BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

ABSTRAK. Kata kunci: Memahami drama, menulis teks drama, model pembelajaran SAVI.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (KTSP) mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang produktif

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup empat jenis yaitu keterampilan menyimak (listening skill),

Oleh Indah Fajrina

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN MODEL SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI

2015 PENERAPAN METODE SUGESTI-IMAJINASI DENGAN MEDIA VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

2015 PENERAPAN MODEL SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut UU tentang Sisdiknas No. 20 tahun 2003: terhadap manusia menuju ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) universitas juga diberikan mata pelajaran bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

ABSTRAK. meningkatkan mutu pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 34

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara masalah pendidikan sudah barang tentu tidak bisa lepas dari

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB 1 PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengandung pikiran atau perasaan. Di dalam kegiatan komunikasi ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TEKNIK BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Melalui pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Menurut Boen S. Oemarjati, dalam Sumardi (1992: 196) tujuan pembelajaran sastra pada akhirnya adalah menanamkan, menumbuhkan dan mengembangkan kepekaan-kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan, dan rasa hormatnya terhadap tata nilai baik dalam konteks individual maupun sosial. Pembelajaran sastra secara khusus bertujuan untuk mengembangkan kepekaan anak terhadap nilai kognitif, nilai efektif, nilai sosial, ataupun gabungan keseluruhannya. Jadi, pembelajaran drama perlu diberikan di sekolah-sekolah dasar karena pembelajaran drama dapat menggali dan menemukan sesuatu berupa nilai-nilai, selain itu pembelajaran sastra dapat mencerdaskan anak. Dalam masa perkembangannya, anak-anak memiliki banyak sisi di antaranya anak membutuhkan pembelajaran etika, tentang baik dan buruk bagi mereka. Guru dan orang tua dituntut untuk dapat menetapkan ukuran-ukuran yang memadai, dan menggali hal-hal khusus tentang budi pekerti, serta memperkayanya agar selalu lebih menarik dan menyenangkan bagi anak (Majid, 2002). Kegiatan drama anak merupakan wadah bagi pengembangan kreativitas anak untuk menggali budi pekerti karena dalam drama, sikap anak dikembangkan 1

2 menuju kedewasaan sehingga anak dapat bersosialisasi diri dengan lingkungannya. Di tingkat-tingkat selanjutnya kegiatan drama di sekolah dipergunakan untuk mempersiapkan membantu anak menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan sosial dalam kehidupannya (Taylor,1988: 2). Drama anak dapat menjadi wadah dunia anak untuk mengekspresikan diri, tempat bermain dan memperoleh kesenangan dalam kelompok. Drama anak harus diciptakan dengan suasana yang menyenangkan karena eksistensi drama adalah menampilkan cerminan kejadian dalam kehidupan. Oleh sebab itu, drama anak-anak juga harus dapat dipakai mewadahi kehidupan anak melalui cerita-cerita yang dipentaskannya, tetapi pada kenyataannya sangat disayangkan, pembelajaran drama di sekolah-sekolah merupakan pembelajaran sastra yang paling kurang diminati oleh banyak anak. Menurut Rusyana dalam Waluyo (2002: 154) bahwa minat anak dalam membaca karya sastra yang terbanyak adalah prosa, kemudian puisi selanjutnya drama. Perbandingannya adalah 6: 3: 1. Hal ini disebabkan menghayati naskah drama yang berwujud dialog itu cukup sulit dan harus tekun. Penghayatan naskah drama lebih sulit daripada penghayatan naskah prosa dan puisi. Menurut Yulianti dalam Aji (2009: 4) faktor lain yang mempengaruhi rendahnya minat anak untuk mempelajari drama yaitu metode mengajar yang digunakan oleh guru masih sangat monoton sehingga anak merasa bosan dan tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran drama. Materi drama yang diberikan kepada anak masih menggunakan buku-buku pendamping yang seadanya dan kurang memperhatikan tingkat kesesuaian usia

3 anak dan kurang variasi dalam penyediaan bahan ajar sehingga anak menjadi sulit untuk memahami drama dan akhirnya anak menjadi jenuh terhadap pembelajaran drama. Selain itu guru dalam mengajar lebih fokus pada teoretis tentang pengertian drama dan unsur-unsur penyusun drama sehingga anak kurang memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai pembelajaran drama dan anak pun kurang dilatih untuk mengembangkan ide atau gagasannya kedalam bentuk tulisan sehingga kemampuan anak dalam menulis teks drama menjadi lemah dan pada akhirnya menyebabkan rendahnya tingkat kemampuan anak dalam pembelajaran menulis teks drama. Di sekolah dasar untuk pembelajaran drama masih banyak guru-guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga hal tersebut dirasakan kurang efektif karena dalam pembelajarannya guru yang lebih dominan dalam pembelajarn dan guru banyak menjelaskan hal-hal umum dan sifatnya hanya teori sehingga anak kurang paham mengenai drama dan menulis teks drama, padahal pembelajaran drama bila disampaikan dengan model pembelajaran yang berpusat pada anak dapat mengantarkan anak kepada kedewasaannya, dan melatih anak mengalami berbagai macam pengalaman hidup manusia. Pembelajaran drama yang diberikan pada anak sekolah dasar hendaknya mampu memperkenalkan, membimbing, mengembangkan, dan mengapresiasi drama sehingga membuat mereka dapat menyenangi, menggemari dan menjadikan drama sebagai salah satu bagian yang menyenangkan dalam kehidupan (Waluyo, 2002: 155). Dalam membina dan mengembangkan apresiasi drama, murid dan guru harus dilengkapi dengan bahan yang serasi untuk

4 kelompok-kelompok yang diajarkan dan menguasai teknik dan bahan jika diperlukan (Waluyo, 2002:196). Oleh karena itu, guru hendaknya dapat memilih model pembelajaran yang sekiranya dapat membantu anak memahami drama dan mampu menulis teks drama walaupun secara sederhana sehingga dapat mempermudah anak dalam mempelajari dan mengapresiasi drama. Penerapan model pembelajaran yang berpusat pada anak diharapkan dapat membantu anak memahami drama dan mampu menulis teks drama sehingga anak dapat mengerti sisi lain lebih nyata dan dapat memahami arti kehidupan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan menulis teks drama para anak pun akan terbiasa mencurahkan isi batinnya sehingga mereka pada akhirnya akan memiliki kepekaan terhadap dirinya dan lingkungannya serta dapat menilai sesuatu yang baik dan buruk, baik itu untuk dirinya maupun untuk orang lain. Alasan rendahnya minat anak dalam pembelajaran drama karena masih menggunakan model pembelajaran yang lebih berpusat pada guru maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran SAVI. Model pembelajaran SAVI ini merupakan model pembelajaran yang lebih berpusat pada anak karena dalam pembelajarannya menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki anak. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatis yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditori yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; Visual yang

5 bermakna belajar haruslah menggunakan indra penglihatan melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intelektual yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir, belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Penelitian ini untuk mengetahui kemampuan anak memahami drama dan menulis teks drama anak, perlu dilakukan. Dipilihnya model pembelajaran SAVI dikarenakan lebih efektif dalam pembelajaran drama. Hal ini telah dibuktikan oleh Sri Suhita (2009) dalam tesis yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi Drama Berdasarkan Metode Belajar SAVI (Somatis-Audio-Visual-Intelektual) dalam Konteks Kemampuan Penyesuaian Diri. Dalam penelitian ini, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan anak memahami drama dan menulis teks drama melalui model pembelajaran somatis auditori visual intelektual (SAVI) peneliti akan menerapkan di SDN I Bandorasawetan karena berdasarkan hasil wawancara yang pernah dilakukan oleh peneliti terhadap guru-guru di gugus II pada saat KKG ternyata pembelajaran drama di SDN 1 Bandorasawetan kurang mendapat perhatian dari para siswa dan gurunya sendiri. Alasannya karena pembelajaran drama memerlukan alokasi waktu yang banyak. Para guru kurang mendalami penguasaan materi tentang pembelajaran drama. Jadi, pada saat pembelajaran drama anak hanya diberi teori dan praktik yaitu membaca naskah drama seadanya yang bersumber dari buku paket sehingga para siswa masih banyak yang belum bisa memahami drama serta

6 belum terbiasa menulis teks drama anak walaupun secara sederhana karena hal tersebut bila dilaksanakan untuk mencapai hasil yang maksimal tentu saja akan membutuhkan kemampuan guru dalam penguasaan materi serta harus mempunyai kemampuan dalam keterampilan proses belajar mengajar dari guru terutama dalam menggunakan model pembelajaran yang dapat membangkitkan gairah anak dalam belajar sehingga anak menjadi termotivasi dan terinsfirasi untuk belajar. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan berjudul Peningkatan Kemampuan Anak Memahami Drama dan Menulis Teks Drama Melalui Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelekual (SAVI). B. Identifikasi Masalah Penelitian Identifikasi masalah dalam penelitian ini membahas hal-hal berikut. 1. Pembelajaran sastra di sekolah dasar perlu dibina, dilatih dan dikembangkan sehingga pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang diminati anak sehingga tingkat apresiasi anak terhadap karya sastra menjadi tinggi. 2. Penggunaan model pembelajaran sastra yang tepat, efektif, dan menyenangkan dapat mempengaruhi minat anak terhadap pembelajaran sastra khususnya drama. 3. Pembelajaran drama pada anak dapat menumbuhkan tingkat kedewasaan dan meningkatkan tingkat sosialitas yang baik dalam bermasyarakat

7 karena pembelajaran drama secara tidak langsung melatih kepekaan anak terhadap individu, lingkungan, dan masyarakat. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, secara umum dapat dirumuskan pokok permasalahan penelitian yakin: Adakah perbedaan kemampuan anak memahami drama dan menulis teks drama antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) dengan anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional? Rumusan masalah di atas dapat diuraikan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan peningkatan kemampuan anak dalam memahami drama antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran SAVI dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional? 2. Adakah perbedaan peningkatan kemampuan anak dalam menulis teks drama antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran SAVI dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional? D. Batasan Masalah Penelitian Batasan masalah dalam penelitian ini merujuk pada rumusan masalah di atas, peneliti akan membahas masalah yang berkaitan dengan pembelajaran drama anak yang menggunakan model pembelajaran SAVI. Yang menjadi pembahasan dalam pembelajaran drama anak yaitu tentang isi drama yaitu unsur intrinsik serta

8 menulis teks drama anak kelas VI SDN I Bandorasawetan Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian secara umum adalah untuk meningkatkan apresiasi anak terhadap pembelajaran drama di sekolah dasar sedangkan tujuan penelitian secara khusus yaitu untuk mengetahui: 1. kemampuan anak memahami drama antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional; 2. kemampuan anak menulis teks drama antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk beberapa keperluan. 1. Manfaat Secara Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pengetahuan tentang pengembangan teori pembelajaran drama melalui model pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) di tingkat sekolah dasar dan menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya tentang apresiasi drama di tingkat sekolah dasar.

9 2. Manfaat Secara Praktis Penelitian ini, diharapkan dapat memberi gambaran bagi para guru tentang bagaimana cara menerapkan pembelajaran drama dengan model pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) dan kaitannya dengan peningkatan kemampuan anak memahami drama dan menulis teks drama anak. Bagi anak, diharapkan dapat memahami drama anak dengan lebih mendalam dan dapat mengembangkan ide serta gagasannya dalam menulis teks drama anak sehingga sehingga para anak memiliki tingkat apresiasi yang tinggi terhadap pembelajaran drama. G. Asumsi Penelitian Asumsi penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas sehingga peneliti beranggapan bahwa pembelajaran drama di sekolah dasar kurang mendapat perhatian dari para siswa karena dalam praktik pembelajaran drama banyak faktor permasalahan yang menjadi penghambat untuk memicu minat anak dalam pembelajaran drama. Oleh karena itu, harus ada pembenahan di antaranya: kemampuan kompetensi guru harus ditingkatkan, alokasi waktu harus diperbanyak dan penggunaan model pembelajaran harus dipilih yang efektif, inovatif dan menyenangkan sehingga motivasi anak dalam pembelajaran drama menjadi meningkat. Pembelajaran drama harus diberikan pada anak sekolah dasar karena kegiatan drama merupakan suatu wadah bagi pengembangan kreativitas anak untuk bersosialisasi diri dengan lingkungannya sehingga menuntun sikap anak menuju kedewasaan. Selain itu, pembelajaran drama khususnya mengemban misi

10 efektif yaitu memperkaya pengalaman anak serta bertujuan mengembangkan kepekaan anak terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif dan nilai sosial. Selain itu, pembelajaran drama dapat mencerdaskan anak dalam konteks inilah pembelajaran drama perlu dilaksanakan. Guru dituntut mampu menjembatani pemerolehan pemahaman anak tentang memahami drama dan kemampuan menulis teks drama. H. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, hipotesis penelitiannya adalah: 1. H I : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan anak memahami drama yang signifikan antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran SAVI dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional 2. H o : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan anak memahami drama yang signifikan antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran SAVI dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional 3. H I : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan anak menulis teks drama yang signifikan antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran SAVI dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional 4. H o : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan anak menulis teks drama yang signifikan antara anak yang pembelajarannya menggunakan

11 model pembelajaran SAVI dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional I. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam konsep penelitian ini, maka perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut. Model pembelajaran SAVI yaitu suatu bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan oleh guru dengan memiliki ciri khas yaitu melibatkan aktifitas seluruh tubuh, semua indera, melibatkan emosi dan segenap kedalaman pikiran serta keluasan pribadi sehingga dapat memicu motivasi anak dan dapat berpengaruh besar terhadap hasil pembelajaran. Adapun dalam pelaksanaannya melalui empat tahapan yaitu tahap persiapan termasuk pada kegiatan awal, tahap penyampaian dan tahap pelatihan termasuk pada kegiatan inti sedangkan tahap penampilan hasil termasuk pada kegiatan penutup. Penggabungan keempat tahapan tersebut diharapkan dapat mencapai tujuan peningkatan kemampuan memahami drama dan peningkatan kemampuan menulis teks drama secara hasil yang maksimal. Kemampuan memahami drama anak adalah kemampuan anak dalam memahami unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam drama anak. Unsur intrinsik yang diberikan di kelas VI SD sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar terdiri atas enam indikator, yaitu kemampuan menirukan tokoh, kemampuan mengekspresikan gerak-gerik dan mimik dari karakter tokoh, kemampuan memahami latar, kemampuan memahami tema atau pokok persoalan cerita drama, kemampuan menemukan amanat yang terdapat dalam teks drama

12 anak dan kemampuan menyusun jalan cerita (alur) atau rangkaian yang membangun atau membentuk suatu cerita sejak awal hingga akhir. Kemampuan menulis teks drama anak dalam penelitian ini adalah kemampuan anak dalam mengembangkan ide atau gagasan melalui bahasa tulis kedalam bentuk karangan narasi yang berisi adegan yang di dalamnya terdapat dialog-dialog. Adapun langkah-langkah menulis teks drama anak sebagai berikut. a. mendeskripsikan penokohan atau memberi nama tokoh. b. membuat garis besar isi cerita dengan berpedoman pada cerita asli. c. mengalih bentukkan cerita menjadi teks drama anak d. mengembangkan garis besar isi cerita ke dalam dialog-dialog. e. membuat petunjuk pementasan yang biasanya ditulis dalam tanda kurung maupun dapat ditulis dengan huruf miring atau huruf kapital semua, dan memberi judul pada teks drama yang sudah ditulis. J. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian quasi eksperimen digunakan untuk menguji peningkatan kemampuan memahami drama dan menulis teks drama anak dengan menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI). Penelitian ini dilaksanakan pada dua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kedua kelompok ini diberi perlakuan yang tidak sama. Kelompok eksperimen melakukan kegiatan pembelajaran drama dengan menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori

13 Visual Intelektual (SAVI) dan kelompok kontrol melakukan kegiatan pembelajaran drama secara konvensional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes tertulis, observasi, dan wawancara. Untuk mengukur tingkat kemampuan anak dalam memahami drama anak digunakan tes performansi pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, sedangkan untuk mengukur kemampuan menulis teks drama anak diberikan tes berupa menulis teks drama anak. Agar alat tes yang digunakan dapat mengukur variabel kemampuan memahami drama dan kemampuan menulis teks drama anak maka peneliti melakukan expert judgment kemudian menguji instrumen dengan uji validitas, dan uji reliabilitas. Selanjutnya, untuk observasi dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar dalam menerapkan model pembelajaran SAVI dan aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan untuk wawancara terhadap guru dan anak akan dilaksanakan setelah selesai pembelajaran. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap kegiatan, yaitu tahap persiapan komponen-komponen pembelajaran, tahap implementasi (eksperimen) dan tahap pengolahan data serta penulisan hasil penelitian. Tahapan penelitian tersebut secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan Tahap ini dilakukan berdasarkan komponen-komponen pembelajaran yang diperlukan. Seperti penyusunan dan merancang kegiatan untuk model pembelajaran SAVI kemudian penyiapan media pembelajaran serta evaluasi, Persiapan komponen pembelajaran dan instrumen penelitian ini dilakukan secara

14 kooperatif oleh peneliti dan guru. Dengan demikian, dari kegiatan penelitian ini diharapkan diperoleh komponen-komponen pembelajaran dan instrumen penelitian yang siap dan layak dipakai. Pada tahap ini diadakannya pelatihan kepada guru tentang konsep yang direncanakan oleh peneliti untuk dijalankan dalam pembelajaran. Pelatihan ini dilakukan satu kali pertemuan dan apabila dibutuhkan dapat diulang. Persiapan komponen pembelajaran dan instrumen penelitian ini dilakukan secara kooperatif oleh peneliti dan guru dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Peneliti menginformasikan persoalan yang menjadi pusat perhatian peneliti sehingga harus melakukan penelitian eksperimen. b. Peneliti mempersiapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. c. Penentuan karakteristik metode pembelajaran yang akan dibandingkan. d. Peneliti menentukan instrumen pengukuran yang digunakan. e. Peneliti menentukan berapa lama eksperimen akan dilakukan. f. Peneliti menyusun kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SAVI. g. Peneliti mengembangkan bahan ajar. h. Peneliti menggunakan media pembelajaran, i. Peneliti melakukan diskusi dengan guru model dalam menerapkan model pembelajaran SAVI pada materi drama anak, j. Peneliti menyusun alat evaluasi. 2. Tahap Eksperimen

15 Kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap ini adalah implementasi kegiatan pembelajaran yang sudah dirancang dan dipersiapkan pada tahap pertama: pretest, implementasi kegiatan pembelajaran, observasi dan wawancara pembelajaran dan postest. Pada tahap ini pembelajaran dijalankan oleh guru yang telah diberi konsep oleh peneliti dan peneliti hanya sebagai observer. 3. Tahap Pengolahan Data Pengolahan data dan penganalisasian data beserta penulisan hasil penelitian dilakukan pada tahap ini. K. Lokasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian ini adalah lokasi di SDN I Bandorasawetan, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. Pemilihan lokasi di SDN I Bandorasawetan dilakukan karena pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tersebut pada umumnya masih didominasi oleh model pembelajaran konvensional sehingga diperlukan suatu inovasi-inovasi baru untuk memperkenalkan model pembelajaran yang lain untuk diperkenalkan pada guru agar dapat meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran drama anak. Populasi dalam penelitian ini adalah anak kelas VI Sekolah Dasar Negeri Sekecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak kelas VI SDN I Bandorasawetan yang terbagi menjadi dua kelas yaitu VI A jumlah anak 25 orang dan VI B jumlah anak 25 orang. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada kelas VI A sebagai kelas eksperimen dan kelas VI B sebagai kelas kontrol. Kedua kelas tersebut memiliki

16 kemampuan intelektual yang berimbang. Jadi, kedua kelas tersebut dapat dikatakan memiliki keadaan yang homogen. L. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian ini berawal dari Input Analysis yang mencakup permasalahan siswa, guru dan KBM sedangkan teori yang menjadi rujukan yaitu, Memahami drama, Menulis Teks Drama dan Model Pembelajaran SAVI. Selanjutnya dilakukan Process Analysis dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dan instrument penelitian yang berbentuk tes, obsevasi dan wawancara. Pada tahap Output Analysis dilakukan analisis dan pembahasan hasil penelitian. Dan terakhir yaitu Outcomes Analysis adalah kesimpulan dan saran yang didapat dari pembahasan hasil penelitian. Di bawah ini tergambar skema paradigma penelitian. Permasalahan Siswa, Guru dan KBM dalam pembelajaran memahami drama dan menulis teks drama Kajian teoretis: - Memahami drama - Menulis Teks Drama - Model Pembelajaran SAVI Intrumen Penelitian: 1. Tes 2. Observasi 3. Wawancara Metode Penelitian Eksprimen Kuasi Kelompok Pretest Treatment Postest A 01 X 02 B 03 X 04 A = Kelompok Eksprimen B = Kelompok Kontrol X= Perlakuan pembelajaran Penerapan Model Pembelajaran SAVI di kelas eksperimen dan konvensional di kelas kontrol Analisis pembahasan penelitian dan hasil Kesimpulan dan Saran