UJI KUALITAS BIOETANOL BATANG SWEET SORGHUM VARIETAS NUMBU UMUR 80 HARI DENGAN PENAMBAHAN RAGI NKL DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

PENGARUH DOSIS RAGI DAN LAMA FERMENTASI BATANG SWEET. SORGHUM (Sorghum bicolor L) VARIETAS NUMBU UMUR 60 HARI TERHADAP KUALITAS BIOETANOL

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri. adalah spesies Sorghum bicoler (japonicum). Tanaman yang lazim

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissma, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi dunia yang dinamis dan semakin terbatasnya cadangan energi

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima,pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP KADAR ETANOL HASIL FERMENTASI JERAMI PADI (Oryza sativa) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BIOETANOL ALTERNATIF

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI

KADAR GLUKOSA DAN KADAR BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima pohl) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK GANYONG (Canna edulis Kerr.) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negeri yang sangat dikagumi akan kekayaan alamnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BAB I PENDAHULUAN. Umbi-umbian adalah bahan nabati yang dapat diperoleh dari dalam

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

PEMBUATAN BIOETANOL DARI FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Manihot glaziovii Muell) DENGAN MENGGUNAKAN RAGI

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan (BBM) Bahan Bakar Minyak untuk keperluan sehari-hari.

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM DAN ENZIMATIS

PENGARUH KONSENTRASI RAGI DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR ETANOL DAN KADAR GLUKOSA HASIL FERMENTASI KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak revolusi industri pada tahun 1800-an, strategi efisiensi biaya

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN. produk komersial termasuk makanan, kosmetik, dan obat -obatan (Priyadi dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan Costa Rica yang umumnya digemari sebagai konsumsi buah segar. Buah segar

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

Pengaruh Jumlah Ragi dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Bioetanol yang Dihasilkan dari Fermentasi Kulit Pepaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan bakar. Sumber energi ini tidak dapat diperbarui sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

I. PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat. mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak dan sekaligus

HASIL DAN PEMBAHASAN

NURUL FATIMAH A

KADAR BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA (DIENDAPKAN 5 HARI) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan sumber karbohidrat, salah satu diantaranya adalah umbiumbian.

3 METODOLOGI PENELITIAN

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

FERMENTASI NIRA SORGUM MENJADI BIOETANOL DALAM FERMENTOR BIOFLO 2000 MENGGUNAKAN SACCHAROMYCES CEREVISIAE

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengadaan Alat dan Bahan a. Pengadaan alat b. Pengadaan tetes tebu

PEMBUATAN ETANOL DARI NIRA SORGUM DENGAN PROSES FERMENTASI

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu

PEMBINAAN PETANI TEBU MELALUI TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOETANOL DARI MOLASES dan TEBU. Yumaihana dan Qurrata Aini. Fak. Peternakan Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

POTENSI NIRA AREN (Arenga pinnata) SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL

UJI KUALITAS BIOETHANOL DARI BATANG SWEET SORGHUM VARIETAS CTY 33 UMUR 80 HARI DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

KAJIAN POTENSI SUMBER BIOETHANOL DARI PEMANFAATAN LIMBAH BIOMASSA SEBAGAI SUMBER ENERGY ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. indutri. Pemanfaat jagung dalam bidang industri selain sebagai sumber

PEMANFAATAN NIRA NIPAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BIOETANOL DARI BONGGOL POHON PISANG BIOETHANOL FROM BANANA TREE WASTE

Pengaruh Rasio Pelarut dan Berat Yeast pada Proses Fermentasi Pati Keladi (Colocasia esculenta) menjadi Etanol

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri

PEMBUATAN BIOETANOL DARI KULIT NANAS

RUMAH BIRU (BIOETANOL URIN MANUSIA) Dari Masyarakat Untuk Masyarakat Oleh : Benny Chandra Monacho

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Metode Fermentasi Variasi Jumlah Yeast

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

I. PENDAHULUAN. tanaman yang mengandung mono/disakarida (tetes tebu dan gula tebu), bahan

Teknologi Pengolahan. Bioetanol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

BIOENERGI. Bioenergi : energi yang diperoleh dari biomasa (mahluk hidup) Biofuel : bahan bakar yang berbahan baku dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN. fosil (Meivina et al., 2004). Ditinjau secara global, total kebutuhan energi dunia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Transkripsi:

UJI KUALITAS BIOETANOL BATANG SWEET SORGHUM VARIETAS NUMBU UMUR 80 HARI DENGAN PENAMBAHAN RAGI NKL DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA SKALA LABORATORIUM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Disusum oleh: Yudy Heryanto A 420 070 145 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

UJI KUALITAS BIOETANOL BATANG SWEET SORGHUM VARIETAS NUMBU UMUR 80 HARI DENGAN PENAMBAHAN RAGI NKL DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA SKALA LABORATORIUM Yudy Heryanto, A 420 070 145, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 65 halaman 2012 ABSTRAK Sorgum merupakan tanaman serealia yang multiguna. Semua bagian tubuh tanaman sorgum bermanfaat untuk pangan dan pakan ternak. Nama lain sorgum di Indonesia adalah jagung pari atau cantel. Sweet sorghum merupakan salah satu jenis sorgum yang banyak mengandung gula antara 13,60%-18,40% brix. Nira dari batang Sweet sorgum dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat etanol, karena komposisi nira sorgum hampir sama dengan nira tebu. Selama ini bioetanol banyak menggunakan bahan pangan seperti singkong, ketela dan tebu. Dengan menghasilkan bioetanol diharapkan batang Sweet sorghum dapat menjadi bahan alternatif bioetanol dan tidak mengganggu produksi pangan. Etanol dibuat dengan proses fermentasi dengan bantuan Saccharomyces cerevisiae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar bioetanol batang Sweet sorghum varietas numbu umur 80 hari. Penelitian dilaksanakan di desa Demakan Bekonang untuk penanaman sorgum dan Laboratorium Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, menggunakan Rancangan Acak Lengkap dua faktor perlakuan yaitu konsentrasi ragi (0,25g/100ml, 0,50g/100ml dan 0,75g/100ml) dan waktu fermentasi (6 hari dan 8 hari) dengan tiga kali ulangan sehingga didapatkan 6 kombinasi perlakuan. Penentuan kadar etanol menggunakan metode kromatografi gas (GC) kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar bioetanol yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan. Pada kombinasi perlakuan 0,75g/100ml dosis ragi NKL dan lama waktu fermentasi 8 hari menghasilkan kadar bioetanol tertinggi yaitu 8,08% dan kadar bioetanol terendah diperoleh pada perlakuan 0,25g/100ml dosis ragi NKL dan lama waktu fermentasi 6 hari yaitu 2,24%. Kata Kunci: Nira Sorgum, Saccharomyces cerevisiae, dan Kadar Etano

PENDAHULUAN Kebutuhan akan sumber energi semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman. Namun hal tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber energi yang ada. Manusia masih sangat bergantung dengan bahan bakar minyak sebagai sumber energi. Minyak bumi terus-menerus dicari dan diambil demi memenuhi kebutuhan. Akibatnya, persediaan minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk mengantisipasinya, manusia pun beralih kepada bioenergi, yakni sumber energi yang dihasilkan oleh tanaman. Indonesia sebagai negara yang memiliki beragam kekayaan alam terbarukan sangat berpotensi menghasilkan bioenergi. Namun, dalam pengembangannya, bahan bakar hayati yang dihasilkan menggunakan banyak biomassa yang dapat digunakan sebagai bahan pangan. Bioetanol, sebagai salah satu bioenergi, masih dibuat dari bahan berpati dan bergula yang merupakan bahan pangan. Hal ini akan berdampak buruk bagi penyediaan pangan. Jika BBM terus menerus dibuat dari bahan pangan, akan terjadi persaingan antara penyediaan pangan dan energi. Bahan baku pembuatan bioethanol seperti tebu, singkong dan jagung merupakan tanaman pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat. Jika lahan tanaman pangan tersebut digunakan untuk lahan produksi bioetanol, produksi pangan akan berkurang. Untuk mengatasi agar pengadaan bioenergi dapat sejalan dengan pangan, dilakukan system tanam tumpang sari. Tanaman Sorghum dapat menghasilkan bioenergi (bioethanol) dan dapat ditanam secara tumpang sari (Supriyanto, 2009). Sorghum merupakan tanaman yang multiguna, mulai dari biji, daun, batang dan akar semua bagian tubuh tanaman Sorgum bermanfaat, yaitu sebagai sumber bahan pangan, pakan ternak maupun bahan baku berbagai macam industri. Menurut Hoeman (2008), Sorgum memiliki daya adaptasi yang luas, dapat tumbuh di hampir semua jenis lahan, lebih toleran terhadap kondisi lahan marjinal (kekeringan, salinitas dan lahan masam), membutuhkan input pertanian yang relatif lebih sedikit, produktivitas tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit tanaman, dan banyak berguna baik sebagai sumber bahan pangan, pakan ternak maupun bahan baku bermacam industri. Keistimewaan Sweet Sorghum, bersifat yang multi guna, yaitu sebagai sumber bahan pangan, pakan ternak maupun bahan baku bermacam industri, misalkan produksi bioetanol. Sorgum yang termasuk dalam kelompok tumbuhan monokotil ternyata secara otomatis batangnya menyerupai stuktur batang tanaman dikotil, yaitu berkas pengangkutnya tersusun melingkar, padahal umumnya batang tumbuhan monokotil tersusun tersebar. Oleh karena itu Batang sorgum apabila diperas akan menghasilkan nira yang rasanya manis. Kadar air dalam batang sorgum kurang lebih 70 persen yang artinya kandungan niranya kurang lebih sebesar itu, sehingga batangnya berasa manis

karena mengandung karbohidrat (Putri, 2009). Selain untuk substitusi bahan pangan, pemanfaatan sorgum sebagai bahan baku energi alternatif biofuel yang berasal dari etanol untuk masa mendatang sudah mulai dirancang mengingat persediaan minyak bumi yang berasal dari fosil diperkirakan akan habis dalam 18 tahun ke depan. Penggunaan sorgum selain sebagai bahan baku etanol dan sebagai subtitusi BBM, juga dapat menghemat devisa negara dan membuka peluang kesempatan kerja dengan pemberdayaan masyarakat tani. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Yudiarto (2006), produktifitas rata-rata batang tanaman sorgum berkisar antara 30 50 ton/hektar, biji 4 5 ton /hektar dan daun 20 40 ton/hektar. Sedangkan untuk pembuatan 1 liter bioetanol membutuhkan 22 25 kg batang sorgum. Oleh karena itu, pengembangan tanaman sorgum pada gilirannya akan memberikan dampak yang positif, baik untuk meningkatkan kesejahteraan petani maupun pemanfaatan lahan, mengingat potensi lahan kering yang ada di tanah air saat ini tergolong sangat besar. Menurut Rama Prihandana (2007), Bioetanol adalah etanol yang diperoleh dari proses fermentasi bahan baku yang mengandung pati atau gula seperti singkong dan tetes tebu. Bahan bakar nabati (BBN) ini digunakan sebagai pengganti premium (gasoline). Etanol yang dapat digunakan sebagai bahan bakar nabati adalah alkohol murni yang bebas air (Anhydrous alkohol) dan berkadar lebih dari 99,5 % atau disebut dengan Fuel Grade Ethanol (FGE). Campuran premium menghasilkan emisi gas buang yang lebih ramah terhadap lingkungan karena oksigennya dapat meningkatkan efisiensi pembakaran. Tinggi rendahnya alkohol ditentukan oleh aktivitas akhamir dengan substrat gula yang terfermentasi. Menurut Fessenden dan Fessenden (1997), dari satu molekul glukosa akan terbentuk dua molekul alkohol dan karbondioksida. Namun konsentrasi glukosa yang terlalu tinggi akan menghambat pembentukan alkohol, sebab glukosa dengan kadar yang tinggi menyebabkan pertumbuhan khamir terhambat sehingga kadar alkohol yang dihasilkan sedikit. Berdasarkan hasil penelitian Ariani (2007), bahwa konsentrasi ragi dan lama pemeraman pengaruh terhadap kadar alkohol dan glukosa tape biji nangka (Artocapus integra). Kadar alkohol dan glukosa dihasilkan paling tinggi pada pemeraman selama 4 hari dengan konsentrasi ragi 3 g/0,5 kg biji nangka. Hal tersebut dapat disebabkan karena produsen utama alkohol adalah ragi, sehingga banyak konsentrasi ragi yang diberikan maka semakin tinggi pula kadar alkohol yang dihasilkan. Dalam penelitian Sugiyarti (2007), menunjukkan bahwa perbedaan waktu fermentasi dan dosis ragi berpengaruh terhadap kadar alkohol sari umbi ketela pohon. Kadar alkohol tertinggi sebesar 51%, yaitu pada lama fermentasi 15 hari dan dosis ragi 1,6%, sedangkan kadar alkohol terendah adalah 14,303% pada fermentasi 9 hari dan dosis ragi 0,4%.

Dalam Penelitian ini tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah 1) Mengetahui pengaruh waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar alkohol pada fermentasi nira batang Sweet Sorghum pada varietas NUMBU. 2) Mengetahui kadar alkohol optimum yang dapat diperoleh dari perbandingan waktu fermentasi dan dosis ragi pada fermentasi nira batang Sweet Sorghum pada varietas NUMBU. METODE Penelitian ini dilaksanakan di lahan seluas 100 m 2 di desa Demakan RT 02 RW 07 Mojolaban Bekonang dan di Laboratorium Kimia Fakultas Farmasi UMS pada bulan Mei 2011 Juli 2011. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah: 1) Alat untuk bertanam: cangkul, tugal, meteran, sekop kecil, ember, timbangan. 2) Alat untuk produksi bioetanol: Alat pemerah batang nira, timbangan analitik, timbangan kasar, toples, karet, baskom, sendok, pisau, kertas label, penyaring, plastik, pipet, gelas ukur, phmeter, refraktometer, erlenmenyer, waterbath, seperangkat alat destilasi, seperangkat alat kromatografi gas (GC). 3) Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: batang Sweet sorghum varietas NUMBU, ragi NKL, gula pasir, NPK, dan urea. Penelitian ini terdiri dari 5 tahap yaitu: (1) Penanaman benih Sweet sorghum, (2) Prefermentasi, (3) Proses fermentasi, (4) Destilasi Alkohol, dan (5) Analisis kadar etanol. Pengumpuan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu: (1) Metode eksperimen, (2) Metode Observasi, dan (3) Metode Kepustakaan. Analisis data dari penelitian ini adalah dengan cara deskriptif kualitatif yang meliputi: penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tentang uji kualitas bioetanol batang Sweet Sorghum varietas numbu umur 80 hari dengan penambahan ragi NKL dan waktu fermentasi yang berbeda, dapat disajikan data sebagai berikut: Tabel. Data Pengamatan Rerataan Hasil Volume Nira Sorghum Setelah Difermentasi, Destilasi Dan Kadar Etanol Sorghum No. Perlakua n Rerata Volume Hasil Fermenta si Nira Sorghum (ml) Rerata Volume Hasil Destilasi Nira Sorghu m (ml) Rerata Kadar Etanol Sorghu m (%) 1. T 1R 1 91,67 61 2,24* 2. T 1R 2 92,33 65 3,33 3. T 1R 3 87,66 63,66 7,82 4. T 2R 1 83 61,66 2,72 5. T 2R 2 76 56,33 5,15 6. T 2R 3 84,33 57,33 8,08** * kadar etanol terendah ** kadar etanol tertinggi Keterangan: T 1 R 1 = Waktu Fermentasi 6 Hari 25g/100ml.

Kadar Etanol (%) T 1 R 2 = Waktu Fermentasi 6 Hari 50g/100ml. T 1 R 3 = Waktu Fermentasi 6 Hari 75g/100ml. T 2 R 1 = Waktu Fermentasi 8 Hari 25g/100ml. T 2 R 2 = Waktu Fermentasi 8 Hari 50g/100ml. T 2 R 3 = Waktu Fermentasi 8 Hari 75g/100ml. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 2,24 3,33 7,82 2,72 5,15 8,08 Berdasarkan pengujian yang dilakukan terhadap kadar alkohol pada hasil fermentasi nira batang Sweet Sorghum varietas NUMBU umur 80 hari, menunjukkan bahwa ada perbedaan kadar alkohol pada fermentasi 6 dan 8 hari. Hal ini dapat diperoleh dari hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukan bahwa kadar alkohol tertinggi terdapat pada perlakuan T 2 R 3 (waktu fermentasi 8 hari dengan dosis ragi 0, 75g/100ml) dengan kadar alkohol mencapai 12,10%. Sedangkan kadar alkohol terendah terdapat pada T 1 R 1 (waktu fermentasi 6 hari dengan dosis ragi 0, 25g/100ml) dengan kadar alkohol yaitu 1,36%. Hal ini dikarenakan selama fermentasi berlangsung akan terjadi perubahan biokimiawi akibat aktivitas mikroba Saccharomyces cerevisiae, yaitu perubahan kadar gula, kadar air dan jumlah mikroorganisme karena pengaruh dari ragi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disajikan dalam histrogram sebagai berikut: Perlakuan Gambar. Histogram Kadar Etanol Sorghum Dari gambar 4.1 histogram di atas dapat diketahui bahwa kadar etanol optimum pada perlakuan T 2 R 3 (waktu fermentasi 8 hari dengan dosis ragi 0, 75g/100ml) yaitu sebesar 8,08%. Sedangkan kadar etanol minimum pada perlakuan T 1 R 1 (waktu fermentasi 6 hari dengan dosis ragi 0, 25g/100ml) yaitu sebesar 2,24%. Berdasarkan perbedaan waktu fermentasi yaitu 6 hari dan 8 hari terdapat perbedaan hasil kada etanol sorghum. Pada waktu fermentasi 6 hari sendiri terdapat perbedaan-perbedaan tiap dosis ragi yang diberikan. Pada perlakuan T 1 R 1 (dosis ragi 0, 25g/100ml) dihasilkan rata-rata kadar etanol 2,24%, perlakuan T 1 R 2 (dosis ragi 0, 50g/100ml) dihasilkan rata-rata kadar etanol 3,33%, dan perlakuan T 1 R 3 (dosis ragi 0, 75g/100ml) dihasilkan rata-rata kadar etanol 7,82%. Hal ini dikarenakan oleh

pemberian dosis ragi yang berbeda tiap perlakuan masing-masing. Fermentasi dengan waktu 8 hari juga memiliki perbedaanperbedaan pada tiap dosis ragi yang diberikan. Pada perlakuan T 2 R 1 (dosis ragi 0, 25g/100ml) dihasilkan rata-rata etanol 2,72%, perlakuan T 2 R 2 (dosis ragi 0, 50g/100ml) dihasilkan rata-rata etanol 5,15%, dan perlakuan T 2 R 3 (dosis ragi 0, 75g/100ml) dihasilkan rata-rata kadar etanol 8,08%. Hal ini juga dikarenakan oleh pemberian dosis ragi yang berbeda terhadap tiap perlakuan masing-masing. Kadar etanol yang diperoleh dari tiap waktu fermentasi terdapat perbedaan tiap dosisnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar dosis yang diberikan maka kadar etanol yang diperoleh juga semakin besar. Menurut Schlegel (2000), semakin tinggi konsentrasi ragi yang diberikan pada bahan pembuatan tape maka semakin tinggi pula kadar etanol yang dihasilkan. Hal tersebut terjadi karena produsen utama dalam suatu fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae. Selain itu terjadi juga perubahan terhadap biomasa. Penambahan biomasa ini dimungkinkan karena botol untuk fermentasi tidak tertutup rapat jadi udara masuk ke dalam botol dan mengakibatkan pertumbuhan biomasa yang mengakibatkan berkurangnya kadar alkohol. Fermentasi haruslah dalam keadaan anaerob sehingga biomasa tidak bertambah tetapi mengkonversi glukosa menjadi etanol. Dapat juga penurunan tersebut diakibatkan karena perubahan alkohol menjadi senyawa lain (senyawa asam) (Ratna, 2009). Perbedaan waktu yang digunakan menunjukan bahwa lama waktu fermentasi berpengaruh terhadap tinggi kadar etanol yang dihasilkan. Hal ini didukung oleh penelitian Umi (2009) mengenai fermentasi etanol dari nira tebu (Saccharum officinarum), dari awal fermentasi (jam ke 0) sampai akhir fermentasi jam (ke 72) diperoleh kadar etanol yang semakin besar. Kadar etanol terbesar yaitu 9% pada jam ke 72. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa dikonsumsi oleh Saccharomyces cerevisiae lebih cepat dan akhirnya menjadi etanol. Perbedaan kadar bioetanol sangat berkaitan dengan kinetika sel ragi yang diinginkan untuk memfermentasi bahan, sedangkan pertumbuhan dari sel ragi/khamir itu sendiri juga dipengaruhi oleh media dan kondisi media, pemilihan khamir, nutrien, kandungan gula, keasaman (ph), oksigen dan suhu. Adapun suhu yang optimum pada fermentasi bioetanol adalah kisaran antara 26 o C-28 o C, di atas 30 o C produktivitasnya menjadi menurun (Budiyanto, 2002). Pada proses fermentasi sebelum terbentuk alkohol maka terbentuk glukosa terlebih dahulu sehingga untuk pembentukan alkohol membutuhkan waktu lebih lama dari pada pembentukan glukosa. Namun bila fermentasi terlalu lama, nutrisi dalam substrat akan habis dan khamir tidak dapat memfermentasi bahan. Hal ini didukung oleh pendapat Nurwantoro (2001) bahwa proses fermentasi alkohol hanya dapat terjadi apabila terdapat sel-sel khamir. Khamir ini memiliki sekumpulan enzim yang diketahui

sebagi zymase yang berperan pada fermentasi senyawa gula, seperti glukosa menjadi etanol (etil alkohol dan karbondioksida). Khamir ini juga mempunyai kemampuan untuk memecah karbohidrat menjadi alkohol dan karbondioksida. Proses ini diketahui sebagai fermentasi alkohol anaerob, yakni terjadi tanpa oksigen. Perbedaan kadar bioetanol sangat berkaitan erat dengan cepat dan lambatnya pertumubuhan sel ragi (Saccharomyces cerevisiae) yang diinginkan untuk memfermentasi bahan, sedangkan pertumbuhan dari Saccharomyces cerevisiae itu sendiri juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kandungan gula. Pada penelitian kadar gula yang diperoleh dari nira batang sorgum varietas NUMBU umur 80 hari adalah 11%. Kadar gula ini sudah baik digunakan untuk pembuatan etanol, karena menurut Umi (2009), kadar glukosa yang baik untuk pertumbuhan mikroba berkisar antara 10-18%. Apabila terlalu pekat, aktivitas enzim akan terhambat sehingga waktu fermentasi menjadi lambat disamping itu terdapat sisa gula yang tidak terpakai dan jika terlalu encer maka hasilnya berkadar alkohol rendah. Khamir jenis Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan kadar alkohol tinggi karena merupakan galur terpilih yang biasa digunakan untuk fermentasi alkohol (Ratnaningsih, 2004). Kadar alkohol dari penelitian ini yang paling tinggi adalah 8 hari dengan dosis ragi 0,75g/100ml. Hal tersebut dikarenakan oleh aktivitas khamir yang masih aktif bekerja dengan substrat gula yang difermentasi. Kecepatan reaksi dalam suatu proses kimia maupun yang dibantu oleh enzim tidaklah konstan. Pada permulaan reaksi tampak giat, kemudian kegiatan berkurang. Hal ini disebabkan oleh hasil akhir yang tertimbun, karena akan menghambat kegiatan enzim sehingga kadar alkohol yang dihasilkan akan menurun. Juga dimungkinkan karena ketersediaan substrat yang terdapat dalam bahan semakin menipis, sehingga kegiatan enzim pun akan berkurang (Kusuma, 2011). Aktivitas khamir banyak dipengaruhi oleh media dan kondisi lingkungan suhu dan keasaman panas, konsentrasi ion hidrogen, air dan cahaya mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Tinggi rendahnya kadar alkohol yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh cepat lambatnya pertumbuhan sel ragi yang digunakan dalam fermentasi bahan. Cepat lambatnya pertumbuhan khamir dapat dipengaruhi oleh beberapa fakta, diantaranya komposisi media yang digunakan sebagai media pengembangbiakan mikroba mulai persiapan sampai fermentasi dapat berjalan optimum ketika pertumbuhan enzim maksimum dan ketersediaan substrat cukup. Suhu yang digunakan selama proses fermentasi akan mempengaruhi mikroba yang berperan dalam proses fermentsi. Suhu yang baik untuk fermentasi maksimum adalah 30 o C. Pada temperatur yang terlalu tinggi akan menonaktifkan yeast, sedangkan pada temperatur yang terlalu rendah

yeast akan menjadi tidak aktif (Kusuma, 2011). Kandungan air di dalam lingkungan mikroba juga mempengaruhi sifat pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae sebagai mikroba dalam fermentasi tape. Bila kandungan air tidak cukup, maka cairan di dalam sel mikroba mengalir keluar. Sehingga metabolisme terhenti dan menyebabkan bahan yang terdapat di dalam sel sangat pekat dan akhirnya akan menghambat aktivitas enzim. Faktor lain yang dapat menghambat atau menganggu pertumbuhan mikroba cara memasak atau cara pengerjaan fermentasi (Setiawan, 2010). Adapun faktor lain yang menghambat pertumbuhan khamir adalah kebersihan media, alat dan cara pengolahan fermentasi. Hal tersebut didukung oleh Hasanah (2009), bahwa pencampuran ragi harus dilakukan dengan sendok kayu. Oleh karena itu jika tersentuh tangan akan menjadi masam dan berwarna kemerah-merahan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Terdapat pengaruh lama waktu fermentasi dan dosis ragi, sehingga terjadi kadar etanol yang dihasilkan. Kadar alkohol tertinggi 8,08% pada waktu fermentasi 8 hari dengan dosis ragi 0,75g/100ml dan kadar alkohol terendah 2,24% pada waktu fermentasi 6 hari dengan dosis ragi 0,25g/100ml. 2) Terdapat interaksi antara pemberian dosis ragi yang berbeda antara kadar dosis ragi 0,25g/100ml, 0,50g/100ml, dan 0,75g/100ml dengan lamanya waktu fermentasi 6 hari dan 8 hari terhadap kadar alkohol pada fermentasi nira batang Sweet sorghum. Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diberikan saran sebagai berikut: 1) Perlu adanya sosialisasi pemanfaatan nira batang Sweet sorghum sebagai alternatif pengganti dari campuran bahan bakar premium. 2) Perlu diperhatikan terhadap sterilisasi substrat waktu proses fermentasi berlangsung. 3) Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai fermentasi alkohol dengan metode dan penambahan inokulum yang berbeda. DAFTAR PUTAKA Ariani. 2007. Konsentrasi Ragi Tape Biji Nangka. Jakarta: Agromedia Pustaka. Budiyanto, Agus. 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang: UMM. Fessenden, Joan. 1997. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Binarupa Akasara. Hasanah. 2009. Morfologi Kapang Dan Khamir. http://hasanah619.wordpr ess.com/2009/10/27/morf ologi-kapang-dan-khamir/ (diakses pada tanggal, 22 Maret 2012). Nurwantoro. 2001. Pola Pemecahan Karbohidrat Selama Fermentasi Ubi Kayu Dengan Menggunakan Inokulan Murni Kering

Dalam Sains Teks. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Ria, Kusuma. 2011. Penelitian Fermentasi Alkohol. http://kusumaworld25.blo gspot.com/2011/07/lapora n-penelitian-fermentasialkohol.html (diakses pada tanggal, 22 Maret 2012). Umbi Ketela Pohon (Monihot Utilisima pohl) Varietas Randu. Yogyakarta: UGM Suprianto. 2009. Sorgum Hasilkan Bioetanol. Bogor: IPB. Prihandana, Rama. 2007. Bioenergi Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta: Agromedia Pustaka. Ratnaningsih. 2004. Efektivitas Fermentasi Tetes Tebu (molase) dengan Sacharomyces cerevisiae. FKIP Jurusan Biologi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Schlegel, H, G. 2000. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gama University Press. Soeranto, Hoeman. 2008. Prospek dan Potensi Sorghum Sebagai Bahan Baku Bioetanol. http://www.bslonline.com/energi/archive /1.html (diakses pada tanggal 10 juni 2011). Sugiyarti. 2007. Pengaruh Waktu Fermentsi dan Dosis Ragi Terhadap Kadar Alkohol pada Fermentasi Sari