BAB I PENDAHULUAN. panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

PENGARUH MASASE KAKI DAN AROMATERAPI SEREH TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 yang termuat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi penduduk dunia. Hasil pembangunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. ini biasanya disebut lansia dan rata- rata berusia 50 tahun keatas. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MANDI AIR HANGAT DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA. Istiana Nurhidayati* ABSTRACT

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH TERAPI WUDHU SEBELUM TIDUR TERHADAP TINGKAT INSOMNIA PADA LANJAT USIA DI PSTW UNIT BUDHI LUHUR YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia *

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tidur sangat berperan. dampak pada fisiologis manusia, karena tidur berpengaruh

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah lanjut usia akan

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

PENGARUH MASASE KAKI DAN AROMATERAPI SEREH TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi jaringan tubuh. Salah satu teori penuaan menyebutkan bahwa sel sel

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI UPT WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN GIWANGAN UMBULHARJO YOGYAKARTA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

WIJI LESTARI J

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk di negara maju mempunyai usia harapan hidup lebih panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut berdasarkan jenis kelamin menunjukkan usia harapan hidup masyarakat negara maju, lebih tinggi dari pada negara berkembang. Menurut laporan WHO tahun 2006 menunjukan usia harapan hidup wanita di Jepang mencapai 86 tahun, dan usia pria 79 tahun. Di Swiss usia harapan hidup wanita mencapai 83 tahun, dan pria 78 tahun. Amerika Serikat usia harapan hidup wanita mencapai 80 tahun, dan pria 75 tahun. Wanita di Vietnam dan Malaysia hanya mencapai 74 tahun, dan pria 69 tahun. Sedangkan usia harapan hidup orang Indonesia lebih pendek, yaitu wanita hanya 69 tahun, sedangkan prianya 65 tahun. Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang lansia menyebutkan bahwa usia tua adalah 60 tahun (Nugroho, 2008). Proses teori menua lanjut usia adalah proses yang alami setiap orang (Atun, 2008). Kelanjutan dari usia dewasa adalah lansia atau lanjut usia merupakan proses yang alami dan sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Jumlah dari penduduk lanjut usia akan bertambah dan bahkan semakin lebih pesat dan cepat (Nugroho, 2008). Hasil dari sensus penduduk tahun 2010, menunjukkan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia adalah 18,57 juta jiwa, jumlahnya 1

2 meningkat 7,93% dari tahun 2000, dengan jumlah 14,44 juta jiwa. Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia diperkirakan terus meningkat sekitar 450.000 jiwa per tahunnya. Dengan ini pada tahun 2025 jumlah lanjut usia di Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22% juta jiwa (BPS, 2010). Di wilayah Asia Tenggara, jumlah lansia terus meningkat dengan pesat dari 410 juta per tahun 2007 menjadi sekitar 733 juta di tahun 2025, di perkirakan menjadi 1,3 miliar di tahun 2050 (Murwani, 2011). Jumlah penduduk lansia yang berumur 65 tahun di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, yaitu di tahun 2014 berjenis kelamin laki laki berjumlah 1.051.732 jiwa dan berjenis kelamin perempuan berjumlah 1.315.202 jiwa dengan ini jumlah total keseluruhan yang berjenis kelamin laki laki dan perempuan di Provinsi Jawa Tengah berjumlah 2.366.934 jiwa (Kemenkes RI, 2015). Semakin bertambah usia akan menimbulkan perubahan struktur dan fisiologi serta berbagai sel/jaringan/organ dan menyebabkan sistem yang ada pada tubuh manusia akan mengalami kemunduran atau perubahanperubahan pada fisik, psikologis, serta sosial (Nugroho, 2008). Pertambahan umur manusia merupakan proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada waktu tidur. Pada proses penuaan, seseorang akan mengalami berbagai masalah baik secara fisik, mental, serta sosio ekonomi. Insomnia atau gangguan tidur adalah salah satu gangguan yang terjadi pada lanjut usia atau lansia (Potter & Perry, 2005).

3 Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk melakukannya. Keluhan insomnia mencakup ketidakmampuan untuk tertidur, sering terbangun, ketidakmampuan untuk kembali tidur dan terbangun pada dini hari. Insomnia menyerang sekitar 50 % orang yang berusia 65 tahun bahkan lebih yang tinggal dirumah dan 66% lansia tinggal di panti (Galea 2008). Lansia mengalami penurunan efektifitas tidur pada malam hari sebesar 70-80 % dibandingkan dengan usia muda, dimana 1 dari 4 lansia yang berusia 60 tahun atau lebih mengalami gangguan insomnia (Adiyati, 2010). Menurut Francesco direktur program kesehatan dan masyarakat di University of Warwick Inggris mengatakan bahwa masyarakat modern makin kurang tidur. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan sekitar 15% dari populasi mengalami insomnia cukup serius. Sebesar 10% penduduk di Indonesia menderita insomnia, sering tidak terdiagnosis dan tidak diobati (Widya, 2010). Kelompok lansia 60 tahun, ditemukan sekitar 7% kasus yang mengeluh tentang masalah tidur, dalam 1 hari hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam. Hal yang sama ditemukan 22% pada kasus kelompok usia 70 tahun. Kelompok lansia sering mengeluh terbangun lebih awal di pukul 05.00 (Firdaus, 2011). Lansia yang beresiko mengalami gangguan pola tidur yang disebabkan beberapa faktor seperti misalnya perubahan pola sosial, pensiunan, pasangan hidup atau teman dekat, penggunaan obat-obatan, penyakit yang di alami lansia, gangguan mood, ansietas, kepercayaan

4 untuk tidur, kematian, dan perasaan yang negatif merupakan indikator terjadinya insomnia (Galea, 2008). Pada penanganan insomnia dapat dilakukan terapi farmakologi dan non farmakologi, penanganan secara farmakologi seperti obat-obatan seperti Antihistamin, Amitripilin, Tradozon, Klonazepam, antihistamin, chloral dan Zolpidem (Bain, 2006). Sedangkan secara non farmakologi terapi pijat atau massage (manipulative and body based practice), dengan menggunakan obat tradisional (ancient medical system) (Suardi, 2011). Pada pengobatan non farmakologi memiliki kelebihan dibandingkan farmakologi, pengobatan farmakologi seperti obat-obatan memiliki efek samping yaitu ketergantungan akan obat, penurunan metabolisme pada lansia, penurunan fungsi ginjal, dan menyebabkan kerusakan fungsi kognitif. Sedangkan dalam pengobatan non farmakologi ada beberapa opsi teknik pengobatan, diantaranya ada aromaterapi sereh dan masase kaki (Stanley, 2007). Aromaterapi sereh salah satu terapi komplementer dapat juga untuk digunakan dalam mengatasi insomnia (Kaina, 2006). Sereh merupakan jenis rempah-rempah yang digolongkan seperti jenis rumput-rumputan, bisa bermanfaat juga sebagai obat tanaman herbal. Kandungan utama dalam sereh yaitu minyak asitri yang terdiri dari sitrat, sitroneral, linalool, geraniol, a-pinen, kamfen, sabinen, mirsen, feladren beta, p-simen, limonen, cis-osimen, terpinol, sitronelal, borneol, dan farsenol, yang memiliki efek menenangkan, menyeimbangkan, stimulansia, antidepresan

5 dan efek vasodilator dari sereh dapat membantu dalam peningkatan kualitas tidur (Price, 2007). Kandungan bahan diatas memberikan efek hangat, meredakan kejang-kejang, dan melemaskan otot (Nuraini, 2014). Masase kaki merupakan terapi non farmakologis, hanyalah menggunakan tangan manusia dan dapat dilakukan sendiri tanpa menggunakan bantuan fisik dari orang lain, dalam melakukan masase pada otot otot kaki maka dapat memperlancar sirkulasi darah, memperlancar aliran darah ke jantung (Pamungkas, 2010). Masase pada kaki dan diakhiri masase pada telapak kaki akan merangsang dan dapat menyegarkan bagian kaki sehingga dapat memulihkan kembali sistem keseimbangan dan membantu relaksasi. Teknik pemijatan di titik tertentu dapat menghilangkan sumbatan dalam darah, serta energi dalam tubuh akan kembali lancar (Pamungkas, 2010). Terapi masase kaki adalah upaya penyembuhan yang efektif dan aman, serta tanpa efek samping. Rasa rileks yang dapat mengurangi stres dan dapat memicu lepasnya endorfin, serta membuat nyaman, dan zat kimia otak yang menghasilkan rasa nyaman tersendiri (Azis, 2014). Pada pengobatan non farmakologi ini lebih aman dan lebih ekonomis, karena tidak ada obat, tindakan pembedahan serta alat alat kedokteran yang tidak digunakan. Metode ini dirasa lebih aman untuk digunakan karena kecilnya efek samping yang ditimbulkan (Galea, 2008).

6 Menurut penelitian yang dilakukan Azis (2014), yaitu penelitian untuk mencari pengaruh terapi pijat (massage) terhadap tingkat insomnia pada lansia, dengan hasil penelitian di dapatkan ada pengaruh yang signifikan antara terapi pijat (massage) terhadap tingkat insomnia pada lansia. Selain itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Adiyati (2010), yaitu penelitian untuk mencari pengaruh aromaterapi terhadap insomnia pada lansia, dengan hasil penelitian di dapatkan terjadi penurunan derajat insomnia. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 November 2015 di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Kadipiro Banjarsari Surakarta dan Griya PMI Peduli Surakarta, di dapatkan hasil jumlah penduduk lansia yang tinggal di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Kadipiro Banjarsari Surakarta ada 83 lansia dan Griya PMI Peduli Surakarta berjumlah 25 lansia. Hasil wawancara peneliti di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Kadipiro Banjarsari Surakarta dari 15 lansia didapatkan 13 lansia mengalami gangguan tidur dan di Griya PMI Peduli Surakarta terhadap 10 lansia didapatkan 9 lansia yang mengalami gangguan tidur. Diantaranya mengeluh sering terbangun di malam hari dan tidak bisa tidur kembali, lama tidur kurang dari 4 jam 30 menit, dan perasaan ketika bangun rata rata tidak begitu segar. Rata-rata jam tidur lansia jam 22.00-23.00 wib. Upaya yang dilakukan petugas Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Kadipiro Banjarsari Surakarta dan Griya PMI Peduli Surakarta tersebut dalam menangani masalah ini adalah

7 memberikan obat tidur, sedangkan pemberian obat tidur jangka panjang dapat mengakibatkan ketergantungan akan obat, penurunan metabolisme pada lansia, penurunan fungsi ginjal, dan menyebabkan kerusakan fungsi kognitif yang tidak baik bagi kesehatan pada lansia. Berdasarkan studi pendahuluan di atas penting untuk di teliti masase kaki dan aromaterapi sereh mengetahui sejauh mana pengaruhnya terhadap tingkat insomnia pada lansia. Atas dasar pertimbangan inilah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang masase kaki dan aromaterapi sereh terhadap penurunan insomnia pada lansia Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Kadipiro Banjarsari, Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan gambaran latar belakang yang ditelah diuraikan diatas dapat diambil rumusan dalam penelitian ini adalah pengaruh masase kaki dan aromaterapi sereh terhadap penurunan insomnia pada lansia. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh masase kaki dan aromaterapi sereh terhadap penurunan insomnia pada lansia. 2. Tujuan Khusus a. Untuk menggambarkan tingkat insomnia sebelum diberikan masase kaki dan aromaterapi sereh pada lanjut usia yang mengalami insomnia.

8 b. Untuk menggambarkan tingkat insomnia sesudah diberikan masase kaki dan aromaterapi sereh pada lanjut usia yang mengalami insomnia. c. Untuk menganalisis pengaruh sebelum dan sesudah diberikan masase kaki dan aromaterapi sereh pada lanjut usia yang mengalami insomnia. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi pra lansia Hasil penelitian tentang terapi masase kaki dan aromaterapi daun sereh ini diharapkan dapat digunakan bagi pra lansia yang belum mengalami insomnia serta dapat mencegah terjadinya tingkat insomnia yang berat. 2. Manfaat bagi Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan secara obyektif mengenai penanganan non farmakologi pada lansia yang mengalami insomnia untuk dapat mengoptimalkan masase kaki dan aromaterapi daun sereh. 3. Manfaat bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dalam penelitian selanjutnya. 4. Manfaat bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti sendiri dalam melaksanakan penelitian

9 tentang insomnia pada lansia dalam mengoptimalkan masase kaki dan aromaterapi daun sereh. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan pengetahuan peneliti melalui penelusuran jurnal, peneliti belum menemukan penelitian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan judul pengaruh masase kaki dan aromaterapi daun sereh terhadap penurunan insomnia pada lansia. Namun demikian, ada beberapa penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan, sebagai berikut : 1. Aziz (2014), yang melakukan penelitian dengan judul pengaruh terapi pijat (massage) terhadap tingkat insomnia pada lansia di unit rehabilitasi sosial pucang gading semarang dengan metode penelitian menggunakan rancangan eksperimen semu (Quasi Eksperiment), yaitu dengan menggunakan Non Equivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini 115 lansia. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 34 responden, 17 responden kelompok perlakuan dan 17 responsen kelompok kontrol. Pengumpulan data-data menggunakan kuesioner Kelompok Study Psikiatri Biologi Jakarta-Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS). Analisis menggunakan t tes. Hasil penelitian bahwa mean pada post perlakuan 4,29, sedangkan pada post kelompok kontrol 6,00. Dengan menggunakan t tes independen post perlakuan didapatkan hasil p-value = 0,030 bila

10 dibanding dengan α (0,05) berarti ada pengaruh terapi pijat (massage) terhadap tingkat insomnia pada lansia di Unit Rehabilitas Sosial Pucang Gading Semarang. 2. Adiyati (2010), melakukan penelitian dengan judul pengaruh aromaterapi terhadap insomnia pada lansia di Pstw Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta dengan metode penelitian Quasyexperiment dengan 15 orang lansia sebagai kelompok intervensi dan 15 orang lansia sebagai kelompok kontrol, analisa data menggunakan uji statistik t test. Pada pengumpulan sampel menggunakan metode Purposive sampling diperoleh 30 sampel. Dengan hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan tingkat insomnia pada kelompok intervensi dengan hasil statistik uji paired sample t test diperoleh nilai t=2,702 dengan nilai probabilitas sig.(2 tailed)=0,017 dan tidak terjadi penurunan derajat insomnia pada kelompok kontrol diperoleh nilai t=0,535 dengan nilai probabilitas sig.(2 tailed)=0,601, tidak ada perbedaan derajat insomnia post test pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol ditujukan hasil uji statistik Independent Sample t test nilai t=2,024 dengan probabilitas sig.(2-tailed)=0,053. 3. Aditya (2013), melakukan penelitian dengan judul pengaruh pijat refleksi terhadap insomnia pada lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dengan metode penelitian Quasy-experiment dengan 18 orang lansia sebagai kelompok kontrol dan 18 orang lansia sebagai kelompok intervensi, analisa data

11 menggunakan uji statistik t-test. Pada pengumpulan sampel menggunakan metode Purposive sampling diperoleh 36 sampel. Dengan hasil penelitian menunjukkan Ada perbedaan yang signifikan antara derajat insomnia lansia sebelum dan sesudah diberikan pijat refleksi pada kelompok intervensi di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang (p-value (0,000) < (0,05)) dengan penurun sejumlah 5,667 point dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dan Tidak ada perbedaan yang signifikan antara derajat insomnia lansia sebelum dan sesudah penelitian yang tidak dilakukan apa-apa pada kelompok kontrol di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang (p-value (0,286) > (0,05)) dengan perbedaan sejumlah 0,722 pada kelompok intervensi.