46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang akan digunakan bersifat Deskriptif yaitu memberikan gambaran atau penjabaran tentang kondisi empiris objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Penelitian tersebut yang bertujuan melukiskan secara empiris fakta atau karakteristik, populasi tertentu atau bidang tertentu secara factual. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif. Deskriptif yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi, Pendekatan kuantitatif, didasarkan pada empat asumsi, yaitu ontologi (hakikat dasar gejala sosial), epistemologi (hakikat dasar ilmu pengetahuan), hakikat dasar manusia, serta aksiologi (tujuan dilakukannya suatu penelitian). Sifat kuantitatif ini didasari pada filsafat positivisme, dimana sifat kuantitatif merupakan suatu strategi yang di tempuh oleh peneliti untuk mengamati, mengumpulkan informasi dan menyajikan hasil penelitian. Sifat kuantitatif ini merupakan penelitian dengan pengukuran terhadap fenomena sosial. Tujuan utama dari kuantitatif ini adalah melakukan generalisasi, suatu pernyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang diperkirakan akan berlaku pada populasi tertentu. 46
47 Jadi Deskriptif Kuantitatif adalah Memaparkan dan menjelaskan situasi dengan melihat fenomena atau kejadian yang sudah dibaca kemudian menggeneralisasikannya. Penelitian Deskriptif ini ditujukan untuk : 1. Mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada 2. Mengidentifikasi masalah 3. Membuat perbandingan evaluasi 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Analisis isi (content anaysis) yaitu suatu teknik penelitian yang mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuantitatif isi komunikasi yang tampak (manifest). 33 analisis isi banyak dipakai dalam lapangan ilmu komunikasi. Bahkan, analisis isi merupakan salah satu metode utama dalam disiplin ilmu komunikasi. diluar itu analisis isi juga dipakai untuk mempelajari isi semua konteks komunikasi baik komunikasi antar pribadi, kelompok, ataupun organisasi. Asalkan terdapat dokumen yang tersedia, analisis isi dapat diterapkan. 34 33 K. Krippendor F. Analisis isi : Pengantar Teori dan metodologinya. Hal-15 Rajawali Pers 1993:8 34 Eriyanto. Analisis Isi (pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan ilmu-ilmu sosial lainny) 2011. Hal 10-11
48 Analisis isi adalah metode ilmiah untuk mempelajari dan menarik kesimpulan atas suatu fenomena dengan memanfaatkan dokumen(teks). Pada titik inilah, analisis isi kemudian banyak dipakai oleh disiplin ilmu lain. Karena banyak bidang studi yang memanfaatkan dan menggunakan dokumen sebagai bahan penelitian. Penggunaan analisis isi terdapat dalam tiga aspek yaitu : 1. Analisis isi ditempatkan sebagai metode utama. 2. Analisis isi dipakai sebagai salah satu metode saja dalam penelitian. Peneliti menggunakan banyak metode (survey, eksperimen) dan analisis isi menjadi salah satu metode. 3. Analisis isi dipakai sebagai, bahan pembanding untuk menguji kesahihan dari kesimpulan yang telah didapat dari metode lain. peneliti telah memperoleh data yang diperoleh dari metode lain (survey, eksperimen dan sebagainya) dan menggunakan analisis isi untuk mengecek apakah kesimpulan yang dibuat oleh peneliti sahih atau tidak- dalam hal ini didukung oleh temuan dalam analisis isi. 35 Analisis isi merupakan salah satu metode utama dari ilmu komunikasi. Penelitian yang mempelajari isi media (surat kabar, radio, film, dan televisi) mengunakkan analisi isi. Lewat analisis isi, peneliti dapat mempelajari gambaran isi, karakteristik pesan, dan perkembangan (tren) dari suatu isi. 35 Eriyanto. Analisis Isi (pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan ilmuilmu sosial lainny) 2011. Hal 10-11
49 Salah satu ilustrasi penelitian komunikasi yang menggunakan metode analisis isi ini adalah studi yang dilakukan oleh Benoit, Stein, dan Hansen (2005). 36 Analisis isi Kuantitatif harus dibedakan dengan jenis-jenis analisis isi lainnya seperti Semiotika, Framing, Wacana, Naratif dan banyak lagi. Analisis isi kuantitatif mempunyai karakteristik yang berbeda dengan analisis teks lainnya. Secara umum, analisis isi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi. Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat direplikasi (ditiru) dan sahih data-nya dengan memerhatikan konteksnya (menurut Krippendorff). 37 Dalam tipe penelitian Kuantitatif hasil yang didapat dari penelitian ini akan digeneralisasikan sehingga penggunaan sampel yang mendekati jumlah populasi cenderung dilakukan pada penelitian ini. 3.3 Populasi dan Sample 3.3.1 Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis dalam penelitian. Atau dengan kata lain populasi adalah kumpulan objek penelitian. Menurut Sugiyono Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi mencakup 36 Ibid 37 Eriyanto. Analisis Isi (pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan ilmu-ilmu sosial lainnya) 2011. Hal 15
50 segala hal, termasuk benda-benda alam, dan bukan sekedar jumlah yang ada pada objek. 38 Dalam setiap penelitian populasi erat hubungannya dengan masalah yang ingin kita pelajari. Populasi yang akan diambil dari penelitian ini adalah kecenderungan pelanggaran pada program mata lelaki episode kulit coklat yang eksotis yang ada pada setiap segment-nya dan segment dalam program ini sebanyak 4 segment. 3.3.2 sampel Sample adalah bagian terkecil dari populasi atau bagian dari populasi yang ingin diteliti (sebagian objek), contoh ukuran sample yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan pendapat para ahli komunikasi dan alumni fikom broadcasting, yakni ukuran minimum sample yang dapat diterima berdasarkan metode penelitian deskriptif minimal 10% dari populasi dapat digunakan. 39 Pengambilan Sampel dilakukan dengan cara menulis dengan secarik kertas dengan meneliti pelanggaran apa saja yang ada pada episode kulit coklat yang erotis. Yang tayang pada hari senin pukul 12.15 tengah malam, sehingga jumlah populasi yang di dapat sebanyak 1 episode tayangan. Dan total Samplingnya adalah 1 episode tayangan Mata Lelaki. 38 Sugiono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta, 2007. Hal 135 39 M.Iqbal Hasan. Pokok-pokok Materi metodologi Penelitian Aplikasinya. Ghalia Indonesia. 2002
51 Bila sample tidak representatif, maka resiko yang dihadapi peneliti ialah tidak dapat menyimpulkan sesuai dengan kenyataan atau membuat kesimpulan yang salah. 3.3.2.1 Tabel Sampel No Segment 1 Segment 1 2 Segment 2 3 Segment 3 4 Segment 4 Total 4 Segment 3.3.3 Teknik Pengumpulan data Guna mendukung keperluan untuk menganalisa kecenderungan nilai jurnalisme yang ada pada program mata lelaki penulis membutuhkan data data yang mendukung baik berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Dalam pengumpulan data, penulis melakukan dua macam pendekatan, antara lain: 1. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara mendokumentasikan program tayangan mata lelaki khususnya fokus penelitian pada episode kulit coklat yang eksotis. Atau dapat juga melalui data yang sudah diposting oleh pihak Trans 7 di internet.
52 2. Data Sekunder Peneliti juga memperoleh data data pelengkap guna melancarkan proses penelitian. Data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan untuk mendapatkan informasi dari literature literature yang berhubungan dengan judul, seperti dokumen dokumen dari makalah makalah, buku buku, internet, karya tulis, dsb. 3.3.4 Unit Analisis Dalam penelitian ini unit analisis-nya di teliti dari narasi dan visual yang ada dalam program Mata Lelaki di TRANS7. narasi dan visual di pilih sebagai unit analisis karena menurut penulis dengan meneliti narasi dan visual dari program mata lelaki, diharapkan dapat mempermudah untuk mengetahui kecenderungan program tersebut dalam mengikuti atau tidak aturan dari Kode Etik Jurnalistik.
53
54
s 55
56 3.4. Definisi Kategori dan Operasionalisasi Katagorikal 3.4.1 Definisi kategori Untuk melakukan penelitian ini berbagai kategori dari istilah perlu diperjelas agar penelitian ini tidak membias yang biasanya membuat penelitian ini bertambah rumit. Definisi kategorinya antara lain: 1. Televisi merupakan media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. 2. Tayangan adalah pesan atau serangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar atau suara dan gambar ataupun yang berbentuk grafis, karakteristik, baik yang bersifat interaktif maupun yang tidak dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. 3. Kode Etik Jurnalistik (KEJ) merupakan keputusan dari hasil sidang pleno I Lokakarya V yang disahkan oleh 29 organisasi wartawan dan organisasi perusahaan Pers Indonesia pada hari Selasa, 14 Maret 2006 di Jakarta 4. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang diresmikan pada 10 Desember 2009 oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Dijadikan sebagai patokan dalam menyelenggarakan isi siaran pertelevisian di Indonesia. 1) Definisi kategori gambar meliputi: a. Wanita dengan pakaian yang sangat terbuka
57 b. Bagian tubuh tertentu dari pria atau wanita c. Pose yang menjurus ke hal-hal cabul 2) Definisi kategori audio: a. Backsound yang digunakan dapat menimbulkan sensasi tertentu bagi sebagian kalangan b. Lirik lagu backsound yang sebagian besar mendukung tayangan yang sedang berlangsung sehingga membuat pemirsa merasakan sensasi sensualitas 3) Definisi kategori narasi seronok dan vulgar: a. Voice over dengan kata-kata seronok agar menarik perhatian audiens b. Narasi yang digunakan harusnya lebih diperhalus bahasanya. 3.4.2 Kategorisasi Adapun Kategorisasi dalam penelitian ini meliputi : 1. Kode Etik Jurnalistik (KEJ) pasal 1, pasal 2, pasal 3, pasal 6, pasal 7, pasal 8, pasal 9. a. pasal 1 : Wartawan Indonesia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat kepada Undang- Undang Dasar Negara RI, kesatria, menjunjung harkat, martabat manusia dan lingkungannya, mengabdi kepada kepentingan bangsa dan negara serta terpercaya dalam mengemban profesinya. b. pasal 2 : wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan patut tidaknya menyiarkan karya
58 jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan negara, persatuan dan kesatuan bangsa, menyinggung perasaaan agama, kepercayaan atau keyakinan suatu golongan yang dilindungi oleh undang-undang. 40 c. pasal 3 : Wartawan Indonesia pantang menyiarkan karya Jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang menyesatkan, memutarbalikkan fakta, bersifat fitnah, cabul, serta sensasional. 41 d. pasal 4 : Wartawan indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. e. pasal 6 : Wartawan Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi kehidupan pribadi dengan tidak menyiarkan karya Jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang merugikan nama baik seseorang, kecuali menyangkut kepentingan umum. f. pasal 7 : Wartawan Indonesia dalam memberikan peristiwa yang diduga menyangkut pelanggaran hukum atau proses peradilan harus menghormati asas praduga tak bersalah, prinsip adil, jujur, dan penyajian yang berimbang. 42 g. pasal 8 : Wartawan Indonesia dalam memberitakan kejahatan susila (asusila) tidak merugikan pihak korban. 43 40 Zaenuddin HM, The Journalist hal 214 215 41 ibid 42 Zaenuddin HM, The Journalist hal 214 215 43 Ibid
59 h. pasal 9 : Wartawan Indonesia menempuh cara yang sopan dan terhormat untuk memperoleh bahan karya Jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) dan selalu menyatakan identitasnya kepada sumber berita. 44 3.4.3 Uji Reabilitas Realibilitas menurut Buud, Throp, Donohew adalah suatu hasil perhitungan yang dilakukan berulang kali oleh para peneliti, dimana dicari suatu hasil tingkat konsistensi tinggi. Realibilitas merupakan yang menunjukkan untuk sejauh mana suatu alat pengukur (kategorisasi) dapat dipercaya atau diandalkan bila dipakai lebih dari satu kaliuntuk mengukur gejala yang sama. 45 Adapun cara yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan cara Holsti (1969) dengan formulanya : Koefisien Kehandalan (realibilitas) Cr : 3 (M) n 1 + n 2 + n 3 Keterangan : M = Jumlah kesepakatan antar juri atau 3 = Jumlah juri atau (coder) n 1 + n 2 + n 3 = Jumlah pertanyaan yang diberikan kode oleh juri 44 Ibid 45 Burhan Bungin, Metode Penelitian kuantitatif, Rajawali press, Jakarta, 1993, Hal 159
60 Uji Realibilitas yang diberi kode oleh juri (coder) ini, akan dilakukan untuk memperkuat penelitian yang telah penulis lakukan dan menjadi penunjang, sehingga hasil penelitian yang di peroleh dapat seimbang dan tidak berat sebelah. Koder terdiri dari 3 orang yang peneliti ambil dari profesi yang berhubungan dengan penelitian yang peneliti ambil praktisi, wartawan, alumni, dan produser kodernya terdiri dari : 1. chyintia 2. Vincent 3. Tompi Berikut dibawah ini merupakan perhitungan realibilitas menggunakan rumus koefisien kehandalan (realibilitas) berdasarkan hasil analisis data yang berasal dari kategori yang di beri kode oleh juri (coder) adalah sebagai berikut : 1. Kategorisasi program Mata Lelaki Keterangan 40 : adalah jumlah kesepakatan antara juri (coder) 45 : adalah jumlah pertanyaan yang diberikan kode oleh masing juri 3 : adalah jumlah juri (coder) Koefisien Realibilitas = 3 x 40 45+ 45 + 45 = 120 135 = 0,89 x 100 = 89%
61 Hasil tersebut menunjukkan kesepakatan antar juri (coder) adalah 89% menurut Krippendorf diatas 80% nilai kesepakatan antar juri terandalkan. 2. Kategorisasi program Mata Lelaki berdasarkan Kode Etik Jurnalistik 42 : adalah jumlah kesepakatan antara juri (coder) 45 : adalah jumlah pertanyaan yang diberikan kode oleh masing juri 3 : adalah jumlah juri (coder) Koefisien Realibilitas = 3 x 42 45 + 45 + 45 = 126 135 = 0,93 x 100 = 93% Hasil tersebut menunjukkan kesepakatan antar juri (coder) adalah 93% menurut Krippendorf diatas 80% nilai kesepakatan antar juri terandalkan. 3.5 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu suatu metode penelitian untuk menggambarkan, menjelaskan situasi atau kejadian yang terjadi. Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, katagori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
62 kedalam hipotesis kerja. Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, katagori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan kedalam hipotesis kerja. Teknik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif melalui metode statistic, dimana data data yang bersifat bukan angka akan dinyatakan dengan angka. Pengunaan metode ini untuk mendapatkan hasil atau kesimpulan yang lebih meyakinkan.