DESKRIPSI LOKASI BANJIR DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG (JURNAL) Oleh IIS KURNIATI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Banjir merupakan salah satu contoh bencana yang paling sering terjadi. Banjir dapat

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PEMUKIMAN DI KECAMATAN SEBERANG ULU I KOTA PALEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. teori menurut para ahli yang berkaitan dengan penelitian yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Selama ini air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menghitung Debit Aliran Permukaan Di Kecamatan Serengan Tahun 2008

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. negara ini baik bencana geologi (gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,

PRIORITAS PENANGANAN BANJIR KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

TINJAUAN GEOGRAFIS KEBERADAAN INDUSTRI AIR MINUM PT. VODA TIRTA NIRWANA DI DESA BATU KERAMAT

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Polusi maupun efek rumah kaca yang meningkat yang tidak disertai. lama semakin meninggi, sehingga hal tersebut merusak

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

ANALISIS SEBARAN SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL)

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN UNTUK KAWASAN FUNGSI LINDUNG DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. Data bencana di BAKORNAS menyebutkan bahwa antara telah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bencana banjir termasuk bencana terbesar di dunia. Data Guidelines for Reducing Flood

I. PENDAHULUAN. Ekosistem atau sistem ekologi merupakan satu kesatuan tatanan yang terbentuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

Transkripsi:

DESKRIPSI LOKASI BANJIR DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG 2011-2013 (JURNAL) Oleh IIS KURNIATI 0913034007 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015

DESKRIPSI LOKASI BANJIR DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG 2011-2013 Iis Kurniati (1) I Gede Sugiyanta (2) Rahma Kurnia (3) Abstract: This research aimed to (1)find out the location of flood in Central Tanjung Karang in 2011-2013, (2)describe the condition of declivity at the location, (3)describe the land usage at the location, (4)describe the type of soil at the location, (5)describe the cause of flood. The method used was descriptive method, with documentation and observation as the data collecting technique. In term of data analyzing technique, it used analytic descriptive technique. The conclusions drawn in the research were (1)the locations of flood were Durian Payung, Pasir Gintung, Kaliawi, Kelapa Tiga, and Gotong Royong subdistrict, (2)the declivity at the flood locations was the area located in category 0-8% (flat area), (3)the land usage were residence, trade, and service, (4)the type of soil at the locations was latosol, (5)the main cause of flood was the change of land usage system. Keywords: flood, central tanjung karang, location Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1)mengetahui dimana lokasi banjir di Tahun 2011-2013, (2)mendeskripsikan kemiringan lereng di lokasi banjir, (3)mendeskripsikan penggunaan lahan di lokasi banjir, (4)mendeskripsikan jenis tanah di lokasi banjir, (5)mendeskripsikan penyebab banjir. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif, dengan teknik dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik desktiptif analitik. Kesimpulan penelitian adalah (1)lokasi banjir yaitu di Kelurahan Durian Payung, Pasir Gintung, Kaliawi, Kelapa Tiga, dan Gotong Royong, (2)kemiringan lereng lokasi banjir yaitu daerah yang terletak pada kategori kemiringan lereng 0-8% (wilayah datar), (3)penggunaan lahan di lokasi banjir adalah kawasan pemukiman serta perdagangan dan jasa, (4)jenis tanah di lokasi banjir adalah tanah jenis latosol, (5)penyebab utama banjir yaitu perubahan tata guna lahan. Kata kunci: banjir, tanjung karang pusat, lokasi s 1 Mahasiswa Pendidikan Geografi 2 Dosen Pembimbing I 3 Dosen Pembimbing 2

PENDAHULUAN Banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi di hampir semua wilayah Indonesia. Berdasarkan data sebaran kejadian bencana dan korban meninggal yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir menempati urutan pertama berdasarkan kategori kejadian bencana dan tercatat 4.024 kejadian sejak tahun 1815 sampai 2012. Frekuensi kejadian banjir tercatat yang paling banyak dengan prosentase 39% dan setelahnya adalah kejadian bencana angin puting beliung dan tanah longsor. Dalam kurun waktu yang sama, kejadian bencana banjir yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan korban meninggal sebanyak 18.569 orang. Menurut Kementerian Pekerjaan Umum RI (Departemen Kimpraswil, 2001), banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering. Menurut Kodoatie dan Sjarief (2005: 17) banjir ada dua peristiwa, pertama peristiwa banjir/ genangan yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua peristiwa banjir terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena debit air banjir tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang ada. Di Indonesia, walaupun waktu terjadinya banjir bervariasi hampir semua daerah menghadapi bahaya banjir yang signifikan. Kerugian dan kerusakan akibat banjir adalah sebesar dua pertiga dari semua bencana alam yang terjadi (Dep. Sosial 1987 & 1989 dalam Direktorat Sungai 1994). Setiap tahun hampir 300 peristiwa banjir terjadi menggenangi 150.000 ha merugikan sekitar satu juta orang. (Kodoatie dan Sugiyanto, 2002: 12) Berdasarkan pengertian tersebut kejadian banjir yang sering terjadi di Kota Bandar Lampung merupakan banjir berupa genangan. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada kejadian banjir berupa banjir genangan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat. Banjir besar yang tercatat pernah melanda kota Bandar Lampung yaitu pada tanggal 18 Desember 2008. Serta terjadi pada awal tahun 2013 dengan intensitas banjir yang cukup tinggi dan diperkirakan lebih besar dari banjir yang terjadi pada tahun 2008 lalu. Tidak hanya kerugian materi, banjir tersebut juga menelan korban jiwa sebanyak tiga orang, dua anak anak di kelurahan Talang dan satu orang di jalan kawasan Gunung Mas di Teluk Betung Bandar Lampung (Lampost, 27 Januari 2013). Seperti yang termuat pada

2 harian Kompas tanggal 29 Januari 2013 Kerugian akibat dampak banjir di Bandar Lampung beberapa waktu lalu diperkirakan mencapai Rp 60 miliar. Hal itu diungkapkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung Eddy Heryanto, Selasa (29/1/2013). Ia mengatakan, banjir besar yang terjadi pada Kamis (24/1/2013) dan Jumat (25/1/2013) lalu telah mengakibatkan sekitar 6.000 rumah rusak, mulai dari berat, sedang dan ringan. Banjir juga merusak infrastruktur macam tanggul, siring, dan jalan. Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai banjir genangan yang sering melanda, maka dibutuhkan sebuah informasi yang jelas yang dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Tidak hanya penyajian berupa peta persebaran lokasi banjir, tetapi juga dengan memberikan deskripsi dari kejadian banjir. Sehingga masyarakat dapat benar-benar mengerti seperti apa keadaan atau kondisi yang menyebabkan terjadinya banjir pada lokasi-lokasi tersebut. Jika masyarakat sudah mengerti, diharapkan masyarakat sadar bahwa kejadian banjir masih mengintai dan dapat terjadi sewaktuwaktu saat musim penghujan tiba. Bahkan tidak menutup kemungkinan jika beberapa tahun terakhir banjir yang melanda berupa genangan apabila tidak secepatnya diatasi banjir yang terjadi akan menjadi lebih besar seperti yang sering melanda kota Jakarta. Oleh karena itu, masyarakat juga diharapkan mampu mengantisipasi kejadian serupa agar tidak terulang kembali ataupun menjadi lebih besar dari banjir yang pernah melanda sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendiskripsikan lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat berdasarkan tingkat kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah, serta penyebab banjir. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir, metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Dalam Prastowo (2011:186) Arikunto menegaskan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan. Sumber data utama penelitian ini diperoleh melalui telaah dokumentasi yaitu pengumpulan informasi yang di dapatkan dari dokumen berupa peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta

3 ijazah, rapor, peraturan perundangundangan, buku harian, surat-surat pribadi, catatan biografi, dan lainlain yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti. Atau menurut Arikunto (2010:274) metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data-data sekunder berupa kondisi umum daerah penelitian, keadaan dan penggunaan lahan, peta daerah penelitian, data-data banjir, serta data pendukung lainnya. Selain itu teknik observasi juga dilakukan pada penelitian ini yang digunakan untuk mendukung teknik dokumentasi yang telah dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung pada daerah penelitian dengan melakukan pengambilan foto pada lokasi terjadinya banjir. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Geografis Kecamatan Tanjung Karang Pusat Secara astronomis Kecamatan Tanjung Karang Pusat terletak antara 5 24'9" - 5 24'27" LS dan 105 14'30" - 105 15'48" BT. Secara administratif batas-batas adalah sebagai berikut: Sebelah Utara: Kecamatan Kedaton, Sebelah Selatan: Kecamatan Teluk Betung Utara dan Kecamatan Teluk Betung Selatan, Sebelah Barat: Kecamatan Tanjung Karang Barat, Sebelah Timur: Kecamatan Enggal. Gambar 1. Peta Administrasi 2014 Keadaan Iklim Berdasarkan hasil perhitungan nilai Q dan melihat penggolongan tipe iklim menurut Schmidth-Ferguson (dalam subarjo, 2006: 47) maka dapat diketahui bahwa Kecamatan Tanjung Karang Pusat berada pada tipe iklim B karena nilai Q dari berada pada kisaran angka 0,143 0,333 dengan kondisi iklim basah dan ciri-ciri vegetasi hutan hujan tropika.

4 Kemiringan Lereng Kemiringan lereng di Kecamatan Tanjung Karang Pusat terdiri atas dua kelas kemiringan lereng, yaitu kelas lereng I datar (0-8%) dan sebagian kecil termasuk Kelas lereng II landai (>8-15%) dengan luas 24 ha (5%). Gambar 2. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Tanjung Karang Pusat 2014 Jenis Tanah Seluruh wilayah Kecamatan Tanjung Karang Pusat didominasi oleh jenis tanah Latosol. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan merupakan segala macam bentuk campur tangan manusia terhadap lahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Suatu penggunaan lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah hujan, jenis tanah, relief serta bagaimana pengelolaan tanahnya, dan akan berpengaruh terhadap bentuk penggunaan lahan. penggunaan lahan di Kecamatan Tanjung Pusat didominasi oleh kawasan pemukiman, lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Penggunaan Lahan Kecamatan Tanjung Karang Pusat No Penggunaan Lahan Luas (ha) (%) 1 Pemukiman 329 68,7 0 2 Perdagangan 44 9,10 dan Jasa 3 Perkantoran 5 1,10 4 Pelayanan 15 3,10 Umum 5 Lahan Kosong 86 18,0 0 Jumlah 479 100 Sumber: Tanjung Karang Pusat dalam Angka, 2013 Peta Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung, Kecamatan Tanjung Karang Pusat merupakan salah satu kecamatan yang rawan terjadi banjir. Seperti yang telah terjadi beberapa tahun terakhir Kecamatan Tanjung Karang Pusat mengalami kejadian banjir genangan di beberapa wilayahnya. Wilayah wilayah yang mengalami banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:

5 Tabel 2. Lokasi Banjir Genangan di tahun 2011-2013 Tahun Lokasi 2011 Pasir Gintung Durian Payung Kaliawi 2012 Kaliawi Pasir Gintung Gotong Royong Durian Payung 2013 Pasir Gintung Kaliawi Durian Payung Kelapa Tiga Keterangan 15 unit rumah terendam air Ketinggian 2m, arus lalu lintas macet I unit rumah rusak berat Sumber: BPBD Kota Bandar Lampung Agar lebih memudahkan para pengguna dalam melihat lokasi lokasi yang mengalami banjir tersebut maka data-data yang sudah didapat dipresentasikan dalam bentuk gambar berupa peta lokasi banjir. Gambar 3. Peta Lokasi Banjir Di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kemiringan Lereng dengan Lokasi Banjir Kemiringan lereng merupakan beda tinggi antara dua tempat, yang dibandingkan dengan daerah yang relatif lebih rata atau datar. Kemiringan lereng hubungannya dengan banjir genangan ditinjau dari aliran air yang melalui permukaan tanah. Pada daerah yang datar aliran air akan semakin lambat, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penggenangan, sedangkan pada daerah yang curam aliran air akan semakin cepat sehingga tidak akan atau jarang terjadi penggenangan. Daerah daerah yang mengalami genangan banjir yaitu daerah yang terletak pada kategori kemiringan lereng 0-8% yang termasuk wilayah datar karena kategori ini merupakan yang mendominasi wilayah. Seperti yang telah dijelaskan bahwa kemiringan lereng cukup berpengaruh terhadap kejadian banjir di suatu wilayah. Kerawanan banjir genangan biasanya memang lebih sering dijumpai pada daerah dengan lereng yang relatif datar. Walaupun hampir semua wilayah di didominasi oleh wilayah datar atau kategori kemiringan lereng 0-8%, akan tetapi tidak semua wilayahnya mengalami banjir dalam tiga tahun terakhir ini. Hal tersebut disebabkan karena wilayah wilayah yang tidak

6 terjadi banjir merupakan wilayah datar yang masih memiliki daerah daerah resapan yaitu pada rumah rumah penduduk yang masih menjaga lingkungan sekitar dan saluran drainase dengan baik. Sedangkan pada lokasi yang mengalami banjir merupakan wilayah yang terletak dekat dengan jalan utama yang sudah diaspal sehingga apabila terjadi hujan deras, air yang turun apabila tidak tertampung melalui saluran drainase maka akan menimbulkan genangan yang lama kelamaan dapat mengakibatkan banjir. Kecuali wilayah Kaliawi yang wilayahnya memang sudah sangat padat sehingga menjadi wilayah yang paling sering mengalami banjir genangan. Penggunaan Lahan dengan Lokasi Banjir Lahan merupakan material dasar yang merupakan bagian dari suatu lingkungan dan memiliki karakteristik baik dari keadaan tanah, iklim, distribusi hujan serta vegetasinya yang dapat digunakan oleh manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya. Menurut Prasetyo (2009:34) penggunaan lahan kota dapat diklasifikasikan menjadi Pemukiman, Perdagangan, Pertanian, Industri, Transportasi, Jasa, Rekreasi, dan Lain lain. Dari total 479 ha wilayah di penggunaan lahan yang ada adalah berupa pemukiman dengan luas 329 ha (68,70%), perdagangan dan jasa dengan luas 44 ha (9,10%), perkantoran seluas 5 ha (1,10%), pelayanan umum dengan luas 15 ha (3,10%), serta lahan kosong seluas 86 ha (18,00%). Lokasi yang mengalami genangan banjir memiliki karakteristik penggunaan lahan yang sama yaitu terletak pada wilayah yang didominasi oleh kawasan pemukiman serta perdagangan dan jasa. Pada kawasan dengan penggunaan lahan berupa pemukiman serta perdagangan dan jasa merupakan kawasan yang dipadati oleh bangunan bangunan tempat tinggal penduduk serta dikelilingi gedung gedung tempat berlangsungnya proses perdagangan dan jasa. Oleh karena sudah banyaknya gedung-gedung sebagai tempat berlangsungnya perdagangan dan jasa serta bangunan bangunan tempat bermukimnya para penduduk sehingga menyebabkan lahan-lahan sebagai tempat penyerapan air menjadi sangat berkurang. Dengan berkurangnya daerah tangkapan atau resapan air maka air yang jatuh pada saat hujan tiba tidak dapat masuk kembali ke tanah, sehingga saat intensitas hujan semakin tinggi dan air tidak dapat tertampung oleh

7 saluran yang ada maka air hujan tersebut akan menimbulkan sebuah genangan banjir sehingga dapat mengganggu aktivitas masyarakat. Beberapa daerah yang mengalami genangan banjir tersebut terletak pada jalan utama dan dekat dengan pusat perbelanjaan. Seperti yang terjadi di Kelurahan Durian Payung, banjir yang paling sering terjadi dan hampir melanda di tiap tahunnya yaitu berlokasi di jalan ratu dipuncak yang ada di depan gedung Central Plaza. Kawasan ini mengalami genangan banjir hampir setiap tahun saat intensitas hujan cukup tinggi. Genangan banjir yang terjadi dapat mencapai ketinggian 2m, hal ini cukup mengganggu aktivitas masyarakat dan mengganggu kelancaran arus lalu lintas karena jalan ini merupakan salah satu jalan utama Kota Bandar Lampung. Daerah lain yang juga dekat dengan pusat perdagangan yaitu genangan banjir yang terjadi Kelurahan Pasir Gintung dan Kelurahan Kaliawi. Kedua wilayah ini cukup dekat dengan pasar tradisional. Kelurahan Pasir Gintung dekat dengan pasar gintung yang berlokasi di jalan pasir gintung. Serta kelurahan kaliawi yang dekat dengan pasar bambu kuning, tetapi genangan banjir yang kerap terjadi tidak berada tepat di wilayah pasar bambu kuning. Akan tetapi hal tersebut juga dapat mengganggu proses perdagangan serta mengganggu kelancaran arus lalu lintas. Sedangkan pada wilayah lainnya yang juga mengalami genangan banjir yaitu di Kelurahan Gotong Royong dan Kelurahan Kelapa Tiga yang terjadi di wilayah pemukiman penduduk. Kedua wilayah ini selama tiga tahun terakhir baru terjadi sekali genangan banjir yaitu pada tahun 2012 di Kelurahan Gotong Royong dan pada tahun 2013 terjadi di Kelurahan Kelapa Tiga. Hal ini menandakan bahwa wilayah wilayah tersebut sudah semakin padat sehingga dapat mengakibatkan terjadinya genangan banjir saat intensitas hujan cukup tinggi. Jenis Tanah dengan Lokasi Banjir Jenis tanah merupakan salah satu faktor yang juga berpengaruh terhadap terjadinya banjir. Tanah merupakan media yang langsung berinteraksi saat hujan turun. Karena tanahlah yang berperan dalam proses penyerapan air, dari mulai permukaan hingga ke dasar tanah. Seluruh wilayah Kecamatan Tanjung Karang Pusat tersusun atas jenis tanah Latosol yang berwarna cokelat kemerahan. Berdasarkan definisi dan kriteria jenis tanah menurut Sistem Klasifikasi Nasional 1978 dalam Rachim dan Arifin (2011: 58) tanah Latosol memiliki karakteristik warna merah sampai cokelat, dengan

8 tekstur liat, struktur remah sampai gumpal lemah, konsistensi gembur, kemasaman masam sampai agak masam, bahan organik rendah, kejenuhan basa >35 persen, hara sedang sampai rendah, permeabilitas baik, aktivitas biologi baik, erodibilitas rendah, dan dengan campuran mineral liat 1:1. Dilihat dari penjelasan tersebut jenis tanah Latosol ini termasuk ke dalam jenis tanah yang baik dalam proses penyerapan air saat terjadi hujan karena sifat permeabilitas yang baik, begitu pula dengan struktur dan tekstur Penyebab banjir Banjir yang terjadi dapat dikarenakan oleh sebab-sebab alami maupun akibat dari tindakan manusia. Walaupun sebab alami seperti curah hujan yang tinggi dan kondisi wilayah yang relatif datar juga cukup berperan, akan tetapi tindakan manusia merupakan penyebab yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat. Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan penyebab yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya lahan kosong sebagai daerah tangkapan air yang sudah berubah menjadi kawasan pemukiman serta perdagangan dan jasa. Lahan yang ada sudah tertutup dan menjadi sangat padat oleh rumah tempat tinggal penduduk maupun gedung-gedung perbelanjaan. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya kawasan-kawasan kumuh yang juga menjadi salah satu penyebab banjir. Fungsi tanah juga menjadi tidak dapat berperan dengan baik dikarenakan padatnya bangunanbangunan yang ada. Hal ini mengakibatkan air hujan yang jatuh tidak dapat masuk mengalir kembali ke dalam tanah karena tanah yang ada sudah tertutup dengan banyaknya bangunan tersebut, dan diperparah dengan dilakukan pembetonan dengan aspal. Maka saat hujan turun, air yang seharusnya masuk diserap ke dalam tanah menjadi terkumpul hingga menggenang dan menyebabkan banjir. Jadi penyebab utama terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat adalah perubahan tata guna lahan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut: Lokasi terjadinya banjir di Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 yaitu di Kelurahan Durian Payung, Kelurahan Pasir Gintung, Kelurahan Kaliawi, Kelurahan

9 Kelapa Tiga, dan Kelurahan Gotong Royong. Kemiringan lereng pada lokasi terjadinya banjir adalah daerah yang terletak pada kategori kemiringan lereng 0-8% (wilayah datar). Penggunaan lahan pada lokasi terjadinya banjir adalah wilayah yang didominasi oleh kawasan pemukiman serta perdagangan dan jasa. Jenis tanah pada lokasi terjadinya banjir adalah tanah jenis Latosol. Penyebab utama terjadinya banjir yaitu perubahan tata guna lahan. SARAN Pemerintah Kota Bandar Lampung hendaknya memperhatikan penataan kota yang sesuai dengan karakteristik suatu wilayah. Serta dapat melakukan upaya upaya seperti tidak sembarangan memberi ijin untuk membangun bangunan khususnya di wilayah yang sudah sangat jarang ditemui lahan kosong agar titik banjir tidak meluas menyebar ke daerah daerah lain yang belum pernah mengalami banjir. Masyarakat seharusnya mengikuti peraturan yang berlaku serta menjaga lingkungan masing masing dalam keadaan baik sehingga banjir tidak akan terjadi pada saat hujan turun. Pembangunan bangunan seharusnya memperhatikan aspek-aspek lingkungan dengan menyediakan sedikit lahan terbuka sebagai tempat resapan air atau dengan membuat lubang lubang biopori untuk wilayah sempit untuk membantu mempercepat proses penyerapan air kedalam tanah sehingga air hujan yang turun tidak akan menimbulkan genangan banjir. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Kodoatie, Robert J. dan Sjarief, Roestam. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi Offset. Kodoatie, Robert J. dan Sugiyanto. 2002. BANJIR beberapa penyebab dan metode pengendaliannya dalam perspektif lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prasetyo, Agustinus Budi. 2009. Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Bencana Banjir di Kota Surakarta Tahun 2007. (Skripsi). Solo: Program Studi Pendidikan Geografi. Universitas Negeri Surakarta. Prastowo, Andi. 2011. Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

10 Rachim, Djunaedi A dan Arifin, Mahfud. 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia. Bandung: Penerbit Pustaka Reka Cipta. Subarjo, M. 2006. Meteorologi dan Klimatologi. (Bahan Ajar). Bandar Lampung: Universitas Lampung.