhadap suatu pekerjaan rendah, maka akan menghasikan tingkat kinerja yang rendah. Motivasi berhubungan dengan kinerja karena dengan adanya motivasi yang tinggi pada diri bidan puskesmas maka dapat mendorong bidan untuk bekerja lebih baik lagi. Motivasi bidan puskesmas yang baik didukung dengan adanya peran kepala puskesmas dalam melibatkan bidan puskesmas dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas, memberi kesempatan pada bidan untuk maju, serta diterima dan dihargai oleh masyarakat di Kabupaten Minahasa Tenggara. Selain itu karateristik responden juga mempengaruhi motivasi kerjanya. Diantaranya umur yang sebagian besar pada masa produktif, pendidikan ratarata DIII kebidanan, dan masa kerja sebagian besar > 5 tahun termasuk masa kerja yang matang. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fithananti (2013), yang meneliti tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Bidan di Puskesmas dalam Pelaksanaan Program Asi Esklusif di Kota Semarang, menunjukkan bahwa variabel motivasi terdapat hubungan yang signifikan dengan kinerja bidan, sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Marsaoly (2011), mendapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kinerja bidan pada desa siaga di Kota Ternate. Responden dengan motivasi yang tinggi memiliki kecenderungan kinerjanya baik, motivasi berhubungan dengan kinerja karena adanya motivasi yang tinggi pada diri bidan maka dapat mendorong bidan puskesmas untuk bekerja lebih baik lagi, maka hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kulas (2012), bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal terpadu di puskesmas kota Manado. Siagian (2008) menjelaskan bahwa motivasi adalah kekuatan yang mendorong orang untuk melaksanakan kegiatannya. Penelitian ini didukung juga oleh penelitian Kusmayati (2012) mendapatkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi bidan dengan kinerja bidan dalam kunjungan K4 pada ibu hamil di Puskesmas Syamtalira Bayu. Penelitian yang dilakukan oleh Hermani (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan motivasi dengan kinerja bidan desa dalam penanganan asfiksia neonatorum di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Penelitian yang dilakukan oleh Surani (2007) mendapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kinerja bidan desa pelaksana poliklinik kesehatan desa dalam pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten Kedal. Penelitian juga dilakukan oleh Hasanah (2012) menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten bener Meriah. e. Hubungan Faktor Sikap dan Kinerja Bidan di Kabupaten Minahasa Tenggara Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-square, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan kinerja bidan. Apabila sikap yang dimiliki bidan terhadap suatu pekerjaan kurang baik, maka akan menghasikan tingkat kinerja yang rendah. Bidan di Kabupaten Minahasa Tenggara memiliki sikap yang baik, sesuai dengan hasil penelitian (54,0%) responden berada pada kategori yang baik. Artinya bidan memiliki kebanggaan tersediri bisa melakasanaka tugasnya sesuai dengan latar belakang pendidikan, dan dapat membentu menangani masalah kesehatan (menurunkan angka kematian ibu) terutama dapat membantu masyarakat yang kurang mampu. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2007) yang meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Bidan desa Dalam Pertolongan persalinan di Kabupaten Tasikmalaya menunjukan bahwa variabel sikap ada hubungan 25

signifikan dengan kinerja bidan, artinya ada kecenderungan responden yang kinerjanya kurang baik mempunyai hubungan dengan sikap mereka yang kurang baik terhadap pelayanan pertolongan persalinan. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Andira (2012) yang meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Kader dalam Kegiatan Posyandu di Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba yang menunjukakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kinerja kader. Hasil ini menunjukkan bahwa responden sudah mempunyai sikap baik, dimana dari pendidikan yang diperoleh umumnya responden berpendidikan DIII Kebidanan, sehingga pengetahuan yang dimilikinya tentu sudah berpengalaman dan sebagai petugas kesehatan di lingkungannya harus berusaha mempunyai sikap yang baik kepada masyarakat. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hermani (2012), yang meneliti tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Bidan Desa dalam penanganan Asfiksia Neonatorum di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kinerja bidan desa dalam pananganan asfiksia neonatorum. f. Faktor Paling Dominan Behubungan dengan Kinerja Bidan Pada analisis multivariat dengan metode regresi logistik menunjukkan bahwa faktor motivasi merupakan faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan nilai Odds Ratio paling tinggi yaitu variabel motivasi bidan. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi motivasi bidan, maka semakin meningkat kinerja bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kulas (2012) yang melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Bidan dalam Pelayanan Antenatal terpadu di Puskesmas Kota Manado, dimana variabel yang paling berhubungan dengan kinerja bidan adalah motivasi. Hal ini disebabkan karena penelitian yang dilakukan memiliki karateristik yang hampir sama dengan penelitian ini. Hasil ini didukung mendukung pendapat Siagian (2008), tentang motivasi merupakan kekuatan yang mendorong orang untuk melaksanakan kegiatannya, oleh sebab itu motivasi dalam pekerjaan dapat disebut sebagai pendorong semangat kerja. Motivasi sering disamakan dengan dorongan, dalam penelitian ini motivasi diartikan sebagai dorongan yang muncul dalam diri bidan untuk bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi mereka sebagai bidan desa. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Tando (2013), yang menyatakan bahwa faktor yang dapat berhubungan dengan kinerja bidan yaitu Motivasi, Supervisi, Pengetahuan dan sikap. Peran motivasi terhadap peningkatan kinerja sangatlah tinggi, motivasi berkaitan dengan sejauh mana komitmen seseorang terhadap pekerjaannya dalam rangka mencapai tujuan. Pegawai yang motivasinya terhadap suatu pekerjaan rendah akan memiliki komitmen yang kurang terhadap menyelesaikan pekerjaannya. Pada dasarnya, yang sering membuat pegawai kehilangan motivasi adalah situasi dan kondisi pekerjaan itu sendiri. Motivasi bidan paling dominan berarti semakin tinggi motivasi bidan semakin baik pula kinerja bidan karena motivasi bidan selalu berhubungan dengan bagaimana bidan merasa aman ditempat kerjanya, bidan diberi kesempatan untuk maju dalam segala hal oleh atasan, diakui sebagai pegawai yang layak dihormati dan dihargai, prestesi yang dimiliki bidan selalui dihargai dan diberikan penghargaan oleh atasannya, seorang bidan juga harus bertanggung jawab terhadap tugas pelayanan terhadap masyarakat di desa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan antara faktor pengetahuan, pengalaman, persepsi supervisi, motivasi dan sikap dengan kinerja bidan di kpuskesmas Kabupaten Minahasa Tenggara maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 26

1. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kinerja bidan di Puskesmas Kabupaten Minahasa Tenggara. 2. Terdapat hubungan antara pengalaman dengan kinerja bidan di Puskesmas Kabupaten Minahasa Tenggara. 3. Terdapat hubungan antara motivasi dengan kinerja bidan di Puskesmas Kabupaten Minahasa Tenggara. 4. Terdapat hubungan antara sikap dengan kinerja bidan di Kabupaten Minahasa Tenggara. 5. Terdapat hubungan antara supervisi dan kinerja bidan di Kabupaten Minahasa Tenggara 6. Motivasi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja bidan di Kabupaten Minahasa Tenggara. SARAN 1. Bagi Tenaga Bidan a. Meningkatkan pengetahuan bidan dengan mengikuti pelatihan atau meningkatkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi DIV Kebidanan atau S I kebidanan. b. Meningkatkan kinerja khususnya bagi bidan yang usianya masih muda dengan pengalaman kerja terolong baru untuk bisa memberikan hasil kerja yang baik, dan bagi bidan senior diharapkan dapat membimbing dan menjadi motivator bagi yang muda. c. Bidan harus bersikap professional dan memiliki semangat atau motivasi yang tinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara: a. Menyelenggarakan pelatihan sesuai dengan kompetensi bidan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. b. Perlu melakukan supervisi secara rutin dan terjadwal baik bidan koordinator, kepala puskesmas dan Dinas Kesehatan. c. Peningkatan pengetahuan bidan desa melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari semula pendidikan Diploma1 Kebidanan menjadi pendidikan Diploma 3 Kebidanan dan Diploma IV/S1 dan megikut sertakan dalam kegiatan pelatihan baik di kabupaten maupun di provinsi 3. Bagi Peneliti selanjutnya Penelitian lebih lanjut terkait variabelvariabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini atau belum pernah diteliti untuk pengembangan ilmu pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Andira, A.R. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Kader dalam kegiatan Posyandu di Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba. Jurnal Kesehatan Masyarakat. UNHAS. Makasar Vol 2. No 1. Hal 1-13. Darmawansyah, H. 2013. Pengaruh Variabel Individu, Psikologis, dan Organisasi Terhadap Kinerja Bidan dalam Pertolongan Persalinan di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Makasar. Jurnal AKK, Vol 1. Hal 9-13. Dunggio, S. N., A. J. M Rattu., dan B. S. Lampus. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan dalam Pertolongan Persalinan di Puskesmas Kota Kotamobagu. JIKMU, Vol. 2, No. 1. Hal: 18-24. Fikawati, S. 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesediaan Bidan Di Desa untuk Tetap Bekerja dan Tinggal Di Desa Di kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Jurnal Makara, Kesehatan. Vol 8. Hal 7-13. Fithananti, N. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan Puskesmas dalam Pelaksanaan Program ASI Eksklusif di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 2, No. 1, Hal: 1-10. Hasanah, 2012. Faktor- faktor yang berhubungan dengan Kinerja Kader Posandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Stikes U'Budiyah Banda Aceh Vol 2. N0 1. Hal 1-9. Hilan,A.R, 2003. Manajemen Mutu. Diakses dari http: // www. kmpk. ugm.ac.id / id / index.php 3 Februari 2014. IBI, 2007. Kepmenkes RI.Nomor 369/Menkes/SK/III/2007. Tentang Standar profesi Kebidanan. Jakarta. Kulas, E.I. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan dalam Pelayanan Antenatal Terpadu di puskesmas Kota Manado. Jurnal Kesehatan Masyarakat. UNDIP. Vol 2. No 1. Hal 11-21. 27

Marsaoly, S dan B. S. Lampus. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan Desa di Desa Siaga Kota Ternate. JIKMU, Vol. 1, No. 2. Hal: 72-79. Rumengan, D. 2012. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Kotamobagu. Jurnal kesehtan Masyarakat Unsrat. Vol. 2. Hal 190-197. Saputra, W. 2013. Angka Kematian Ibu (AKI) menjolok, Indonesia Mundur 15 Tahun. Prakarsa Review/ 18/Maret/2014. Setiawan, W. 2007. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan di Desa dalam Pertolongan Persalinan di Kabupaten Tasikmalaya. Tesis. Unversitas Diponegoro. Semarang. Siagian, S. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Ke 16. Bumi Aksara. Jakarta. 28